Upload
senobayurw
View
1.713
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
ANALISIS KEBIJAKAN JAMPERSAL
Oleh :
SENO BAYU R W ( 1091010000-30 )
Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 5 ayat (1)
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Kemudian pada ayat (3) bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Selanjutnya pada pasal 6
ditegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian
derajat kesehatan. Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk
termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan
sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup
tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000kelahiran
hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan
global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka
kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 KH dan angka
kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu, yang terjadi
90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%),
infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%,
emboli 3%, dan lain-lain 11% (SKRT 2001).
Oleh sebab itu di awal tahun 2011, Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan RI
mencanangkan suatu kebijakan yang tertuang dalam program Jaminan Persalinan (Jampersal).
Program ini dibuat guna membantu dalam pencapaian tujuan Pembangunan Kesehatan
Nasional serta Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Salah satu tujuan program
Jampersal ini adalah Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
B. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN, Pada bab ini yang merupakan pendahuluan, terdiri atas latar
belakang masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, Pada bab ini diuraikan mengenai uraian Kebijakan
Jampersal, pengertian Analisis Kebijakan Publik, dan Proses Analisis Kebijakan Publik
menurut William Dunn.
BAB III : ISI ,Pada bab ini menguraikan tentang Analisis Kebijakan Versi Dunn
BAB IV : PENUTUP, Pada bab penutup ini berisikan tentang kesimpulan dari analisis
Kebijakan Jampersal serta saran terhadap kebijakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. JAMPERSAL
Jaminan Persalinan yang disingkat menjadi JAMPERSAL adalah jaminan pembiayaan
pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan
nifas termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. JAMPERSAL
dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada masyarakat untuk mengakses pelayanan
kesehatan dalam hal persalinan. Dan dasar hukum dari jaminan persalinan yaitu Permenkes RI
NO 2562/ MENKES / PER / XII / 2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. 1.
Dalam rangka menurunkan AKI (angka kematian ibu) dan AKB (angka kematian bayi) di
Indonesia maka pada tahun 2011 Kementrian kesehatan meluncurkan kebijakan Jaminan
Persalinan (Jampersal), program Jampersal ini hanya berlaku di sarana pelayanan kesehatan
milik pemerintah seperti puskesmas, pustu dan rumah sakit. Di luar sarana kesehatan milik
pemerintah saat ini belum ada jalinan kerja sama dengan swasta. Pada tahun 2015, diharapkan
angka kematian ibu menurun 102/100.000 KH dan angka kematian bayi menurun 23/1000 KH 2.
Menurut hasil Riskesda 2010, persalinan oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran
miskin baru mencapai sekitar 69,3 % sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Oleh karena itu upaya penurunan AKI dan
AKB tidak dapat lagi dilakukan dengan intervensi biasa, sehingga diperlukan upaya-upaya
terobosan untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan difasilitas kesehatan.
Salah satu faktor yang penting adalah perlunya meningkatkan akses masyarakat terhadap
persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu
hamil yang belum memiliki jaminan persalinan
1 Sosialisasi Jampersal Kemenkes RI 2011, http://www.slideshare.net/DRIrene/buku-saku-jampersal diakses tgl 29/11/12
2 Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000
Sasaran Program JAMPERSAL sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan yakni untuk
menurunkan AKI dan AKB, maka sasaran Jaminan Persalinan dikaitkan dengan pencapaian
tujuan tersebut. Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah:
1) Ibu hamil
2) Ibu bersalin
3) Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan)
4) Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Sasaran yang dimaksud tersebut adalah kelompok sasaran yang berhak mendapat
pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan baik normal maupun
dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses
persalinan.
Pelayanan Jampersal ini meliputi pemeriksaan kehamilan ante natal care (ANC),
pertolongan persalinan, pemeriksaan post natal care (PNC) oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan pemerintah (Puskesmas dan jaringannya), fasilitas kesehatan swasta yang tersedia
fasilitas persalinan (Klinik/Rumah Bersalin, Dokter Praktik, Bidan Praktik) dan yang telah
menanda-tangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas
Kabupaten/Kota. Selain itu, pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan persalinan dengan
penyulit dan komplikasi dilakukan secara berjenjang di Puskesmas dan RS berdasarkan rujukan.
Sumber pendanaan program Jampersal berasal dari dana APBN yang dituangkan dalam
satu DIPA bergabung dengan program Jamkesmas. Jamkesmas dananya untuk tahun 2011 ini
mencapai Rp6,3 triliun, dan dari jumlah itu sebesar Rp1,2 triliun digunakan untuk program
Jampersal.
B. Pengertian Analisis Kebijakan William Dunn.
Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yg dilakukan dalam proses
kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegatan yang
mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan
dan penilaian kebijakan, Sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi
kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual
Disamping itu ada Perumusan Masalah adalah fase di dalam proses pengkajian di mana si
analis yang dihadapkan pada informasi mengenai konsekuensi beberapa kebijakan mengalami
suatu "situasi yang menyulitkan, membingungkan, dimana kesulitan memang tersebar ke seluruh
situasi, yang kesemuanya membentuk suatu keutuhan kesatuan masalah".
Secara diagram Dunn menyusun proses analisis kebijakan secara menarik :
analisis kebijakan mencakup sebuah prosedur yang meliputi:
Pemantauan yang memungkinkan kita untuk menghasilkan informasi tentang sebab-sebab
masalah lalu dan akibat dari kebijakan;
Peramalan yang memungkinkan kita untuk menghasilkan informasi tentang konsekuensi yang
akan datang dari kebijakan;
Evaluasi yang mencakup produksi informasi tentang kegunaan dari kebijakan di masa lalu dan
masa mendatang;
Rekomendasi yang memungkinkan untuk menghasilkan informasi tentang kemungkinan bahwa
serangkaian tindakan yang akan datang akan mendatangkan akibat-akibat yang bernilai.
C. Proses Analisis Kebijakan Publik
Pertama, Merumuskan Masalah. Masalah Kebijakan adalah nilai, kebutuhan, kesempatan
yang belum terpenuhi, yang dapat di identifikasi untuk kemudian diperbaiki atau dicapai melalui
tindakan publik.
Pengertian Masalah Kebijakan menurut William N.Dunn (1994) : “adalah produk pemikiran
yang dibuat pada suatu lingkungan, suatu elemen situasi masalah yang diabstraksikan dari situasi
oleh para analis”. Dengan demikian apa yang kita alami merupakan situasi masalah, bukan
masalah itu sendiri.
Perumusan masalah menyumbangkan pengetahuan yang mempersoalkan asumsi-asumsi
yang mendasari, sehingga definisi masalah, pembuatan kebijakan melalui agenda setting akan
diketemukan :
Asumsi yang tersembunyi;
Mendiagnosa sebab-sebab dan akibat;
Memetakan Tujuan;
Memadukan pemandangan yang bertentangan;
Merancang peluang.
Gambar 1 Prioritas Perumusan Masalah dalam Analisis Kebijakan (Dunn, 2000 : 212)
Pengenalan Masalah
SITUASI MASALAH
SITUASI MASALAH Pementahan
solusiMasalah
Perumusan Masalah
Pementahan solusiMasalah
Masalah Benar ?
Pemecahan Masalah
Pemecahan kembali Masalah
SOLUSI KEBIJAKAN
Masalah Benar ?
TDK
YA
YA
TDK
2) Sifat-Sifat Masalah Kebijakan : (William N. Dunn : 1998 :214-216)
Saling ketergantungan dari Masalah Kebijakan;
Subyektivitas dari Masalah Kebijakan;
Sifat buatan dari Masalah;
Dinamika Masalah Kebijakan
Jenis-jenis masalah : Masalah Sederhana – Masalah Sangat Sederhana – Masalah Rumit.
Teknik Perumusan Masalah :
1) Tahap-Tahap Perumusan Masalah :
Perumusan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses, menurut Dunn (1998 :247-278)
ada empat (4) fase yang saling ketergantungan yaitu Pencarian Masalah (Problem Search) –
Pendefinisian Masalah (Problem Definition) – Spesifikasi Masalah (Problem Specification) dan
– Pengenalan Masalah.
2) Prasyarat Perumusan Masalah :
Adanya pengakuan atau dirasakan keberadaan suatu situasi masalah. Dari situasi masalah
dicari masalahnya, dengan tujuan jangka pendeknya bukan penemuan masalah tunggal tetapi
“Setumpuk Masalah” yang saling terkait. Kumpulan masalah dari semua masalah dianalisis
kedalam tatanan “Pohon Masalah” atau “Fish Bone Model” yang disebut “Meta Masalah”
3) Kesalahan Tipe Ketiga :
Dalam matematika dikenal ada “Kesalahan Tipe Pertama”, yaitu menolak hipotesis nol yang
benar. Kesalahan “Tipe Kedua” yaitu menerima hipotesis nol yang salah. Dan “Kesalahan Tipe
Ketiga” adalah memecahkan masalah yang salah. Kesalahan tipe ketiga ini lebih buruk akibatnya
daripada memecahkan secara salah terhadap “masalah yang benar”. Inilah pentingnya
“Perumusan Masalah”.
4) Metode Perumusan Masalah :
Sebagaimana telah dikemukakan di depan bahwa proses perumusan masalah meliputi Empat
Fase yang saling berhubungan yaitu :
Mengenali Masalah menghasilkan : Situasi Masalah;
Mencari Masalah menghasilkan : Meta Masalah;
Mendefinisikan Masalah : Masalah Publik;
Menspesifikasi Masalah : Masalah Formal (yaitu masalah
yang akan diselesaikan melalui Kebijakan Publik;
Ada beberapa Metode Pemecahan Masalah dilihat dari beberapa perspektif Tujuan;
Prosedur; Sumber Pengetahuan dan Kriteria Kinerja.
Tabel 2 : Metode-metode Perumusan Masalah
Metode Tujuan Prosedur
Sumber
Pengetahuan
Kriteria
Kinerja
Analisis Batas Estimasi Batas
Peta Masalah
Pencarian sampel bola
salju,pencarian masalah dan
penjumlahan
Sistem
Pengetahuan
Ketepatan
Batas
Analisis
Klasifikasi
Kejelasan Konsep Penilaian secara logis dan
klasifikasi penyebab
Analisis
Individual
Konsistensi
Logis
Analisis Hirarki Identifikasi
penyebab , masuk
akal, & dapat
ditindaklanjuti
Pemilahan secara logis dan
klasifikasi penyebab
Analisis
individual atau
kelompok
Konsistensi
Logis
Synecties
(-‘’- Analog)
Pengenalan
kesamaan antar
masalah
Perumusan Analog personal,
langsung dan fantasi
Kelompok Plausibilitas
Perbandingan
Brainstorming Generalisasi ide,
tujuan dan
strategi
PemunculanIde dan Evaluasi Kelompok Konsensus
Analisis
perspektif
berganda
Generalisasi
Wawasan
Penggunaaan secara serentak
perspektif teknis
organisasional dan personal
Kelompok Perbaikan
Wawasan
Analisis asumsi Sintesis kreatif
asumsi-asumsi yg
berlawanan
Identifikasi pelaku,
penampakan asumsi,
mempertentangkannya dan
pengelompokan dan sintesis
Kelompok Konflik
Pemetaan
argumentasi
Penilaian
Asumsi
Penyusunan tingkat dan
penggambaran
Plausibilitas & Urgensi
Kelompok Plausibilitas
dan
Urgensi
Optimal
Kedua, Meramal masa depan kebijakan. peramalan (forecasting) adalah suatu prosedur
untuk membuat informasi faktual tentang situasi sosial masa depan atas dasar informasi yang
telah ada tentang masalah kebijakan.
Ketiga, Rekomendasi aksi-aksi kebijakan. prosedur analisis-kebijakan dari rekomendasi
memungkinkan analis menghasilkan informasi tentang kemungkinan serangkaian aksi dimasa
mendatang untuk menghasilkan konsekuensi yang berharga bagi individu, kelompok, atau
masyarakat seluruhnya. didalamnya terkandung informasi mengenai aksi-aksi kebijakan,
konsekuensi di masa depan setelah melakukan alternatif tindakan, dan selanjutnya ditentukan
alternatif mana yang akan dipilih.
Keempat, Pemantauan hasil kebijakan untuk memberikan informasi mengenai
konsekuensi sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan termasuk
kendalakendalanya.
Dunn membedakan Jenis tindakan kebijakan menjadi dua, yaitu kebijakan regulatif,
adalah tindakan kebijakan yang dirancang untuk menjamin kepatuhan terhadap standar atau
prosedur tertentu, dan kebijakan alokatif, adalah kebijakan mengalokasikan sumber daya tertentu
ke sasaran kelompok kebijakan. Keduanya memberikan akibat yang bersifat distributif ataupun
redistributif.
Kelima, Evaluasi Kinerja kebijakan memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil
dari suatu kebijakan. Secara umum, evaluasi sama dengan penaksiran, pemberian peringkat, dan
penilaian. Secara khusus evaluasi berkaitan dengan produksi informasi mengenai nilai atau
manfaat hasil kebijakan dalam arti satuan nilai.
Kriteria Avaluasi :
BAB III
ISI
A. Perumusan Masalah
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi dan bahkan lebih tinggi dibanding
beberapa negara tetangga. Tentu saja kenyataan ini sangat mengusik semua masyarakat yang
peduli terhadap masih banyaknya kematian ibu yang tidak perlu. Adanya target global
(Millenium Development Goal 5) terkait dengan penurunan kematian ibu semakin menyadarkan
bahwa penanganan kematian ibu saat ini belum maksimal.
Dalam buku “...and then she died. Indonesia Maternal Health Assessment” (World Bank,
2010), di sebut kan bahwa trend angka kematian ibu menunjukkan Indonesia tidak akan dapat
mencapai target MDG5 yaitu menurunkan angka kematian ibu menjadi 102/100.000 kelahiran
hidup. Saat ini, walaupun angka kematian ibu menurun dibanding beberapa dekade yang lalu,
namun masih cukup tinggi yaitu 228/100.000 kelahiran hidup. Ironisnya, pertumbuhan ekonomi
di Indonesia sebenarnya sudah cukup berhasil menjadikan Indonesia menjadi negara
berpendapatan rendah-menengah ( middle - low income countries ). Dibandingkan dengan
negara yang berpendapatan sama atau bahkan lebih rendah, seperti Sri Lanka dan Vietnam,
Indonesia mempunyai indikator kesehatan masyarakat yang lebih rendah3.
Agenda penurunan dimulai dengan diberikannya perhatian yang besar di tahun 1988 oleh
Presiden Soeharto sehingga masuk dalam salah satu rencana pembangunan nasional. Upaya
tersebut diawali dengan rekrutmen bidan di desa untuk meningkatkan akses terhadap petugas
kesehatan terlatih ditiap desa. Pertengahan tahun 1990an dimulai program nasional Gerakan
Sayang Ibu yang bertujuan untuk mempromosikan kesehatan ibu. Fokus yang telah diawali
dengan baik kurang ditindaklanjuti setelah adanya reformasi dan desentralisasi .Program making
pregnancy safer, white ribbon alliance movement, Jamkesmas dan Jampersal belum mampu
menekan laju kematian ibu di Indonesia.
3 Policy Brief : Ironi Kemajuan Ekonomi Indonesia, Tingkat kematian ibu dan bayi masih tinggi (No 8 Agustus 2010 Oleh dr. Ova Emelia Pusat MPK FK UGM)
Kepala Dinkes Asep Misbah Alfalah menjelaskan, masih sedikitnya warga yang
menggunakan jampersal kemungkinan ada beberapa faktor. Pertama bisa jadi tidak tahu, tidak
memenuhi syarat, atau bisa jadi sudah memiliki asuransi lainnya. Karena jampersal ini diberikan
kepada yang belum memiliki asuransi.
"Persyaratan yang bisa ditanggung oleh program jampersal kan harus mempunyai KK,
KTP, buku kesehatan ibu, dan bukti pemeriksaan dari bidan. Jika diantara persyaratan itu tidak
ada maka tidak bisa dilayani dalam jampersal," terang Asep.
Ia juga mengatakan, dari data 2008-2010, warga Kota Serang yang melakukan persalinan
ke bidan itu baru 60 persen, sisanya ke dukun beranak (paraji). Kemudian program jampersal ini
baru dimulai 2011. "Kalau untuk sosialisasi kita sudah lakukan, bahkan lewat media massa,
selama 2011 untuk pengguna jampersal sekitar 411 orang," katanya.
Berdasarkan data Riskesdas (2007), tempat persalinan di Propinsi X adalah sebagai berikut:
Dari sisi kemampuan ekonomi, Indonesia memiliki variasi kemampuan yang sangat
lebar. Ada daerah dengan kekuatan ekonomi yang sangat kuat, namun ada juga daerah yang
sangat terbelakang. Situasi ini menyebabkan terjadinya penumpukan dokter pada daerah tertentu
dan kekurangan tenaga dokter pada daerah yang lainnya. Pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan untuk mengatasi masalah distribusi tenaga dokter.
Bahkan dalam program prioritas Kementrian Kesehatan RI tahun 2010, penempatan
tenaga dokter, dan juga tenaga kesehatan lainnya, menjadi agenda utama. Pendekatan kebijakan
tersebut adalah pendekatan geografis dan pendekatan motivasional. Daerah yang menjadi
prioritas adalah daerah dengan kondisi geografis tertentu, seperti daerah kepulauan, terpencil, per
bat asan, dan kepul auan ( DTPK) .
SITUASI MASALAH META MASALAH MASALAH SUBSTANSIF MASALAH FORMAL
Angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi
masih tinggi, jauh dari
target MDG's 5
1. Pengetahuan Rendah
2. Pendapatan Rendah
3. Minim Jumlah Pelayanan
Medis
4. Akses ke Pelayanan
Kesehatan Sulit
Dijangkau
5. Banyaknya Pernikahan
dini
6. Ibu hamil kurang gizi
7. Tenaga Medis terbatas
8. Sosialisasi program
kurang
9. Kepercayaan terhadap
Paraji
10.Kurangnya perhatian
1. Pusat Pelayanan
Kesehatan terbatas
2. Tenaga Medis kurang dan
minim keterampilan
3. Sulit akses ke Pelayanan
medis
4. Pengetahuan ibu rendah
5. Kemiskinan
6. Belum tersosialisasikan
program
1. Fasilitas dan
infrastruktur yang
belum memadai atau
belum berfungsi baik
2. SDM yang terkait
dengan pelayanan KIA
belum merata
distribusinya
3. Akses yang bel um
merata karena
pemetaan fasilitas
kesehatan berdasar
kondisi geografis
setempat belum baik4
4. Sosialisasi Program
dari dinkes belum
sampai ke pelosok5
4 Policy Brief : Ironi Kemajuan Ekonomi Indonesia, Tingkat kematian ibu dan bayi masih tinggi (No 8 Agustus 2010 Oleh dr. Ova Emelia Pusat MPK FK UGM)
keluarga
11.Penyakit Degeneratif Ibu
Hamil
12.Mutu Pelayanan rendah
& Kelalaian Medis
13.Kejadian tak
terduga/kecelakaan
B. Peramalan Kebijakan ( Forecasting )
Past Present Future
Potensial Plausiable Normatif Normatif Potensial Plausiable
Tiap daerah Masyarakat Terjadi penurunan Tercapainya Program Jamkesmas
5 Kemenkes Nafiah Mboi, http://www.antaranews.com/berita/343093/penyebab-tingginya-angka-kematian-ibu-dan-bayi diakses tgl 29/11/12
mampu
menjalankan
Program
Jampersal
teredukasi
tentang
Jampersal
dan
persyaratanya
signifikan AKI dan
AKB dan tercapai
target MDG's
sebelum 2015
Tujuan
MDG's 5
Jampersal
dimanfaatkan
secara
maksimal oleh
masyarakat
menjadi pionir
program
peningkatan
derajat
kesehatan
masyarakat
Pelayanan KIA
dijalankan
Program
Jampersal
Diterima di
seluruh
daerah
Akses,
Pelayanan dan
Fasilitas
penunjang
Jampersal
standar mutu
KIA di Indonesia
terjamin
Edukasi
tentang
pernikahan
dan keluarga
berncana di
masyarakat
Meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
C. Rekomendasi Kebijakan
Menjawab 4 pertanyaan Advokasi :
1. Actionable ? Tentu Jampersal masih tetap harus dijalankan, karna sangat membantu
masyarakat khususnya kelompok menengah kebawah untuk menjangkau fasilitas
kesehatan KIA dan mengurangi akngka kejadian AKI AKB. Keberlangsungan program
hanya perlu lebih di awasi, dan di sosialisasikan ke daerah daerah, pelkasanaanya juga
harus melibatkan tenaga kesehatan yang berkompeten dan meiliki nilai Humanity.
2. Prospektif ? Program ini masih memberi harapan menurunkan isu kesehatan KIA,
kedepanya bila semua daerah sudah melaknsanakanya Angka kejadian dapat dipastikan
mencapai MDG’s dan tentu menaikan derajat kesehatan masyarakat.
3. Bermuatan Nilai ? Program ini sosialis humanis, keberadaanya sangat membantu ibu
hamil untuk dipantau kesehatan selama hamil dan nifas. Tenaga kesehatan pun juga
dituntut memiliki empati tinggi dalam melayani, Jemput bola dan sosialisasi ke
masyarakat penting untuk digencarkan.
4. Etik ? Aturan yang dijalani program ini tertuang dasar hukum dari jaminan persalinan
yaitu Permenkes RI NO 2562/ MENKES / PER / XII / 2011 tentang Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan. Program ini juga dekat dengan kegiatan BKKBN dalam pelaksanaan
KIA, dan juga aturan Tenaga Kesehatan distribusi dan retribusi nya sudah jelas. Tinggal
sedikit lagi pekerjaan yang harus diperhatikan pemetaan geografis wilayah prioritas di
daerah terpencil dan perbatasan yang diutamakan.
D. Pemantauan dan Monitoring hasil Kebijakan
Hasil kebijakan dibedakan antara Output, yaitu produk layanan yang diterima kelompok
sasaran, dan impact yaitu perubahan perilaku nyata pada kelompok sasaran kebijakan. Dalam
pemantauan dilakuakan beberapa pendekatan salah satunya Eksperimentasi Sosial, yaitu
pernyataan Informasi baru bersifat kuantitatif.
Grafik Kondisi, AKN, AKB dan AKBAL sejak 1991 s/d 2007 dan harapan pencapaian padatahun 2014.Keterangan:
Garis merah=AKN, garis biru=AKB, garis hijau=AKBAL
Kondisi Angka Kematian Ibu di Indonesia
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI
2007), AngkaKematian Ibu di Indonesia sebesar 228 kematian/ 100.000 kelahiran
hidup. Target yang ingindicapai sesuai tujuan pada tahun 2015 AKI turun menjadi 102
kematian/100.000kelahiran hidup.
Grafik Kondisi AKI sejak tahun 1985 s/d 2007 dan target MDG ke-5.Sumber: Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 1991 s/d 2007
Angka kematian bayi Indonesia telah mengalami penurunan yang signifikan dalam upaya
penurunan kematian bayi dalam beberapa dekade terakhir. Pada 1960, Angka Kematian Bayi
(AKB) Indonesia adalah 128 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini turun menjadi 68 per 1.000
kelahiran hidup pada 1989, 57 pada 1992 dan 46 pada 1995. Pada dekade 1990-an, rata-rata
penurunan 5% per tahun, sedikit lebih tinggi daripada dekade 1980-an sebesar 4% per tahun
( SDKI 1991, 1994 dan 1997 ). Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat
kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara
anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan
1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (GOI-UNICEF, 2000).
E. Evaluasi Kinerja Kebijakan
Kriteria Hasil
Efektifitas Belum tercapai, AKI dan AKB masih tinggi
Efisiensi Belum baik, SDM dan Fasilitas terbatas
Kecukupan Masih jauh dari target MDG’s 5
Perataan ( Equity ) Belum merata, adanya Desentralisasi dan kepentingan Politik
Responsivitas Belum tercukupi, hasil kebijakan sampai 2015
Ketepatan Sementara mengurangi Angka kejadian meskipun jauh dari target
Perbedaan yang dibuat dari Jampersal adalah kemudahan akses layanan persalinan dan
pasca nifas, keringanan beban biaya dan peningkatan presentase kemungkinan kelahirah secara
selamat. Walaupun kendala yang dialami program ini Multi sektor, Jampersal masih menjadi
harapan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.
BAB IV
Penutup
Kebijakan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan maksud untuk mempermudah akses
ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan ANC dan pertolongan persalinan yang higienis oleh
tenaga kesehatan yang terlatih baik persalinan normal maupun dengan penyulit.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi hambatan biaya persalinan yang sering rmenjadi
masalah pada kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Jaminan
persalinan sesungguhnya merupakan perluasan kepesertaan dan manfaat Jamkesmas kepada ibu
hamil, bersalin dan ibu dalam masa nifas yang belum mempunyai jaminan persalinan.
Target MDGs menetapkan pada 2015 AKI tersebut harus ditekan hingga mencapai 102.
Sedangkan target RPJMN 2014, AKI ditargetkan 118 per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan
angka kematian bayi (AKB) akan diturunkan dari 34 per 1000 kelahirana hidup menjadi kurang
dari 15 (RPJMN) dan 23 (MDGs). Prevalensi Kekurangan gizi dari 16,4 persen menjadi kurang
dari 15 persen (RPJMN) dan 16,5 persen (MDGs). Sementara umur harapan hidup akan
dinaikkan dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun (RPJMN). Bila Jampersal dapat melayani seluruh
persalinan di Indonesia, diharapkan kematian ibu saat melahirkan akan tertanggulangi, sehingga
angkanya menurun drastis.
Kesimpulan :
Program Jamkesmas memiliki peran mengurangi AKI dan AKB, kendala yang dihadapi
adalah akses, sosialisasi dan infrstruksur pelayanan dan fasilitas. Meski jauh dari target MDG’s 5
program Jampersal masih menjadi harapan meningkatkan derajat kesehatan Masyarakat dan
dapat terus dilanjutkan dengan pengoptimalisasian kegiatan di seluruh wilayah Indonesia.
Saran : Revitalisasi pelayanan kesehatan KIA dengan membentuk tim penanggung jawab
multisektor yang dibentuk pemda.
Sebaiknya ada badan independen di seluruh wilayah Indonesia untuk monitoring dan evaluasi kebijakan BOK dan Jamkesmas
Menggalakkan kerjasama dengan BKKBN untuk pencegahan kehamilan,sehingga akan menekan kehamilan yang tidak dikehendaki
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun Gajah Mada University Pres. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik 2.
Jogja : UGM PRESS
Dr. Riant Nugroho. 2012. Public Policy- Dinamika Analisis dan Management. Jakarta :
Kompas Gramedia
http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/ , Policy Brief, Pengantar Analisis Kebijakan,
Diskusi Jampersal
http://healthpolicys2ugm.wordpress.com/ Analisis Masalah Kebijakan Kesehatan
Indonesia
http://jabar.bkkbn.go.id/IndexArtikel.aspx , Artikel JAMKESMAS oleh Ir. EUIS
KOMARIAH, M.T (PKB Kab. Bandung)
http://www.antaranews.com/berita/327791/dengan-jampersal-kurangi-risiko-kematian-ibu
RISKESDAS 2007