32
MAKALAH BANJIR DAN KEKERINGAN Disusun untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh: Rafli Hasuna Hakim 1206573 PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL S-1

Makalah Banjir Dan Kekeringan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah kekeringan

Citation preview

Makalah

MAKALAH BANJIR DAN KEKERINGANDisusun untuk memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air

Oleh:

Rafli Hasuna Hakim 1206573

PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL S-1

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkankehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah banjir dan kekeringan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pengerjaan makalah ini.Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, ini disebabkan karena sisi keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penyusun. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Harapan penyusun agar makalah ini dapat berguna sebagai bahan referensi yang bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, November 2014

PenyusunBAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Banjir dan kekeringan merupakan satu paket permasalahan umum yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia, terutama di daerah padat penduduk misalnya di kawasan perkotaan. Oleh karena itu kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari segi materi maupun kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir dan kekeringan perlu mendapatkan perhatian yang serius dan merupakan permasalahan kita semua. Dengan anggapan bahwa, permasalahan banjir dan kekeringan merupakan masalah umum, sudah semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan kekeringan dan sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan.

Program pengendalian banjir dan kekeringan membutuhkan dana besar yang diperlukan untuk pembiayaan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengamanan maupun pengendalian banjir dan kekeringan. Di samping itu, masyarakat yang berada pada daerah rawan banjir dan kekeringan setiap saat memerlukan rasa aman dari pengaruh akibat banjir dan kekeringan. Dengan dana yang terbatas pengendalian banjir dan kekeringan harus dilakukan seoptimal mungkin dan dilaksanakan menurut rencana dan prioritas yang baik.

Akibat peningkatan penduduk, lahan yang dibutuhkan akan makin besar sehingga juga meningkatkan nilai ekonomis penggunaan lahan. Oleh karena itu di daerah yang padat penduduknya, pekerjaan pengendalian banjir dan kekeringan perlu ditingkatkan. Dengan kata lain pengendalian ini bertujuan untuk memperkecil tingkat resiko bahaya/kerugian akibat banjir dan kekeringan yang akan timbul. Atas dasar pertimbangan pengendalian banjir dan kekeringan yang baik, maka di samping penyelesaian konstruksi fisiknya perlu adanya monitoring, evaluasi, rencana perbaikan dan pemeliharaan yang kontinyu.

1.2 Batasan MasalahMakalah ini menitikberatkan pada sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh banjir dan kekeringan serta cara-cara mengendalikannya sehingga dapat meminimalis dampak yang ditimbulkan. 1.3 Tujuan

1. Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan banjir dan kekeringan2. Mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh banjir dan kekeringan3. Mengetahui cara pengendalian banjir dan kekeringanBAB II

ISIBanjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan dan terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit banjir tidak mampu dialirkan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari kapasitas pengaliran sungai yang ada. Sedangkan kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata.Peristiwa banjir dan kekeringan sendiri tidak menjadi permasalahan, apabila tidak mengganggu terhadap aktivitas atau kepentingan manusia.2.1 Sebab Terjadinya Banjir

Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah :

Curah Hujan

Curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan. Pengaruh Fisiografi

Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dll. Merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.

Erosi dan Sedimentasi

Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungai-sungai di Indonesia.

Kapasitas Sungai

Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.

Pengaruh air pasang

Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).Yang termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah :

Perubahan Kondisi DPS

Perubahan DPS seperti pengundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tataguna lahan memberikan konstribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.

Kawasan Kumuh

Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.

Sampah

Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di kota-kota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah dialur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran.

Drainase Lahan

Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi. Kapasitas Drainase yang tidak memadai

Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan.

Bendung dan bangunan air

Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).

Kerusakan bangunan pengendali banjir

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.

Perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat

Beberapa sistem pengendali banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakkan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.

Diantara sebab-sebab yang dapat mengakibatkan banjir di atas, yang perlu diaspadai adalah sebab-sebab yang ditimbulkan oleh manusia. Diantara fakto-faktor penyebab itu perubahan DPS atau tata guna lahan menempati urutan pertama. Seperti juga di tempat lain, atas nama tutntutan perkembangan kota, hutan di daerah hulu juga semakin tipis dialihfungsikan menjadi lahan perumahan dan industri. Daerah resapan air (catchment area) semakin lama semakin sempit. Tanah tidak lagi terikat oleh akar-akar pohon sehingga mudah terjadi longsor, yang menembah resiko bencana ganda. Selain itu pula sungai yang dahulu dipenuhi tumbuhan sebagai benteng pengaman daerah sekitar menjadi gundul, lalu runtuh menyebabkan air sungai lebih cepat mengalir kedaerah yang lebih rendah atau sama dengan muka air sungai. Banjirpun semakin sering, mendadak dan parah akibatnya.Air hujan yang biasanya sempat terikat di akar-akar pohon, langsung menuju sungai. Pengalihan fungsi hutan mungkin tidak terhindarkan mengingat tingginya desakan penduduk di daerah perkotaan. Pada titik inilah kebijakan tata ruang sebagai dasar pengembangan wilayah, sesegera mungkin dirumuskan dengan mengindahkan karakteristik dan daya dukung lingkungan, tidak semata-mata atas pertimbangan ekonomi. Selanjutnya setiap kali terjadi pengalihan fungsi lahan, mestinya saat itu pula lagkah-langkah konservasi segera diberlakukan.. Namun yang terjadi tidak jarang malah sebaliknya, ribuan hutan telah berubah wujud menjadi puluhan kompleks perumahan kelas menengah dan mewah, tanpa sedikitpun dipikirkan upaya untuk memulihkan fungsi tangkapan air yang telah hilang.Tanah di kota sebagian serta bangunan yang tidak terhitung lagi dikenali dengan sedikit bahkan tidak adanya lagi permukaan tanah yang berfungsi sebagai penyerap air. Air hujan langsung mengalir di atas permukaan tanah yang kebanyakan sudah disemen, seperti halaman-halaman, tepi jalan dan sebagainya. Dengan kondisi saluran drainase atau gorong-gorong yang baik dan lancar hal ini tentu tidak menjadi masalah, karena air akan dialirkan menuju saluran yang lebih besar, yaitu sungai. Akan tetapi, apabila saluran yang ada tidak berfungsi dengan semestinya, air hujan akan menuju daerah yang lebih rendah, terakumulasi sehingga menjadikan daerah tersebut rawan banjir.2.2 Dampak BanjirSeberapapun besar atau kecilnya banjir akan mengakibatkan kerugian-kerugian yaitu kehilangan yang meliputi harta benda bahkan nyawa.

Karena debit banjir yang besar bangunan-bangunan akan rusak dan hancur akibat: daya terjang banjir, terseret arus yang kuat, daya kikis genangan air, longsornya tanah di sekitar pondasi, dan tertabrak oleh benturan dengan benda berat yang terseret arus.

Di daerah perkotaan yang merupakan pusat mobilitas ekonomi penduduk, apabila terjadi banjir dapat menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari yang berupa kemacetan lalu lintas dan gangguan listrik , tindak kriminal dan lain-lain.

Bangunan-bangunan yang hancur meliputi bangunan rumah tinggal, bangunan sekolah, perkantoran, rumah ibadah dan bangunan lain yang merupakan fasilitas masyarakat. Hancur atau terbenamnya bangunan-bangunan tersebut tentu saja akan berpengaruh pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, misalnya :

Rumah yang terkena banjir tidak dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai tempat tinggal untuk sementara, sehingga penghuninya harus mengungsi ketempat yang lebih aman. Keadaan rumah yang tidak ada penghuninya dapat mengundang tindak kriminal seperti pencurian.

Hal itu juga dapat terjadi pada fasilitas fasilitas pertokoan, rumah ibadah, sekolah dan gedung-gedung lembaga masyarakat. Kegiatan ekonomi sehari-hari masyarakat seperti bekerja dikantor, dipasar, dan pendidikan juga terganggu dengan timbulnya kemacetan di ruas-ruas jalanterutama ruas jalan utama. Pada keadaan ini apabila air genangan banjir tidak dapat segera dialirkan ke saluran-saluran yang semestinya dapat menimbulkan kecelakaan.Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi selain disebabkan karena macet, juga karena tertutupnya permukaan jalan yang tidak merata.

Selain bangunan-bangunan yang roboh banjir dengan debit yang besar dapat menumbangkan pohon, yang dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa, merusak rumah dan jika pohon itu mengenai fasilitas listrik seperti kabel listrik dan telefonakan mendatangkan bahaya.

Daerah perkotaan yang berada disekitar daerah bantaran sungai merupakan wilayah yang harus diwaspadai terlebih dahulu apabila terjadi kenaikan muka air sungai yang berasal dari hujanlebat dengan durasi yang lama, terutama bila pondasi pemukiman-pemukinan tersebut langsung berhubungan dengan sungai, arus yang deras dapat mengikis pondasi. Pondasi yang tidak dapat menahan laju arus sungai maka terjadi longsor yang akan terbawa kedalam dan hanyut oleh aliran . Benda-benda yang tidak hanyut akan tenggelamdan menumpuk sebagai endapan besar didasar sungai. Hal ini mengakibatkan pandangan dan mengecilnya kapasitas tampungan sungai. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus dan tidak ada penanggulangannya berupa pengerukan atau pengadaan saluran banjir (flood way) saat kelebihan air dan terjadi banjir, banjir yang terjadi semakin besar mendadak dan parah dampaknya. Dari segala dampak banjir yang bersifat struktural diatas, banjir juga berdampak pada aspek-aspek non struktural seperti kesehatan, pariwisata dan sosial.

Dari sisi pariwisata banjir yang sering terjadi dapat menguragi intensitas kedatangan wisatawan mancanegara ke daerah-daerah wisata indonesia, dan juga masalah keamanan yang selama ini diwaspadai. Selain itu,dari sisi kesehatan air genangan banjir dapat menyebabkan munculnya bibit-bibit penyakit seperti malaria dan demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk, pes yang berasal dari kotoran tikus, diare dan gangguan kulit meliputi gatal-gatal, kutu air, kadas dan kurap dari air genangan banjir yang kotor. Selain itu, ketika air genangan banjir mengering akan meninggalkan sampah-sampah yang berserakan. Hal ini selain menyebabkan lingkungan menjadi kotor sehingga tidak sedap dipandang mata, juga menimbulkan bibit penyakit yang disebarkan oleh lalat dan berbagai mikroorganisme lainnya. Dari sisi sosial keadaan indonesia yang rawan banjir dapat menurunkan citra bangsa karena tidak mampu menangani masalah yang sudah menjadi annual problem bahkan meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya merupakan daerah yang aman dari banjir.2.3 Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya air yang lebih spesifik untuk mengontrol hujan dan banjir.pada hakekatnya pengendalian banjir merupakan suatu yang kompleks. Dimensi rekayasanya melibatkan banyak disiplin ilmu teknik antara lain: Hidrologi, hidraulika, erosi DAS, teknik sungai, morphologi & sedimentasi sungai, rekayasa sistem pengendalian banjir, sistem drainase kota, bangunan air dll. Di samping itu suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi, kelembagaan, hukum dan lainnya.

Gambar 1. pengendalian banjir metode struktur dan non struktur

Metode Struktur (Dengan Bangunan)

Pada dasarnya kegiatan penanggulangan banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi aktifitas sebagai berikut :

Mengenali besarnya debit banjir

Mengisolasi daerah genangan banjir

Mengurangi tinggi elevasi air banjir

Kegiatan penanggulangan banjir dengan bangunan pada umumnya mencakup kegiatan berikut:

Perbaikan sungai atau pembuatan tanggul banjir untuk mengurangi besarnya resiko banjir di sungai.

Pembuatan saluran (floodway) untuk mengalirkan sebagian atau seluruh air sungai.

Pengaturan sistem pengaliran untuk mengurangi debit puncak banjir, dengan bangunan seperti bendungan, kolam retensi dll.

Untuk menunjang keberhasilan pengendalian banjir diperlukan kegiatan pengelolaan dan perbaikan sungai, untuk meningkatkan kapasitas sungai pekerjaan ini meliputi :

Menambah dimensi tampang alur sungai

Memperkecil nilai kekasaran alur sungai

Pelurusan atau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau bermeander.

Pengendalian transpor sedimen.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan pengendalian banjir adalah sebagai berikut :

Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi dan hubungannya dengan biaya pemeliharaan.

Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis

Pengaruh bangunan terhadap lingkungan

Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah hilirnya

Bangunan Pengendali Banjir

Bendungan

Kolam penampungan

Tanggul Penahan Banjir

Saluran By pass

Sistem pengerukan/normalisasi alur sungai

Sistem drainase khusus

1. Bendungan

Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah hilir bendungan. Faktor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi bendungan adalah sebagai berikut :

Lokasi mudah dicapai

Topografi daerah memadai

Kondisi geologi tanah

Ketersediaan bahan bangunan

Tujuan serbaguna

Pengaruh bendungan terhadap lingkungan

Umumnya bendungan terletak di sebelah hulu daerah yang dilindungi2. Kolom retensi (penampungan)Seperti halnya bendungan, kolom penampungan berfungsi untuk menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi. Wilayah yang digunakan untuk kolom penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau rawa. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tataguna lahan yang baik, kolom penampungan dapat digunakan untuk pertanian.3. Tanggul Penahan Banjir

Tanggul banjir adalah penghalang yang di desain untuk menahan air banjir di palung sungai untuk melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul banjir sesuai untuk daerah-daerah dengan memperhatikan faktor-faktor berikut :

Dampak tanggul terhadap regim sungai

Tinggi jagaan dan kapasitas debit sungai pada bangunan-bangunan sungai misalnya jembatan.

Ketersediaan bahan bangunan setempat

Syarat-syarat teknis dan dampaknya terhadap pengembangan wilayah

Hidrograf banjir yang lewat

Pengaruh limpasan, penambangan, longsoran dan bocoran

Pengaruh tanggul terhadap lingkungan

Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai

Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil4. Saluran By pass

Saluran by pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang dilindungi.

Biaya pelaksanaan yang relatif mahal

Kondisi topografi dari rute alur baru

Bangunan terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol kecepatan air dan erosi

Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass

Penyediaan air dengan program pengembangan daerah sekitar sungai

Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir dari lokasi percabangan

Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari lokasi percabangan by pass

5. Sistem pengerukan/normalisasi alur sungaiDasar sungai yang sudah dangkal akibat pengendapan harus dikeruk untuk memperdalam. Sementara itu apabila memungkinkan, batas sungai kanan dan kiri juga diperlebar. Metode ini dapat meningkatkan kemempuan penampungan kelebihan air dan memperlancar aliran.6. Sistem drainase khususSistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah rawan banjir karena drainase yang buruk secara alami atau karena ulah manusia. Sistem ini biasanya digunakan untuk situasi berikut :

Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai

Digunakan untuk melindungi pantai dari pengaruh gelombang.

Daerah genangan/bantuan banjir dengan bangunan flood wall penahan banjir

Metode Non-StrukturAnalisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunan pengendali akan memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai. Contoh aktifitas penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut : Pengelolaan DPS untuk mengurangi limpasan air hujan DPS

Kontrol pengembangan daerah genangan termasuk peraturan-peraturan penggunaan lahan.

Konstruksi gedung atau bangunan yang dibuat tahan banjir atau tahan air

Sistem peringatan dan ramalan banjir

Rencana asuransi nasional atau perorangan

Rencana gerakan siap siaga dalam keadaan darurat banjir

Pengoperasian cara kerja pengendalian banjir

Partisipasi masyarakatUntuk mendukung kedua metode di atas perlu dilakukan juga penghijauan. Dengan melakukan penanaman pohon-pohon di kawasan tangkapan hujan, dapat meningkatkan daya resap tanah terhadap air hujan. Semakin banyak pohon yang ditanam maka semakin banyak pula jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah sehingga tidak langsung mengalir menjadi surface runoff.Cara penanganan pengendalian banjir secara umum

Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya dapat dikelompokkan menjadi dua (2) :

1. Bagian atas : yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir, pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan penghijauan di Daerah Aliran Sungai.

2. Bagian hilir, yaitu dengan melakukan normalisasi alur sungai dan tanggul, sudetan pada alur yang kritis; pembuatan alur pengendali banjir atau flood way; pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.

Sedangkan menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur)

2. pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur)

Semua kegiatan tersebut di atas adalah dilakukan dengan tujuan untuk mengalirkan debit banjir ke laut secepat mungkin dengan kapasitas cukup di bagian hilir dan menurunkan serta memperlambat debit banjir di hulu, sehingga tidak mengganggu daerah-daerah peruntukan di sepanjang sungai.

2.4 KekeringanKekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.

Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun demikian, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan

BAB III

KESIMPULAN

Permasalahan banjir di wilayah perkotaan banyak disebabkan oleh kapasitas saluran yang tidak mampu menempung air permukaan, terutama pada saat musim hujan. Berdasarkan hasil makalah, dapat dikethui bahwa dari 13 faktor penyebab banjir, delapan diantaranya merupakan kesalahan manusia.

Perumbuhan penduduk yang pesat berpadu dengan pengelolaan sumber daya yang kurang efektif menyebabkan banjir menjadi semakin sering, mendadak dan parah dampaknya.Langkah-langkah yang dilkukan untuk mengendalikan banjir ada dua metode yaitu secara struktural dan non struktural.

DAFTAR PUSTAKAA,Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

S,Suyono. 1978. Hidrologi untuk Pengairan. PT.Pradnya Paramita. Jakarta

L,Ray.K dan F,Joseph.B. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakartahttp://www.suaramerdeka.com/harian/0301/03/slol2.htmhttp://suarapublik.org//Cetak/Edisi_10/page2.htmlwww.google.comPengendalian Banjir

Metode Struktur

Metode Non Struktur

Perbaikan dan Pengaturan Sistem Sungai

Sistem jaringan sungai

Normalisasi Sungai

Perlindungan Tanggul

Tanggul Banjir

Sudetan (By pass)

Flooway

Bangunan Pengendali Banjir

Bendungan (dam)

Kolam Retensi

Pembuatan check dam (Penangkal sedimen)

Bangunan pengurang kemiringan sungai

Groundsill

Retarding Basin

Pembuatan Polder

Pengelolaan DAS

Pengaturan Tata Guna Lahan

Pengendalian erosi

Pengembangan daerah banjir

Penanganan Kondisi Darurat

Peramalan Banjir

Peringatan Bahaya Banjir

Asuransi

Law Enforcement

PAGE