42
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I DETEKSI DINI PEKEMBANGAN BALITA Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I Dosen Pengampu: Puji Purwaningsih, Skep., Ns Disusun oleh: 1. Ismaya Setiafiid (010601065) 2. Kurnia Dewi (010601073) 3. Sahrun (010601100) 4. Vyna Anggraeny DS (010601113)

Makalah Anak i Tumbang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

chgj

Citation preview

Page 1: Makalah Anak i Tumbang

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

DETEKSI DINI PEKEMBANGAN BALITA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu: Puji Purwaningsih, Skep., Ns

Disusun oleh:

1. Ismaya Setiafiid (010601065)

2. Kurnia Dewi (010601073)

3. Sahrun (010601100)

4. Vyna Anggraeny DS (010601113)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NGUDI WALUYO UNGARAN

2008

Page 2: Makalah Anak i Tumbang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridho dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Deteksi Dini Perkembangan Balita”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Puji Purwaningsih Skep., Ns dan kepada semua pihak yang turut membantu

menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun, penulis

harapkan demi perbaikan makalah ini. Dan semoga penulisan ini dapat

memberikan manfaat kepada penulis pada khususnya dan semua pembaca pada

umumnya.

Page 3: Makalah Anak i Tumbang

BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang tua menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan

berkembang dengan optimal. Hanya saja dewasa ini banyak anak-anak yang

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang kurang optimal, dan

menjadi sangat disayangkan adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap

anak. Padahal dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana

diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang

(Soetjiningsih, 1995).

Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan

sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangnnya, bahkan

sejak bayi masih dalam kandungan. Perkembangan sosial sangat dipengaruhi

oleh lingkungan dan interaksi anak dengan orang tuanya/ orang dewasa

lainnya. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat

serta menimbulkan penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan

gangguan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995).

Sayangnya, banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak

yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula

bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini

dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat

mengakibatkan cacat yang permanen yang tidak seharusnya dapat dihindari

(Soetjiningsih, 1995).

Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan

perkembangan anak telah dibuat. Karena deteksi dini kelainan perkembangan

anak sangat berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan

lebih awal, sehingga tumbuh kembang dapat berlangsung seoptimal mungkin

(Soetjiningsih, 1995).

Page 4: Makalah Anak i Tumbang

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti seminar diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan

deteksi dini perkembangan balita

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui deteksi dini perkembangan balita serta instrumen

yang digunakan

b. Mampu menjelaskan peran perawat dalam upaya deteksi

perkembangan

c. Mampu melaksanakan upaya deteksi perkembangan balita

menggunakan DENVER II dan KPSP (Kuisioner Pre Screening

Perkembangan)

Page 5: Makalah Anak i Tumbang

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Tumbang

Pertumbuhan dan perkembangan adalah suatu proses yang berlangsung

terus menerus pada berbagai segi dan saling berkaitan, dan terjadi perubahan

pada individu semasa hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan adalah

proses dari maturasi dan pembelajaran (Suruadi dan Yulianni; 2006)

Pertumbuhan adalah Proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat

bertambah banyaknya sel-sel dan atau bertambah besarnya sel-sel serta

bertambahnya jaringan interseluler

(http://edwintohaga.wordpress.com/2008/04//3/deteksi-dini-tumbuh-kembang-

anak-kita/)

Pertumbuhan berhubungan dengan perubahan pada kuantitas yang

maknanya terjadi perubahan pada jumlah dan ukuran sel tubuh yang

ditunjukkan dengna adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian

tubuh (Whaley dan Wong, 2000).

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar, jumlha, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang

bias diukur denghan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran pangjang

(meter dan sentimeter), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi

kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995)

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,

organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan

emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Soetjiningsih; 1995, 1).

Page 6: Makalah Anak i Tumbang

Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas,

diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang

dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran (Whaley

dan Wong; 2000)

Perkembangan sebagai peningkatan ketrampilan dan kapasitas anak

untuk berfungsi secara bertahap dan terus-menerus. Jadi perkembangan adalah

suatu proses untuk menghasilkan peningkatan kemampuan untuk berfungsi

pada tingkat tertentu (Marlow; 1988).

B. Deteksi Dini Tumbuh

Deteksi dini tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan

secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra

sekolah.

Semakin dini maka intervensinya akan dapat semakin cepat.

Jenis deteksi dini yaitu deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi

dini perkembangan, deteksi dini penyimpangan mental emosional.

Deteksi dini perkembangan bertujuan untuk mengetahui

perkembangan anak normal atau adanya penyimpangan.

(http://edwintohaga.wordpress.com/2008/04//3/deteksi-dini-tumbuh-kembang-

anak-kita/)

C. Cara Deteksi Tumbuh Kembang Anak

1. Penilaian Pertumbuhan Anak

a. Ukuran Antropometrik

Tergantung umur (age dependence)

BB terhadap umur, TB terhadap umur, lingkar kepala terhadap

umur, lingkar lengan atas terhadap umur.

Page 7: Makalah Anak i Tumbang

Interpretasi:

BB terhadap umur :

Menurut Gomez

- > 90 % = normal

- 90%-75% = malnutrisi ringan (grade I)

- 75 %-61% = malnutrisi sedang (grade II)

- < / = 60% = malnutrisi berat (grade III)

Menurut Jelliffe

- 110 % - 90% = normal

- 90% - 81% = malnutrisi ringan (grade I)

- 80% - 61% = malnutrisi sedang (grade II dan III)

- < / = 60% = malnutrisi berat (grade IV)

Menurut WHO

- percentil ke 50 – 3 = normal

- percentil < / = 3 = malnutrisi

Klasifikasi di Indonesia

Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian

kenaikan BB dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap

bula adalah normal, bila tidak terjadi kenaikan maka resiko

tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.

TB terhadap umur:

Menurut Kanawati dan McLaren

- >/= 95%: normal

- 95-90%: mal nutrisi ringan

- 90-85%: mal nutrisi sedang

- 85%: mal nutrisi berat

CDC/WHO

- >/= 90%: normal

- < 90%: stunted/mal nutrisi kronis

Page 8: Makalah Anak i Tumbang

BB terhadap TB:

McLaren/Read

- 110-90%: normal

- 90-85%: mal nutrisi ringan

- 85-75%: mal nutrisi sedang

- <75% dengan/tanpa edema: mal nutrisi berat

Waterlow

- 110-90%: normal

- 90-80%: mal nutrisi ringan

- 80-70%: mal nutrisi sedang

- <70%: mal nutrisi berat

CDC/WHO

- 85-80%: mal nutrisi sedang

- <80%:wasting/mal nutrisi akut

NCHS

- persentil ke 75-25: normal

- persentil ke 10-5: mal nutrisi sedang

- < persentil ke 5: mal nutrisi berat

Lingkar lengan atas

WHO dan Shakir

- >85% atau >14 cm: normal

- <76% atau > 12,5 cm: mal nutrisi berat

Tidak tergantung umur

BB terhadap TB, LLA terhadap TB

Lainnya

Lingkaran dada, lingkaran perut dan lingkaran leher

b. Pemeriksaan Fisik

Keseluruhan fisik

Dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh dan

anggota. Juga diperhatikan apa ada edema atau tidak

Page 9: Makalah Anak i Tumbang

Jaringan otot

Pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha

dengan cara cubitan tebal.

Jaringan lemak

Diperiksa pada kulit di bawah trisep dan subskapula dengan cara

cubitan tipis.

Rambut

Yang diperiksa adalah pertumbuhannnya, warna, diameter

(tebal/tipis), sifat (keriting/lurus), dan akar rambut (mudah dicabut/

tidak).

Gigi-geligi

Saat erupsi gigi susu, saat tanggal, dan erupsi gigi permanen.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Terutama pemeriksaan darah, yaitu antara lain, kadar Hb, serum

protein (albumin dan globulin), hormon, dll

d. Pemeriksaan Radiologis

Untuk menilai umur biologis, yaitu umur tulang (bone age), biasanya

dilakukan apabila ada kecurigaan adanya gangguan pertumbuhan.

(Soetjiningsih, 1995)

2. Penilaian Perkembangan Anak

a. Tahap-Tahap Penilaian Perkembangan Anak

Anamnesis

Melakukan anamnesis lengkap, karena kelainan perkembangan

dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan anamnesis yang

teliti maka salah satu penyebabnya dapat diteliti.

Skrining gangguan perkembangan anak

Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrument-instrumen untuk

skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak. Misalnya

dengan menggunakan DDST, tes IQ, atau tes psikologi lainnya.

Page 10: Makalah Anak i Tumbang

Evaluasi lingkungan anak

Melakukan evaluasi lingkungan anak misalnya dengan

menggunakan HSQ (Home Screening Quetionnaire).

Evaluasi pendengaran dan penglihatan anak

Untuk anak umur < 3 tahun dengan tes fiksasi, anak 2,5 – 3 tahun

dengan kartu gambar dari Allen, dan di atas 3 tahun dengan huruf

E, juga diperiksa apakah ada strabismus dan selanjytnya periksa

korne dan retinanya.

Melalui anamnesis atau menggunakan audiometer kalau ada

alatnya.

Evaluasi bicara dan bahasa anak

Untuk mengetahui apakah kemampuan anak berbicara maíz dalam

batas-batas yang normal atau tidak.

Pemeriksaan fisik

Untuk melengkapi anamnesis agar diketahui kelainan fisik yang

dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Pemeriksaan neurology

Untuk mengetahui secara dini adanya palsi cerebralis

menggunakan pemeriksaan neurologi

Evaluasi penyakit-penyakit metabolic

integrasi dari hasil penemuan

Pembuatan suatu kesimpulan diagnosis dari gengguan

perkembangan tersebut.

(Soetjiningsih; 1995)

b. Tes Perkembangan Menurut Denver (Denver Developmental

Screening Test/DDST )

Pengertian

DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelaianan

perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostic atau tes IQ

(Soetjiningsih;1995).

Page 11: Makalah Anak i Tumbang

Denver II adalah revisi utama dan standararisasi ulang dari Denver

Development Screning Test (DDST) dan reviced Denver

Developmental Screening Test (DDST-R). Denver II ini berbeda dari

test skrining sebelumnya dalam bagian-bagian yang meliputi bentuk,

interpretasi dan rujukan seperti tes, tes ini juga mengkaji motorik

kasar, bahasa, motorik halus, adaptif dan perkembangan social

personal pada anak-anak dari 1 bulan sampai 6 tahun (Donna L. Wong;

2003)

Manfaat Denver II

Pada penilaian Denver II menilai perkembangan anak dalam empat

faktor, sebagai berikut:

1. Personal social ( social personal )

Penyesuaian diri dengan masyarakat da perhatian terhadap

kebutuhan perorangan.

2. Fine motor adaptive (motorik halus adaptif)

Koordinasi mata tangan, memainkan atau menggunakan benda-

benda kecil pemecahan masalah

3. Language (bahasa)

Mendengar, mengerti, dan menggunaka bahasa.

4. Gross motor (motorik kasar)

Duduk, jalan, melompat, dan gerakan-gerakan umum otot besar.

Tujuan DDST II

1. Untuk menilai perkembangan anak sesuai usia

2. Memantau anak yang tampak sehat, umur dari lahir

sampai dengan enam tahun

3. Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan

adanya kelainan perkembangan

4. Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada

kelainan, apakah benar-benar ada kelainan.

5. Memonitor anak dengan resiko perkembangan

Page 12: Makalah Anak i Tumbang

Petunjuk Pelaksanaan DDST II

1. Cara pemeriksaan DDST II

(a) Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan

(b) Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengna umur yang

telah ditentukan

(c) Lakukan pengukuran pada anak setiap komponen dengan

batasan garis yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa,

motorik halus dan personal sosial.

(d) Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan, dan

abnormal

- Keterlambatan (abnormal) apabila terdapat keterlambatan /

lebih pada 2 sektor atau bila dalam 1 sektor didapat 2

keterlambatan lebih ditambah 1 sektor atau lebih terdapat 1

ketrlambatan.

- Meragukan apabila 1 sektor terdapat 2 keterlambatan/ lebih,

atau 1 sektor/lebih didapatkan 1 keterlambatan.

- Dapat juga dengan menentukan ada tidaknya keterlambatan

pada masing-masing sector bila menilai tiap sector atau

tidak menyimpulkan gangguan perkembangan keseluruhan.

(Hidayat; 2005).

2. Alat untuk DDST II

(a) Benang sulaman merah

(b) kismis atau permen

(c) Kerincingan dengan pegangan

(d) Kubus kayu berwarna (2,5 cm) 8-10 buah

(e) Botol kaca bening yang dapat dibuka

(f) Lonteng kecil

(g) Pensil warna

(h) Boneka dan botol kecil

(i) Bola tennis

(j) Cangkir plastik dengan pegangan

Page 13: Makalah Anak i Tumbang

(k) Kertas kosong

Cara menghitung umur dan menggambar garis

Contoh:

Indah dibawa oleh ibunya ke poliklinik tumbang RSU Ungaran.

Tanggal lahir 5 april 2000, tanggal pemeriksaan 14 november 2003.

Hitung umur indah dan ganbar garis umurnya?

Jawab:

Tahun Bulan Hari

Tgl tes 2003 11 14

Tgl lahir 2000 4 5

Umur 3 7 9

Kemudian buat garis umur dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada

format DDST

HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Lakukan test dari sector yang kurang aktif terlebih dahulu : personal

social, motorik halus, bahas dan motorik kasar.

Mulailah dari yang mudah dilakukan , jika anak kurang tepat

melakukannya beri stimulus dan lakukan test ulang.

Test yang menggunakan alat yang sama dilakukan secra berurutan

Test dilakukan untuk setiap sector, dan mulailah dari sebelah kiri garis

umur terus kekanan

BILA ADA RESIKO PERKEMBANGAN

Lakukan paling sedikit 3 test yang paling dekat disebelah garis umur

serta tiap test yang ditembus garis umur pada setiap sektor

Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu pertama (gagal,

menolak, no Opportunity) → lakukan test tambahan kesebelah kiri

pada sektor yang sam sampai anak dapat melewati 3 test

Page 14: Makalah Anak i Tumbang

BILA ANAK LEBIH RELATIF KEMAMPUAN

Pada setiap sektor dilakukan paling sedikit 3 test yang paling dekat

kesebelah kiri garis umur dan test yang ditembus garis umur

Lanjutkan test kekanan dari setiap test yang dalam satu sektor hingga

tercapai 3 gagal

Tiap test dilakukan 3 kali sebelum ditentukan gagal

SKOR YANG DIPAKAI DALAM DDST II

P: Pas/lewat

- Anak melakukan test dengan baik

- Ibu atau pengasuh memberi laporan L, tepat atau dapat dipercaya

bahwa anak dapat melakukan

F: Fail/Gagal

- Anak tidak dapat melakukan test dengan baik.

- Ibu atau pengasuh memberi laporan tepat, bahwa anak tidak dapat

melakukan dengan baik.

NO: No Opportunity/ Tidak ada kesempatan

- Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan test karena ada

hambatan.

R: Refusal/Menolak

- Anak menolak untuk malakukan test.

KODE PENILAIAN

F = Fail (Gagal)

R = Refusal (Menolak)

P = Pass (Lewat)

NO = No Opportunity (tidak ada kesempatan)

Page 15: Makalah Anak i Tumbang

INTERPRETASI DARI NILAI DDST II

A. ADVANCED/PENILAIAN LEBIH

Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia (dilewati pada

<25% anak pada usia yang lebih besar dari anak tersebut).

AGE LINE

B. NORMAL

Melewati, gagal atau menolak pokok yang di potong berdasarkan garis

usia antara persentil ke-25 dan ke-75.

AGE LINE

Apabila anak gagal/menolak tugas pada item disebelah kakan garis

umur

AGE LINE

P

F

R

R

Page 16: Makalah Anak i Tumbang

Apabila anak lulus, gagal/menolak tugas dimana garis umur berada

antara 25%-75% (warna putih).

C. CAUTION /PERINGATAN

Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia di

atas atau di antara persentil ke-75 dan ke-90.

AGE LINE

Apabila anak gagal/menolak tugas pada item dimana pada garis umur

berada diantara 75%-90% (warna kelabu)

d. Kuisioner Resived Pre Screening Developmental (KPSP)

Kuisioner Resived Pre Screening Developmental atau Kuisioner

Pre Skrining Perkembangan (KPSP) adalah revisi dari PDQ yang asli.

Keuntungan dari Kuisioner Resived Pre Screening Developmental (R-

PDQ) meliputi penambahan dan pengaturan bagian-bagian agar menjadi

lebih tepat usia, menyederhanakan penilaian orang tua dan

mempermudah perbandingan dengna norma-norma Denver

Developmental Screening Test (DDST).

R-PDQ adalah pra skrining yang dijawab orang tua yang terdiri

dari 105 pertanyaan dari DDST, meskipun hanya subset pertanyaan yang

diajukan untuk setiap kelompok usia. Pada orang tua yang

pendidikannya kurang, format mungkin perlu dibacakan oleh pemberi

asuhan.

Page 17: Makalah Anak i Tumbang

BAB III

FENOMENA

Kekerasan terhadap Anak di Sekitar Kita

KITA pernah tersentak oleh berita-berita mengenai kekerasan terhadap

anak yang seringkali berada di luar akal sehat. Contohnya awal tahun ini ada

berita seorang ibu membakar dua anak kandungnya sendiri yang masih berusia 3

tahun dan 11 bulan. Si sulung akhirnya meninggal dunia karena luka bakarnya

sangat parah, sedangkan adiknya harus menjalani perawatan cukup lama di rumah

sakit.

Ada pula seorang ibu yang menganiaya anak angkatnya. Bertahun-tahun

barulah kasus tersebut terungkap berkat tetangganya yang curiga sering

mendengar suara tangisan. Ketika ketahuan si anak sudah telanjur mengalami

derita lahir dan batin amat berat. Ada banyak bekas luka di sekujur tubuhnya.

Sebenarnya sangat banyak kasus kekerasan terhadap anak namun tidak terekspos

oleh media massa karena berbagai alasan. Bisa karena kasusnya tidak tragis

sehingga dianggap kurang bernilai sebagai berita, bisa pula akibat sengaja ditutup-

tutupi. Sebuah hasil penelitian menyebutkan 90% pelaku kekerasan terhadap anak

adalah orang dewasa. Bahkan kebanyakan orang terdekat korban, misalnya orang

tua atau wali, kerabat, serta guru.

Kekerasan pada anak bisa berupa kekerasan fisik, psikologis, seksual, dan

ekonomi. Faktor individu si pelaku sering menjadi pendorong atau pemicunya.

Kebanyakan penyebabnya adalah kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis

serta kesulitan ekonomi. Anak-anak kemudian menjadi pelampiasan.

Data Komisi Nasional Perlindungan Anak menyebutkan tahun 2004 ada

544 kasus kekerasan terhadap anak dan 2005 meningkat menjadi 736 kasus.

Jumlah sebenarnya diyakini lebih banyak lagi mengingat banyak yang tidak

dilaporkan atau sengaja dirahasiakan karena dianggap aib baik oleh korban,

keluarga, maupun masyarakat. Sebenarnya cakupan kekerasan terhadap anak

sangat luas. Unicef menyebutkan beberapa fakta yang cukup memprihatinkan.

Page 18: Makalah Anak i Tumbang

Diperkirakan sekitar 60% anak balita Indonesia tidak memiliki akta

kelahiran. Lebih dari 3 juta anak terlibat dalam pekerjaan yang berbahaya. Sekitar

sepertiga pekerja seks komersial berumur kurang dari 18 tahun, sedangkan

40.000-70.000 anak lainnya menjadi korban eksploitasi seksual.

Masih ditambah sekitar 100.000 wanita dan anak-anak diperdagangkan

setiap tahun. Lalu ada sekitar 5.000 anak yang ditahan dan 84% di antaranya

ditempatkan di penjara untuk orang dewasa.

Masalah lain yang tak kalah memprihatinkan adalah pelecehan terhadap

anak, terutama anak-anak dan wanita yang tinggal di daerah konflik atau bekas

bencana. Kekerasan terhadap anak sering terjadi di sekitar kita tetapi barangkali

kita tidak menyadari karena kurang peka, menganggap sebagai hal biasa, atau

bahkan abai.

Kasus itu bisa terjadi dalam keluarga dan sekolah. Contohnya seorang ibu

atau ayah memukuli anaknya dengan alasan untuk mendisiplinkan. Di sekolah

sudah dianggap sebagai kewajaran jika guru menghukum muridnya yang

melakukan kesalahan atau lalai dengan cara berdiri di depan kelas. Bahkan bagi

murid yang dianggap ''nakal'' hukumannya bisa lebih berat, yakni dijemur di

halaman sekolah atau diminta membersihkan kamar mandi. Sepintas hukuman

semacam itu dianggap lumrah, tetapi sebenarnya merupakan tindak kekerasan

juga meskipun kadarnya lebih ringan.

Di lingkungan keluarga kekerasan terhadap anak lebih disebabkan oleh

paradigma keliru orangtua. Mereka beranggapan anak adalah miliknya dan bebas

diperlakukan apa saja. Dalam kadar yang ringan si anak diberi hukuman berupa

pukulan atau tugas lain, serta dilecehkan jika tidak melakukan sesuatu yang

diinginkan. Misalnya karena nilai-nilai rapornya jelek si anak dimarahi dan

mendapat sebutan ''goblog'', ''bloon'', ''idiot'', dan sebagainya. Termasuk kekerasan

kategori agak berat dan berat antara lain diminta bekerja tanpa mengenal waktu

untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Bahkan yang sangat memilukan adalah kenyataan tak sedikit anak-anak

yang semestinya menikmati keriangan dunia bermain bersama temannya dijual

dan dijadikan pekerja seks komersial.

Page 19: Makalah Anak i Tumbang

Di sekolah anak-anak yang kurang pandai atau prestasinya tertinggal dari

temannya serta mendapat cap ''nakal'' sering diperlakukan kurang layak oleh

gurunya.

Ada yang dilecehkan dengan sebutan atau perlakuan yang bersifat

merendahkan dan bagi yang dianggap ''nakal'' memperoleh hukuman. Para orang

tua dan guru yang melakukan kekerasan itu mungkin tidak menyadari tindakannya

bisa berdampak panjang bagi si anak. Pelecehan dan hukuman akan membekas

pada benak si anak dan bisa mempengaruhi perkembangan kejiwaannya.

Agresif

Bagi yang sering dilecehkan kemungkinan besar menjadi pribadi yang

kurang percaya diri, minder, peragu, dan bergantung pada orang lain. Anak yang

kerap menerima tindak kekerasan secara fisik berupa hukuman ketika dewasa bisa

tumbuh menjadi pribadi yang agresif dan suka melakukan kekerasan.

Mereka mendapat contoh kekerasan di masa kecilnya sehingga pola dan

cara hidup mereka akan dijalani dengan kekerasan pula, bukan dialog atau diskusi.

Jika kita masih menganggap anak-anak merupakan generasi masa depan bangsa,

marilah sejak sekarang kita hentikan kekerasan terhadap mereka, baik yang ringan

maupun berat.

Seringan apapun jenis kekerasan yang dilakukan tetaplah sebuah

kekerasan yang bisa berdampak terhadap perkembangan anak-anak kita. Anak-

anak tersebut mempunyai hak disayangi, memperoleh pendidikan yang baik,

dihidupi secara layak, berkreasi, kebebasan, bahkan hak untuk ''nakal''. Butuh

penyadaran pada masyarakat luas untuk menghindarkan tindakan kekerasan fisik,

psikologis, ekonomi, dan sosial terhadap anak.

Kita telah memiliki UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak untuk

menjamin anak-anak di seluruh Tanah Air memperoleh perlakuan yang layak.

Meski harus diakui tidak mudah, perlu dibentuk norma sosial dan budaya baru

yang bersifat melindungi serta menghormati anak-anak. Sekecil apapun tindak

kekerasan terhadap anak harus mendapat perhatian dari masyarakat. Bisa dengan

cara saling mengingatkan atau kalau tidak, melapor ke polisi.

Page 20: Makalah Anak i Tumbang

Penegakan hukum yang buruk sehingga kasus-kasus kekerasan, termasuk

kekerasan pada anak tidak ditangani sebagaimana mestinya harus diperbaiki. Ada

beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk menekan atau bahkan menghilangkan

kasus-kasus kekerasan terhadap anak.

Pertama, menyosialisasikan tindakan-tindakan yang tergolong sebagai

kekerasan terhadap anak beserta peraturan-peraturannya.

Caranya dengan menyebar stiker atau melakukan penyuluhan langsung kepada

masyarakat bekerja sama lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli pada

anak-anak. Dalam konteks ini peran media massa baik cetak maupun elektronik

cukup penting. Liputannya diharapkan tidak hanya mengutamakan nilai berita.

Namun lebih dari itu juga perlu mempertimbangkan misi memerangi

kekerasan terhadap anak, sehingga tidak mengedepankan hal-hal yang tragis atau

bombastis. Hak-hak korban tindak kekerasan mesti dilindungi dan dihormati,

khususnya jika berupa kekerasan seksual kategori berat.

Kedua, memberi dorongan kepada para korban kekerasan untuk

melaporkan kasus yang menimpanya kepada pihak berwajib. Di sinilah LSM-

LSM, media massa, dan kelompok-kelompok masyarakat yang peduli pada anak-

anak memegang peran amat penting. Selain kasusnya dilaporkan, para korban

perlu ditampung, didukung, dan direhabilitasi kondisi fisik serta kejiwaannya.

Bekerja sama dengan pemerintah dan instansi terkait perlu didirikan rumah

penampungan bagi korban kekerasan terhadap anak hingga ke daerah-daerah.

Ketiga, para penegak hukum harus lebih serius menindaklanjuti laporan-

laporan kasus kekerasan terhadap anak hingga tuntas. Bukan hanya pada

kekerasan yang termasuk kategori berat, melainkan juga yang ringan dan mungkin

dianggap sebagai kewajaran oleh sebagian orang.

Para pelakunya diproses dan diberi hukuman yang setimpal. Langkah

tersebut diharapkan menjadi semacam shock theraphy sehingga orang akan

berpikir ulang untuk melakukan.

Memang tidak segampang membalikkan telapak tangan untuk

mewujudkan suatu masyarakat yang mau melindungi dan menghormati anak-

anak.

Page 21: Makalah Anak i Tumbang

Butuh proses dan waktu serta kerja keras karena hal tersebut berhubungan erat

dengan persoalan norma sosial dan budaya yang sudah mengakar kuat di

masyarakat.Empat serangkai, yakni pemerintah-penegak hukum-LSM-media

massa mesti bahu-membahu dan terus bekerja sama untuk mewujudkan itu.

Jika kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan terhadap perempuan

telah memperoleh perhatian selayaknya, kini saatnya kekerasan terhadap anak

juga demikian.

Ke depan, kita menginginkan tidak lagi ada orang tua atau guru

menghukum anak atau muridnya dengan cara apapun walau beralasan untuk

mendisiplinkan, memperbaiki perilaku, dan sebagainya.

Ada cara-cara ''menghukum'' yang lebih mendidik dan manusiawi tanpa

mencederai fisik atau kejiwaan si anak yang bisa berdampak sangat panjang. Bagi

pelaku kekerasan terhadap anak kategori berat, antara lain memperdagangkan,

melacurkan, dan menganiaya hingga luka parah atau bahkan meninggal, tak ada

pilihan lain kecuali dihukum berat.(Bambang Tri Subeno-27)

(Suara Merdeka, 16 Oktober 2006)

Page 22: Makalah Anak i Tumbang

BAB IV

PEMBAHASAN

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena

pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan

berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan

sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan

moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Bahkan ada

sarjana yang mengatakan bahwa ”The child is the father of the man”. Sehingga

setiap kelainan/ penyimpanagn sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi

tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia

kelak kemudian hari.

Masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui

atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa yang menurut WHO sampai usia 18

tahun, sedang menurut Undang-Undang Kesejaheraan Anak RI No 4 Tahun 1979

sampai dengan usia 21 tahun sebelum menikah. Beberapa masalah tumbuh

kembang anak hyang perlu dijadikan acuan dalam pemndeteksian diantaranya:

10% anak akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50% anak akan mencapai

kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai kemampuan lebih kemudian,

90% anak akan sudah harus dapat mencapai kemampuan pada batas usia paling

lambat masih dalam batas normal dan 10% anak dimasukkan dalam katagori

terlambat apabila belum bias mencapai kemampuannya.

Secara umum terdapat beberap ciri anak yang memiliki kelainan dan perlu

pendeteksian diantaranya apabila pada usia 1-1,5 bulan belum bias tersenyum

secara spontan, anak usia lebih 3 bulan masih menggenggam dan belum bersuara,

usia 4-5 bulan belum tengkurap dengan kepala diangkat, pada usia 7-8 bulan

anaka belum bias disusukkan tanpa bantuan, pada usia 12 bula belum bisa

menjepit, pada usia 15 bulan belum berjalan, pada usia 18 bulan anak belum

mampu mengucapkan 4-5 kata, pada usia 2 tahun anak belum bisa menyebut

nama sendiri, pada usia 30 bulan anak belum bisa menggambar, pada usia 3 tahun

Page 23: Makalah Anak i Tumbang

anak belum bisa berpakaian, pada usia 3,5 tahun anak belum bisa mengenal

warna, pada usia 4 tahun anak belum bisa manggambar orang 3 bagian dan pada

usia 4,5 tahun anak belum bisa bercerita maka perilaku di atas perlu dilakukan

pendeteksian untuk mengenal berbagai masalah tumbuh kembang anak.

Begitu banyak fenomena kekerasan pada anak/ balita yang tercatat pada

tahun 2006. kekerasan terhadap anak merupakan salah satu penyebab dari

timbulnya masalah perkembangan anak/ balita. Kekerasan pada anak bisa berupa

kekerasan fisik, psikologis, seksual, dan ekonomi. Kebanyakan penyebabnya

adalah kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis serta kesulitan ekonomi.

Sehingga anak menjadi pelampiasan. Banyak anak dibawah umur yang terlibat

dalam pekerjaan yang berbahaya bahkan pekerja seks komersial yang merupakan

pelecehan terhadap anak.

Di lingkungan keluarga kekerasaan terhadap anak lebih disebabkan oleh

paradigma keliru orang tua, yaitu mereka beranggapan bahwa anak adalah

miliknya dan bebas diperlakukan apa saja. Misalnya memberi hukuman berupa

pukulan atau tugas lain bahkan si anak dimarahi dan mendapat sebutan

”goblok”,”blo’on”, dan sebagainya.

Hal ini berdampak panjang bagi si anak karena bisa mempengaruhi

perkembangan kejiwaannya misalnya anak menjadi pribadi yang kurang percaya

diri, minder, peragu, dan bergantung pada orang lain bahkan ketika dewasa bisa

tumbuh menjadi pribadi yang agresif dan suka melakukan kekerasan. Jadi apapun

jenis kekerasan yang dilakukan tetaplah sebuah kekerasan yang bisa berdampak

terhadap perkembangan anak, padahal anak mempunyai hak disayangi,

memperoleh pendidikan yang baik, dihidupi secara layak, berkreasi, kebebasan

bahkan hak untuk ”nakal” sehingga masalah perkembangan dapat dihindari

Dalam rangka menanggulangi masalah atau gangguan perkembangan

anak, perawat mempunyai tugas yang sangat penting. Dengan pendekatan

interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan keluarga serta

anggota tim kesehatan lainnya. Keluarga adalah mitra perawat, sehingga harus

terbina dengan baik, tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi dari

Page 24: Makalah Anak i Tumbang

keluarga saja, melainkan seluruh rangakaian proses perawatan anak harus

melibatkan keluarga secara aktif (Supartini; 2004).

Untuk membantu mengatasi masalah perkembangan anak, pada saat ini

berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak.

Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit-penyakit yang

potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini

kelainan perkembangna anak sangat berguna, agar diagnosis maupun

pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat

berlangsung seoptimal mungkin (Soetjiningsih; 1995).

Untuk menilai perkembangan anak, pertama yang dapat dilakukan adalah

dengan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan

dalam perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak

dengan DDST (DENVER II), tes IQ dan tes psikologi lainnya. Selain itu juga

dapat dilakukan tes lainnya seperti evaluasi dalam lingkungan anak yaitu interaksi

anak selama ini, evaluasi fungsi penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa, serta

melakukan pemeriksaan fisik lainny, seperti pemeriksaan neurologis, metabolik ,

dan lain-lain.

Dengan melakukan beberapa tes tersebut diharapkan resiko masalah

perkembangan anak dapat terdeteksi lebih dini dan dapat diatasi lebih awal.

Karena Denver II dan tes-tes lainnya mencakup penilaian terhadap personal sosial,

motorik halus, bahasa, dan motorik kasar. Untuk mendukung hal ini, maka

diperlukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan

penunjang lainnya agar diagnosis dapat dibuat, supaya intervensi dan pengobatan

dapat dilakukan sebaik-baiknya.

Dengan kerja sama tenaga kesehatan dan lembaga sosial lainnya

(misalnya, LSM, pemerintah, dan lain-lain) diharapkan gangguan perkembangan

anak, seperti gagal tumbuh, gangguan makan, gangguan tidur, enuresis

fungsional, enkopresis fungsional, gagap, mutisme efekti, gangguan

perkembangan spesifik, autisme, hiperaktif, bahkan sampai gangguan dalam

fungsi fungsional, yaitu retardasi mental dapat dihindari (Hidayat; 2005).

Page 25: Makalah Anak i Tumbang

BAB V

PERAN PERAWAT

dalam UPAYA DETEKSI PERKEMBANGAN BALITA

Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan

anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat anak, yaitu sebagai

pembela (advocacy), pendidik, konselor, koodinator, pembuat keputusan etik,

perencana kesehatan, pembina hubungna terpeutik, pemantau, evaluator, dan

peneliti. Perawat dituntut sebagai pembela bagi anak atau keluarganya pada saat

mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan/

menentukan pilihan, dan meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang

tersedia, pengobatan, dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan

keluarga.

Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan memberi

penyuluhan/ pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara ridak

langsung dengan menolong orang tua/ anak memahami pengobatan dan perawatan

anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup

pengertian dasar tentang penyakit anaknya, perawatan anak selama anak dirawat

di rumah sakit, perawatan lanjut untuk persaiapan pulang ke rumah. Tiga domain

yang dapat diubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah

pengetahuan, ketrampilan, serta sikap keluarga dalam hal kesehatan, khususnya

perawatan anak sakit.

Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis

berupa dukungan / dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat memberi

konseling keperawatan ketika anak dan orang tuanya membutuhkan. Hal inilah

yang membedakan layanan konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara

mendengarkan segala keluhan, melakukan sentuhan, dan hadir secara pisik,

perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua anak tentang

masalah anak dan kelurganya, dan membantu mencarikan alternatif

pemecahannya.

Page 26: Makalah Anak i Tumbang

Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan

kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, dengan tujuan terlaksananya

asuhan yang holistik dan komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk

menjadi koordinator pelayanan kesehatan karena 24 jam berada disamping pasien.

Keluarga adalah mitra perawat. Oleh karena itu kerja sama dengan keluarga juga

harus terbina dengan baik, tidak hanya saat perawat membutuhkan inpormasi dari

kelurga saja, melainkan seluruh rangkain proses perawatan anak harus melibatkan

keluarga secara aktif.

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik

dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada hak

pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal – hal yang merugikan pasien,

dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien.

ditingkat kebijakan. Perawat harus mempunyai suara untuk di dengar oleh para

pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan untuk

meningkatkatkan kesejahteraan anak. Perwat yang paling mengerti tentang

layanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat dapat meyakinkan pemegang

kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan keperawatan yang di

ajukan dapat memberi dmpak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

anak.

Akhirnya sebagai peneliti, perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh

dalam upaya menemukan masalah – masalah keperawatan anak yang harus

diteliti, melaksanakan penelitian langsung, dan menggunakan hasil penelitian

kesehatan / keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan kualitas praktik /

asuhan keperawatan pada anak. Untuk peran ini diperlukan kemampuan berpikir

kritis dalam melihat fenomena yang ada dalam layanan asuhan keperawatan anak

sehari- hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan serta menggunakan

literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang ditemukan. Pada tingkat

kualifikasi tertentu, perawat harus dapat melaksanakan penelitian yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan anak.

Page 27: Makalah Anak i Tumbang

BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Deteksi dini tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan

secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra

sekolah.

Peran perawat dan orang tua maupun petugas kesehatan lainnya

sangatlah penting dalam upaya mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan

anak secara optimal, khususnya apda masa balita.

Penilaian pertumbuhan anak meliputi antropometri, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratirium dan radiologis, tapi yang paling digunakan untuk

menentukan keadaan pertumbuhan adalah antropometri

Untuk mendukung perkembangan anak yang optimal maka dilakukan

tes yang dikenal dengan nama DDST II (Denver II) yang menilai empat

faktor, diantaranya penilaian terhadap personal sosial, motorik halus, bahasa,

dan motorik kasar.

B. Saran

Untuk mengatasi gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada

balita, maka perawat sebaiknya melakukan deteksi dini perkembangan balita.

Page 28: Makalah Anak i Tumbang

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A,Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I Edisi I.

Jakarta: Salemba Medika.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakart: EGC.

Suriadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV.

SAGUNG SETO.

Wong, Dona L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta:

EGC.

(http://edwintohaga.wordpress.com/2008/04//3/deteksi-dini-tumbuh-kembang-

anak-kita/)

(http://suaramerdeka.com)