Upload
wahyu-skn
View
37
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bismillahvnnnnnnnnn
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa terpisahkan dalam proses
belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap
semester mahasiswa harus menulis makalah atau tulisan lainnya, bahkan untuk sebagian
besar mata kuliah yang ditempuh. Dengan demikian mereka diharapkan akan memiliki
wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai keterampilan dalam menulis.
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah
kalimat. Oleh sebab itu, sebuah kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat.
Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahami orang lain secara tepat.
Kalimat yang demikian tersebut disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah
memiliki kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat
efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan
penulis terhadap pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud kalimat efektif dalam tulisan ilmiah ?
1.2.2 Bagaimanakah karakteristik kalimat efektif ?
1.2.3 Apa saja sebab-sebab ketidakefektifan kalimat ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mampu menjelaskan pengertian kalimat efektif dalam tulisan ilmiah.
1.3.2 Mampu menjelaskan berbagai karakteristik kalimat efektif dalam tulisan ilmiah.
1.3.3 Mampu mengaplikasikan kalimat efektif dalam tulisan ilmiah.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kalimat Efektif dalam Tulisan Ilmiah
Kalimat efektif adalah kalimat yang berisi gagasan pembicara atau penulis yang
dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca (singkat), hemat dalam pemakaian atau
pemilihan kata-kata (jelas), dan sesuai dengan kadah bahasa yang berlaku (tepat).
Penggunaan kalimat efektif dalam tulisan ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi
penulis dan pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang
digunakan dapat mengakomodasi gagasan ilmu penulis secara tepat dan akurat.
Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang
dimaksudkan penulisnya.
2.2 Karakteristik Kalimat Efektif dalam Tulisan Ilmiah
Secara garis besar kalimat efektif mempunyai ciri-ciri gramatikal, bernalar atau
logis, efisien, dan jelas. Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok
yang perlu dimiliki oleh semua kalimat dalam tulisan ilmiah.
2.2.1 Gramatikal
Syarat pertama kalimat efektif adalah bersifat gramatikal atau kebenaran kalimat.
Suatu kalimat dikatakan gramatikal apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa
yang bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam
kalimat tersebut. Selain itu, kaidah tata bahasa selalu dimiliki oleh penutur asli bahasa
yang dimaksud. Maksudnya, penutur asli mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata
bahasanya.
Sifat gramatikal dari sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis,
bentuk kata, dan ketepatan diksi. Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila
urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat
penuturnya.
3
Contoh:
1. Surat itu saya telah tanda tangani Surat itu telah saya tanda tangani
2. Buku itu diambil oleh saya Buku itu saya ambil
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk kata
yang digunakan dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata.
Kesalahan pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa
ketidaklengkapan pembentukan dan ketidakcermatan pembentukan kata.
Contoh:
1. Mike Tyson pukul KO lawannya Mike Tyson memukul KO lawannya.
2. Pemerintah bantu korban bencana alam Pemerintah membantu korban
bencana alam.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu
tidak terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang
tepat serta sesuai dengan perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna)
kolokasi dan sinonim.
Contoh:
1. Lampu di ruang tamu itu telah tewas Lampu di ruang tamu itu telah mati.
2. Ibu saya tampan sekali. Ibu saya cantik sekali.
2.2.2 Logis
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat
diterima oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya,
bukan strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang
dipaparkan dalam kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang
disampaikan masuk akal, hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan
hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal (Suwignyo dkk, 2001).
4
Contoh:
Kuda memanjat pohon
Seharusnya :
Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon (kalimat tidak logis).
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang
digunakan. Diksi yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang
dikandungnya.
Contoh :
Pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh polisi.
Seharusnya :
Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.
Contoh :
Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
Seharusnya :
Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk
adiknya.
Kalimat menjadi tidak logis dapat juga disebabkan oleh pengguna logika bahasa
yang salah.
Contoh:
1. Waktu dan tempat kami persilakan!
5
2. Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Seharusnya :
1. Waktu dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak Koswara kami
persilahkan!
2. Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.
2.2.3 Efisien
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata.
Artinya, kalimat itu hanya menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat
menyampaikan informasi secara tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan
menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan
menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang selama kurang lebih dua bulan
melaksanakan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang kami programkan di
desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor
Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli
2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya :
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa
Pronojiwo pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut
belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tidak ada
manfaatnya (atau tidak ada unsur mubazir).
Contoh :
6
1. Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah
Kabul dukungan Soviet di perbatasan kota.
2. Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
Seharusnya :
1. Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul
dukungan Soviet di perbatasan kota.
2. Amuba itu hewan yang sangat kecil.
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan
unsur mubazir. Unsur mubazir itu dapat berupa penggunaan kata tugas.
Contoh :
1. Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
2. Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
Seharusnya :
1. Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
2. Mereka membicarakan hasil penelitiannya.
2.2.4 Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi)
kepada orang lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami
dengan mudah oleh para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami
itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan
banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang
ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah
pengertian.
7
Contoh :
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti :
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai,
dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat.
Dalam surat kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan
penggunaan tanda baca.
Contoh:
Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
Seharusnya :
Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan
tanda koma)
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami
proposisi kalimat.
Contoh:
Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan
suatu kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti
kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,
berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja
keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana
seperti berikut :
8
Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat
menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu
juga dapat dihasilkan manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti
kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar,
dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan
serta manusia yang terlatih bekerja keras.
2.3 Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat
Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai
dengan maksud penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami
oleh pembacanya termasuk kalimat yang tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat tersebut
antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
2.3.1 Kontaminasi, yaitu merancukan dua struktur benar dan satu struktur salah
Contoh :
1. Diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah).
2. Memperkuat, menguatkan (benar) - memperkuatkan (salah).
3. Sangat baik, baik sekali (benar) - sangat baik sekali (salah).
4. Saling memukul, pukul-memukul (benar) - saling pukul-memukul (salah).
5. Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah).
2.3.2 Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.
Contoh :
1. Para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para).
2. Para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak).
3. Banyak siswa-siswa (banyak siswa).
4. Saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’).
5. Agar supaya (agar bersinonim dengan supaya).
9
6. Disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena).
2.3.4 Tidak memiliki subjek
Contoh:
1. Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)
2. Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
3. Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
2.3.5 Adanya kata depan yang tidak perlu (TITIW)
Contoh :
1. Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada
dihilangkan)
2. Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada dihilangkan)
3. Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)
2.3.6 Salah nalar
Contoh :
1. Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan).
2. Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa menolak?).
3. Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan).
4. Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas).
5. Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang).
6. Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi).
7. Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek
bernyawa).
2.3.7 Kesalahan pembentukkan kata
Contoh :
10
1. Mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
2. Menyetop seharusnya menstop
3. Mensoal seharusnya menyoal
4. Ilmiawan seharusnya ilmuwan
5. Sejarawan seharusnya ahli sejarah
2.3.8 Pengaruh Bahasa Asing
Contoh :
1. Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (kata rumah seharusnya
tempat).
2. Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada
dihilangkan).
3. Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya
katakan).
2.3.9 Pengaruh Bahasa Daerah
Contoh:
1. … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir).
2. … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona).
3. Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin).
2.4. Kesalahan-Kesalahan dalam Penulisan Kalimat Efektif
2.4.1 Alinea yang Efektif
Pada dasarnya setiap karya tulis merupakan sekumpulan alinea yang membahas
suatu permasalahan. Oleh karena itu, kemampuan menulis alinea yang baik adalah
persyaratan yang sangat penting dalam menulis karya ilmiah. Berikut ini merupakan
konsep-konsep mendasar yang perlu dikuasai dalam rangka mengembangkan
kemampuan menulis alinea yang efektif.
11
Alinea pada hakikatnya merupakan perpaduan sekelompok kalimat yang
membahas satu ide pokok. Seluruh kalimat itu harus memiliki hubungan logis. Kalimat
yang tidak berhubungan logis (atau tidak relevan dengan ide) pokok harus dihapus dari
alinea. Kalimat yang bersifat pengulangan juga harus dihilangkan.
Dilihat dari fungsinya, kalimat-kalimat pembangun sebuah alinea dapat
dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu kalimat topik, kalimat pendukung, dan kalimat
kesimpulan. Kalimat topik berfungsi menyatakan ide pokok atau mengungkapkan apa
yang akan kita bahas dalam alinea tersebut. Kalimat pendukung berfungsi menghadirkan
bukti, fakta, argumen, atau penjelasan lain untuk memperjelas ide pokok. Sedangkan
kalimat kesimpulan digunakan untuk merangkum isi alinea atau menunjukkan transisi ke
alinea berikutnya. Tidak semua alinea membutuhkan kalimat kesimpulan. Oleh karena
itu, jenis kalimat yang harus ada dalam sebuah alinea adalah kalimat topik dan
pendukung. Tampilan sebuah alinea dapat digambarkan seperti dalam contoh berikut :
Contoh : Tampilan sebuah alinea
(Kalimat topik) …………………………………………………….………………
(Kalimat pendukung) …………………………………………………(Kalimat
pendukung) ……………………………………………………………………(Kalimat
pendukung) ………………………………………………………… (Kalimat pendukung)
…………………………………………………(Kalimat kesimpulan)
a. Kalimat Topik
Dalam tulisan ilmiah, kalimat topik dapat ditempatkan di awal atau di akhir
alinea, tergantung pola berpikir yang gunakan. Jika penulis menggunakan pola
berpikir deduktif, kalimat topik diposisikan di awal alinea. Sedangkan induktif,
diposisikan di akhir alinea. Untuk penulis pemula, menempatkan kalimat topik di
awal alinea lebih disarankan, karena mendukung suatu ide yang lebih umum dengan
menghadirkan detil-detil yang spesifik (deduktif) biasanya lebih mudah dilakukan
daripada menyimpulkan beberapa detil spesifik menjadi sebuah ide yang lebih umum.
12
Selain itu, kalimat topik harus mengandung tiga unsur : subjek, verba, dan
ide pengendali (controlling idea). Subjek dalam kalimat topik berperan sebagai topik
alinea. Sedangkan ide pengendali merupakan sebuah kata atau frasa yang
mengendalikan informasi-informasi dalam kalimat-kalimat lain alinea tersebut.
Subjek bisa diletakkan di awal kalimat topik (sebelum verba) atau di akhir (sesudah
verba). Lihat contoh berikut :
1. Karya ilmiah memiliki empat ciri khas.
S V IP
2. Terdapat empat ciri khas yang dimiliki oleh karya ilmiah.
IP V S
Berdasarkan penjelasan diatas, terungkap bahwa sebuah kalimat topi harus
memenuhi tiga persyaratan. Pertama, kalimat topik harus berbentuk kalimat lengkap
(complete). Dalam kalimat itu harus terdapat unsur subjek, predikat, dan objek (ide
pengendali). Kedua, cakupan ide pengendali harus terbatas (limited), dalam arti tidak
lebih dari satu ide karena sebuah alinea hanya dapat membahas sebuah ide secara
tuntas. Ketiga, ide pengendali harus spesifik. Hal ini berarti ide tersebut harus relevan
dan secara langsung berhubungan dengan topik. Untuk memahami ketiga persyaratan
kalimat topik ini secara lebih jelas, lihat contoh berikut :
1.a. Kemampuan menulis yang baik.
1.b. Kemampuan menulis yang baik memberikan banyak keuntungan.
2.a. Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah.
2.b. Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah dan
penduduknya yang ramah.
3.a. Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius.
3.b. Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius bagi
kalangan berpenghasilan rendah.
Kalimat (1.a.) di atas bukan kalimat topik yang baik karena tidak memiliki
unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Sedangkan kalimat (1.b.) adalah kalimat
topik yang baik karena adanya unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Kalimat
13
(2.a.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya hanya satu, yakni
“berbagai pemandangan yang indah”. Kalimat (2.a.) bukan kalimat topik yang baik
karena ide pengendalinya lebih dari satu. Kalimat (3.a.) bukan merupakan kalimat
topik yang baik karena ide pengendalinya tidak spesifik—bagi siapa masalah yang
serius tersebut timbul? Kalimat (3.b.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide
pengendalinya secara spesifik menyatakan masalah yang serius tersebut dialami
kalangan berpenghasilan rendah.
b. Kalimat Pendukung
Kalimat pendukung dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama, kalimat
pendukung mayor, yaitu kalimat-kalimat yang secara langsung digunakan untuk
menjelaskan ide pokok dalam yang dinyatakan dalam kalimat topik. Penjelasan
tersebut bisa dilakukan dengan cara menghadirkan bukti, fakta, argumen, kutipan atau
penjelasan lain. Kedua, kalimat pendukung minor, yaitu kalimat-kalimat yang
fungsinya memberikan keterangan yang lebih terperinci terhadap penjelasan dalam
suatu kalimat pendukung mayor. Keberadaan satu atau lebih kalimat pendukung
mayor dalam sebuah alinea adalah keharusan.
Sedangkan keberadaan kalimat pendukung minor sangat tergantung pada apakah
penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor masih perlu diberikan penjelasan
yang lebih terperinci atau tidak. Dengan kata lain, tidak semua alinea memiliki
kalimat pendukung minor. Lihat contoh berikut :
Penggunaan bahasa sebagai media komunikasi telah menjalani empat
tahapan evolusi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. (2) Penelitian
antropologis mengungkapkan bahasa mulai dikembangkan masyarakat manusia
sebagai sarana komunikasi antar individu dalam kelompok kecil sekitar 200.000
tahun lalu (Gianella dan Hopkins, 2006: 12). (3) Pada waktu itu, bahasa digunakan
hanya untuk berbagi informasi dan perasaan mengenai kehidupan sehari-hari. (4)
Sekitar tahun 30.000 sebelum masehi, kebutuhan untuk berkomunikasi dengan
individu lain dari kelompok dan generasi berbeda mendorong manusia menciptakan
bahasa tertulis. (5) Petroglif, piktogram, dan ideogram di dinding gua, seperti
Chauvet Cave di Prancis Selatan, adalah contoh upaya menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan kelompok dan generasi berbeda (Moore, 2005: 20). (6)
14
Perkembangan ini kemudian diikuti oleh penemuan sistem tulisan sekitar 4000 tahun
SM, yang memungkinkan pendokumentasian peristiwa dan data dalam bentuk yang
lebih permanen. (7) Perkembangan teknologi informasi, yang dimulai dengan
penemuan telegraf pada tahun 1837, telefon (1871), dan internet pada abad ke-20
membuat komunikasi dengan bahasa dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu.
Dalam alinea di atas, kalimat (1) adalah kalimat topik (KT). Kalimat (2)
merupakan kalimat pendukung mayor pertama (KPM1) yang secara langsung
menjelaskan tahapan evolusi bahasa sebagai media komunikasi dengan menghadirkan
tahapan awal perkembangan bahasa. Kalimat (3) adalah kalimat pendukung minor
(KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM1.
Kalimat (4) merupakan kalimat pendukung mayor kedua (KPM2) yang secara
langsung menjelaskan tahapan kedua evolusi bahasa. Kalimat (5) adalah kalimat
pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi
dalam KPM2. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor ketiga (KPM3) yang
secara langsung menjelaskan tahapan ketiga evolusi bahasa. Kalimat (6) merupakan
kalimat pendukung mayor keempat (KPM4) yang secara langsung menjelaskan
tahapan keempat evolusi bahasa.
Hubungan antara kalimat topik (KT) dan kalimat-kalimat pendukung
mayor (KPM) serta kalimat-kalimat pendukung minor dalam alinea contoh di atas
dapat digambarkan dalam grafik di sebelah kanan ini.
c. Kalimat Kesimpulan
Pada bagian akhir berbagai alinea penulis juga bisa meletakkan kalimat
kesimpulan, yakni kalimat yang merangkum informasi pada kalimat-kalimat
sebelumnya atau menarik kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Secara umum,
dapat dikatakan bahwa kalimat kesimpulan merupakan penegasan ide pokok yang
dinyatakan dalam kalimat topik. Lihat contoh berikut :
15
Contoh :
(1)Masyarakat Indonesia menjadikan Universitas Kristen Indonesia (UKI) sebagai
pilihan pertama untuk menimba ilmu karena beberapa alasan. (2) Pertama, UKI
merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia yang berpengalaman mengelola
pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan lulusan berkualitas. (3) Survai terhadap
5678 alumni yang dilaksanakan baru-baru ini mengungkapkan 95% responden tidak
mengalami kesulitan memperoleh kerja atau menerapkan ilmu yang diperolehnya
selama kuliah di UKI untuk berwiraswasta. (4) Selain itu, kampus UKI terletak di
salah satu lokasi paling strategis di Indonesia. (5) Hal ini membuat mahasiswa tidak
mengalami kesulitan mencapai kampus. (6) Ketiga, dosen-dosen di UKI berkualitas
tinggi dan memiliki jiwa kepelayanan yang tinggi. (7) Ketiga faktor diatas mendorong
masyarakat menjadikan UKI pilihan utama untuk kuliah.
Dalam alinea di atas, kalimat (7) adalah kalimat kesimpulan (KK). Kalimat ini
merangkum informasi yang tersaji pada kalimat (2) hingga kalimat (6). KK ini juga
mengungkapkan ide pokok yang telah dinyatakan di kalimat topik, meskipun dengan
cara yang tidak sama persis.
Selain penggunaan kalimat topik, pendukung dan kesimpulan yang tepat,
sebuah alinea juga harus memenuhi unsur koherensi (coherence) dan kohesi. Yang
dimaksud dengan koherensi adalah kesatuan isi atau kepaduan maksud. Koherensi
tercipta bila seluruh kalimat pendukung membahas hanya satu hal, yakni topik, dan
jika peristiwa, waktu, ruang, dan proses diurutkan secara logis. Kohesi mengandung
arti hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh dan kohesif berarti padu. Kohesi
alinea tercipta bila seluruh kalimat yang membangunnya dipadu dengan erat dan
kokoh dengan menggunakan konjungsi, pronominal, repetisi, sinonim, hiponim,
paralelisme, dan elipsasi dengan tepat.
2.4.2 Membuat Kalimat yang Mudah Dipahami
16
Tujuan utama pembuatan setiap karya tulis, termasuk karya ilmiah, adalah
mengkomunikasikan informasi, ide, atau konsep kepada pembaca agar dapat
dipahami, dimanfaatkan, dan dikembangkan. Akan tetapi, ada “sekelompok” tertentu
yang cenderung menganggap bahwa tolok ukur keilmiahan sebuah tulisan adalah
kerumitan tulisan itu: semakin sulit, semakin ilmiah. Bagi mereka, moto ”Kalau bisa
ditulis secara rumit mengapa harus dibuat sederhana?” terkesan lebih pas daripada
antitesisnya, “Kalau bisa ditulis sederhana, jangan dibuat rumit.” Padahal, keilmiahan
sebuah karya tulis pada hakikatnya berhubungan dengan faktor kesistematisan,
kelogisan, kebahasaan, dan keteraturan dalam berpikir. Jika semua faktor itu dipenuhi
dengan baik, karya tulis itu akan mudah dipahami.
Kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan
cenderung menulis karya ilmiah dengan empat karakteristik berikut. Pertama,
menggunakan kalimat-kalimat yang panjang. Kelompok ini kelihatannya
menganggap bahwa kalimat kalimat pendek yang mudah dipahami hanya cocok
untuk tulisan anak-anak atau orang awam. Oleh karena itu mereka menyusun
kalimat-kalimat yang mengandung banyak frasa dan klausa dengan ‘alasan’ semakin
panjang kalimat, semakin mendalam pembahasan. Padahal kalimat yang sangat
panjang akan menimbulkan masalah pemahaman karena tidak jelas mana subjek,
mana predikat, dan mana objek kalimat itu. Kecenderungan seperti ini sebaiknya
dicegah. Jika tidak terpaksa, jangan gunakan kalimat-kalimat panjang dan kompleks.
Kalimat pendek dan efektif akan membuat pemahaman lebih mudah. Bandingkan
kedua kalimat contoh berikut. Mana yang lebih mudah dipahami ?
Contoh :
a. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang
dilakukan oleh guru dalam lima langkah terhadap siswanya untuk mengetahui
penguasaannya akan kompetensi bahasa tertentu dengan cara mengidentifikasi
kesalahan apa yang dilakukan secara sistematis, seperti slip, keseleo, salah
omong, alias lapses dalam pembelajaran speaking, melihat seberapa sering dia
melakukan kesalahan, diikuti dengan penentuan dan pengklasifikasian jenis
17
kesalahan, kemudian menginterpretasikan apa penyebab kesalahan tersebut, dan,
berdasarkan teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik, diakhiri dengan
mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu.
b. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang
dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan siswanya akan kompetensi
bahasa tertentu. Analisis ini dilakukan dalam lima langkah: satu, mengidentifikasi
kesalahan yang dilakukan secara sistematis, seperti salah omong dalam
pembelajaran berbicara; dua, melihat seberapa sering kesalahan dilakukan; tiga,
menentukan dan mengklasifikasikan jenis kesalahan; empat, menginterpretasikan
penyebab kesalahan; dan terakhir, mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu
berdasarkan teori-teori dan prosedur-prosedur linguistik.
Kecenderungan kedua yang sering dilakukan kelompok yang menganggap keilmiahan
identik dengan kerumitan adalah memuat sebanyak mungkin istilah asing.
Contoh :
Harus diakui bahwa sebagai bahasa yang sedang berkembang bahasa
Indonesia tidak memiliki padanan yang pas untuk semua istilah teknis yang lazim
terdapat dalam karya tulis ilmiah. Permasalahan ini sebenarnya terjadi juga dalam
bahasa lain. Tidak ada satu bahasa pun yang memiliki kosa kata lengkap hingga tidak
lagi memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau konsep baru. Solusi terhadap
permasalahan apaka
h istilah-istilah asing tersebut harus diterjemahkan, dibiarkan, atau
dikombinasikan dengan istilah Indonesia sebenarnya sudah dirumuskan oleh Pusat
Bahasa (2007). Jadi, untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, menerapkan
pedoman pembentukan istilah tersebut merupakan keharusan.
Sebagai pedoman praktis, terdapat empat kiat untuk menghasilkan tulisan
yang efektif. Pertama, gunakan kata yang pendek dan lazim. Sebagai contoh, kalimat
“Tiga ahli di bidang migrasi hadir di seminar itu.” jauh lebih efektif daripada “Tiga
18
tokoh berpengetahuan spesifik dalam bidang perpindahan penduduk hadir di seminar
itu”, meskipun keduanya mengungkapkan ide yang sama. Kedua, cegah kata-kata
yang berlebihan (redundant). Kalimat “Tono berteriak dengan suara keras”
menggunakan kata yang berlebihan, karena suara orang yang berteriak pasti keras.
Sebaiknya kalimat itu diganti menjadi ““Tono berteriak” saja. Ketiga, gunakan
kalimat yang efektif (pendek dan sederhana). Keempat, urutkan ide secara logis.
2.4.3 Pengutipan
a. Hakikat Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah seringkali digunakan berbagai kutipan—
pinjaman pendapat atau ucapan seseorang—untuk mendukung, menjelaskan,
membuktikan, atau menegaskan ide-ide tertentu. merupakan suatu hal yang wajar
dan bahkan sangat efektif untuk menghemat waktu. Adalah suatu pemborosan
waktu bila seorang penulis harus menyelediki kembali suatu kebenaran yang telah
diteliti, dibuktikan dan dimuat secara luas dalam sebuah buku, majalah, dan lain-
lain, untuk tiba pada kesimpulan yang sama. Jadi, untuk mendukung tulisannya,
penulis bisa mengutip pendapat yang sudah teruji dengan menyebutkan
sumbernya agar pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya.
Meskipun penggunaan kutipan pendapat ahli merupakan suatu hal yang
wajar, hal itu tidak berarti bawa sebuah tulisan dapat terdiri dari kutipan-kutipan
saja. Membuat tulisan dengan menggunakan terlalu banyak kutipan dapat
menimbulkan kesan bahwa karya itu hanya suatu koleksi kutipan belaka. Sebagai
patokan, panjang kutipan tidak boleh melebihi sepertiga panjang tulisan. Secara
ilmiah, ide-ide pokok dan kesimpulan-kesimpulan harus merupakan pendapat
penulis. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bukti-bukti pendukung
pendapat penulis tersebut.
Menuliskan sumber kutipan dalam tulisan dapat dilakukan dengan
bermacam cara sesuai dengan standar yang digunakan oleh lembaga atau media
tempat tulisan diterbitkan. Karena rumpun ilmu-ilmu sosial biasanya menganut
19
sistem American Psychological Association (APA), sangat disarankan untuk
menguasai sistem ini dan menggunakannya secara konsisten. Berikut ini adalah
pedoman pokok yang diadaptasi dari Suryana dkk. (2007).
Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah dibagi atas dua jenis, yaitu
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan
pendapat para ahli yang dipinjam secara utuh atau lengkap, baik berupa frase atau
kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas kutipan langsung yang
kurang atau sama dengan empat baris dan kutipan langsung yang lebih dari empat
baris. Kutipan tidak langsung adalah pendapat para ahli yang dikutip dengan
menggunakan parafrase, yaitu menuliskan kembali apa yang dinyatakan oleh
sumber rujukan dalam bahasa sendiri. Diantara kedua jenis kutipan itu, yang
paling disarankan untuk digunakan adalah kutipan tidak langsung. Teknik kutipan
langsung digunakan hanya jika (1) ungkapan yang dikutip memang sudah selaras
dengan bagian lain tulisan; (2) ungkapan yang dikutip sudah sangat populer, atau
(3) ungkapan yang dikutip sangat sulit diparafrase.
b. Teknik Pengutipan
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan ditulis inklusif dengan teks;
(ii) memakai tanda petik dua di awal dan di akhir kutipan; (iii) awal kutipan
memakai huruf kapital; (iv) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun
terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di akhir
kutipan.
Kutipan langsung yang lebih dari empat baris dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut: (i) ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi; (ii) ditulis
dalam satu spasi; (iii) memakai tanda petik dua atau pun tidak (opsional); (iv)
semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari sebelah kiri teks; (v) Awal
kutipan memakai hurup kapital; (vi) diikuti nama akhir pengarang (marga),
20
tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di
akhir kutipan.
2. Kutipan Tidak Langsung
Pengutipan ini dilakukan dengan cara-cara berikut : (i) kutipan
disatukan (inklusif) dengan teks ; (ii) tidak memakai tanda petik dua ; (iii)
menggunakan ungkapan mengatakan bahwa, menyatakan bahwa,
mengemukakan bahwa, berpendapat bahwa, dan lain-lain ; (iv)
mencantumkan nama akhir pengarang (marga), tahun, dan halaman.
3. Prinsip-Prisip Dasar
Prinsip-prinsip dasar dalam pengutipan adalah sebagai berikut.
a. Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan judul buku.
b. Nama orang dan identitas tahun terbit dan halaman buku selalu berdekatan
Contoh : Norman (2004 : 56) menyatakan bahwa …………….
c. Kutipan tidak dibenarkan dicetak tebal atau dihitamkan
d. Penulis tidak diperkenankan untuk mengadakan perubahan (kata-kata)
dalam kutipan. Apabila ingin mengadakan perubahan, harus disertai
dengan penjelasan.
e. Apabila ada kesalahan dalam penulisan baik EYD atau pun
ketatabahasaan, tidak diperkenankan mengadakan perubahan. Namun
penulis boleh memberikan pendapat atau komentarnya mengenai
kesalahan atau ketidaksetujuannya dalam tanda kurung segi empat [...].
Jika penulis menemukan kesalahan ejaan pada kata-kata tertentu, dia
hanya diperkenankan memberikan catatan terhadap kesalahan tersebut
dengan menambahkan kata [sic!] dibelakang kata itu. Kata ini
menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan itu.
Dia hanya sekedar mengutip sesuai dengan apa yang ada dalam naskah
aslinya. Kemudian, jika penulis memandang perlu untuk memberikan
penekanan dengan cara merubah teknik penulisan, seperti
21
menggarisbawahi, mencetak miring, atau mencetak tebal, hal itu harus
dijelaskan dalam tanda kurung segi empat [...].
Contoh :
Setiawan (2001: 30) menegaskan bahwa: “Semakin dini [huruf miring dari
saya, Penulis] seseorang mulai belajar bahasa Inggeris [sic!] akan
semakin baik hasilnya dan semakin banyak waktu belajar bahasa Inggeris
[sic!] maka taraf penguasaan pembelajar terhadap bahasa itu akan semakin
baik.”
f. Kutipan dalam bahasa asing atau bahasa daerah harus dicetak miring
g. Kutipan langsung memakai tanda petik dua dan diawali dengan huruf
kapital.
Contoh :
Suazo (2001: 30) berpendapat bahwa “Emotional intelligence is …”
h. Kutipan dapat ditempatkan sesuai dengan kebutuhan baik di awal, tengah,
atau akhir teks.
i. Jika pengarang ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu ditulis
dan diikuti dkk.
Contoh :
Pardede dkk. (2007: 34) menyatakan ……
j. Jika dalam tulisan yang sama digunakan beberapa kutipan dari sumber
berbeda yang ditulis orang atau lembaga yang sama dan diterbitkan dalam
tahun yang saa juga, data tahun penerbitan diikuti lambing huruf a, b, c,
dan seterusnya berdasarkan abjad judul buku-buku tersebut.
Contoh :
Garcia (2009a :34) menjelaskan ………………
22
BAB III
PENUTUP
Dalam kegiatan menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku,
salah satunya yaitu penggunaan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang
mampu menyampaikan pesan kepada pembaca sebagaimana yang dikehendaki penulis.
Kalimat efektif memiliki empat persyaratan pokok, yaitu gramatikal, logis, efisien, dan
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
23
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Aiemalissa. 2009. http://aiemalissa.wordpress.com/2009/10/04/kalimat-efektif-dlm-bind/.
Diakses tanggal 02 Oktober 2012.
Suwignyo, Heri, dkk. 2001. Bahasa Indonesia Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.
24
1. Keempat hal yang menjadi syarat pokok yang perlu dimiliki oleh semua kalimat dalam tulisan ilmiah adalah…A. Gramatikal, Logis, Efisien, JelasB. Gramatikal, Kalimat langsung, Jelas, LengkapC. Logis, Kritis, Lengkap, AktualD. Jelas, Tepat, Logis, EfisienE. Logis, Kritis, Aktual, Lengkap
2. Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan oleh, kecuali…A. Kontaminasi, yaitu merancukan dua struktur benar dan satu struktur salahB. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindihC. Tidak memiliki subjekD. Adanya kata depan yang tidak perluE. Tidak dipengaruhi bahasa asing
3. Dalam membuat kutipan tidak langsung yang harus diperhatikan adalah…A. kutipan disatukan (inklusif) dengan teks B. Memakai tanda petik dua C. Tidak menggunakan ungkapan mengatakan bahwa, menyatakan bahwa,
mengemukakan bahwa, berpendapat bahwa, dan lain-lainD. Tidak mencantumkan nama akhir pengarang (marga), tahun, dan halaman.E. ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi
4. Teknik kutipan langsung digunakan hanya jika…A. ungkapan yang dikutip memang sudah selaras dengan bagian lain tulisanB. ungkapan yang dikutip sudah sangat populer, atauC. ungkapan yang dikutip sangat sulit diparafrase.D. A,B,C Benar semuaE. A, B, C Salah semua
5. Prinsip-prinsip dasar dalam pengutipan adalah diantaranya, kecuali…A. Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan judul buku.B. Nama orang dan identitas tahun terbit dan halaman buku selalu berdekatan
Contoh : Norman (2004 : 56) menyatakan bahwa …………….C. Kutipan tidak dibenarkan dicetak tebal atau dihitamkanD. Penulis tidak diperkenankan untuk mengadakan perubahan (kata-kata) dalam kutipan.
Apabila ingin mengadakan perubahan, harus disertai dengan penjelasan.E. memakai tanda petik dua di awal dan di akhir
Kutipan langsung yang lebih dari empat baris dapat dilakukan dengan cara-cara…
(i) ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi; (ii) ditulis dalam satu spasi; (iii) memakai tanda petik dua atau pun tidak (opsional); (iv) semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari sebelah kiri teks; (v) Awal kutipan memakai hurup kapital; (vi) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di akhir kutipan