Upload
intan-ayu-hapsari
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point / HACCP)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah keamanan pangan merupakan masalah penting dalam bidang pangan di
Indonesia dan perlu mendapat perhatian khusus dalam program pengawasan pangan.
Penyakit dan kematian yang ditimbulkan melalui makanan di Indonesia sampai saat ini masih
tinggi, walaupun prinsip-prinsip pengendalian untuk berbagai penyakit tersebut pada
umumnya telah diketahui. Pengawasan pangan yang mengandalkan pada uji produk akhir
tidak dapat mengimbangi kemajuan yang pesat dalam industri pangan, dan tidak dapat
menjamin keamanan makanan yang beredar di pasaran. Pendekatan tradisional yang selama
ini dilakukan dapat dianggap telah gagal untuk mengatasi masalah tersebut.
Oleh karena itu, dikembangkan suatu sistem jaminan keamanan pangan yang disebut
Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point /
HACCP) merupakan suatu tindakan pencegahan yang efektif untuk menjamin keamanan
pangan. Sistem ini mencoba untuk mengidentifikasi berbagai bahaya yang berhubungan
dengan suatu keadaan pada saat pembuatan, pengolahan atau penyiapan makanan, menilai
resiko-resiko yang terkait dan menentukan kegiatan prosedur pengendalian akan berdaya
guna. Sehingga, prosedur pengendalian lebih diarahkan pada kegiatan tertentu yang penting
dalam menjamin keamanan makanan.
Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) atau analisi bahaya dan
pengendalian titik kritis dalam pembuatan tahu di industri rumahan merupakan hal yang
penting mengingat pembuatan tahu di industri erat kaitannya dengan kesehatan. HACCP
(Hazard Analysis and Critical Control Point) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk
menilai bahaya dan menetapakan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan.
HACCP menekankan pentingnya mutu keamanan pangan. Karena itu, sebagai suatu sistem
jaminan mutu keamanan pangan, HACCP dapat diterapkan pada seluruh mata rantai proses
pengolahan produk pangan (dari bahan baku sampai produk dikonsumsi).
Menurut Ferdiaz 1993, HACCP adalah sistem pencegahan yang dikendalikan pada
titik kendali kritis bahan atau tahapan proses untuk menentukan komponen, kondisi atau
tahap proses yang tepat untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa HACCP diperlukan pada pembuatan tahu?
2. Bagaimana penerapan HACCP pada proses pembuatan tahu ?
3. Bagaimana cara menjaga produk tahu agar tetap bermutu baik sampai ke konsumen?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor kerusakan dan titik kritis pada bahan pembuatan tahu
2. Mengetahui sejauhmana penerapan HACCP pada proses pembuatan tahu
3. Mengetahui cara menjaga produk tahu agar tetap bermutu baik sampai ke konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor yang menyebabkan kerusakan dan Titik kritis pada bahan pembuatan tahu
CCP ditetapkan pada setiap tahap proses mulai dari awal produksi suatau
makanan hingga sampai ke konsumsi. Pada setiap tahap ditetapkan jumlah CCP untuk
bahaya mirobiologis, kimia, maupun fisik. Pada beberapa produk pangan, formulasi
makanan mempengaruhi tingkat keamanannya, oleh karena itu CCP pada produk
semacam ini diperlukan untuk mengontrol beberapa parameter seperti pH, aktivitas
air (aw), dan adanya bahan tambahan makanan.
Batas kritis adalah nilai yang memisahkan antara nilai yang dapat diterima
dengan nilai yang tidak dapat diterima pada setiap CCP. Titik pengendalian kritis
(CCP) dapat merupakan bahan mentah/baku, sebuah lokasi, suatu tahap pengolahan,
praktek atau prosedur kerja, namun harus spesifik, misalnya:
Tidak adanya pencemar tertentu dalam bahan mentah / baku.
Standar higienis dalam ruangan pemasakan / dapur
Pemisahan fasilitas yang digunakan untuk produk mentah dan yang untuk
produk jadi/masak.
Kriteria yang sering digunakan adalah suhu, waktu, kelembaban, pH, water
activity (aw), keasaman, bahan pengawet, konsentrasi garam, viskositas, adanya zat
klorin, dan parameter indera (sensory) seperti penampilan dan tekstur.
Titik kritis pada tahu, di antaranya saat penyimpanan tahu dengan suhu yang
tidak tepat akibatnya tahu berubah tekstur, aroma, dan warna. Penambahan bahan
penggumpal seperti asam asetat atau batu tahu dengan suhu yang tidak sesuai tidak
akan membentuk crurt, serta pemisahan sebagian dari sisa cairan penggumpalan
(whey) yang tidak sesuai.
2.2 Penerapan HACCP pada proses pembuatan tahu
Penerapan HACCP sangat bermanfaaat bagi industri baik pabrik maupun
industri rumah tangga. Terdapat beberapa keuntungan pokok yang diperoleh
pemerintah dan instansi kesehatan serta konsumen dari penerapan HACCP sebagai
alat pengatur keamanan makanan:
1. HACCP adalah suatu pendekatan yang sistematis yang dapat diterapkan pada semua
aspek dari pengamanan makanan,termasuk bahaya secara biologi, kimia, dan fisik
pada setiap tahapan dari rantai makanan mulai dari bahan baku sampai penggunaan
produk akhir.
2. HACCP dapat memberikan dasar nuansa statistik untuk mendemonstrasikan kegiatan
yang dapat atau mungkin dilakukan untuk mencegah terjadi bahaya sebelum
mencapai konsumen.
3. Sistem HACCP memfokuskan kepada upaya timbulnya bahaya dalam proses
pengolahan makanan.
4. Penerapan HACCP melengkapi sistem pemeriksaan oleh pemerintah sehingga
pengawasan menjadi optimal.
5. Pendekatan HACCP memfokuskan pemeriksaan kepada tahap kegiatan yang kritis
dari proses produksi y ang langsung berkaitan dengan konsumsi makanan.
6. Sistem HACCP meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi
makanan.
7. Dapat meningkatkan kepercayaan akan keamanan makanan olahan dan karena itu
mempromosikan perdagangan dan stabilitas usaha makanan (Suklan, 1998).
2.3.1 Mendeskripsikan Produk
Menurut Muhandari dan Kadarisman (2008), deskripsi produk artinya
membuat gambaran yang lengkap tentang produk yang dihasilkan. Tujuan deskrepsi
produk adalah untuk mengetahui adanya resiko suatu bahan atau proses saat produk
dihasilkan, memudahkan dalam proses analisis bahaya dan pengendalian titik kritis,
serta agar konsumen mengetahui produk yang akan dikonsumsi.
Tahu merupakan makan yang terbuat dari kacang kedelai. Pada tahun 1970,
tahu menjadi terkenal sebagai makanan alternatif dari daging yang “ramah
lingkungan”. Orang-orang yang memperhatikan tentang kelaparan di seluruh dunia
serta pemeliharaan sumber-sumber alam menganggap tahu sebagai pilihan makanan
yang lebih murah dibandingkan produk hewani.
Tahu merupakan salah satu bahan makanan pokok di negeri ini, yang termasuk
dalam makanan 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna. Tahu juga merupakan makanan
yang mengandung sangat banyak gizi dan cukup mudah untuk diproduksi. Untuk
memproduksi tahu bahan-bahan yang dibutuhkan hanya berupa kacang kedelai. Tidak
heran jika saat ini kita dapat menemukan banyak sekali pabrik pembuatan tahu, baik
dalam bentuk usaha kecil dan usaha menengah yang masih menggunakan cara
konvensional ataupun usaha-usaha yang sudah cukup sukses dengan cara pembuatan
yang lebih modern.
2.3.2 Mengidentifikasi Cara Pembuatan Tahu
Proses pembuatan tahu diawali dengan memilih kedelai yang bersih dan besar
ukurannya, kemudian cuci sampai bersih. Kedelai direndam hingga tenggelam dalam
air bersih dan mengembang. Kedelai yang telah mengembang dicuci kembali untuk
menghindari kedelai cepat masam. Lalu kedelai dihancurkan dengan ditumbuk secara
perlahan dan menambahkan air sedikit demi sedikit hingga kedelai berbentuk bubur.
Bubur kedelai dimasak pada suhu tujuh puluh sampai delapan puluh derajat celcius
hingga mengental. Bubur kedelai disaring bersama batu tahu atau asam sambil diaduk
secara perlahan. Proses ini akan menghasilkan endapan tahu (gumpalan). Endapan
tahu di press dan di cetak.
2.3.3 Verifikasi Program HACCP
Verifikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menilai segala sesuatu telah berada pada jalur yang benar. Frekuensi verifikasi harus cukup untuk menginformasikan bahwa sistem HACCP telah bekerja secara efektif. Verifikasi secara umum memilii empat jenis kegiatan, yaitu validasi HACCP, peninjauan kembali (review) hasil pemantauan, pengujian produk, dan audit. Validasi dilakukan untuk memberi informasi bahwa semua bahaya sudah diidentifikasi, tindakan pencegahan sudah diidentifikasi untuk setiap bahaya, batas kritis telah cukup, dan prosedur pemantauan serta peralatan sudah memadai. Peninjauan kembali hasil pemantauan dilakukan dengan memantau dokumen terkait. Pengujian produk dilakukan sebagai konfirmasi untuk pengendalian bahaya pada CCP telah tercapai
sehingga produk yang dihasilkan aman bagi konsumen. Audit dilakukan secara internal maupun eksternal dari badan bersertifikasi.
Verifikasi yang dilakukan oleh pabrik pembuatan tahu terkait CCP dilakukan berdasarkan empat jenis kegiatan tersebut. Verifikasi hasil pemantauan CCP dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pengujian produk terkait CCP akan divalidasi setiap setahun sekali dan jika ada penambahan produk serta perubahan proses produksi. Audit yang diterapkan oleh pabrik pembuatan tahu terkait CCP adalah audit setiap keamanan pangan. Audit yang dilakukan terdiri dari audit internal dan eksternal. Audit internal dilakukan dua kali pertahun oleh Tim Audit Internal. Audit eksternal dilakukan perenam bulan sekali dengan jadwal yang telah ditentukan oleh auditor eksternal.
2.3.4 Analisis Bahaya dan Identifikasi Tindakan Pencegahan
Menurut Thaheer (2005), analisis bahaya adalah proses pengumpulan dan
menilai informasi mengenai bahaya dan sampai terjadi bahaya, untuk menentukan
dampak bahaya terhadap keamanan pangan dan ditangani dalam rencana HACCP.
Pada kegiatan proses produksi terdapat lima aspek yang dapat berpotensi menjadi
sumber bahaya, yaitu bahan baku, proses, peralatan, manusia, dan lingkungan atau
infrastruktur.
Pada bagian ini mempelajari jenis -jenis mikroorganisme, bahan kimia dan
benda asing terkait yang harus didefinisikan. Untuk dapat melakukan ini, tim harus
memeriksa karakteristik produk serta bahaya yang akan timbul waktu dikonsumsi
oleh konsumen. Terdapat tiga bahaya (hazard) yang dapat menyebabkan makanan
menjadi tidak aman untuk dikonsumsi, yaitu hazard fisik,kimia, dan biologi. Bahaya
fisik termasuk benda -benda seperti pecahan logam, gelas, batu, yang dapat
menimbulkan luka di mulut, gigi patah, tercekik ataupun perlukaan pada saluran
pencernakan. Bahaya kimia antara lain pestisida, zat pembersih, antibiotik, logam
berat, dan bahan tambahan makanan. Bahaya biologi antara lain mikroba patogen
(parasit, bakteri), tanaman, dan hewan beracun.
Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Formulasi; adalah bahan mentah dan bahan baku yang dapat mempengaruhi
keamanan dan kestabilan produk.
b. Proses; adalah parameter proses pengolahan yang dapat mempengaruhi bahaya.
c. Kemasan; adalah perlindungan terhadap kontaminasi ulang dan pertumbuhan
mikroorganisme
d. Penyimpanan/penanganan; adalah waktu dan kondisi suhu serta penanganan di
dapur dan penyimpanan di etalase.
e. Perlakuan konsumen; digunakan oleh konsumen atau ahli masak professional.
f. Target grup; yaitu pemakai akhir makanan tersebut (bayi, orang dewasa, lanjut
usia)
Semua faktor ini harus dipertimbangkan untuk menentukan risiko serta tingkat
bahaya yang dikandungnya. Tiap -tiap pengawasan/studi harus memeriksa
mikroorganisme tertentu, bahan kimia atau pencemar fisik yang mungkin
mempengaruhi keamanan produk tertentu. Pengendalian dapat didefinisi kan secara
tepat dengan cara ini.
Bahaya produk tahu dapat ditinjau melalui kerusakan mikrobiologis (cemaran
bakteri E.Coli) dari air yang digunakan dalam proses pencucian yang kurang higienis,
kerusakan kimia dengan penambahan bahan tambahan pangan terlarang yang masih
dilakukan oleh beberapa produsen tahu seperti formalin, dan kerusakan fisik akibat
kontaminasi dengan lingkungan sekitar atau kontaminasi zat asing.
2.3.5 Tindakan Koreksi
Tindakan perbaikan adalah kegiatan yang dilakukan bila berdasarkan hasil
pengamatan menunjukkan telah terjadi penyimpangan dalam CCP pada batas kritis
tertentu atau nilai target tertentu atau ketika hasil pemantauan menunjukkan
kecenderungan kurangnya pengendalian.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1Simpulan
3.2Saran
HACCP dapat terlaksana dengan baik jika seluruh aspek yang
berkaitan dengan keamanan pangan dapat saling bekerja sama dengan
baik seperti personil, peralatan, bahan baku, keadaan bangunan, bahkan
pimpinan perusahaan. Oleh karena itu, setiap peralatan