14

Click here to load reader

Makalah ASP 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah ASP 1

Citation preview

TUGAS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIKMAKALAH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Oleh:

NAMA : ERNI PUJI ASTUTI NIM : A1C 010 093

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangPada masa sekarang ini , dunia usaha semakin berkembang dan membutuhkan pengelolaan yang semakin baik dan sehat. Etika bisnis tidak disangkal lagi memiliki peran yang sangat besar dalam hal tersebut. Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien, dan transfaran merupakan salah satu sumbangsih besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien , transparan, dan mampu memberikan manfaat yang besar bagi seluruh pemegang kepentingan. Saat ini seringkali muncul pertanyaan apakah etika bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi bagi perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnisnya. Etika bisnis dianggap sebagai suatu hal yang merepotkan yang seandainya tidak diindahkan pun suatu bisnis tetap berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan.Menyadari situasi dan kondisi demikian, pemerintah melalui Kementrian Negara BUMN mulai memperkenalkan konsep Good Corporate Governance ini di lingkungn BUMN, sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja BUMN yang memiliki nilai asset yang demikian besar untuk mendukung pencapaian penerimaan/pendapatan Negara, sekaligus menghapuskan berbagai bentuk praktek inefisiensi, korupsi, kolusi, nepotisme dan penyimpangan lainnya untuk memperkuat daya saing BUMN terhadap pasar global.Berangkat dari hal-hal tersebut, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang Good Corporate Governance dan bagaiman praktik dan implementasinya.

2. Perumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan konsep Good Corporate Governance (GCG)?2. Sebutkan prinsip GCG dan praktik atau implementasinya (dikaitkan dengan akuntansi sector publik)3. Apakah arti konsep otonomi daerah dan desentralisasi fiscal?4. Bagaimana bentuk praktik otonomi daerah dan desentralisasi fiskal?

BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG)Sebagai suatu konsep , GCG ternyata tidak memiliki definisi tunggal. Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN, disebutkan bahwa Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai. Good Corporate Government adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para shareholder khususnya dan stakeholder pada umumnya.

Berdasarkan oengertian di atas , secara singkat GCG dapat diartikan sebagai seperangakat system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk mmenciotakan nilai tambah bagi stakeholder.

2. Prinsi-prinsip Good Corporate Governance1. Keadilan (fairness)Keadilan adalah kesetaraan perlakuan dari perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan criteria dan proporsi yang seharusnya. Dalam hal ini yang ditekankan agar pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan terlindungi dari kecurangan serta penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh orang dalam. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi terhadap konflik kepentingan minoritas, membuat pedoman perilaku perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap konflik kepentingan, menetapkan peran dan tanggungjawab dewan komisaris , direksi, dan komite termasuk system remunisasi, menyajikan informasi secara wajar.2. Transparansi/Keterbukaan (transparency)Transparansi adlah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan. Pengungkapan informasi kinerja baik ketepatan waktu maupun akurasinya (keterbukaan dalam proses, pengambilan keputusan, pengawasan, keadilan, kualitas, standarisasi, efisiensi waktu dan biaya). Dengan transparansi, pihak-pihak yang terkait akan dapat melihatdan memahami bagaimana suatu perusahaan dikelola. Namun hal tersebut tidak berarti masalah-masalah yang strategis harus dipublikasikan, sehingga akan mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaab, dapat ikut berperan serta dlam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mnedasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.Transparansi menunjukan proses keterbukaan dari para pengelola manajemen, utamanya manajemen public untuk membangun akses dalam proses pengelolaannya sehingga arus infomasi keluar dan masuk secara berimbang. Jadi dalam proses transparansi informasi masyarakat dapat melihat mengenai apa yang sedang dilakukan dengan menyebarluaskan rencana anggaran , rencana hasil, undang-undang dan peraturan.3. Akuntabilitas (Accountability)Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi dan tugas-tugas sesuai dengan wewenang yang dimiliki oleh seluruh organ perusahaan termasuk pemegang saham . Akuntabilitas ini berkaitan erat dengan perencanaan yang telah disepakati bersama, dimana pelaksanaan dari kegiatan perusahaan harus sesuai dengan perencanaan dan tujuan perusahaan.Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapakan laporan keuangan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat, mengembangkan komite audit dan risiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh dewan komisaris , mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi internal audit sebagai mitra bisnis strategic berdasarkan best practice bukan sekedar audit.Perbedaan perusahaan Publik dan Non publicNoAspekPerusahaan

PublikNon Publik

1Informasi keuangan Harus terbukaTidak Terbuka

2Pemakai InformasiMasyarakat LuasKalangan Terbatas

3Perlindungan InvestorMutlak dan diwajibkanTidak Mutlak

4Jasa Akuntan Publik pemegang sahamMutlak DierlukanTidak Mutlak

5Pemisahan manajemen dan pemilikPentingTidak terlalu penting

4. Pertanggungjawaban (Responsibilit)Pertanggungjawaban adalah kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang , menyadari akan adanya tanggungjawab social, menyadari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi professional dan menjunjung citra, dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.5. Keterbukaan dalam informasi (Disclosure)Disclosure adalah keterbukaan dalam mengungkapkan informasi yang bersipat material dan relevan mengenai perusahaan harus dapat memberikan informasi atau laporan yang akurat dan tepat waktu mengenai kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama untuk perusahaan yang sudah Go Public, dimana pemegang saham sangat berkepentingan dengan informasi kinerja perusahaan tersebut.6. Kemandirian (Independency)Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan bebas dari pengaruh atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme korporasi.

3. Arti Konsep Otonomi Daerah dan Desentralisasi FiskalPerkembangan akuntansi sector public, khususnya di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomo daerah dan desentralisasi fiscal.Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Desentralisasi fiskal didefinisikan sebgai transfer sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensi masing-masing. Dalam konteks hubungan pusat-daerah, desentralisasi fiskal terkait erat dengan persoalan distribusi penerimaan dan pajak serta tanggungjawab pembiayaan serta otonomi beragam level pemerintahan subnasional.

4. Bentuk Praktik Otonomi Daerah dan Desentralisasi FiskalPelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum , juga sebgai implementasi tututan dari adanya era reformasi dan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang luas , lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Perkembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah masing-masing. Pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dilakukan berdasarkan prinsip Negara kesatuan dengan semangat federalisem. Otonomi daerah yang diserahkan bersofat luas. Nyata, dan bertanggung jawab. Luas, kewenangan residu justru berada di pusat; Nyata, bertahan dan berkembang disuatu daerah; dan bertanggung jawab , kewenangan yang diserahkan itu harus diselenggarakan dalam konteks tujuan otonomi daerah. Kewenangan yang diserhkan kepada daerah otonom dalam rangka desentralisasi, harus disertai penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia.Kewenangan yang ditangani pemerintah provinsi mencangkup kewenangan desentrlisasi dan dekonsentrasi. Sementara itu , kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom provinsi mencangkup: Kewenangan Kelautan, seperti eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut, dan lain-lain. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten atau kota akan diserahkan ke pemerintah provinsi.Kriteria yang digunakan dalam menentukan jenis kewenangan yang diserkan kepada daerah otonom provinsi lebih didasarkan pada kriteria efisiensi daripada criteria politik. Jenis kewenangan yang dipandang lebih efisien akan diselenggarakan pemerintah provinsi , dengan pengecualian daerah istimewa dan otonomi khusus.Desentralisasi kekuasaan kepada Daerah disususn berdasarkan pluralism daerah otonom dan pluralism otonomi daerah. Perbedaan daerah otonom provinsi terletak pada kekhuusan atau keistimewaan daerah dan kemampuan menangani jenis kewenangan. Dalam rangka Negara kesatuan, pemerintah pusat masih memiliki kewenangan melakukan pengawasan terhadap daerah otonom.Secara Teoritis , desentralisasi ini diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu: pertama, Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masingmasing daerah. Kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan keputusan ke tingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki informasi yang palig lengkap.Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sector public adalah bahwa dalam rangka pelaksaanaan otonomi daerah , pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi keuangan pada publik , DPRD, dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder pemerintah daerah. Untuk itu pemerintah daerah perlu memiliki system akuntansi dan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang memadai. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu melakukan perbaikan mekanisme auditterhadap instansi pemerintah daerah. Pengembangan system akuntansi pemerintah daerah merupakan suatu tantangan karena lingkungan sektor publik yang sangat kompleks membutuhkan kompetensi tersendiri untuk desain system akuntansi yang akan diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmono (2002) Akuntansi sector publik; ANDI Yogyakarta, Yogyakarta

http;//anhyfreedom.blogspot.com/2013/01/good-corporate-governance.html

http;//blognauun.blogspot.com/2010/04/good-corporate-govenance.html

http;/meyka/b;ogdetik.com/2014/06/23/205/

http;//nayhyunjae92.blogspot.com/asp-otonomi-daerah.html

http;//www.referensimakalah,com/2013/04/pengertian-good-corporate-governance-gcg.html