Upload
dewa-ares-atthahirah
View
50
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah anjak piutang by [email protected]
Citation preview
A n j a k p i u t a n g | 1
1 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada umunya dalam transaksi jual beli untuk penyerahan dan pembayaran atas barang yang
dibeli terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini berarti modal kerja atau modal usaha si penjual
cepat diperolehnya kembali dan cepat dipakai untuk perputaran bisnis selanjutnya. Namun hal ini
tidak jarang pelaksanaan pembayaran dari pembeli itu baru dapat ditunaikan berdsarkan
kesepakatan di antara mereka dalam tenggang waktu tertentu, misalnya sekitar dua sampai empat
minggu kemudian. Kondisi sebelum dilaksanakan pembayaran dari pembeli tersebut akan
melahirkan konsekuensi timbulnya hak tagih dari pihak penjual sehingga keadaan ini disebut
masa penagihan (collection period). Hak tagih atasa piutang ini dalam ekonomi dikenal sebagai
piutang dagang.
Lamanya masa penagihan atau tenggang waktu didalam pelaksanan pembayaran dan besarnya
piutang dagang yang terjadi akan mengurangi kemampuan penjual mengembangkan omzet, yaitu
jumlah total penjualan. Disisi pembeli saat menerima barang atau jasa yang dibeli, maka dia
berkewajiban untuk segera memberikan pembayaran dalam tenggang waktu tertentu yang telah
disepakati. Tapi terkadang pembeli tidak mampu membayar hutangnya tersebut sampai waktu
tenggang berakhir, dan hal itu berarti penjual harus memberikan waktu tempo lebih lama lagi
dan hal ini sulit dilakukan oleh penjual karena akan semakin membut jumlah total penjualan
berkurang.
Untuk mengatasi masalah diatas maka diperlukan suatu fasilitas keuangan dengan tujuan
membiayai piutang dagang. Lembaga hukum yang mewadahi pengikatan fasilitas piutang
dagang ini dalam praktik tidaklah seragam, dan salah satunya itu adalah lembaga factoring atau
dalam bahasa indonesia dikenal dengan anjak piutang. Sedangkan dalam syariah islam dikenal
dengan sebutan hawalah.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anjak piutang dalam konvesional dan juga dalam
pandangan islam, agar kita bisa mengetahui hukum ataupun konsep anjak piutang baik dalam
secara konvesional maupun syariah.
A n j a k p i u t a n g | 2
2 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
1.2 Rumusan masala
Apa arti dari anjak piutang atau hawalah baik dalam sistem konvesioanl maupun syariah dan
seperti apa macamnya dan juga para pelaku dari anjak piutang terebut dan perbedaan antara
anjak piutang versi konvesional dan hawalah versi syariah itu seperti apa ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui sistem anjak piutang atau hawalah baik dalam sistem konvesioanl
maupun syariah dan seperti apa macamnya dan juga para pelaku dari anjak piutang terebut
dan perbedaan antara anjak piutang versi konvesional dan hawalah versi syariah itu seperti
apa.
A n j a k p i u t a n g | 3
3 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Sejarah anjak piutang ini telah dikenal luas di dunia internasional, terutama
didaratan Inggris dan Amerika Serikat. Pertama kali sebutan “Factoring” sudah dikenal
sejak 2000 tahun lalu dipergunakan di Mesopotamia dalam bentuk yang sangat
sederhana, yakni pihak faktor biasanya bertindak sebagai agen penjual yang sekaligus
sebagai agen pemberi perlindungan kredit yangkemudian lazim dikenal sebagai
“general factoring”. Hal ini kemudian berkembang pesat didaratan Inggris yang banyak
membantu para pedagang di playmount (Amerika) untuk mengageni penjualan mereka
di daratan Eropa, juga untuk membeli barang-barang dagangan dari Inggris untuk di
impor ke Amerika. Pada abad 19, lembaga factoring ini telah meninggalkan sifat
keagenannya dan mulai beralih dan berkonsentrasi pada pengelolaan kredit bagi
kliennya, yaitu menjamin kredit, melakukan penagihan, dan penyediaan dana. Bentuk
inilah merupakan Embrio bisnis anjak piutang moderen yang dikenal saat ini dan
karenanya tidak heran system hukum yang digunakan berasal dari system Common
law.1
2.2 Pengertian anjak piutang secara konvesional
Anjak piutang dapat didefinisikan sebagai kontrak dimana perusahaan anjak
piutangn menyediakan jasa-jasa sekurang-kurangnya antara lain: jasa pembiayaan, jasa
pembukaan (maintenance of account), jasa penagihan piutang, dan jasa perlindungan,
terhadap risiko, untuk itulah klien berkewajiban kepada perusahaan anjak piutang
secara terus-menerus menjual atau meminjamkan piutang yang berasal dari penjualan
barang-barang atau pemberian jasa-jasa.
Menurut Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1998 tanggal 20 Desember
1998, perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pemebelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang
1 Rinus Pantouw, Hak Tagih factor Atas Piutang Dagang (cet. 1;Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006).,h. 5
A n j a k p i u t a n g | 4
4 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan. Pengertian lain, anjak piutang maupun
promes atas dasar diskonto dari klien dengan syarat recourse sehingga hak penagihan
beralih kepada perusahaan anjak piutang.
Menurut keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lemabaga Keuangan
Departemen Keuangan (Bapepam-LK) Nomor: PER-03/BL/2007, pengertian anjak
piutang (factoring) adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek suatu
perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah
(pasal 1 angka 1). Anjak piutang merupakan pengalihan piutang yang dilakukan
berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah, yaitu pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al-
muwakkil) kepada pihak lain (al-wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan
pemberian keuntungan (ujrah)(pasal 8 ayat 3).2
Pengertian factoring atau anjak piutang di Indonesia yang merupakan hasil
adopsi dari common law system, juga dijumpai dalam referensi formal isi kamus bank
Indonesia, yaitu pengertian anjak piutang adalah “ kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
suatu perusahaan atau transaksi perdagangan dalam atau luar negeri, sedangkan
perusahaan yang melakukan anjak piutang disebut penganjak piutang (factoring)” dan
pengertian penganjak piutang adalah “pihak yangkegiatannya membeli piutang pihak
lain dengan menanggung risiko tak terbayarnya utang (factor)”.3
A. Dasar hukum
Aturan hukum yang ada di Indonesia mengenai hal ini hanyalah diketemukan di
dalam keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20
Desembber 1988 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 93 tahun 1988 jis.
Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 448/KMK.01/2000, jis. Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor: 172/KMK.06/2002 mengatur mengenai perusahaan
pembiayaan, sehingga aturan anjak piutang hanyalah diketemukan sebagai salah satu
bagian didalam hukum administrasi yang mengatur keberadaan jenis-jenis kegiatan
2 Burhanuddin. S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah(cet 1;Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 193-194.
3 Rinus Pantouw, op. Cit., h. 7-8.
A n j a k p i u t a n g | 5
5 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
perusahaan pembiayaan. Dengan demikian terlihat pengaturan hukum di bidang
lembaga anjak piutang itu terlihat masih sangat sederhana dan belum lengkap.
Pengertian yang ada mengenai anjak piutang atau factoring masih dalam bentuk
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 jis. No.
448/KMK.017/2000 tanggal 27 oktober 2000 pada pasal 1 huruf e adalah “ kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan /atau pengalihan serta pengurusan piutang
atau tagihanjangka pendek suatu perusahaan dari tramnsaksi perdagangan dalam atau
luar negeri”.
Selanjutnya pengertian anjak piutang dipertegas dengan ketentuan surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002 yang menyatakan anjak piutang dalam
bentuk:
1. Pembelian dan/atau pengalihan;serta
2. Pengurusan atas piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri.
Ketentuan tersebut ditujukan kepada lembaga pembiayaan yang boleh
menggunakan boleh menggunakan usaha anjak piutang ini berdasarkan keputusan
presiden No. 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 pada pasal 3 Ayat 1, yaitu
jenis kegiatan pembiayaan ini dapat dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, lembaga
keuangan bukan bank dan bank
B. Perkembangan anjak piutang
Pada dasarnya kegiatan usaha anjak piutang merupakan bidang usaha yang relatif
baru di indonesia. Eksistensinya dimulai sejak adanya paket kebijaksanaan 20
Desenber 1998 atau pakdes 20, 1998 sesuai dengan Keppres No. 61 Tahun 1998 dan
Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1998 tanggal 20 Desember 1998 dimana jumlah
modal disetor atau simpanan pokok dan wajib ditetapkan sebagai berikut:
1. Perusahaan swasta nasional sebesar Rp 2 miliar
2. Perusahaan patungan Indonesia-Asing sebesar Rp 8 miliar
3. Koperasi sebesar Rp 2 miliar
A n j a k p i u t a n g | 6
6 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
C. Manfaat anjak piutang
Anjak piutang bagi perusahaan yang memproduksi barang dan jasa akan
memberikan manfaat dalam melancarkan usaha terutama dalam hal:
1. Membantu administrasi penjualan dan penagihan (sales ledgering and collection
service)
2. Membantu beban risiko (credit insurance)
3. Memperbaiki sistem penagihan
4. Membantu memperlancar modal kerja
5. Meningkatkan kepercayaan
6. Kesempatan untuk mengembangkan usaha
D. Para pihak dalam factoring
Dari definisi diatas dapat diuraikarn, bahwa para pihak yang terlibat dalam
perjanjian anjak piutang (factoring) adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan anjak piutang atau faktor adalah perusahaan atau pihak yang
menawarkan jasa anjak piutang atau merupakan badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari suatu perusahaan.
2. Klien atau supplier adalah oihak yang menggunakan jasa perusahaan anjak
piutang atau merupakan pihak yang berhutang kepada klien,sehingga piutang
tersebut oleh klien akan dijual atau dialihkan kepada factoring.
3. Nasabah atau customer atau debitur adalah pihak yang mengadakan transaksi
dengan klien atau pihak tertarik yang wajib membayar utang dagangnya yang
telah dialihkan oleh klien kepada pihak factor pada saat jatuh temponya.
E. Objek factoring
Kemudian objek kegiatan dalam perjanjian factoring adalah berupa pengalihan
piutang. Bentuk piutang tersebut merupakan tagihan jangka pendek berasal dari
transaksi perdagangan yang dilakukan tidak secara tunai. Menurut munir fuady,
piutang dalam perjanjian factoring pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
A n j a k p i u t a n g | 7
7 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Piutang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan pada faktur-faktur dari
perusahaan yang belum jatuh tempo.
Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo.
Piutang yang timbul dari proses pengiriman barang.
F. Dua Pokok Produk Anjak Piutang
Produk dan jasa anjak piutang yang dapat diberikan kepada klien minimal dapat dibedakan
menjadi dua bagian pokok yang mendasar. Hal ini sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 172/KMK.06/2002 Tentang perubahan atas perubahan Menteri
Keuangan Nomor 448/KMK. 017/2000 tentang perusahaan pembiayaan, yaitu:
1. ANJAK PIUTANG NON-FINANCING
Pengertian jasa anjak piutang non-financing berdasarkan peraturan pemerintah yang
berlaku adalah penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang usaha klien. Jasa anjak
piutang ini meliputi jasa credit management, sehingga klien tidak perlu menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan atas tagihannya, karena perannya tersebut sudah diambil alih oleh factor,
dimana factor akan memberikan laporan secara berkala mengenai hal-hal berikut:
a. Bonafiditas para customer
b. Laporan posisi piutang dagang klien termasuk tanggal jatuh temponya yang sangat
berguna bagi klien dalam merencanakan penjualan kredit untuk periode berikutnya.
c. Account Statement kepada customer, bagi customer statement of account yang diterima
dari factor membantu yang bersangkutan untuk melakukan rekonsiliasi atas pembayaran-
pembayaran yang telah dilaksakannya dan untuk mengetahui posisi piutang pertanggal
laporan berikut jatuh temponya.
d. Apabila customer gagak membayar pada waktunya, factor secara aktif melakukan
penagihal sesuai prosedur yang berlaku dengan sebaik-baiknya, tanpa merusak hubungan
baik antara customer dan client. Dalam non recourse factoring, factor menjamin
pembayaran yang beratalian, namun hanya terbatas pada insolvery saja (nondisputes).
Dalam hal terjadi perselisihan dagang antara customer dan client, factor tidak menjamin
pembayarannya, resiko bad debt tetap ditanggung oleh client.
A n j a k p i u t a n g | 8
8 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Adapun jasa yang dapat diberikan dalam anjak piutang non-financing ini meliputi jasa-jasa
sebagai berikut:
1. Credit Investigation
Factor sebelum memutuskan untuk memberikan pembiayaan atas suatu tagihan, harus
terlebih dahulu mengetahui secara akurat tentang bonafiditas buyer, reputase dan mainline of
bussines dari buyer, dan lain-lain yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan
dibayarnya piutang.
2. Sales Ledger Administration
Jasa yang diberikan oleh factor kepada client dalam bentuk administration pembukuan atas
penjualan yang dilakukan secara kredit, dapat mingguan, dua mingguan, bulanan atau yang
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan client.
3. Credit control termasuk Collection
Factor dapat melakukan aktivitas pembiayan juga memantau transaksi-trasaksi penjualan
yang dilakukan oleh client dengan baik, termasuk menetapkan prosedur penagihan agar
piutang yang dijaminkan dapat diterima pada waktunya, ini sangat diperlikan bagi transaksi
gadang yang berkesinambungan.
4. Protection again st Credit Risk
Dalam jasa ini factor juga mengusahakan cara-cara untuk mengamankan resiko tidak
tertagihnya suatu piutang yang telah dibiayai oleh factor.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan jasa anjak
piutang non-financing ini, factor berperan sebagai credit department dari perusahaan
clientnya. Client tidak perlu mempunyai credit department sendiri dalam organisasi
perusahaannya, karena fungsi credit deartement telah diambil oleh factor.
Perkembangan jasa anjak piutang non-financing di Indonesia saat ini belum berkembang
dengan baik dibandingkan dengan kegiatan anjak piutang financing. Berdasarkan
pengamatan kami, terdapat beberapa sebab yang mengakibatkan kurang berkembangnya
usaha anjak piutang non-financing, yaitu:
A n j a k p i u t a n g | 9
9 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
1) Masih terdapat misinformasi tentang keberadaan anjak piutang dalam masyarakat
bahwa anjak piutang hanya bersifat financing saja.
2) Takut rahasiapenjualan perusahaan terbongkar.
3) Kekhawatiran client akan dibocorkannya data-data penjualan perusahaan kepada
pesaingnya.
4) Tingkat keterbukaan client/perusahaan masih rendah.
5) Memelihara hubungan baik antara customer.
2. ANJAK PIUTANG FINANCING
Anjak piutang Financing berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku disebutkan
sebagai kegiatan pembelian atau pengalihan piutang jangka pendek dari transaksi perdagangan
dalam atau luar negeri. Pengertian ini memberikan latar belakang bahwa aktivitas pembiayaan
terjadi dalam transaksi anjak piutang. Seperti yang kita ketahui bersama, piutang dagang selalu
diklasifikasakan sebagai liquid atau Quick asset dalam laporan keuangan perusahaan. Sistem
klarisifikasi ini baru dapat dinyatakan benar apabila piutang/tagihan berlaku sampai dengan jatuh
temponya, setelah lewat jatuh waktu tersebut, piutang dagang tidak dapat dikategorikan sebagai
liquid asset, karena telah berubah menjadi bad debts.
Melalui transaksi pembiayaan anjak piutang dengan factor, dimana factor dapat memberikan
pre-financing sampai dengan 80% atau bahkan sampai dengan 90% dari jumlah piutang dagang
segera setelah penyerahan bukti transaksi dapat dilakukan atas dasar Recourse financing, dimana
resiko bad debts tetap pada client, atau factoring Without Recourse, dimana perusahaan factor
mengambil alih resiko bad debts. Jadi client dapat memutar kembali Instant Cash yang diperoleh
dengan meningkatkan omset penjualan dan memanfaatkan potongan harga tertentu yang
diberikan leh supplier dengan membeli bahan baku dan lain-lain secara tunai. Trasaksi factoring
dikaitkan dengan volume penjualan. Dengan meningkatkan penjualan, kredit limitpun dapat
dinaikkan pula. Praktis tidak ada batas transaksi Factoring, sehingga kredit limit dapat diartikan
sebagai fungsi penjualan.
Untuk menambah pengertian anjak piutang financing, Gatot Wardoyo, mengemukakan
bahwa jasa anjak piutang financing dalam hukum Indonesia mengandung 2 aspek penting yaitu:
A n j a k p i u t a n g | 10
10 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
1. Transaksi Penjualan Tagihan
Tagihan yang dijual, dialihkan kepada factor walaupun pembayaran belum 100% atau
belum lunas, dalam prakteknya customer cukup diberi tahu atas pengalihan tersebut dan
diminta untuk melakukan pembayaran kepada factor.
2. Transaksi Pemberian piutang
Pembayaran dimuka oleh factor kepada clien dianggap sebagai pinjaman, sedangkan
tagihan yang diterima oleh factor dari client diberlakukan sebagai jaminan
Penjelasan ini menambah pengertian kepada kita bahwa aktifitas anjak piutang yang
bersifat financing, dapat diterima dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku
di Indonesia.
Dalam melakukan transaksi anjak piutang, terutama anjak piutang financing, tidak semua
transaksi dagang dapat dibiayai oleh factor. Factor biasanya memberikan transaksi dagang secara
terbuka (open account) yang bersifat sederhana, berkesinambungan, dan bersifat angsung antara
client dan customer, sehingga factor dapat meakukan hal-hal sebagai berikut atas piutang dagang
yang berasal dari penjualan barang dan jasa:
1. Pembelian piutang dagang untuk diuangkan secara seketika.
2. Mengusahakan pembukuan dan administrasi penjualan yang berhubungan dengan piutang
dagang.
3. Menagih piutang yang dialihkan.
4. menanggung kerugian yang mungkin timbul akibat tidak dibayarnya piutang dagang
(nonrecourse)
G. Mekanisme factoring
Maksud mekanisme factoring adalah meliputi proses bagaimana cara
penawaran piutang, beralihnya piutang, hingga pelunasannya.adapun mekanisme
factoring secara lebih lanjut adalah sebagai berikut:
A n j a k p i u t a n g | 11
11 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
a
b
c
d
e g
f
keterangan:
a. Penjual (klien) menjual barang kepada pembeli (customer) secara kredit dnegan jangka
waktu pendek
b. Untuk kepetingan dana segar (cash flow),penjual (klien) meminta persetujuan kepada
pembeli (customer) untuk menjual piutang tersebut kepada perusahaan pembiayaan.
c. Pembeli barang (customer) mneyetujui pemindahan hak menagih dari penjual (klien)
kepada pembeli
d. Data mengenai piutang yang berasal dari penjualan klien diteruskan atau dipindahkan ke
factor
e. Atas dasar itu, maka dibuatlah perjanjian factoring antara penjual (klien) dengan
pemebeli (factor)
f. Factor membayar kepada klien dengan harga diskonto tertentu
g. Pemebli (customer) setelah jangka waktu jatuh tempohnya perjanjian jual beli kredit
membayar utang kepada factor
Maksud dan tujuan dari adanya pengalihan piutang adalah agar beban utang yang
ditanggung oleh pihak nasabah (customer) sementara dapat ditalangi oleh perusahaan
pembiayaan (factor), sehingga penjual piutang (klien) dapat segera mendapatkan uang tunai dari
PENJUAL BARANG,
selanjutnya dalam
factoring disebut klien
PEMBELI BARANG,
selanjutnya dalam
factoring disebut
customer
Perusahaan factoring,
selanjutnya disebut
FACTOR
A n j a k p i u t a n g | 12
12 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
hasil penjualan tersebut. Dikatakan pengalihan piutang, karena perjanjian jual beli secara tidak
tunai (utang) ini terjadi sebelum adanya perjanjian lain yang menyertai.
Dan untuk lebih jelasnya tentang mekanisme anjak piutang maka Mekanisme anjak
piutang ada 2 macam, yaitu:
1. Tanpa factor atau tradisional piutang tersebut
1) Penyerahan barang
2) Pengiriman faktor
3) Pembayaran
2. Dengan jasa non pembayaran atau non financing services
Penyedia jasa non-pembiayaan merupakan jasa melayani kepentingan kredit
klien atau supplier. Produk jasa no-pembiayaan yang ditawarkan oleh
perusahaan anjak piutang antara lain:
a. Investasi kredit (credit investigation)
b. Sales ledger administration atau sales accounting
c. Pengawasan kredit dan penagihannya
d. Penaguhan terhadap risiko kredit
(1) Penyerahan
(2)Pengiriman (3) penagihan
supplier debitur
supplier debitur
faktor
A n j a k p i u t a n g | 13
13 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Selain itu mekanisme anjak piutang dapat dibedakan dalam bentuk transaksi:
1. Proses anjak piutang untuk tagihan
(1)penjualan
(2)tagihan
(3)pengalihan tagihan (6)penagihan
(4)kontrak
(5)pembayaran (7)pelunasan
2. proses anjak piutang untuk promes
(1)penjualan barang
(2)tagihan
(4)pembayaran
(3)endorsement (7)penagihan
(5)penyerahan promes
(6)pembayaran
supplier customer
faktor
supplier customer
Bank faktor
A n j a k p i u t a n g | 14
14 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
H. Jasa-jasa anjak piutang
Dilihat dari kegiatan usahanya, anjak piutang dapat dibeakan dalam 2 jenis yaitu :
a. Jasa pembiayaan atau financing service
Dalam pemberian jasa pembiayaan dapat dilakukan dengan cara menyediakan pembiyaan
dimuka atau prefinancing yang besarnya bekisar antara 60%-80% dari total piutang setelah
dilakukan kontrak anjak piutang dan menyerahkan bukti-bukti penjualan barang kontrak ini
dapat diakukan atas dasar undercouse atau with undercouse, dimana dalam with course risiko
terjadinya kemacetan atas piutang atasa tagihan ditanggung oleh klien atau supplier sedangkan
dalam undercouse, perusahaan anjak piutang yang akan mengambil alih risiko kemacetan
piutang tersebut.
b. Jasa non-pembiayaan atau non-financing service
Penyedian jasa untuk melayani kepetingan kredit klien atau supplier, produk jasa non
pembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan anjak piutang antara lain :
1 investigasi kredit ( credit investigation)
2 sales ledger administration atau sales accounting
3 pengawasan kredit dan penagihannya
4 perlindungan terhadap risiko kredit
I. Jenis-jenis anjak piutang
a. Full service factoring
Bentuk pelayanan yang diberikan atau disediakan oleh perusahaan anjak piutang yang meliputi
semua jenis jasa anjak piutang, baik dalam bentuk jasa pembiyaan mupun jasa non pembiayaan.
b. Recourse factoring
Bentuk pelayanan yang diberikan yang meliputi hampir semua jasa-jas bank anjak piutang
kecuali proteksi terhadap risiko tidak dibayarkan tagihan.
A n j a k p i u t a n g | 15
15 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
c. Bulk factoring
Bentuk pelayanan klien hanya memerlukan jasa pembiayaan dan pemberitAHUAN JASA tempo
pada nasabah atau customer, sednagkan jasa-jasa seperti proteksi kredit, sales ledger
administration, dan penagihan tidak diperlukan.
d. Matury factoring
Bentuk pelayanan dimana yang dibutuhkan klien adalah jaminan perlindungan kredit yang
meliputi pengurusan penuh atas penjualan, penagihan dari pelanggan, dan proteksi piutang.
e. Agency factoring
Bentuk factoring ini sering dikaitkan dengan bulk factoring yaitu penyerahan keseluruhan
penjualan anjak piutang klien kepada perusahaan factoring atas dasar nitifikasi, tetapi tidak
bertanggung jawab atas pengurusan atau penagihan piutang pengallihan piutang tersebut.
f. Invoice discounting
Klien dalam hal ini hanya membutuhkan jasa pembiayaan perusahaan anjak piutang sedangkan
jasa non pembiayaan ditangani sendiri oleh klien.
g. Undisclosed factoring
Biasanya berkaitan dengan suatu perjanjian penjualan piutang dimana, perusahaan factoring
memberikan proteksi terjadinya kemacetan pelunasan piutang sampai dengan presentase tertentu
( biasanya 80%) dair jumlah faktur yang disetujui dengan without recourse sebagai risiko kredit.
Dalam hal jasa pembiyaan, kontrak perjanjian dapat dibuat berdasarkan withrecourse,
yaitu, apabila debitur tidak melunasi segala kewajibannya, resiko kredit menjadi
tanggung jawab pihak kreditur atau berdasarkan without recourse, yaiut semua resiko
yang tidak terbayar dalam suatu penagihan piutang menjadi tanggung jawab pihak
perusahaan anjak piutang sepenuhnya4
4 Ketut Rindjin, Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (cet 2; Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,2003), h.152-153.
A n j a k p i u t a n g | 16
16 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
J. Ruang lingkup operasi anjak piutang
Dilihat dari ruang lingkup operasi, kegiatan transaksi anjak piutang dapat dibedakan
dalan dua bentuk, antara lain:
a. Transaksi dalam negeri atau domestic factoring
(1)
(2)
(3) (5)
(4) (6)
(7)
Keterangan :
1 dan 2 transaksi jualk beli barang diikuti dengan penyerahan barang dan faktur
3 klien menyerahkan copy faktur kepada perusahaan anjak piutang
4 berdasarkan copy faktur dan sesuai dengan persetujuan perusahaan anjak piutang segera
membayar klien maksimum 80% dari nilai faktur
5 perusahaan anjak piutang secara aktif melakukan penagihan sesuai dengan syarat pembayaran
yang disetujui
6 pihak costomer membayar kepada perusahaan anjak piutang sesuai dengan besarnya kontrak
7 setelah selesai seluruh pembayaran, anjak piutang melunasi sisa pembayaran atau refund
sebesar 20% dari nilai faktur dikurangi biaya anjak piutang yang besarnya telah disepakati dalam
kontrak
b. Transaksi internasional atau international factoring
Dalam anjak piutang internasional terdapat empat pihak yang terlibat antara lain :
Eksportir
Importir
supplier customer
faktor
A n j a k p i u t a n g | 17
17 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Perusahaan anjak piutang eksportir atau export factor
Perusahaan anjak piutang importir atau import factor
(1)
(3) (2) (8) (5)
(7)
(4)
(6)
Keterangan:
1. Eksportir mengapalkan barangnya untuk dikirimkan kepada importir di jepang.
Pada waktu yang sama, eksportir mengirimkan fakturnya dengan pemberitahuan
agar importir melakukan pembayaran import factor pada saat penjualan kredit
terebut jatuh tempo
2. Eksportir menyampaikan copy faktur dan dokumen pengapalan kepada eksport
factor
3. Eksport factor membayar sampai dengan maksimum 80% dari total nilai faktur
sesuai dengan kontak eksportir
4. Oleh export factor, copy faktur dan dokumen pengapalan dikirimkan kepada
import factor
5. Import menyiapkan sales ledger dan melakukan penagihan kepada importir
berdasarkan faktur dan dokumen pengapalan yang diterima dari eksport factor
pada saat penjualan kredit tersebut jatuh tempo
6. Dan 7 import factor melakukan pembayaran kepada eksport factor sebesar 100%
dari total nilai faktur setelah dikurangi presentase tertentu yang telah disepakati
selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal pengiriman barang. Pembayaran
tersebut harus dilakukan tanpa memperhatikan apakah import factor telah
menerima pembayaran dari importir atau belum
Eksportir
indonesia
Export factor Import
factor
Importir
jepang
A n j a k p i u t a n g | 18
18 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
8 ekspor factor melunasi pembayaran kepada eksportir sebsar 2% dari total nilai
faktur setelah dikurangi biaya-biaya factoring.
K. Biaya anjak piutag
Biaya yang timbul dari pengunaan fasilitas anjak piutang sekurang-kurangnya terdiri dari dua
macam biaya, antara lain :
a. Service charge atau fee
Berkaitan dengan fungsi perusahaan factoring dalam melakukan pembukaan penjualan(sales
ledger) terhadap transaksi penjualan oelh klien. Besarnya biaya tersebut tergantung dalam
perjanjian atau persetujuan kedua belah pihak antara perusahaan anjak piutang dengan klien
sebelum kontrak antara perusahaan anjak piutang dengan klien dilaksanakan dan dinyatakan
dalam suatu presentase tertentu dari nilai faktur
b. Discount charge
Biaya ini secara langsung berhubunga dengan pembayaran dimuka yang diberikan oleh
perusahaan anjak piutang kepada klien setelah penyerahan faktur dilakukan. Besarnya biaya
tersebut dinyatakan dalam suatu presentase secara tahunan (annual basis) dalam biaya ini
ditetapkan berdasarkan negoisasi antara pihak perusahaan anjak piutang dengan klien sebelum
kontrak anjak piutang dilakukan
L. Perbedaan anjak piutang dengan bank
a. Kredit bank melibatkan praktik-praktik dalam perkreditan umum termasuk mengenai
jaminansedangkan, anjak piutang pada prinsipny a merupakan transaksi jual beli piutang.
b. Kredit bank dimulai dari timbulnya hutang melalui mobilisasi dana yang dialihkan menjadi
aktiva produk yaitu tagihan menjadi kas pada saat jatuh tempo
c. Kredit Bank memberika tambahan aktiva dalam bentuk kas pada debitur., sedangkan anjak
piutang tidak memberikan tambahan kas tetapi hanya memperlancar arus kas dengan
menggunakan piutng yang belum jatuh tempo
d. Kredit bank biasanya dalam jumlah tetap dan memiliki syarat pelunasan yang tetap. Sedangka
anjak piutang merubah penjualan kredit menjadi uang tunai
A n j a k p i u t a n g | 19
19 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
e. Kredit bank hampir selalu dikaitkan dengan agunan. Sedangkan anjak piutang agunan bukan
merupakan hal mutlak
f. Keahlian perusahaan anjak piutang dalam memelihara atau mengurus pembukuan penjualan
klien dan penyedian informasi manajemen menjadikan anjak piutang lebih sebagai partner
usaha. 5
2.3 Anjak piutang dalam syariah ( Hiwalah)
A. Pengertian
Menurut bahasa, hiwalah ialah al-intiqal dan al-tahwil, artinya ialah memindahkan
atau mengalihkan. Abdurrahman al-jaziri berpendapat bahwa yang dimaksu hiwalah
menurut bahasa ialah
أاا لنقل هن هحلس إلى هحل
"pemindahan dari satu tempat ke tempat yang lain”6
Hiwalah ialah akad (perjanjian) yang menjamin (berisi) pemindahan utang-
piutang dari satu pihak ke pihak lain. M. Abdul Mujib dkk. Mengemukakan, bahwa
hiwalah adalah” memindahkan utang dari seseorang kepada orang lain atau pelimpahan
tanggung jawab membayar utang dari seseorang kepada orang lain.
Menurut Syafi‟i Antonio mengemukakan bahwa hiwalah adalah pengalihan
utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya7
Menurut Hanafiyah, yang dimaksud hiwalah adalah
ةالولتزم ة الود يونإلى ذه تقل الوطا لبة هن ذه
“memindahkan tagihan dari tanggung jawab yang berutang kepada yang lain yang punya
tanggung jawab pula.
5 Frianto Pandia, Elly Santi Ompusungu, Achmad Abror, Lembaga keuangan (cet 1; Jakarta: PT Rineka
Cipta,2005), h. 101-108. 6 Sohari sahrani, Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah (cet 1; Bogor: Ghalia Indonesia,2011), h. 149.
7 Ibid.
A n j a k p i u t a n g | 20
20 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Menurut Sayid Sabiq, yang dimaksud dengan hiwalah ialah pemindahan dari tanggungan muhil
menjadi tanggungan muhal‟alaih8
B. Rukun dan syarat hiwalah
Menurut hanafiyah, rukun hiwalah hanya satu yaitu ijab dan kabul yang dilakukan antara orang
yang meng-hiwalah-kan dengan yang menerima hiwalah, syarat-syarat hiwalah menurut
hanafiyah ialah sebagai berikut:
1. Orang yang memindahkan utang(muhlif) adalah orang yang berakal, maka batal hiwalah
yang dilakukan muhil dalamkeadaan gila atau masih kecil
2. Orang yang menerima hiwalah(rah al-diyan) adalah orang yang berakal, maka batalah
hiwalah yang dilakukan oleh orang yang tidak berakal
3. Orang yang di-hiwalah-kan (mahal‟alaih) juga harus orang berakal dan disyaratkan pula
dia meridainya
4. Adanya hutang muhil kepada muhal‟alaih9
Menurut Syai‟iyah rukun hiwalah itu ada empat yaitu sebagai berikut:
1. Muhil, yaitu orang yang meng-hiwalah-an atau oran yang memindahkan utang
2. Muhtal, yaitu orang yang di-hiwalah-kan, yaitu orang yang mempunyai utang kepada
nuhil
3. Muhal‟alaih, yaitu orang yang menerima hiwalah
4. Shighat hiwalah, yaitu ijab dari muhil dengan kata-katanya,”aku hiwalahkan utangku
yang hak bagi engkau kepada anu.” Dan kabul dari muhtal dengan kata-katanya,”aku
terima hiwalah engkau”10
M. Abdul Majid dkk., mengemukakan rukun hiwalah ialah:
1. muhil (orang yang berutang dan berpiutang)
2. muhtal (orang berpiutang)
8 Ibid., h. 150.
9 Ibid., h. 151.
10 Ibid.
A n j a k p i u t a n g | 21
21 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
3. muhal „alaih (orang yang berutang)
4. utang muhil kepada muhtal
5. utang muhal „alaih kepada muhil
6. shigat
Sementara itu, syarat-syarat hiwalah menurut sayid sabiq adalah sebagai berikut:
1. Relanya pihak muhil dan muhtal tanpa muhal „alaih, jadi yang harus rela itu muhil dan
muhal „alaih. Bagi muhal „alaih, rela maupun tidak rela, tidak akan mempengaruhi
kesalahan hiwalah. Ada juga yang mengatakan, bahwa muhil tidak diharuskan rela, yang
harus rela adalah muhil, hal ini karena Rasulullah saw. Telah bersabda.
إذاأحيل أحد كن على هلى ء فليتبع
“dan jika salah seorang diantara kamu dihiwalahkan kepad aorang yang kaya, maka
terimalah”
2. Kedua hak sama, baik jenis maupun kadarnya, penyelesaiannya, tempo waktu, kualitas
dan kuantitasnya
3. Muhal „alaih stabil, maka peng-hiwalah-an kepada orang yang tidak mampu membayar
utang adalah batal
4. Hak tersebut diketahui secara jelas
Moh. Isa Mansur mengemukakan, bahwa syarat hiwalah ada empat, yaitu sebagai berikut:
1. Kerelaan orang mengalihkan utang
2. Penerimaan orang yang mempunyai piutang
3. Piutang yang diperahlikan itu sudah tetap menjadi tanggung jawabnya
4. Ada persamaan dari sifat utang yang ditanggung oleh pemindah utang dengan sifat utang
yang ditanggung oleh pembeli alih piutang, baik jenis, macam, waktu membayar, atau
waktu penangguhan
M. Abdul Majid dkk. Mengemukakan bahwa syarat-syarat sahnya hiwalah ialah sebagai berikut:
1. persetujuan kedua belah pihak, yakni antara yang berhutang dan yang berpiutan
A n j a k p i u t a n g | 22
22 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
2. besarnya utang yang dialihkan tanggung jawabnya, harus sesuai dengan piutang yang
dipunyainya pada orang yang mengalihkan tanggung jawab itu
3. piutang yang dipunyai orang yang berutang harus diketahui oleh orang yang berpiutang
padanya11
syarat hiwalah menurut kompilasi hukum ekonomi syariah:
a) Para pihak yang melakukan akad hiwalah/ pemindahan utang haru smemiliki kecakapan
hukum (pasal 362)
b) Peminjam harus memberitahu kepada pemberi pinjaman bahwa ia akan memindahkan
utangnya kepada pihak lain
c) Persetujuan memberi pinjaman mengenai rencana peminjam untuk memindahkan utang
adalah syarat diperbolehkannya akad hiwalah/ pemindahan utang
d) Akad hiwalah/ pemindahan utang dapat dilakukan jika pihak penerima hiwalah/
pemindahan utang menyetujui keinginan peminjam (pasal 363 ayat 1s/d ayat 3)
e) Hiwalah/pemindahan utang tidak disyaratkan adanya utang dari penerima hiwalah/
pemindahan utang kepada pemindah utang
f) Hiwalah/ pemindahan utang tidak disyaratkan adanya sesuatu yang diterima oleh
pemindah utang dari pihak yang menerima hiwalah/ pemindahan utang sebagai hadiah
atau imbalan (pasal 364 ayat 1 dan 2)12
C. Beban muhil setelah hiwalah
Apabila hiwalah berjalan sah, dengan sendirinya tanggung jawab muhil gugur. Andai kata
muhal „alaih mengalami kebangkrutan atau membantah hiwalah atau meninggal dunia, maka
muhal tidak boleh kembali lagi kepada muhil, hal ini adalah pendapat ulama jumhur. Muhammad
Syafi‟i Antonio mengemukakan, bahwa manfaat hiwalah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan
2. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang menbutuhkan
11
Ibid., h.151-152 12
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (cet 1; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.b268-269.
A n j a k p i u t a n g | 23
23 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
3. Dapat menjadi salah satu fee-based income/ sumber pendapatan non-pembiayaan bagi
Bank syariah
Menurut Mazhab Maliki, bila muhil telah menipu muhal, ternyata muhal „alaih orang yang
fakir tidak memiliki sesuatu apapun untuk membayar, maka muhal boleh kembali lagi kepada
muhil. Menurut Imam Malik, orang yang meg-hiwalah-kan utang kepada orang lain, kemudian
muhal „alaih mengalami kebangkrutan atau meninggal dunia dan ia belum membayar kewajiban,
maka muhal tidak boleh kembali kepada muhil.
Abu Hanifah, Syarih, dan Utsman berpendapat,dalam keadaan muhal „alaih mengalami
kebangkrutan atau meninggal dunia, maka orang yang mengutangkan (muhal) dapat kembali lagi
kepada muhil atau menagihnya
Hukum hiwalah adalah mubah sepanjang tidak merugikan semua pihak, berdasarkan hadist Nabi
yang artinya:
“orang yang mampu membayar utang haram melalaikan utangnya, maka jika salah seorang
kamu memindahkan utnagnya maka hendaklah diterima pemindahnaan utang itu, asalkan orang
yang menerima pemindahan sanggup membayarnya.”(HR. Ahmad dan Baihaqi)13
D. Akad-akad dalam syariah
Kemudian terkait dengan anjak piutang (factoring) sebagai lembaga pembiayaan yang
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, peraturan Bapepam-LK No: PER-
4/BL/2007 tentang akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan
berdsarkan prinsip syariah menetapkan bahwa:
(a) Hak dan kewajiban perusahaan pembiayaan (wakil/factor) adalah sebagai berikut: (lihat
pasal 17):
Menagih piutang pengalih piutang (muwakkil) kepada pihak yang berutang
(muwakkal „alaih)
Dapat memperoleh upah (ujrah) atas jasa penagihan piutang pengalih piutang
(muwakkil) dalam hal perjanjian
13
Sohari Sahrani, Ru‟fah Abdullah, op. Cit., h. 152-153.
A n j a k p i u t a n g | 24
24 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Meminta jaminan dari pengalih piutang (muwakkil) (with recourse) atau tidak
meminta jaminan dari pengalih piutang (muwakkil) (with recourse)
Membayar atau melunasi utang pihak yang berutang (muwakkal „alaih) kepada
pengalih piutang (muwakkil)
(b) Hak dan kewajiban pengalih piutang (muwakkil/klien) antara lain (pasal 18):
Memperoleh pelunasan piutang dari perusahaan pembiayaan selaku wakil
Membayar upah (ujrah) atas jasa pemindahan piutang sesuai yang diperjanjikan
Dapat menyediakan jaminan kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil dalam
hal perjanjian
Memberitahukan kepada pihak yang berhutang (muwakkal „alaih) mengenai
transaksi pemindahan piutang kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil
(c) Hak dan kewajiban pihak yang berutang (muwakkal „alaih/customer) antara
lain(pasal19):
Memperoleh informasi yang jelas mengenai transaksi pemindahan utangnya dari
pengalih piutang (muwakkil) kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil
Membayar atau melunasi utang kepada perusahaan pembiayaan selaku wakil
Piutang (muwakkal bih) yang menjadi objek factoring dengan akad wakalah bil ujrah adalah
piutang jangka pendek yang jatuh temponya kurang dari 1 (satu) tahun yang memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. Piutang pengalih piutang (muwakkil) yang dipindahkan kepada perusahaan pembiayaan
selaku wakil harus dipastikan oleh para pihak belum jatuh tempo dan tidak dalam
kategori piutang macet
b. Piutang yang dialihkan bukan berasal dari transaksi yang diharamkan oleh syariah islam
c. Piutang pengalih piutang (muwakkil) harus dibuktikan dengan dokumen tagihan dan
dipastikan keasliannya oleh para pihak (pasal 20)
Perjanjian dengan akad wakalah bil ujrah antara perusahaan pembiayaan selaku wakil, pengalih
piutang(muwakkil), dan pihak yang berutang (muwakkal „alaih) wajib ditetapkan secara tertulis.
Dalam wakalah bil ujrah paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut:
A n j a k p i u t a n g | 25
25 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Identitas perusahaan pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil) dan
pihak yang berhutang (muwakkal „alaih).
Nilai, jumlah dan waktu jatuh tempo piutang (muwakkal bih)
Ketentuan mengenai upah (ujrah) (jika ada)
Ketentuan jaminan yang diperoleh perusahaan pembiayaan (wakil) (jika ada)
Ketentuan mengenai cara-cara pembayaran utang atau piutang oleh perusahaan
pembiayaan selaku wakil, pengalih piutang (muwakkil) dan piha yang berutang
(muwakkal „alaih)
Hak dan tanggung jawab masing-masing pihak (lihat: pasal 21)
Dokumentasi dalam wakalah bil ujrah oleh perusahaan pembiayaan selaku wakil paling tidak
meliputi:
1. Surat persetujuan prinsip (offering letter)
2. Akad wakalah bil ujrah sebagai induk perjanjian
3. Perjanjian pengikatan jaminan
4. Bukti utang piutang
5. Surat permohonan realisasi wakalah bil ujrah
6. Bukti pelunasan(pasal 22)14
E. Skema Al-hawalah
5.bayar
2.tagih 3.bayar 4. Tagih
1. suplai barang
Keterangan:
1. Muhil menyuplai barang kepada muhal (pembeli)
14
198-199 aspek hukum lembaga keuangan syariah burhanuddin s graha ilmu cet 1 2010 yogyakarta
Muhal alaih
(bank syariah)
Muhil
(supplier) Muhal (pembeli)
A n j a k p i u t a n g | 26
26 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
2. Setelah muhil mengirim barang kepada muhal, namun muhal tidak mampu melakukan
pembayaran, oleh karena itu muhil menyerahkan invoice kepada muhal alaih.
3. Muhal alaih membeli tagihan dari muhil dan melaksanakan pembayaran
4. Muhal alaih melakukan penagihan kepada muhal yang didukung oleh invoice dari muhil
5. Hasil penagihan berasal dari muhal diserahkan kepada muhal alaih15
F. Akad produk al-hawalah
Beberapa produk Bank Syariah yang menggunakan akad al-hawalah antara lain:
1. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak
ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan
bank menagihnya dari pihak ketiga
2. Post dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dahulu
piutang tersebut
3. Bill discounting pada dsarnya sama dengan hawalah, namun dalam bill discounting
nasabah harus membayar fee.16
G. Ketentuan syariah terhadap anjak piutang (factoring)
Salah satu kegiatan usaha yang diperlukan masyarakat adalah kegiatan pembelian piutang
dagang jangka pendek yang biasa disebut anjak piutang. Karena itu agar transaksi anjak piutang
dapat dilakukan sesuai dengan prinsip syariah, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) memandang perlu menetapkan fatwa tentag anjak piutang syariah untuk
dijadikan pedoman. Menurut fatwa No.67/DSN-MUI/III/2008, ketentuan akad anjak piutang
dapat disimpulakn sebagai berikut:
a. Akad yang dapat digunakan dalam anjak piutang secara syariah adalah wakalah bil ujrah
b. Pihak yang berpiutang mewakilkan kepada pihak lain untuk melakukan pengurusan
dokuman-dokumen penjualan kemudian menagih piutang kepada pihak yang berutang
atau pihak lain yang ditunjuk oleh pihak yang berutang
15
Ismail, Perbankan Syariah (cet 2; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),. H. 208-209. 16
Ibid. 209
A n j a k p i u t a n g | 27
27 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
c. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dari yang berpiutang untuk melakukan penagihan
(collection) kepada pihak yang berutang atau pihak lain yang ditunjuk oleh pihak yang
berutang untuk membayar
d. Pihak yang ditunjuk menjadi wakil dapat memberikan dana talangan (qardh) kepada
pihak yang berpiutag sebesar nilai piutang
e. Atas jasanya untuk melakukan penagihan piutang tersebut, pihak yang ditunjuk menjadi
wakil dapat memperoleh ujrah/fee
f. Besar ujrah harus disepakati pada saat akad dan dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan
dalam bentuk presentase yang dihitung dari pokok piutang
g. Pembayaran ujrah dapat diambil dari dana talangan atau sesuai kesepakatan dalam akad
h. Antara akad wakalah bil ujrah dan akad qardh, tidak dibolehkan adanya keterkaitan
(ta‟alluq)17
H. Akibat hawalah
Akibat akad hiwalah sebagai berikut:
a. Pihak yang utangnya di pindahkan wajib membayar utangnya kepada penerima hiwalah
b. Penjamin utang yang dipindahkan, kehilangan haknya untuk menahan barang jaminan
(pasal 365 ayat 1 dan 2)
c. Utang pihak peminjam yang meninggal sebelum melunasi hutangnya, dibayar dengan
harta yang ditinggalkan
d. Pembayar utang kepada penerima hiwalah/ pemindahan utang harus didahulukan atas
pihak-pihak pemberi pinjama lainnya jika harta yang di tinggalkan oleh peminjam tidak
mencukupi ( pasal 366 ayat 1 dan 2)
e. Akad hiwalah/ pemindahan utang yang bersyarat menjadi batal dan utang kembali kepada
peminjam jika syarat-syaratnya tidak terpenuhi (pasal 367)
f. Peminjam wajib menjual kekayaannya jika pembayaran utang yang dipindahkan
ditetapkan dalam akad bahwa utang akan dibayar dengan dana hasil penjualan (pasal 368)
g. Pembayaran utang yang dipindahkan dapat dinyatakan dan dilakukan dengan waktu yang
pasti, dan dapat pula dilakukan tanpa waktu pembayaran yang pasti (pasal 369)
h. Pihak peminjam terbebas dari kewajiban membayar utang jika penerima hiwalah/
pemindahan utang dibebaskannya (pasal 370)
17
Burhanuddin S, op. Cit., h. 198-199.
A n j a k p i u t a n g | 28
28 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
i. Apabila terjadi hiwalah pad seseorang kemudian orang yang menerima pemindahan
utang tersebut meninggal dunia, maka pemindahan utang yang telah terjadi tidak dapat
diwariskan (pasal 371)18
I. Berakhirnya akad hiwalah
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad hiwalah akan berakhir apabila:
a. salah satu pihak yang sedang melakukan akad hiwalah memfasakh (membatalkan)
akad hiwalah sebelum akad itu berlaku secara tetap, dengan adanya pembatalan akad
itu, pihak kedua kembali berhak menuntut pembayaran utang kepada pihak pertama.
Demikian pula pihak pertama kepada pihak ketiga
b. pihak ketiga melunasi utang yang dialihkan itu kepad pihak kedua
c. pihak kedua wafat, sedangkan pihak ketiga merupakan ahli waris yang mewarisi
pihak harta pihak kedua
d. pihak kedua menghibahkan, atau menyedekahkan harta yang merupakan utang dalam
akad hiwlah itu kepada pihak ketiga
e. pihak kedua membebaskan pihak ketiga dari kewajibannya untuk mebayar utang yang
dialihkan itu
f. hak pihak kedua menurut hanafi, tidak dapat dipenuhi karena at-tawa, yaitu pihak
ketiga mengalami muflis (bangkrut), atau wafat dalam keadaan muflis atau dalam
keadaan tidak ada bukti autentik tentang akad hiwalah, pihak ketiga mengingkari
akad itu. Menurut ulama maliki, syafi‟i, hanbali, selama akad hiwalah sudah berlaku
tetap, karena persyaratan yang ditetapkan sudahterpenuhi, maka akad hiwalah tidak
dapat berakhir karena at-tawa19
2.4 PROSPEK USAHA ANJAK PIUTANG
Kegiatan perekonomian Indonesia selama ini masih sangat tergantung pada perkembangan
ekspor migas. Sementara itu, perkembangan ekspor migas di pasar internasional menghadapi
tantangan yang cukup berat. Dengan belum stabilnya harga-harga migas ditambah pula
terjadinya fluktuasi nilai tukar rupiah yang tidak menentu, hal ini sangat mempengaruhi kegiatan
18
Mardani, op. Cit., h. 269-271 19
Ibid. h. 270-271
A n j a k p i u t a n g | 29
29 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
perekonomian. Untuk mengatasi keadaan ini, ketergantungan akan ekspor migas harus sedapat
mungkin dikurangi.
Kebijakan yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengembangan dan
peningkatan kegiatan ekspor non-migas, antara lain dengan meningkatkan efisiensi perusahaan.
Berbagai kebijakan telah digariskan Pemerintah untuk mendorong peningkatan efisiensi kegiatan
perusahaan.
Selama ini, dunia usaha kita masih banyak menghadapi kendala untuk melakukan
kegiatannya. Masalah tersebut pada dasarnya bersumber pada kesulitas permodalan (membuat
tidak mampu melakukan ekspansi), kemampuan yang terbatas dalam menangani penjualan,
termasuk credit management dan karena keterbatas keahlian dalam menghadapi ancaman kredit
macer (bad debtst). Kesulitan permodalan yang disertai kredit macet dalam jumlah besar
menjadikan dunia usaha semakin terjepit untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Kondisi seperti ini akan menyulitkan perusahaan memperoleh tambahan sumber pembiayaan dari
lembaga perbankan karena kemampuan perusahaan untuk menyediakan barang jaminan juga
menjadi semakin terbatas.
Meningkatnya kegiatan usaha yang ditandai dengan semakin cepatnya pertambahan volume
penjualan telah menimbulkan masalah lain, yakni masalah administrasi penjualan. Lebih jauh
lagi, kebanyakan dunia usaha masih memiliki keterbatasan keahlian dalam menangani penjualan
kredit, karena mereka meningkatkan produksi dan penjualan. Akibatnya tidak jarang perusahaan
bangkrut karena membengkaknya piutang ragu-ragu yang sangat mengganggu cash flow mereka.
Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh dunia usaha, kehadiran lembaga
pembiayaan, khususnya perusahaan anjak piutang, pasti akan banyak membantu. Sebab melalui
jasa anjak piutang, dunia usaha dimungkinkan untuk memperoleh sumber pembiayaan baru
dalam bentuk instant cash (sampai dengan 80% dari nilai invoice) dikaitkan dengan jumlah
penjualan kredit yang dilakukannya. Selain itu perusahaan anjak piutang juga diharapkan dapat
membantu kesulitan di bidang credit management. Dengan demikian, dunia usaha dapat lebih
mengkonsentrasikan kegiatannya pada peningkatan produksi dan penjualan.
A n j a k p i u t a n g | 30
30 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Selain itu, investor yang menanamkan modalnya pada usaha anjak piutang di Indonesia,
terutama yang menjalankan transaksi anjak piutang financing berskala domestik, memiliki
beberapa keuntungan dalam posisinya sebagai factor, yaitu antara lain:
1. Dana yang dipasarkan oleh factor dapat disalurkan dengan tingkat suku bunga yang relatif
lebih tinggi dan dengan jangka waktu yang relatif singkat. Hal ini sangant menguntungkan
factor karena perputaran dana menjadi sangat cepat dan bias mengurangi risiko fluktuasi
tingkat suku bunga (floating rate).
2. Terbatasnya sumber pendanaan perusahaan pembiayaan/ perusahaan anjak piutang yang saat
ini hanya terbatas dari sector perbankan. Dengan demikian, transaksi anjak piutang dapat
menjembatani term and condition dari pendanaan yang diterima factor dari perbankan, atau
dengan kata lain term and condition transaksi anjak piutang dapat disamakan dengan term
and condition yang diberikan oleh perbankan. Hal ini dapat mengurangi risiko perubahan
suku bunga yang terjadi sewaktu-waktu.
3. Belum adanya peraturan/perizinan yang bersifat khusus yang mengatur kegiatan anjak
piutang sehingga factor dapat bergerak leluasa, yang pada akhirnya dapat menghemat biaya
operasional perusahaan (kegiatan dapat dilakukan dengan sederhana dan singkat).
4. besarnya komisi atau biaya administrasi pengelolaan jasa anjak piutang yang diberikan factor
kepada klien tergantung pada risiko dari piutang yang dialihkan atau dibiayai oleh factor.
Sedangkan kelemahan anjak piutang dari sisi factor antara lain belum adanya perlindungan
hukum yang cukup memadai untuk factor. Hal ini terlihat pada saat tagihan jatuh tempo. Apabila
customer tidak dapat membayar konsekuensinya adalah factor harus siap membuka line of credit
bagi customer bersangkutan atau menanggung risiko sampai tagihan terlunasi.
2.5 Prinsip Hawalah dalam Anjak Piutang Syariah
Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hawalah adalah pemindahan beban utang dari
muhil (orang yang berutang) menjadi tanggungan muhal‟alaih atau orang yang berkewajiban
membayar utang. Secara operasional memang mirip dengan anjak piutang atau factoring dalam
A n j a k p i u t a n g | 31
31 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
pembiayaan konvensional. Sebelum melihat perbedaannya dengan prinsip konvensional, marilah
kita lihat prinsip al-hawalah terlebih dahulu.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa A (muhal) memberi pinjaman kepada B
(muhil), sedangkan B masih mempunyai piutang kepada C (muhal‟alaih). Begitu B tidak mampu
membayar utangnya pada A ia lalu mengalihkan beban utang tersebut pada C. Dengan demikian
C yang harus membayar utang B pada A, sedangkan utang C sebelumnya kepada B dianggap
lunas.
Landasan syariah dibolehkannya hawalah terdapat pada hadis dan ijma. Imam Bukhari
dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Menunda
pembayaran bagi orang yang mampu adalah satu kezaliman. Dan jika salah seorang di antara
kamu diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu, terimalah hawalah itu.” Pada hadis
itu Rasulullah memberitahukan kepada orang yang mengutangkan, jika orang yang berutang
menghawalahkan kepada orang yang mampu/kaya, hendaklah ia menerima hawalah tersebut dan
hendaklah ia menagih kepada orang yang dihawalahkan (muhal‟alaih). Dengan demikian haknya
dapat terpenuhi.
Sebagian ulama berpendapat bahwa perintah untuk menerima hawalah dalam hadis itu
menunjukkan wajib. Oleh sebab itu wajib bagi muhal untuk menerima hawalah. Adapun
mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah itu menunjukkan sunnah.Ulama sepakat
membolehkan hawalah. Hawalah dibolehkan pada utang yang tidak berbentuk barang/benda
karena hawalah adalah perpindahan utang. Oleh sebab itu harus pada uang atau kewajiban
finansial.
Kontrak hawalah dalam perbankan syariah biasanya, antara lain, diterapkan pada factoring atau
anjak piutang, di mana para nasabah yang memiliki piutang pada pihak ketiga memindahkan
piutang itu kepada bank. Bank lalu membayar piutang itu untuk selanjutnya bank menagih utang
kepada pihak ketiga. Adapun perbedaannya dengan yang berlangsung di bank konvensional
adalah:
Pada transaksi konvensional, bank membayar nasabah sebesar nilai piutang yang sudah
didiscounted di muka, dan bank menagih akseptor secara penuh. Pada bank syariah, bank
tetap membayar penuh pada nasabah, namun nasabah dikenai biaya administrasi.
A n j a k p i u t a n g | 32
32 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
Pada bank konvensional, setelah pembayaran didiscounted di muka, nasabah masih dikenai
biaya administrasi.
Pada bank konvensional, invoice yang telah jatuh tempo dapat diperjualbelikan dengan
discounted. Di bank syariah transaksi semacam itu dilarang.
Pada bank konvensional, sebelum jatuh tempo piutang tersebut dapat diperjualbelikan lagi
kepada pihak lain, (bahkan bisa beberapa kali pindah tangan). Di bank syariah transaksi
semacam itu juga dilarang.
A n j a k p i u t a n g | 33
33 | k e l o m p o k 6 ( E k i s - D / I V )
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jadi kesimpulannya adalah bahwa perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pemebelian dan atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan. Sedangkan Hiwalah ialah akad
(perjanjian) yang menjamin (berisi) pemindahan utang-piutang dari satu pihak ke pihak lain.
Dalam konvesioanal jenis anjak piutangnya yaitu : Full service factoring, Recourse factoring,
Bulk factoring, Matury factoring, Agency factoring , Invoice discounting, Undisclosed factoring.
Sedangkan dalam syariah yaitu : Factoring atau anjak piutang, Post dated check, Bill discounting
Untuk pihak yang terlibat dalam perjanjian anjak terdiri dari Perusahaan anjak piutang atau
faktor, Klien atau supplier, dan Nasabah atau customer atau debitur sedangkan dalam syariah
para pelakunya yaitu ada Orang yang memindahkan utang(muhlif), Orang yang menerima
hiwalah(rah al-diyan), Orang yang di-hiwalah-kan (mahal‟alaih)
Perbedaan antara anjak piutang konvesional dan syariah terlihat dari perbedaan prinsip
keduanya, dimana Pada transaksi konvensional, bank membayar nasabah sebesar nilai piutang
yang sudah didiscounted di muka, dan bank menagih akseptor secara penuh. Pada bank syariah,
bank tetap membayar penuh pada nasabah, namun nasabah dikenai biaya administrasi. Pada bank
konvensional, setelah pembayaran didiscounted di muka, nasabah masih dikenai biaya
administrasi. Pada bank konvensional, invoice yang telah jatuh tempo dapat diperjualbelikan
dengan discounted. Di bank syariah transaksi semacam itu dilarang. Pada bank konvensional,
sebelum jatuh tempo piutang tersebut dapat diperjualbelikan lagi kepada pihak lain, (bahkan bisa
beberapa kali pindah tangan). Di bank syariah transaksi semacam itu juga dilarang.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, maka diharapak kita bisa mengerti tentang anjak piutang
baik itu secara konvesional maupun syariah. Dan bisa membuat kita lebih cermat lagi dalam
hal memilih bentuk anjak piutang yang baik dan benar.