Makalah Ayat Ekonomi tentang Hak Milik (QS. 2:284)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Korelasi QS. 2:284 dengan fenomena ekonomi kontemporer

Citation preview

  • AYAT EKONOMI

    TENTANG

    HAK MILIK

    MAKALAH

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

    pada Mata Kuliah Ayat Ekonomi

    Dosen Pengampu : Ali Amin Isfandiar, M.Ag

    Oleh :

    Alief Reza Kurnia Chasa

    NIM. 2013113036

    PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

    JURUSAN SYARIAH

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

    PEKALONGAN

    2014

  • AYAT EKONOMI

    TENTANG

    HAK MILIK

    QS. AL-BAQARAH (2) : 284

    A. Bunyi Ayat

    B. Terjemahan

    Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang

    ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau

    kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan

    kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang

    dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah

    Maha Kuasa atas segala sesuatu.

    C. Tafsir Ayat

    Dalam menguraikan ayat ini, penulis menggunakan tafsir ibn

    Katsir. Ayat tersebut menitik beratkan pada 2 hal, yaitu : ( 1 ) Allah SWT.

    Memberitakan bahwa kepunyaan-Nya lah segala apa yang ada di langit

    dan di bumi serta apa yang ada padanya yang ada di antara keduanya. Dia

    mengetahui semua yang ada di dalamnya, tiada yang samar bagi-Nya

    semua hal yang tampak dan yang tersembunyi serta yang tersimpan di

  • dalam hati, sekalipun sangat kecil dan sangat samar.1 ( 2 ) Allah Swt.

    memberitahukan pula bahwa Dia kelak akan melakukan hisab

    (perhitungan) terhadap hamba-hamba-Nya atas semua yang telah mereka

    lakukan dan mereka sembunyikan di dalam hati mereka.2

    D. Korelasi Ayat dengan Fenomena Kontemporer

    Ayat tersebut memiliki korelasi yang kuat dengan sistem

    kepemilikan dalam ekonomi Islam. Namun, dalam makalah ini penulis

    akan membandingkan antara sistem kepemilikan dalam ekonomi Islam

    dengan sistem kepemilikan dalam sistem ekonomi lain. Penulis membagi

    pembahasan dalam 3 bagian, yaitu :

    1) Membandingkan Sistem Ekonomi Islam dengan dua Sistem Ekonomi

    Besar beserta sistem ekonomi turunannya, yaitu Sistem Ekonomi

    Kapitalis dan Sistem Ekonomi Sosialis.

    2) Hak milik dalam pandangan ketiga sistem ekonomi (Islam, kapitalis

    dan sosialis).

    3) Cara memperoleh hak milik dalam ekonomi islam.

    1. Sistem Ekonomi Kapitalis, Sosialis, dan Islam

    a. Sistem Ekonomi Kapitalis

    Ideologi kapitalisme didasarkan pada pandangan Adam Smith

    (1729-1790 M) yang menekankan pada sistem ekonomi pasar, yang

    terkadang juga disebut sistem ekonomi liberal. Prinsip-prinsip dasar

    kapitalis menurut Adam Smith terdiri dari milik pribadi, motif mencari

    laba, dan persaingan bebas.3

    1 Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir Juz 3, (Bandung : Sinar baru algesindo, 2000) hlm. 209

    2 Ibid.

    3 Abdul Aziz, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer,(Bandung : Alfabeta, 2010) hlm. 2

  • Adam Smith mengemukakan kunci pembuka kemakmuran

    adalah prinsip kebebasan alamiah, kebebasan ini meliputi4 :

    1) Hak untuk membeli barang dari mana saja, termasuk produk

    asing,tanpa pembatasan tarif atau kuota impor.

    2) Hak untuk mendapatkan upah sesuai kemampuan pasar. Smith

    menentang usaha negara untuk mengatur upah seacara artifisial.

    3) Hak untuk menabung, investasi, dan mengumpulkan modal tanpa

    pembatasan pemerintah.

    Dalam kapitalisme laissez faire tidak terdapat gagasan yang

    orisinil tentang keadilan sosial yang dicapai melalui usaha yang sadar,

    sementara dalam kapitalisme campuran cikal bakal dari keadilan sosial

    itu terletak pada tekanan kelas-kelas dalam masyarakat dan tidak

    terletak pada keyakinan yang orisinil mengenai adanya persaudaraan

    diantara sesama manusia.5

    b. Sistem Ekonomi Sosialis

    Aliran sosialis muncul sejak permulaan abad 19, setelah

    kebrobokan kapitalisme tersingkap. Munculnya sosialisme dengan

    bentuk yang kuat adalah akibat kezaliman yang diderita oleh

    masyarakat karena sistem ekonomi kapitalis serta berbagai kekeliruan

    yang ada di dalamnya.6

    Sosalisme menurut Karl Max bisa dilihat dari tiga aspek7 :

    1) Bahwa Sumber satu-satunya yang menentukan nilai barang itu

    adalah usaha yang dikorbankan dalam memproduksinya adalah

    bertentangan dengan fakta.

    2) Sistem sosial yang ada pada masanya sebagai akibat dari kondisi

    perekonomian.

    4 Mark Skousen,Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern, (Jakarta : Prenada, 2005) hlm.22-23

    5 Abdul Aziz, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer,(Bandung : Alfabeta, 2010) hlm. 3

    6 Ibid. hlm.5

    7 Ibid. hlm. 10

  • 3) Sistem kehidupan ekonomi harus dihilangkan dengan undang-

    undang perekonomian yang tunduk padanya.

    Karl Marx mendeklarasikan diri dalam The Communist

    Manifesto, yang didalamnya berisi program-program sosialis, antara

    lain8 :

    1) Penghapusan properti tanah dan aplikasi semua sewa tanah demi

    kepentingan publik.

    2) Penghapusan semua hak warisan.

    3) Penyitaan properti dari semua imigran dan pemberontak.

    4) Sentralisasi kredit, alat komunikasi, dan transportasi di tangan

    negara.

    Pada kenyataannya sosialisme Marxis membiarkan terjadinya

    ketidakadilan yang dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok

    lainnya.

    c. Sistem Ekonomi Islam

    Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi kapitalis maupun

    ekonomi sosialis. Juga bukan merupakan sintesa dari kedua doktrin

    tersebut. Ekonomi Islam sejak awal merupakan formulasi yang

    didasarkan atas pandangan lslam tentang kehidupan atau suatu sistem

    hidup (way of life).9 Dengan demikian, ekonomi Islam merupakan

    suatu konsep perekonomian yang prinsip/nilainya berdasarkan atas 2

    sumber otoritatif, yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.

    Tujuan keadilan sosioekonomi dan distribusi kekayaan dan

    pendapatan yang merata, secara aklamasi dipandang sebagai bagian tak

    terpisahkan dari falsafah moral Islam dan didasarkan komitmennya

    yang pasti terhadap persaudaraan kemanusiaan.10

    8 Mark Skousen, Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern, (Jakarta : Prenada, 2005) hlm.189

    9 M. Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta, Gema Insani Press, 2001)

    hlm.3 10

    M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), hlm. 4

  • Tuntutan kemakmuran material dalam kerangka nilai-nilai

    Islam menghendaki11

    :

    Tidak boleh dicapai lewat produksi barang dan jasa yang tidak

    esensial.

    Tidak boleh memperlebar kesenjangan sosial antara si kaya dan

    si miskin dengan mendorong konsumsi yang mencolok.

    Tidak boleh menimbulkan bahaya kepada generasi sekarang

    atau yang akan datang.

    Muh. Nejatullah Siddiqi merumuskan 5 tujuan aktivitas

    ekonomi dalam pandangan Islam12

    . Yaitu :

    1) Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana

    2) Memenuhi kebutuhan keluarga

    3) Memenuhi kebutuhan jangka panjang

    4) Menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan

    5) Memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan

    Allah SWT.

    2. Hak Milik dalam Pandangan Ketiga Sistem Ekonomi

    1) Hak Milik dalam Sistem Ekonomi Kapitalis13

    Kapitalis menganggap kebebasan individu tanpa batas untuk

    mencari kekayaan pribadi dan untuk memiliki dan mengatur

    kepemilikan pribadi sebagai sebuah keharusan bagi inisiatif

    individu.

    Kapitalis tidak mengakui perlunya peranan penting pemerintah

    atau pertimbangan nilai kolektif baik dalam efisiensi alokasi

    maupun keadilan distribusi.

    11

    Ibid. hlm. 3 12

    Muh. Nejatullah Siddiqi (1991) sebagaimana yang dikutip oleh Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 4 13

    Abdul Aziz, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer,(Bandung : Alfabeta, 2010) hlm. 4

  • Kapitalis mengklaim bahwa pemenuhan kepentingan pribadi

    oleh semua individu juga akan secara otomatis memenuhi

    kepentingan sosial bersama.

    2) Hak Milik dalam Sistem Ekonomi Sosialis

    Taqyudin an-Nabhani mencatat ada 3 prinsip kepemilikan

    sosialis14

    , yaitu :

    Mewujudkan kesamaan secara riil

    Menghapus kepemilikan individu secara keseluruhan atau

    sebagian

    Mengatur produksi dan distribusi secara kolektif

    3) Hak Milik dalam Sistem Ekonomi Islam

    Pandangan kepemilikan dalam Islam adalah menempatkan

    manusia sebatas sebagai pengelola. Oleh karena itulah manusia

    bukanlah pemilik hakiki atas harta yang ada di tangannya, teteapi

    ia adalah pemilik obyektif atas harta Allah SWT. Pemilik hakiki

    atas harta adalah Allah SWT. Manusia diberi ruang untuk

    menguasai harta dan melakukan tindakan hukum atasnya sesuai

    dengan yang digariskan Sang Pemilik Hakiki, Allah SWT.15

    Nilai-

    nilai dasar kepemilikan dalam ekonomi yang berfalsafah Tauhid,

    adalah sebagai berikut16

    :

    Pemilikan terletak pada kemanfaatannya dan bukan menguasai

    secara mutlak terhadap sumber-sumber ekonomi.

    Pemilikan terbatas sepanjang usia hidup manusia di dunia, dan

    bila orang itu mati, harus didistribusikan kepada ahli warisnya

    menurut ketentuan Islam (QS. 2:180, QS. 4:11-12,176)

    14

    Ibid. hlm. 6 15

    M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta : Logung Pustaka, 2009), hlm.28 16

    Abdul Aziz, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer,(Bandung : Alfabeta, 2010) hlm.21

  • Pemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap sumber-

    sumber ekonomi yang menyangkut kepentingan umum atau

    menjadi hajat hidup orang banyak. Sumber-sumber ini menjadi

    milik umum atau dikuasai negara. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

    3. Cara Mendapatkan Hak Milik dalam Ekonomi Islam

    Setidaknya ada 4 cara mendapatkan kepemilikan dalam Islam

    jika dilihat dari kajian fiqh muamalah,17

    yaitu :

    1) Ikhraj al-Mubahat; Penguasaan terhadap harta yang belum dimiliki

    seseorang atau badan hukum. Proses kepemilikan ini

    dimungkinkan jika obyek benda belum ada hak kepemilikan

    atasnya, baik secara perorangan maupun badan hukum. Seperti

    kayu di hutan belantara.

    2) Al-Milk bi al-Aqd; Kepemilikan terjadi melalui suatu akad yang

    dilakukan dengan seseorang atau badan hukum, seperti dengan

    akad jual beli, hibah, waqaf, dan sebagainya. Kepemilikan ini

    selalu melibatkan pihak-pihak tertentu, sehingga keabsahan

    kepemilikan sangat tergantung pada masing-masnig pihak.

    3) Al-Milk bi al-Khalafiyah; Kepemilikan yang terjadi dengan cara

    penggantian dari seseorang kepada orang lain, seperti terjadi pada

    kepemilikan yang disebabkan oleh warisan.

    4) Tawallud min al-mamluk; yakni hasil/buah dari harta yang telah

    dimiliki seseorang, baik itu datang secara alami (seperti buah di

    kebun) atau melalui usaha pemiliknya seperti hasil usaha sebagai

    pekerja atau keuntungan yang diperoleh seorang pedagang.

    17

    M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta : Logung Pustaka), hlm.29

  • E. Kesimpulan

    Ayat ini dalam pandangan kontemporer sangat berkaitan dengan

    sistem ekonomi Islam, khususnya perihal hak kepemilikan. Dalam

    makalah ini penulis mencoba membandingkan sistem ekonomi Islam

    dengan 2 sistem ekonomi besar lainnya, yaitu sistem kapitalis dan sosialis.

    Hasilnya dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi Islam memiliki

    keunggulan mutlak dibandingkan 2 sistem lainnya, Sistem ekonomi Islam

    mampu menjawab kelemahan-kelemahan yang ada pada sistem kapitalis

    dan sosialis.

    Sistem kepemilikan dalam Islam juga lebih adil dibandingkan

    sistem kepemilikan lainnya, karena sistem ekonomi Islam mengakui

    adanya hak pribadi namun membatasi hak tersebut demi kesejahteraan

    masyarakat yang merata. Sistem kepemilikan dalam Islam memiliki 4

    macam yaitu Ikhraj al-Mubahat, Al-Milk bi al-Aqd, Al-Milk bi al-

    Khalafiyah, Tawallud min al-mamluk.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir Juz 3, Bandung : Sinar baru algesindo,

    2000.

    Aziz, Abdul, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer,

    Bandung : Alfabeta, 2010.

    Skousen, Mark , Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern,

    Jakarta : Prenada, 2005.

    Antonio, M. Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta:

    Gema Insani Press, 2001.

    Afandi, M. Yazid , Fiqh Muamalah, Yogyakarta : Logung Pustaka,

    2009.

    Chapra, M. Umer , Sistem Moneter Islam, Jakarta : Gema Insani

    Press, 2000.

    K. Lubis, Suhrawardi , Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar

    Grafika, 2012.