33
Anjak piutang | 1 1 | kelompok 6 ( Ekis-D/ IV) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada umunya dalam transaksi jual beli untuk penyerahan dan pembayaran atas barang yang dibeli terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini berarti modal kerja atau modal usaha si penjual cepat diperolehnya kembali dan cepat dipakai untuk perputaran bisnis selanjutnya. Namun hal ini tidak jarang pelaksanaan pembayaran dari pembeli itu baru dapat ditunaikan berdsarkan kesepakatan di antara mereka dalam tenggang waktu tertentu, misalnya sekitar dua sampai empat minggu kemudian. Kondisi sebelum dilaksanakan pembayaran dari pembeli tersebut akan melahirkan konsekuensi timbulnya hak tagih dari pihak penjual sehingga keadaan ini disebut masa penagihan (collection period). Hak tagih atasa piutang ini dalam ekonomi dikenal sebagai piutang dagang. Lamanya masa penagihan atau tenggang waktu didalam pelaksanan pembayaran dan besarnya piutang dagang yang terjadi akan mengurangi kemampuan penjual mengembangkan omzet, yaitu jumlah total penjualan. Disisi pembeli saat menerima barang atau jasa yang dibeli, maka dia berkewajiban untuk segera memberikan pembayaran dalam tenggang waktu tertentu yang telah disepakati. Tapi terkadang pembeli tidak mampu membayar hutangnya tersebut sampai waktu tenggang berakhir, dan hal itu berarti penjual harus memberikan waktu tempo lebih lama lagi dan hal ini sulit dilakukan oleh penjual karena akan semakin membut jumlah total penjualan berkurang. Untuk mengatasi masalah diatas maka diperlukan suatu fasilitas keuangan dengan tujuan membiayai piutang dagang. Lembaga hukum yang mewadahi pengikatan fasilitas piutang dagang ini dalam praktik tidaklah seragam, dan salah satunya itu adalah lembaga factoring atau dalam bahasa indonesia dikenal dengan anjak piutang. Sedangkan dalam syariah islam dikenal dengan sebutan hawalah. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anjak piutang dalam konvesional dan juga dalam pandangan islam, agar kita bisa mengetahui hukum ataupun konsep anjak piutang baik dalam secara konvesional maupun syariah.

Makalah Anjak Piutang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah anjak piutang by [email protected]

Citation preview

Page 1: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 1

1 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada umunya dalam transaksi jual beli untuk penyerahan dan pembayaran atas barang yang

dibeli terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini berarti modal kerja atau modal usaha si penjual

cepat diperolehnya kembali dan cepat dipakai untuk perputaran bisnis selanjutnya. Namun hal ini

tidak jarang pelaksanaan pembayaran dari pembeli itu baru dapat ditunaikan berdsarkan

kesepakatan di antara mereka dalam tenggang waktu tertentu, misalnya sekitar dua sampai empat

minggu kemudian. Kondisi sebelum dilaksanakan pembayaran dari pembeli tersebut akan

melahirkan konsekuensi timbulnya hak tagih dari pihak penjual sehingga keadaan ini disebut

masa penagihan (collection period). Hak tagih atasa piutang ini dalam ekonomi dikenal sebagai

piutang dagang.

Lamanya masa penagihan atau tenggang waktu didalam pelaksanan pembayaran dan besarnya

piutang dagang yang terjadi akan mengurangi kemampuan penjual mengembangkan omzet, yaitu

jumlah total penjualan. Disisi pembeli saat menerima barang atau jasa yang dibeli, maka dia

berkewajiban untuk segera memberikan pembayaran dalam tenggang waktu tertentu yang telah

disepakati. Tapi terkadang pembeli tidak mampu membayar hutangnya tersebut sampai waktu

tenggang berakhir, dan hal itu berarti penjual harus memberikan waktu tempo lebih lama lagi

dan hal ini sulit dilakukan oleh penjual karena akan semakin membut jumlah total penjualan

berkurang.

Untuk mengatasi masalah diatas maka diperlukan suatu fasilitas keuangan dengan tujuan

membiayai piutang dagang. Lembaga hukum yang mewadahi pengikatan fasilitas piutang

dagang ini dalam praktik tidaklah seragam, dan salah satunya itu adalah lembaga factoring atau

dalam bahasa indonesia dikenal dengan anjak piutang. Sedangkan dalam syariah islam dikenal

dengan sebutan hawalah.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anjak piutang dalam konvesional dan juga dalam

pandangan islam, agar kita bisa mengetahui hukum ataupun konsep anjak piutang baik dalam

secara konvesional maupun syariah.

Page 2: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 2

2 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

1.2 Rumusan masala

Apa arti dari anjak piutang atau hawalah baik dalam sistem konvesioanl maupun syariah dan

seperti apa macamnya dan juga para pelaku dari anjak piutang terebut dan perbedaan antara

anjak piutang versi konvesional dan hawalah versi syariah itu seperti apa ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui sistem anjak piutang atau hawalah baik dalam sistem konvesioanl

maupun syariah dan seperti apa macamnya dan juga para pelaku dari anjak piutang terebut

dan perbedaan antara anjak piutang versi konvesional dan hawalah versi syariah itu seperti

apa.

Page 3: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 3

3 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah

Sejarah anjak piutang ini telah dikenal luas di dunia internasional, terutama

didaratan Inggris dan Amerika Serikat. Pertama kali sebutan “Factoring” sudah dikenal

sejak 2000 tahun lalu dipergunakan di Mesopotamia dalam bentuk yang sangat

sederhana, yakni pihak faktor biasanya bertindak sebagai agen penjual yang sekaligus

sebagai agen pemberi perlindungan kredit yangkemudian lazim dikenal sebagai

“general factoring”. Hal ini kemudian berkembang pesat didaratan Inggris yang banyak

membantu para pedagang di playmount (Amerika) untuk mengageni penjualan mereka

di daratan Eropa, juga untuk membeli barang-barang dagangan dari Inggris untuk di

impor ke Amerika. Pada abad 19, lembaga factoring ini telah meninggalkan sifat

keagenannya dan mulai beralih dan berkonsentrasi pada pengelolaan kredit bagi

kliennya, yaitu menjamin kredit, melakukan penagihan, dan penyediaan dana. Bentuk

inilah merupakan Embrio bisnis anjak piutang moderen yang dikenal saat ini dan

karenanya tidak heran system hukum yang digunakan berasal dari system Common

law.1

2.2 Pengertian anjak piutang secara konvesional

Anjak piutang dapat didefinisikan sebagai kontrak dimana perusahaan anjak

piutangn menyediakan jasa-jasa sekurang-kurangnya antara lain: jasa pembiayaan, jasa

pembukaan (maintenance of account), jasa penagihan piutang, dan jasa perlindungan,

terhadap risiko, untuk itulah klien berkewajiban kepada perusahaan anjak piutang

secara terus-menerus menjual atau meminjamkan piutang yang berasal dari penjualan

barang-barang atau pemberian jasa-jasa.

Menurut Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1998 tanggal 20 Desember

1998, perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan dalam bentuk pemebelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang

1 Rinus Pantouw, Hak Tagih factor Atas Piutang Dagang (cet. 1;Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006).,h. 5

Page 4: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 4

4 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan. Pengertian lain, anjak piutang maupun

promes atas dasar diskonto dari klien dengan syarat recourse sehingga hak penagihan

beralih kepada perusahaan anjak piutang.

Menurut keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lemabaga Keuangan

Departemen Keuangan (Bapepam-LK) Nomor: PER-03/BL/2007, pengertian anjak

piutang (factoring) adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek suatu

perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah

(pasal 1 angka 1). Anjak piutang merupakan pengalihan piutang yang dilakukan

berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah, yaitu pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al-

muwakkil) kepada pihak lain (al-wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan

pemberian keuntungan (ujrah)(pasal 8 ayat 3).2

Pengertian factoring atau anjak piutang di Indonesia yang merupakan hasil

adopsi dari common law system, juga dijumpai dalam referensi formal isi kamus bank

Indonesia, yaitu pengertian anjak piutang adalah “ kegiatan pembiayaan dalam bentuk

pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek

suatu perusahaan atau transaksi perdagangan dalam atau luar negeri, sedangkan

perusahaan yang melakukan anjak piutang disebut penganjak piutang (factoring)” dan

pengertian penganjak piutang adalah “pihak yangkegiatannya membeli piutang pihak

lain dengan menanggung risiko tak terbayarnya utang (factor)”.3

A. Dasar hukum

Aturan hukum yang ada di Indonesia mengenai hal ini hanyalah diketemukan di

dalam keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20

Desembber 1988 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 93 tahun 1988 jis.

Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 448/KMK.01/2000, jis. Surat Keputusan

Menteri Keuangan Nomor: 172/KMK.06/2002 mengatur mengenai perusahaan

pembiayaan, sehingga aturan anjak piutang hanyalah diketemukan sebagai salah satu

bagian didalam hukum administrasi yang mengatur keberadaan jenis-jenis kegiatan

2 Burhanuddin. S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah(cet 1;Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 193-194.

3 Rinus Pantouw, op. Cit., h. 7-8.

Page 5: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 5

5 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

perusahaan pembiayaan. Dengan demikian terlihat pengaturan hukum di bidang

lembaga anjak piutang itu terlihat masih sangat sederhana dan belum lengkap.

Pengertian yang ada mengenai anjak piutang atau factoring masih dalam bentuk

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 jis. No.

448/KMK.017/2000 tanggal 27 oktober 2000 pada pasal 1 huruf e adalah “ kegiatan

pembiayaan dalam bentuk pembelian dan /atau pengalihan serta pengurusan piutang

atau tagihanjangka pendek suatu perusahaan dari tramnsaksi perdagangan dalam atau

luar negeri”.

Selanjutnya pengertian anjak piutang dipertegas dengan ketentuan surat Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002 yang menyatakan anjak piutang dalam

bentuk:

1. Pembelian dan/atau pengalihan;serta

2. Pengurusan atas piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi

perdagangan dalam atau luar negeri.

Ketentuan tersebut ditujukan kepada lembaga pembiayaan yang boleh

menggunakan boleh menggunakan usaha anjak piutang ini berdasarkan keputusan

presiden No. 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 pada pasal 3 Ayat 1, yaitu

jenis kegiatan pembiayaan ini dapat dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, lembaga

keuangan bukan bank dan bank

B. Perkembangan anjak piutang

Pada dasarnya kegiatan usaha anjak piutang merupakan bidang usaha yang relatif

baru di indonesia. Eksistensinya dimulai sejak adanya paket kebijaksanaan 20

Desenber 1998 atau pakdes 20, 1998 sesuai dengan Keppres No. 61 Tahun 1998 dan

Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1998 tanggal 20 Desember 1998 dimana jumlah

modal disetor atau simpanan pokok dan wajib ditetapkan sebagai berikut:

1. Perusahaan swasta nasional sebesar Rp 2 miliar

2. Perusahaan patungan Indonesia-Asing sebesar Rp 8 miliar

3. Koperasi sebesar Rp 2 miliar

Page 6: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 6

6 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

C. Manfaat anjak piutang

Anjak piutang bagi perusahaan yang memproduksi barang dan jasa akan

memberikan manfaat dalam melancarkan usaha terutama dalam hal:

1. Membantu administrasi penjualan dan penagihan (sales ledgering and collection

service)

2. Membantu beban risiko (credit insurance)

3. Memperbaiki sistem penagihan

4. Membantu memperlancar modal kerja

5. Meningkatkan kepercayaan

6. Kesempatan untuk mengembangkan usaha

D. Para pihak dalam factoring

Dari definisi diatas dapat diuraikarn, bahwa para pihak yang terlibat dalam

perjanjian anjak piutang (factoring) adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan anjak piutang atau faktor adalah perusahaan atau pihak yang

menawarkan jasa anjak piutang atau merupakan badan usaha yang melakukan

kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta

pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari suatu perusahaan.

2. Klien atau supplier adalah oihak yang menggunakan jasa perusahaan anjak

piutang atau merupakan pihak yang berhutang kepada klien,sehingga piutang

tersebut oleh klien akan dijual atau dialihkan kepada factoring.

3. Nasabah atau customer atau debitur adalah pihak yang mengadakan transaksi

dengan klien atau pihak tertarik yang wajib membayar utang dagangnya yang

telah dialihkan oleh klien kepada pihak factor pada saat jatuh temponya.

E. Objek factoring

Kemudian objek kegiatan dalam perjanjian factoring adalah berupa pengalihan

piutang. Bentuk piutang tersebut merupakan tagihan jangka pendek berasal dari

transaksi perdagangan yang dilakukan tidak secara tunai. Menurut munir fuady,

piutang dalam perjanjian factoring pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Page 7: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 7

7 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Piutang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan pada faktur-faktur dari

perusahaan yang belum jatuh tempo.

Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo.

Piutang yang timbul dari proses pengiriman barang.

F. Dua Pokok Produk Anjak Piutang

Produk dan jasa anjak piutang yang dapat diberikan kepada klien minimal dapat dibedakan

menjadi dua bagian pokok yang mendasar. Hal ini sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 172/KMK.06/2002 Tentang perubahan atas perubahan Menteri

Keuangan Nomor 448/KMK. 017/2000 tentang perusahaan pembiayaan, yaitu:

1. ANJAK PIUTANG NON-FINANCING

Pengertian jasa anjak piutang non-financing berdasarkan peraturan pemerintah yang

berlaku adalah penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang usaha klien. Jasa anjak

piutang ini meliputi jasa credit management, sehingga klien tidak perlu menyelenggarakan

pembukuan/pencatatan atas tagihannya, karena perannya tersebut sudah diambil alih oleh factor,

dimana factor akan memberikan laporan secara berkala mengenai hal-hal berikut:

a. Bonafiditas para customer

b. Laporan posisi piutang dagang klien termasuk tanggal jatuh temponya yang sangat

berguna bagi klien dalam merencanakan penjualan kredit untuk periode berikutnya.

c. Account Statement kepada customer, bagi customer statement of account yang diterima

dari factor membantu yang bersangkutan untuk melakukan rekonsiliasi atas pembayaran-

pembayaran yang telah dilaksakannya dan untuk mengetahui posisi piutang pertanggal

laporan berikut jatuh temponya.

d. Apabila customer gagak membayar pada waktunya, factor secara aktif melakukan

penagihal sesuai prosedur yang berlaku dengan sebaik-baiknya, tanpa merusak hubungan

baik antara customer dan client. Dalam non recourse factoring, factor menjamin

pembayaran yang beratalian, namun hanya terbatas pada insolvery saja (nondisputes).

Dalam hal terjadi perselisihan dagang antara customer dan client, factor tidak menjamin

pembayarannya, resiko bad debt tetap ditanggung oleh client.

Page 8: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 8

8 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Adapun jasa yang dapat diberikan dalam anjak piutang non-financing ini meliputi jasa-jasa

sebagai berikut:

1. Credit Investigation

Factor sebelum memutuskan untuk memberikan pembiayaan atas suatu tagihan, harus

terlebih dahulu mengetahui secara akurat tentang bonafiditas buyer, reputase dan mainline of

bussines dari buyer, dan lain-lain yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan

dibayarnya piutang.

2. Sales Ledger Administration

Jasa yang diberikan oleh factor kepada client dalam bentuk administration pembukuan atas

penjualan yang dilakukan secara kredit, dapat mingguan, dua mingguan, bulanan atau yang

lainnya disesuaikan dengan kebutuhan client.

3. Credit control termasuk Collection

Factor dapat melakukan aktivitas pembiayan juga memantau transaksi-trasaksi penjualan

yang dilakukan oleh client dengan baik, termasuk menetapkan prosedur penagihan agar

piutang yang dijaminkan dapat diterima pada waktunya, ini sangat diperlikan bagi transaksi

gadang yang berkesinambungan.

4. Protection again st Credit Risk

Dalam jasa ini factor juga mengusahakan cara-cara untuk mengamankan resiko tidak

tertagihnya suatu piutang yang telah dibiayai oleh factor.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan jasa anjak

piutang non-financing ini, factor berperan sebagai credit department dari perusahaan

clientnya. Client tidak perlu mempunyai credit department sendiri dalam organisasi

perusahaannya, karena fungsi credit deartement telah diambil oleh factor.

Perkembangan jasa anjak piutang non-financing di Indonesia saat ini belum berkembang

dengan baik dibandingkan dengan kegiatan anjak piutang financing. Berdasarkan

pengamatan kami, terdapat beberapa sebab yang mengakibatkan kurang berkembangnya

usaha anjak piutang non-financing, yaitu:

Page 9: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 9

9 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

1) Masih terdapat misinformasi tentang keberadaan anjak piutang dalam masyarakat

bahwa anjak piutang hanya bersifat financing saja.

2) Takut rahasiapenjualan perusahaan terbongkar.

3) Kekhawatiran client akan dibocorkannya data-data penjualan perusahaan kepada

pesaingnya.

4) Tingkat keterbukaan client/perusahaan masih rendah.

5) Memelihara hubungan baik antara customer.

2. ANJAK PIUTANG FINANCING

Anjak piutang Financing berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku disebutkan

sebagai kegiatan pembelian atau pengalihan piutang jangka pendek dari transaksi perdagangan

dalam atau luar negeri. Pengertian ini memberikan latar belakang bahwa aktivitas pembiayaan

terjadi dalam transaksi anjak piutang. Seperti yang kita ketahui bersama, piutang dagang selalu

diklasifikasakan sebagai liquid atau Quick asset dalam laporan keuangan perusahaan. Sistem

klarisifikasi ini baru dapat dinyatakan benar apabila piutang/tagihan berlaku sampai dengan jatuh

temponya, setelah lewat jatuh waktu tersebut, piutang dagang tidak dapat dikategorikan sebagai

liquid asset, karena telah berubah menjadi bad debts.

Melalui transaksi pembiayaan anjak piutang dengan factor, dimana factor dapat memberikan

pre-financing sampai dengan 80% atau bahkan sampai dengan 90% dari jumlah piutang dagang

segera setelah penyerahan bukti transaksi dapat dilakukan atas dasar Recourse financing, dimana

resiko bad debts tetap pada client, atau factoring Without Recourse, dimana perusahaan factor

mengambil alih resiko bad debts. Jadi client dapat memutar kembali Instant Cash yang diperoleh

dengan meningkatkan omset penjualan dan memanfaatkan potongan harga tertentu yang

diberikan leh supplier dengan membeli bahan baku dan lain-lain secara tunai. Trasaksi factoring

dikaitkan dengan volume penjualan. Dengan meningkatkan penjualan, kredit limitpun dapat

dinaikkan pula. Praktis tidak ada batas transaksi Factoring, sehingga kredit limit dapat diartikan

sebagai fungsi penjualan.

Untuk menambah pengertian anjak piutang financing, Gatot Wardoyo, mengemukakan

bahwa jasa anjak piutang financing dalam hukum Indonesia mengandung 2 aspek penting yaitu:

Page 10: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 10

10 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

1. Transaksi Penjualan Tagihan

Tagihan yang dijual, dialihkan kepada factor walaupun pembayaran belum 100% atau

belum lunas, dalam prakteknya customer cukup diberi tahu atas pengalihan tersebut dan

diminta untuk melakukan pembayaran kepada factor.

2. Transaksi Pemberian piutang

Pembayaran dimuka oleh factor kepada clien dianggap sebagai pinjaman, sedangkan

tagihan yang diterima oleh factor dari client diberlakukan sebagai jaminan

Penjelasan ini menambah pengertian kepada kita bahwa aktifitas anjak piutang yang

bersifat financing, dapat diterima dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku

di Indonesia.

Dalam melakukan transaksi anjak piutang, terutama anjak piutang financing, tidak semua

transaksi dagang dapat dibiayai oleh factor. Factor biasanya memberikan transaksi dagang secara

terbuka (open account) yang bersifat sederhana, berkesinambungan, dan bersifat angsung antara

client dan customer, sehingga factor dapat meakukan hal-hal sebagai berikut atas piutang dagang

yang berasal dari penjualan barang dan jasa:

1. Pembelian piutang dagang untuk diuangkan secara seketika.

2. Mengusahakan pembukuan dan administrasi penjualan yang berhubungan dengan piutang

dagang.

3. Menagih piutang yang dialihkan.

4. menanggung kerugian yang mungkin timbul akibat tidak dibayarnya piutang dagang

(nonrecourse)

G. Mekanisme factoring

Maksud mekanisme factoring adalah meliputi proses bagaimana cara

penawaran piutang, beralihnya piutang, hingga pelunasannya.adapun mekanisme

factoring secara lebih lanjut adalah sebagai berikut:

Page 11: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 11

11 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

a

b

c

d

e g

f

keterangan:

a. Penjual (klien) menjual barang kepada pembeli (customer) secara kredit dnegan jangka

waktu pendek

b. Untuk kepetingan dana segar (cash flow),penjual (klien) meminta persetujuan kepada

pembeli (customer) untuk menjual piutang tersebut kepada perusahaan pembiayaan.

c. Pembeli barang (customer) mneyetujui pemindahan hak menagih dari penjual (klien)

kepada pembeli

d. Data mengenai piutang yang berasal dari penjualan klien diteruskan atau dipindahkan ke

factor

e. Atas dasar itu, maka dibuatlah perjanjian factoring antara penjual (klien) dengan

pemebeli (factor)

f. Factor membayar kepada klien dengan harga diskonto tertentu

g. Pemebli (customer) setelah jangka waktu jatuh tempohnya perjanjian jual beli kredit

membayar utang kepada factor

Maksud dan tujuan dari adanya pengalihan piutang adalah agar beban utang yang

ditanggung oleh pihak nasabah (customer) sementara dapat ditalangi oleh perusahaan

pembiayaan (factor), sehingga penjual piutang (klien) dapat segera mendapatkan uang tunai dari

PENJUAL BARANG,

selanjutnya dalam

factoring disebut klien

PEMBELI BARANG,

selanjutnya dalam

factoring disebut

customer

Perusahaan factoring,

selanjutnya disebut

FACTOR

Page 12: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 12

12 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

hasil penjualan tersebut. Dikatakan pengalihan piutang, karena perjanjian jual beli secara tidak

tunai (utang) ini terjadi sebelum adanya perjanjian lain yang menyertai.

Dan untuk lebih jelasnya tentang mekanisme anjak piutang maka Mekanisme anjak

piutang ada 2 macam, yaitu:

1. Tanpa factor atau tradisional piutang tersebut

1) Penyerahan barang

2) Pengiriman faktor

3) Pembayaran

2. Dengan jasa non pembayaran atau non financing services

Penyedia jasa non-pembiayaan merupakan jasa melayani kepentingan kredit

klien atau supplier. Produk jasa no-pembiayaan yang ditawarkan oleh

perusahaan anjak piutang antara lain:

a. Investasi kredit (credit investigation)

b. Sales ledger administration atau sales accounting

c. Pengawasan kredit dan penagihannya

d. Penaguhan terhadap risiko kredit

(1) Penyerahan

(2)Pengiriman (3) penagihan

supplier debitur

supplier debitur

faktor

Page 13: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 13

13 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Selain itu mekanisme anjak piutang dapat dibedakan dalam bentuk transaksi:

1. Proses anjak piutang untuk tagihan

(1)penjualan

(2)tagihan

(3)pengalihan tagihan (6)penagihan

(4)kontrak

(5)pembayaran (7)pelunasan

2. proses anjak piutang untuk promes

(1)penjualan barang

(2)tagihan

(4)pembayaran

(3)endorsement (7)penagihan

(5)penyerahan promes

(6)pembayaran

supplier customer

faktor

supplier customer

Bank faktor

Page 14: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 14

14 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

H. Jasa-jasa anjak piutang

Dilihat dari kegiatan usahanya, anjak piutang dapat dibeakan dalam 2 jenis yaitu :

a. Jasa pembiayaan atau financing service

Dalam pemberian jasa pembiayaan dapat dilakukan dengan cara menyediakan pembiyaan

dimuka atau prefinancing yang besarnya bekisar antara 60%-80% dari total piutang setelah

dilakukan kontrak anjak piutang dan menyerahkan bukti-bukti penjualan barang kontrak ini

dapat diakukan atas dasar undercouse atau with undercouse, dimana dalam with course risiko

terjadinya kemacetan atas piutang atasa tagihan ditanggung oleh klien atau supplier sedangkan

dalam undercouse, perusahaan anjak piutang yang akan mengambil alih risiko kemacetan

piutang tersebut.

b. Jasa non-pembiayaan atau non-financing service

Penyedian jasa untuk melayani kepetingan kredit klien atau supplier, produk jasa non

pembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang antara lain :

1 investigasi kredit ( credit investigation)

2 sales ledger administration atau sales accounting

3 pengawasan kredit dan penagihannya

4 perlindungan terhadap risiko kredit

I. Jenis-jenis anjak piutang

a. Full service factoring

Bentuk pelayanan yang diberikan atau disediakan oleh perusahaan anjak piutang yang meliputi

semua jenis jasa anjak piutang, baik dalam bentuk jasa pembiyaan mupun jasa non pembiayaan.

b. Recourse factoring

Bentuk pelayanan yang diberikan yang meliputi hampir semua jasa-jas bank anjak piutang

kecuali proteksi terhadap risiko tidak dibayarkan tagihan.

Page 15: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 15

15 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

c. Bulk factoring

Bentuk pelayanan klien hanya memerlukan jasa pembiayaan dan pemberitAHUAN JASA tempo

pada nasabah atau customer, sednagkan jasa-jasa seperti proteksi kredit, sales ledger

administration, dan penagihan tidak diperlukan.

d. Matury factoring

Bentuk pelayanan dimana yang dibutuhkan klien adalah jaminan perlindungan kredit yang

meliputi pengurusan penuh atas penjualan, penagihan dari pelanggan, dan proteksi piutang.

e. Agency factoring

Bentuk factoring ini sering dikaitkan dengan bulk factoring yaitu penyerahan keseluruhan

penjualan anjak piutang klien kepada perusahaan factoring atas dasar nitifikasi, tetapi tidak

bertanggung jawab atas pengurusan atau penagihan piutang pengallihan piutang tersebut.

f. Invoice discounting

Klien dalam hal ini hanya membutuhkan jasa pembiayaan perusahaan anjak piutang sedangkan

jasa non pembiayaan ditangani sendiri oleh klien.

g. Undisclosed factoring

Biasanya berkaitan dengan suatu perjanjian penjualan piutang dimana, perusahaan factoring

memberikan proteksi terjadinya kemacetan pelunasan piutang sampai dengan presentase tertentu

( biasanya 80%) dair jumlah faktur yang disetujui dengan without recourse sebagai risiko kredit.

Dalam hal jasa pembiyaan, kontrak perjanjian dapat dibuat berdasarkan withrecourse,

yaitu, apabila debitur tidak melunasi segala kewajibannya, resiko kredit menjadi

tanggung jawab pihak kreditur atau berdasarkan without recourse, yaiut semua resiko

yang tidak terbayar dalam suatu penagihan piutang menjadi tanggung jawab pihak

perusahaan anjak piutang sepenuhnya4

4 Ketut Rindjin, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (cet 2; Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama,2003), h.152-153.

Page 16: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 16

16 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

J. Ruang lingkup operasi anjak piutang

Dilihat dari ruang lingkup operasi, kegiatan transaksi anjak piutang dapat dibedakan

dalan dua bentuk, antara lain:

a. Transaksi dalam negeri atau domestic factoring

(1)

(2)

(3) (5)

(4) (6)

(7)

Keterangan :

1 dan 2 transaksi jualk beli barang diikuti dengan penyerahan barang dan faktur

3 klien menyerahkan copy faktur kepada perusahaan anjak piutang

4 berdasarkan copy faktur dan sesuai dengan persetujuan perusahaan anjak piutang segera

membayar klien maksimum 80% dari nilai faktur

5 perusahaan anjak piutang secara aktif melakukan penagihan sesuai dengan syarat pembayaran

yang disetujui

6 pihak costomer membayar kepada perusahaan anjak piutang sesuai dengan besarnya kontrak

7 setelah selesai seluruh pembayaran, anjak piutang melunasi sisa pembayaran atau refund

sebesar 20% dari nilai faktur dikurangi biaya anjak piutang yang besarnya telah disepakati dalam

kontrak

b. Transaksi internasional atau international factoring

Dalam anjak piutang internasional terdapat empat pihak yang terlibat antara lain :

Eksportir

Importir

supplier customer

faktor

Page 17: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 17

17 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Perusahaan anjak piutang eksportir atau export factor

Perusahaan anjak piutang importir atau import factor

(1)

(3) (2) (8) (5)

(7)

(4)

(6)

Keterangan:

1. Eksportir mengapalkan barangnya untuk dikirimkan kepada importir di jepang.

Pada waktu yang sama, eksportir mengirimkan fakturnya dengan pemberitahuan

agar importir melakukan pembayaran import factor pada saat penjualan kredit

terebut jatuh tempo

2. Eksportir menyampaikan copy faktur dan dokumen pengapalan kepada eksport

factor

3. Eksport factor membayar sampai dengan maksimum 80% dari total nilai faktur

sesuai dengan kontak eksportir

4. Oleh export factor, copy faktur dan dokumen pengapalan dikirimkan kepada

import factor

5. Import menyiapkan sales ledger dan melakukan penagihan kepada importir

berdasarkan faktur dan dokumen pengapalan yang diterima dari eksport factor

pada saat penjualan kredit tersebut jatuh tempo

6. Dan 7 import factor melakukan pembayaran kepada eksport factor sebesar 100%

dari total nilai faktur setelah dikurangi presentase tertentu yang telah disepakati

selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal pengiriman barang. Pembayaran

tersebut harus dilakukan tanpa memperhatikan apakah import factor telah

menerima pembayaran dari importir atau belum

Eksportir

indonesia

Export factor Import

factor

Importir

jepang

Page 18: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 18

18 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

8 ekspor factor melunasi pembayaran kepada eksportir sebsar 2% dari total nilai

faktur setelah dikurangi biaya-biaya factoring.

K. Biaya anjak piutag

Biaya yang timbul dari pengunaan fasilitas anjak piutang sekurang-kurangnya terdiri dari dua

macam biaya, antara lain :

a. Service charge atau fee

Berkaitan dengan fungsi perusahaan factoring dalam melakukan pembukaan penjualan(sales

ledger) terhadap transaksi penjualan oelh klien. Besarnya biaya tersebut tergantung dalam

perjanjian atau persetujuan kedua belah pihak antara perusahaan anjak piutang dengan klien

sebelum kontrak antara perusahaan anjak piutang dengan klien dilaksanakan dan dinyatakan

dalam suatu presentase tertentu dari nilai faktur

b. Discount charge

Biaya ini secara langsung berhubunga dengan pembayaran dimuka yang diberikan oleh

perusahaan anjak piutang kepada klien setelah penyerahan faktur dilakukan. Besarnya biaya

tersebut dinyatakan dalam suatu presentase secara tahunan (annual basis) dalam biaya ini

ditetapkan berdasarkan negoisasi antara pihak perusahaan anjak piutang dengan klien sebelum

kontrak anjak piutang dilakukan

L. Perbedaan anjak piutang dengan bank

a. Kredit bank melibatkan praktik-praktik dalam perkreditan umum termasuk mengenai

jaminansedangkan, anjak piutang pada prinsipny a merupakan transaksi jual beli piutang.

b. Kredit bank dimulai dari timbulnya hutang melalui mobilisasi dana yang dialihkan menjadi

aktiva produk yaitu tagihan menjadi kas pada saat jatuh tempo

c. Kredit Bank memberika tambahan aktiva dalam bentuk kas pada debitur., sedangkan anjak

piutang tidak memberikan tambahan kas tetapi hanya memperlancar arus kas dengan

menggunakan piutng yang belum jatuh tempo

d. Kredit bank biasanya dalam jumlah tetap dan memiliki syarat pelunasan yang tetap. Sedangka

anjak piutang merubah penjualan kredit menjadi uang tunai

Page 19: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 19

19 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

e. Kredit bank hampir selalu dikaitkan dengan agunan. Sedangkan anjak piutang agunan bukan

merupakan hal mutlak

f. Keahlian perusahaan anjak piutang dalam memelihara atau mengurus pembukuan penjualan

klien dan penyedian informasi manajemen menjadikan anjak piutang lebih sebagai partner

usaha. 5

2.3 Anjak piutang dalam syariah ( Hiwalah)

A. Pengertian

Menurut bahasa, hiwalah ialah al-intiqal dan al-tahwil, artinya ialah memindahkan

atau mengalihkan. Abdurrahman al-jaziri berpendapat bahwa yang dimaksu hiwalah

menurut bahasa ialah

أاا لنقل هن هحلس إلى هحل

"pemindahan dari satu tempat ke tempat yang lain”6

Hiwalah ialah akad (perjanjian) yang menjamin (berisi) pemindahan utang-

piutang dari satu pihak ke pihak lain. M. Abdul Mujib dkk. Mengemukakan, bahwa

hiwalah adalah” memindahkan utang dari seseorang kepada orang lain atau pelimpahan

tanggung jawab membayar utang dari seseorang kepada orang lain.

Menurut Syafi‟i Antonio mengemukakan bahwa hiwalah adalah pengalihan

utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya7

Menurut Hanafiyah, yang dimaksud hiwalah adalah

ةالولتزم ة الود يونإلى ذه تقل الوطا لبة هن ذه

“memindahkan tagihan dari tanggung jawab yang berutang kepada yang lain yang punya

tanggung jawab pula.

5 Frianto Pandia, Elly Santi Ompusungu, Achmad Abror, Lembaga keuangan (cet 1; Jakarta: PT Rineka

Cipta,2005), h. 101-108. 6 Sohari sahrani, Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah (cet 1; Bogor: Ghalia Indonesia,2011), h. 149.

7 Ibid.

Page 20: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 20

20 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Menurut Sayid Sabiq, yang dimaksud dengan hiwalah ialah pemindahan dari tanggungan muhil

menjadi tanggungan muhal‟alaih8

B. Rukun dan syarat hiwalah

Menurut hanafiyah, rukun hiwalah hanya satu yaitu ijab dan kabul yang dilakukan antara orang

yang meng-hiwalah-kan dengan yang menerima hiwalah, syarat-syarat hiwalah menurut

hanafiyah ialah sebagai berikut:

1. Orang yang memindahkan utang(muhlif) adalah orang yang berakal, maka batal hiwalah

yang dilakukan muhil dalamkeadaan gila atau masih kecil

2. Orang yang menerima hiwalah(rah al-diyan) adalah orang yang berakal, maka batalah

hiwalah yang dilakukan oleh orang yang tidak berakal

3. Orang yang di-hiwalah-kan (mahal‟alaih) juga harus orang berakal dan disyaratkan pula

dia meridainya

4. Adanya hutang muhil kepada muhal‟alaih9

Menurut Syai‟iyah rukun hiwalah itu ada empat yaitu sebagai berikut:

1. Muhil, yaitu orang yang meng-hiwalah-an atau oran yang memindahkan utang

2. Muhtal, yaitu orang yang di-hiwalah-kan, yaitu orang yang mempunyai utang kepada

nuhil

3. Muhal‟alaih, yaitu orang yang menerima hiwalah

4. Shighat hiwalah, yaitu ijab dari muhil dengan kata-katanya,”aku hiwalahkan utangku

yang hak bagi engkau kepada anu.” Dan kabul dari muhtal dengan kata-katanya,”aku

terima hiwalah engkau”10

M. Abdul Majid dkk., mengemukakan rukun hiwalah ialah:

1. muhil (orang yang berutang dan berpiutang)

2. muhtal (orang berpiutang)

8 Ibid., h. 150.

9 Ibid., h. 151.

10 Ibid.

Page 21: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 21

21 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

3. muhal „alaih (orang yang berutang)

4. utang muhil kepada muhtal

5. utang muhal „alaih kepada muhil

6. shigat

Sementara itu, syarat-syarat hiwalah menurut sayid sabiq adalah sebagai berikut:

1. Relanya pihak muhil dan muhtal tanpa muhal „alaih, jadi yang harus rela itu muhil dan

muhal „alaih. Bagi muhal „alaih, rela maupun tidak rela, tidak akan mempengaruhi

kesalahan hiwalah. Ada juga yang mengatakan, bahwa muhil tidak diharuskan rela, yang

harus rela adalah muhil, hal ini karena Rasulullah saw. Telah bersabda.

إذاأحيل أحد كن على هلى ء فليتبع

“dan jika salah seorang diantara kamu dihiwalahkan kepad aorang yang kaya, maka

terimalah”

2. Kedua hak sama, baik jenis maupun kadarnya, penyelesaiannya, tempo waktu, kualitas

dan kuantitasnya

3. Muhal „alaih stabil, maka peng-hiwalah-an kepada orang yang tidak mampu membayar

utang adalah batal

4. Hak tersebut diketahui secara jelas

Moh. Isa Mansur mengemukakan, bahwa syarat hiwalah ada empat, yaitu sebagai berikut:

1. Kerelaan orang mengalihkan utang

2. Penerimaan orang yang mempunyai piutang

3. Piutang yang diperahlikan itu sudah tetap menjadi tanggung jawabnya

4. Ada persamaan dari sifat utang yang ditanggung oleh pemindah utang dengan sifat utang

yang ditanggung oleh pembeli alih piutang, baik jenis, macam, waktu membayar, atau

waktu penangguhan

M. Abdul Majid dkk. Mengemukakan bahwa syarat-syarat sahnya hiwalah ialah sebagai berikut:

1. persetujuan kedua belah pihak, yakni antara yang berhutang dan yang berpiutan

Page 22: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 22

22 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

2. besarnya utang yang dialihkan tanggung jawabnya, harus sesuai dengan piutang yang

dipunyainya pada orang yang mengalihkan tanggung jawab itu

3. piutang yang dipunyai orang yang berutang harus diketahui oleh orang yang berpiutang

padanya11

syarat hiwalah menurut kompilasi hukum ekonomi syariah:

a) Para pihak yang melakukan akad hiwalah/ pemindahan utang haru smemiliki kecakapan

hukum (pasal 362)

b) Peminjam harus memberitahu kepada pemberi pinjaman bahwa ia akan memindahkan

utangnya kepada pihak lain

c) Persetujuan memberi pinjaman mengenai rencana peminjam untuk memindahkan utang

adalah syarat diperbolehkannya akad hiwalah/ pemindahan utang

d) Akad hiwalah/ pemindahan utang dapat dilakukan jika pihak penerima hiwalah/

pemindahan utang menyetujui keinginan peminjam (pasal 363 ayat 1s/d ayat 3)

e) Hiwalah/pemindahan utang tidak disyaratkan adanya utang dari penerima hiwalah/

pemindahan utang kepada pemindah utang

f) Hiwalah/ pemindahan utang tidak disyaratkan adanya sesuatu yang diterima oleh

pemindah utang dari pihak yang menerima hiwalah/ pemindahan utang sebagai hadiah

atau imbalan (pasal 364 ayat 1 dan 2)12

C. Beban muhil setelah hiwalah

Apabila hiwalah berjalan sah, dengan sendirinya tanggung jawab muhil gugur. Andai kata

muhal „alaih mengalami kebangkrutan atau membantah hiwalah atau meninggal dunia, maka

muhal tidak boleh kembali lagi kepada muhil, hal ini adalah pendapat ulama jumhur. Muhammad

Syafi‟i Antonio mengemukakan, bahwa manfaat hiwalah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan

2. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang menbutuhkan

11

Ibid., h.151-152 12

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (cet 1; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.b268-269.

Page 23: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 23

23 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

3. Dapat menjadi salah satu fee-based income/ sumber pendapatan non-pembiayaan bagi

Bank syariah

Menurut Mazhab Maliki, bila muhil telah menipu muhal, ternyata muhal „alaih orang yang

fakir tidak memiliki sesuatu apapun untuk membayar, maka muhal boleh kembali lagi kepada

muhil. Menurut Imam Malik, orang yang meg-hiwalah-kan utang kepada orang lain, kemudian

muhal „alaih mengalami kebangkrutan atau meninggal dunia dan ia belum membayar kewajiban,

maka muhal tidak boleh kembali kepada muhil.

Abu Hanifah, Syarih, dan Utsman berpendapat,dalam keadaan muhal „alaih mengalami

kebangkrutan atau meninggal dunia, maka orang yang mengutangkan (muhal) dapat kembali lagi

kepada muhil atau menagihnya

Hukum hiwalah adalah mubah sepanjang tidak merugikan semua pihak, berdasarkan hadist Nabi

yang artinya:

“orang yang mampu membayar utang haram melalaikan utangnya, maka jika salah seorang

kamu memindahkan utnagnya maka hendaklah diterima pemindahnaan utang itu, asalkan orang

yang menerima pemindahan sanggup membayarnya.”(HR. Ahmad dan Baihaqi)13

D. Akad-akad dalam syariah

Kemudian terkait dengan anjak piutang (factoring) sebagai lembaga pembiayaan yang

menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, peraturan Bapepam-LK No: PER-

4/BL/2007 tentang akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan

berdsarkan prinsip syariah menetapkan bahwa:

(a) Hak dan kewajiban perusahaan pembiayaan (wakil/factor) adalah sebagai berikut: (lihat

pasal 17):

Menagih piutang pengalih piutang (muwakkil) kepada pihak yang berutang

(muwakkal „alaih)

Dapat memperoleh upah (ujrah) atas jasa penagihan piutang pengalih piutang

(muwakkil) dalam hal perjanjian

13

Sohari Sahrani, Ru‟fah Abdullah, op. Cit., h. 152-153.

Page 24: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 24

24 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Meminta jaminan dari pengalih piutang (muwakkil) (with recourse) atau tidak

meminta jaminan dari pengalih piutang (muwakkil) (with recourse)

Membayar atau melunasi utang pihak yang berutang (muwakkal „alaih) kepada

pengalih piutang (muwakkil)

(b) Hak dan kewajiban pengalih piutang (muwakkil/klien) antara lain (pasal 18):

Memperoleh pelunasan piutang dari perusahaan pembiayaan selaku wakil

Membayar upah (ujrah) atas jasa pemindahan piutang sesuai yang diperjanjikan

Dapat menyediakan jaminan kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil dalam

hal perjanjian

Memberitahukan kepada pihak yang berhutang (muwakkal „alaih) mengenai

transaksi pemindahan piutang kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil

(c) Hak dan kewajiban pihak yang berutang (muwakkal „alaih/customer) antara

lain(pasal19):

Memperoleh informasi yang jelas mengenai transaksi pemindahan utangnya dari

pengalih piutang (muwakkil) kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil

Membayar atau melunasi utang kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil

Piutang (muwakkal bih) yang menjadi objek factoring dengan akad wakalah bil ujrah adalah

piutang jangka pendek yang jatuh temponya kurang dari 1 (satu) tahun yang memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

a. Piutang pengalih piutang (muwakkil) yang dipindahkan kepada perusahaan pembiayaan

selaku wakil harus dipastikan oleh para pihak belum jatuh tempo dan tidak dalam

kategori piutang macet

b. Piutang yang dialihkan bukan berasal dari transaksi yang diharamkan oleh syariah islam

c. Piutang pengalih piutang (muwakkil) harus dibuktikan dengan dokumen tagihan dan

dipastikan keasliannya oleh para pihak (pasal 20)

Perjanjian dengan akad wakalah bil ujrah antara perusahaan pembiayaan selaku wakil, pengalih

piutang(muwakkil), dan pihak yang berutang (muwakkal „alaih) wajib ditetapkan secara tertulis.

Dalam wakalah bil ujrah paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut:

Page 25: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 25

25 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Identitas perusahaan pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil) dan

pihak yang berhutang (muwakkal „alaih).

Nilai, jumlah dan waktu jatuh tempo piutang (muwakkal bih)

Ketentuan mengenai upah (ujrah) (jika ada)

Ketentuan jaminan yang diperoleh perusahaan pembiayaan (wakil) (jika ada)

Ketentuan mengenai cara-cara pembayaran utang atau piutang oleh perusahaan

pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil) dan piha yang berutang

(muwakkal „alaih)

Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak (lihat: pasal 21)

Dokumentasi dalam wakalah bil ujrah oleh perusahaan pembiayaan selaku wakil paling tidak

meliputi:

1. Surat persetujuan prinsip (offering letter)

2. Akad wakalah bil ujrah sebagai induk perjanjian

3. Perjanjian pengikatan jaminan

4. Bukti utang piutang

5. Surat permohonan realisasi wakalah bil ujrah

6. Bukti pelunasan(pasal 22)14

E. Skema Al-hawalah

5.bayar

2.tagih 3.bayar 4. Tagih

1. suplai barang

Keterangan:

1. Muhil menyuplai barang kepada muhal (pembeli)

14

198-199 aspek hukum lembaga keuangan syariah burhanuddin s graha ilmu cet 1 2010 yogyakarta

Muhal alaih

(bank syariah)

Muhil

(supplier) Muhal (pembeli)

Page 26: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 26

26 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

2. Setelah muhil mengirim barang kepada muhal, namun muhal tidak mampu melakukan

pembayaran, oleh karena itu muhil menyerahkan invoice kepada muhal alaih.

3. Muhal alaih membeli tagihan dari muhil dan melaksanakan pembayaran

4. Muhal alaih melakukan penagihan kepada muhal yang didukung oleh invoice dari muhil

5. Hasil penagihan berasal dari muhal diserahkan kepada muhal alaih15

F. Akad produk al-hawalah

Beberapa produk Bank Syariah yang menggunakan akad al-hawalah antara lain:

1. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak

ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan

bank menagihnya dari pihak ketiga

2. Post dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dahulu

piutang tersebut

3. Bill discounting pada dsarnya sama dengan hawalah, namun dalam bill discounting

nasabah harus membayar fee.16

G. Ketentuan syariah terhadap anjak piutang (factoring)

Salah satu kegiatan usaha yang diperlukan masyarakat adalah kegiatan pembelian piutang

dagang jangka pendek yang biasa disebut anjak piutang. Karena itu agar transaksi anjak piutang

dapat dilakukan sesuai dengan prinsip syariah, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI) memandang perlu menetapkan fatwa tentag anjak piutang syariah untuk

dijadikan pedoman. Menurut fatwa No.67/DSN-MUI/III/2008, ketentuan akad anjak piutang

dapat disimpulakn sebagai berikut:

a. Akad yang dapat digunakan dalam anjak piutang secara syariah adalah wakalah bil ujrah

b. Pihak yang berpiutang mewakilkan kepada pihak lain untuk melakukan pengurusan

dokuman-dokumen penjualan kemudian menagih piutang kepada pihak yang berutang

atau pihak lain yang ditunjuk oleh pihak yang berutang

15

Ismail, Perbankan Syariah (cet 2; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),. H. 208-209. 16

Ibid. 209

Page 27: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 27

27 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

c. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dari yang berpiutang untuk melakukan penagihan

(collection) kepada pihak yang berutang atau pihak lain yang ditunjuk oleh pihak yang

berutang untuk membayar

d. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dapat memberikan dana talangan (qardh) kepada

pihak yang berpiutag sebesar nilai piutang

e. Atas jasanya untuk melakukan penagihan piutang tersebut, pihak yang ditunjuk menjadi

wakil dapat memperoleh ujrah/fee

f. Besar ujrah harus disepakati pada saat akad dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan

dalam bentuk presentase yang dihitung dari pokok piutang

g. Pembayaran ujrah dapat diambil dari dana talangan atau sesuai kesepakatan dalam akad

h. Antara akad wakalah bil ujrah dan akad qardh, tidak dibolehkan adanya keterkaitan

(ta‟alluq)17

H. Akibat hawalah

Akibat akad hiwalah sebagai berikut:

a. Pihak yang utangnya di pindahkan wajib membayar utangnya kepada penerima hiwalah

b. Penjamin utang yang dipindahkan, kehilangan haknya untuk menahan barang jaminan

(pasal 365 ayat 1 dan 2)

c. Utang pihak peminjam yang meninggal sebelum melunasi hutangnya, dibayar dengan

harta yang ditinggalkan

d. Pembayar utang kepada penerima hiwalah/ pemindahan utang harus didahulukan atas

pihak-pihak pemberi pinjama lainnya jika harta yang di tinggalkan oleh peminjam tidak

mencukupi ( pasal 366 ayat 1 dan 2)

e. Akad hiwalah/ pemindahan utang yang bersyarat menjadi batal dan utang kembali kepada

peminjam jika syarat-syaratnya tidak terpenuhi (pasal 367)

f. Peminjam wajib menjual kekayaannya jika pembayaran utang yang dipindahkan

ditetapkan dalam akad bahwa utang akan dibayar dengan dana hasil penjualan (pasal 368)

g. Pembayaran utang yang dipindahkan dapat dinyatakan dan dilakukan dengan waktu yang

pasti, dan dapat pula dilakukan tanpa waktu pembayaran yang pasti (pasal 369)

h. Pihak peminjam terbebas dari kewajiban membayar utang jika penerima hiwalah/

pemindahan utang dibebaskannya (pasal 370)

17

Burhanuddin S, op. Cit., h. 198-199.

Page 28: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 28

28 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

i. Apabila terjadi hiwalah pad seseorang kemudian orang yang menerima pemindahan

utang tersebut meninggal dunia, maka pemindahan utang yang telah terjadi tidak dapat

diwariskan (pasal 371)18

I. Berakhirnya akad hiwalah

Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad hiwalah akan berakhir apabila:

a. salah satu pihak yang sedang melakukan akad hiwalah memfasakh (membatalkan)

akad hiwalah sebelum akad itu berlaku secara tetap, dengan adanya pembatalan akad

itu, pihak kedua kembali berhak menuntut pembayaran utang kepada pihak pertama.

Demikian pula pihak pertama kepada pihak ketiga

b. pihak ketiga melunasi utang yang dialihkan itu kepad pihak kedua

c. pihak kedua wafat, sedangkan pihak ketiga merupakan ahli waris yang mewarisi

pihak harta pihak kedua

d. pihak kedua menghibahkan, atau menyedekahkan harta yang merupakan utang dalam

akad hiwlah itu kepada pihak ketiga

e. pihak kedua membebaskan pihak ketiga dari kewajibannya untuk mebayar utang yang

dialihkan itu

f. hak pihak kedua menurut hanafi, tidak dapat dipenuhi karena at-tawa, yaitu pihak

ketiga mengalami muflis (bangkrut), atau wafat dalam keadaan muflis atau dalam

keadaan tidak ada bukti autentik tentang akad hiwalah, pihak ketiga mengingkari

akad itu. Menurut ulama maliki, syafi‟i, hanbali, selama akad hiwalah sudah berlaku

tetap, karena persyaratan yang ditetapkan sudahterpenuhi, maka akad hiwalah tidak

dapat berakhir karena at-tawa19

2.4 PROSPEK USAHA ANJAK PIUTANG

Kegiatan perekonomian Indonesia selama ini masih sangat tergantung pada perkembangan

ekspor migas. Sementara itu, perkembangan ekspor migas di pasar internasional menghadapi

tantangan yang cukup berat. Dengan belum stabilnya harga-harga migas ditambah pula

terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah yang tidak menentu, hal ini sangat mempengaruhi kegiatan

18

Mardani, op. Cit., h. 269-271 19

Ibid. h. 270-271

Page 29: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 29

29 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

perekonomian. Untuk mengatasi keadaan ini, ketergantungan akan ekspor migas harus sedapat

mungkin dikurangi.

Kebijakan yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengembangan dan

peningkatan kegiatan ekspor non-migas, antara lain dengan meningkatkan efisiensi perusahaan.

Berbagai kebijakan telah digariskan Pemerintah untuk mendorong peningkatan efisiensi kegiatan

perusahaan.

Selama ini, dunia usaha kita masih banyak menghadapi kendala untuk melakukan

kegiatannya. Masalah tersebut pada dasarnya bersumber pada kesulitas permodalan (membuat

tidak mampu melakukan ekspansi), kemampuan yang terbatas dalam menangani penjualan,

termasuk credit management dan karena keterbatas keahlian dalam menghadapi ancaman kredit

macer (bad debtst). Kesulitan permodalan yang disertai kredit macet dalam jumlah besar

menjadikan dunia usaha semakin terjepit untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

Kondisi seperti ini akan menyulitkan perusahaan memperoleh tambahan sumber pembiayaan dari

lembaga perbankan karena kemampuan perusahaan untuk menyediakan barang jaminan juga

menjadi semakin terbatas.

Meningkatnya kegiatan usaha yang ditandai dengan semakin cepatnya pertambahan volume

penjualan telah menimbulkan masalah lain, yakni masalah administrasi penjualan. Lebih jauh

lagi, kebanyakan dunia usaha masih memiliki keterbatasan keahlian dalam menangani penjualan

kredit, karena mereka meningkatkan produksi dan penjualan. Akibatnya tidak jarang perusahaan

bangkrut karena membengkaknya piutang ragu-ragu yang sangat mengganggu cash flow mereka.

Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh dunia usaha, kehadiran lembaga

pembiayaan, khususnya perusahaan anjak piutang, pasti akan banyak membantu. Sebab melalui

jasa anjak piutang, dunia usaha dimungkinkan untuk memperoleh sumber pembiayaan baru

dalam bentuk instant cash (sampai dengan 80% dari nilai invoice) dikaitkan dengan jumlah

penjualan kredit yang dilakukannya. Selain itu perusahaan anjak piutang juga diharapkan dapat

membantu kesulitan di bidang credit management. Dengan demikian, dunia usaha dapat lebih

mengkonsentrasikan kegiatannya pada peningkatan produksi dan penjualan.

Page 30: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 30

30 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Selain itu, investor yang menanamkan modalnya pada usaha anjak piutang di Indonesia,

terutama yang menjalankan transaksi anjak piutang financing berskala domestik, memiliki

beberapa keuntungan dalam posisinya sebagai factor, yaitu antara lain:

1. Dana yang dipasarkan oleh factor dapat disalurkan dengan tingkat suku bunga yang relatif

lebih tinggi dan dengan jangka waktu yang relatif singkat. Hal ini sangant menguntungkan

factor karena perputaran dana menjadi sangat cepat dan bias mengurangi risiko fluktuasi

tingkat suku bunga (floating rate).

2. Terbatasnya sumber pendanaan perusahaan pembiayaan/ perusahaan anjak piutang yang saat

ini hanya terbatas dari sector perbankan. Dengan demikian, transaksi anjak piutang dapat

menjembatani term and condition dari pendanaan yang diterima factor dari perbankan, atau

dengan kata lain term and condition transaksi anjak piutang dapat disamakan dengan term

and condition yang diberikan oleh perbankan. Hal ini dapat mengurangi risiko perubahan

suku bunga yang terjadi sewaktu-waktu.

3. Belum adanya peraturan/perizinan yang bersifat khusus yang mengatur kegiatan anjak

piutang sehingga factor dapat bergerak leluasa, yang pada akhirnya dapat menghemat biaya

operasional perusahaan (kegiatan dapat dilakukan dengan sederhana dan singkat).

4. besarnya komisi atau biaya administrasi pengelolaan jasa anjak piutang yang diberikan factor

kepada klien tergantung pada risiko dari piutang yang dialihkan atau dibiayai oleh factor.

Sedangkan kelemahan anjak piutang dari sisi factor antara lain belum adanya perlindungan

hukum yang cukup memadai untuk factor. Hal ini terlihat pada saat tagihan jatuh tempo. Apabila

customer tidak dapat membayar konsekuensinya adalah factor harus siap membuka line of credit

bagi customer bersangkutan atau menanggung risiko sampai tagihan terlunasi.

2.5 Prinsip Hawalah dalam Anjak Piutang Syariah

Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang

wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hawalah adalah pemindahan beban utang dari

muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan muhal‟alaih atau orang yang berkewajiban

membayar utang. Secara operasional memang mirip dengan anjak piutang atau factoring dalam

Page 31: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 31

31 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

pembiayaan konvensional. Sebelum melihat perbedaannya dengan prinsip konvensional, marilah

kita lihat prinsip al-hawalah terlebih dahulu.

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa A (muhal) memberi pinjaman kepada B

(muhil), sedangkan B masih mempunyai piutang kepada C (muhal‟alaih). Begitu B tidak mampu

membayar utangnya pada A ia lalu mengalihkan beban utang tersebut pada C. Dengan demikian

C yang harus membayar utang B pada A, sedangkan utang C sebelumnya kepada B dianggap

lunas.

Landasan syariah dibolehkannya hawalah terdapat pada hadis dan ijma. Imam Bukhari

dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Menunda

pembayaran bagi orang yang mampu adalah satu kezaliman. Dan jika salah seorang di antara

kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu, terimalah hawalah itu.” Pada hadis

itu Rasulullah memberitahukan kepada orang yang mengutangkan, jika orang yang berutang

menghawalahkan kepada orang yang mampu/kaya, hendaklah ia menerima hawalah tersebut dan

hendaklah ia menagih kepada orang yang dihawalahkan (muhal‟alaih). Dengan demikian haknya

dapat terpenuhi.

Sebagian ulama berpendapat bahwa perintah untuk menerima hawalah dalam hadis itu

menunjukkan wajib. Oleh sebab itu wajib bagi muhal untuk menerima hawalah. Adapun

mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah itu menunjukkan sunnah.Ulama sepakat

membolehkan hawalah. Hawalah dibolehkan pada utang yang tidak berbentuk barang/benda

karena hawalah adalah perpindahan utang. Oleh sebab itu harus pada uang atau kewajiban

finansial.

Kontrak hawalah dalam perbankan syariah biasanya, antara lain, diterapkan pada factoring atau

anjak piutang, di mana para nasabah yang memiliki piutang pada pihak ketiga memindahkan

piutang itu kepada bank. Bank lalu membayar piutang itu untuk selanjutnya bank menagih utang

kepada pihak ketiga. Adapun perbedaannya dengan yang berlangsung di bank konvensional

adalah:

Pada transaksi konvensional, bank membayar nasabah sebesar nilai piutang yang sudah

didiscounted di muka, dan bank menagih akseptor secara penuh. Pada bank syariah, bank

tetap membayar penuh pada nasabah, namun nasabah dikenai biaya administrasi.

Page 32: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 32

32 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

Pada bank konvensional, setelah pembayaran didiscounted di muka, nasabah masih dikenai

biaya administrasi.

Pada bank konvensional, invoice yang telah jatuh tempo dapat diperjualbelikan dengan

discounted. Di bank syariah transaksi semacam itu dilarang.

Pada bank konvensional, sebelum jatuh tempo piutang tersebut dapat diperjualbelikan lagi

kepada pihak lain, (bahkan bisa beberapa kali pindah tangan). Di bank syariah transaksi

semacam itu juga dilarang.

Page 33: Makalah Anjak Piutang

A n j a k p i u t a n g | 33

33 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Jadi kesimpulannya adalah bahwa perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang

melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pemebelian dan atau pengalihan serta pengurusan

piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan. Sedangkan Hiwalah ialah akad

(perjanjian) yang menjamin (berisi) pemindahan utang-piutang dari satu pihak ke pihak lain.

Dalam konvesioanal jenis anjak piutangnya yaitu : Full service factoring, Recourse factoring,

Bulk factoring, Matury factoring, Agency factoring , Invoice discounting, Undisclosed factoring.

Sedangkan dalam syariah yaitu : Factoring atau anjak piutang, Post dated check, Bill discounting

Untuk pihak yang terlibat dalam perjanjian anjak terdiri dari Perusahaan anjak piutang atau

faktor, Klien atau supplier, dan Nasabah atau customer atau debitur sedangkan dalam syariah

para pelakunya yaitu ada Orang yang memindahkan utang(muhlif), Orang yang menerima

hiwalah(rah al-diyan), Orang yang di-hiwalah-kan (mahal‟alaih)

Perbedaan antara anjak piutang konvesional dan syariah terlihat dari perbedaan prinsip

keduanya, dimana Pada transaksi konvensional, bank membayar nasabah sebesar nilai piutang

yang sudah didiscounted di muka, dan bank menagih akseptor secara penuh. Pada bank syariah,

bank tetap membayar penuh pada nasabah, namun nasabah dikenai biaya administrasi. Pada bank

konvensional, setelah pembayaran didiscounted di muka, nasabah masih dikenai biaya

administrasi. Pada bank konvensional, invoice yang telah jatuh tempo dapat diperjualbelikan

dengan discounted. Di bank syariah transaksi semacam itu dilarang. Pada bank konvensional,

sebelum jatuh tempo piutang tersebut dapat diperjualbelikan lagi kepada pihak lain, (bahkan bisa

beberapa kali pindah tangan). Di bank syariah transaksi semacam itu juga dilarang.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, maka diharapak kita bisa mengerti tentang anjak piutang

baik itu secara konvesional maupun syariah. Dan bisa membuat kita lebih cermat lagi dalam

hal memilih bentuk anjak piutang yang baik dan benar.