Upload
gita-aprilonia
View
614
Download
43
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH IDK II
BIOAKUSTIK
OLEH :
KELOMPOK 2
Elum nur rismanFanny luthfiani
Feni fadillaGita apri loniaHusna kholIda
Ilhanda Putri
LOKAL : IA
Dosen Pembimbing : Drs.Mulyadi.DT Basa,M.Si
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGi
2014
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
yakni dengan judul “BIOAKUSTIK”
Makalah ini berisikan tentang apa itu penyakit jantung bawaan sianotik dan juga apa
gejala dari penyakit jantung bawaan sianotik,diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang materi tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.Akhir kata,kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita,aamiin.
Bukittinggi,22 April 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1. Latar Belakang......................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
3. Tujuan...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
Bioakustik...................................................................................................... 2
Gelombang Bunyi.......................................................................................... 3
Kecepatan Bunyi / Cepat Rambat Bunyi....................................................... 3
Sifat – Sifat Gelombang Bunyi...................................................................... 4
Klasifikasi Gelombang Bunyi........................................................................ 4
Sumber Bunyi................................................................................................. 5
Intensitas Bunyi.............................................................................................. 6
Kebisingan...................................................................................................... 12
Suara............................................................................................................... 14
Vibrasi............................................................................................................ 16
Doppler......................................................................................................... 18
Undang-Undang Bioakustik........................................................................... 19
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 11
3.1Kesimpulan .............................................................................................. 11
3.2Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Membahas Bioakustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi dan gelombang
bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.... Bunyi atau suara merupakan salah satu
jenis gelombang yang dirambatkan pada medium udara. Bunyi atau suara itu timbul akibat
vibrasi yang ditimbulkan dari materi sumber bunyi tersebut. Getaran ini akan menyebabkan
merambatnya gelombang dalam medium, yang dalam hal ini adalah udara, dan perambatannya
berupa perubahan tekanan secara merambat dan merenggang. Sehingga kita mengenal
gelombang bunyi sebagai gelombang longitudinal yang berupa rapatan dan renggangan dimana
bentuknya juga khas.
Setiap benda memiliki karakteristik material yang berbeda, sehingga jika sebuah benda
digetarkan dapat menyebabkan bunyi yang terdengar akan terasa berbeda pula jika dibandingkan
dengan benda lainnya. Selain itu setiap benda yang bergetar juga memiliki kekhasan dalam
bentuk getaran atau frekuensinya. Dan gelombang bunyi ini dapat berbentuk sinyal periodik
yang sederhana (frekuensi tunggal) maupun yang kompeks (kombinasi banyak frekuensi).
1.2. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan makalah ini :
a. Untuk mengetahui beberapa prinsip gelombang
b. Untuk mengetahui sifat bunyi dalam kehidupan
c. Mempelajari jenis bunyi berdasarkan frekuensinya
d. Serta membahas tentang kemampuan telinga menerima bunyi, pembagian telinga, &
proses pendengaran.
1.3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara merambatnya bunyi ?
b. Apa manfaat gelombang dalam kesehatan ?
c. Bagaimana proses pendengaran itu terjadi ?
1
BAB IIPEMBAHASAN
Bioakustik
Bioakustik berasal dari kata bio dan akustika, bio artinya hidup atau hayat dan akustika
berarti kajian getaran dan bunyi. Sedangkan menurut istilah akustika berarti bagian pisis
pendengaran yang tercakup dalam suatu bidang. Bioakustik adalah suatu perubahan mekanik
terhadap zat gas, zat cair atau zat padat yang sering menimbulkan gelombang bunyi.
Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi atau getaran molekul – molekul dan saling
beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang, jadi
Bioakustik yaitu ilmu yang mempelajari tentang proses penerimaan pendengaran yang timbul
oleh mahluk hidup.
A.Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi yaitu gelombang yang dihasilkan akibat adanya vibrasi atau getaran
dari suatu bunyi, sedangkan bunyi itu adalah rambatan, usikan elastis dalam medium konibue
( tiga dimensi ).
Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanika pada gas, zat cair atau gas
yang merambat kedepan dengan kecepatan. Gelombang bunyi menjalar secara tranversal atau
secara longitudinal. Secara tranversal arahnya tegak lurus dengan arah getaran sedangkan secara
longitudinal arah rambatnya sejajar dengan arah getaran.
Gelombag bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh benda.
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang tidak tampak, cara merambat
gelombang bunyi mirip merambatnya gelombang dipermukaan air. Jadi gelombang bunyi
merambat ke segala arah, bunyi hanya dapat merambat melalui medium perantara misalnya
udara, air dan kayu. Tanpa medium perantara gelombang bunyi tidak dapat merambat sehingga
tidak terdengar. Bunyi tidak dapat terdengar diruang hampa udara ( vakum ), diangkasa luar dan
di bulan.
2
B.Kecepatan Bunyi / Cepat Rambat Bunyi
Kecepatan bunyi yaitu jarak yang ditempuh bunyi dalam waktu satu sekon. Bunyi
memerlukan waktu untuk merambat melalui medium udara dari satu tempat ke tempat lain.
Cepat rambat bunyi diudara pertama diselidiki oleh Fisikiawan Belanda yaitu Moll dan Van
Beek, selain itu ilmuwan yang pernah melakukan penyelidikan cepat rambat bunyi didalam zat
padat, zat cair dan zat gas adalah Otto Von Guericke ( 1602-1686 ). Dia merupakan seorang
Fisikiawan berkebangsaan Jerman.
Kesimpulannya, zat padat merupakan medium perambatan bunyi yang paling baik dibandingkan
zat cair dan gas.
Untuk merambat melalui suatu medium, bunyi memerlukan waktu tertentu yang disebut
cepat rambat bunyi ( v ), waktu tempuh ( t ), dan jarak tempuh ( s ).
Rumus : V = S tKet :
V = Kecepatan ( meter / sekon )
S = Jarak ( Jarak )
t = Waktu ( Sekon )
Cepat rambat bunyi pada berbagai medium perantara berbeda-beda seperti terlihat pada table
berikut :
No Medium Perantara Cepat Rambat Bunyi ( m/s )
1 Kaca 5.170
2 Besi 5.120
3 Alumunium 5000
4 Emas 2030
5 Air 1446
6 Udara ( 20oC ) 343
7 Kayu 500
8 Karbon dioksida ( CO2 ) 267
3
Cepat rambat bunyi diudara dipengaruhi oleh suhu udara. Makin tinggi suhu udara,
makin cepat rambat bunyi pada suhu 0oC cepat rambat bunyi diudara, 334 m/s , pada suhu 15oC
sebesar 340 m/s , pada suhu 20oC sebesar 343 m/s dan pada suhu 25oC sebesar 347 m/s.
Besar cepat rambat bunyi dalam suatu tertentu dapat dihitung seperti rumusan dibawah ini :
V = Vo + 0,6 T
Ket :
V = Cepat rambat bunyi pada suhu To C ( m/s )
Vo = Cepat rambat bunyi pada suhu 0o C ( m/s )
T = Suhu ( oC )
C.Sifat – Sifat Gelombang Bunyi
a. Memantulkan, misalnya seorang yang sedang berteriak diatas bukit maka sesaat
kemudian akan terdengar bunyi pantulan yang dihasilkan dari teriakannya itu.
b.Diteruskan misalnya orang yang sedang memandang adzan suaranya akan diteruskan
oleh udara, contoh lainnya kita bisa mengetahui arah datangnya kereta api melalui rel kereta api.
c.Diserap misalnya sekelompok anak muda yang sedang bermain musik distudio yang
memakai penyadap suara maka bunyi musik tersebut tidak akan terdengar keluar.
D.Klasifikasi Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi yaitu Infrasonic ( bunyi
infra ), Audiosonik ( bunyi jangkauan pendengaran ) dan Ultrasonic ( Bunyi ultra ).
1. Infrasonik
Gelombang bunyi yang memiliki frekuensi kurang dari 20 Hz bunyi pada frekuensi ini
tidak dapat didengar manusia. Pada frekuensi ini gelombang bunyi hanya dapat didengar oleh
binatang tertentu seperti jangkrik.
2. Audiosonik
4
Frekuesi gelombang bunyi audiosonik berkisar antara 20 Hz – 20.000 Hz bunyi pada
rentang frekuensi inilah yang dapat didengar manusia rentang frekuensi ini dinamakan jangkauan
pendengaran.
3. Ultrasonik
Gelombang bunyi ultrasonik memiliki frekuensi diatas 20.000 Hz. Bunyi pada frekuensi
ini tidak dapat didengar manusia. Binatang yang dapat mendengar ultrasonic antara lain anjing
dapat mendengar frekuensi 50.000 Hz, kelelawar dapat mendeteksi frekuensi sampai 100.000 hz.
E. Sumber Bunyi
Sumber bunyi adalah sesuatu yang bergetar dan menghasilkan bunyi. Bunyi merupakan
vibrasi atau getaran dari molekul – molekul zat dan saling beradu satu sama lain, namun
demikian zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi
bahkan tidak pernah terjadi pemindahan partikel.
Syarat terdengarnya bunyi ada 3 faktor yang menentukan bunyi dapat didengar yaitu :
1.Sumber bunyi adalah segala sesuatu yang bergetar, kuat lemahnya bunyi yang
dihasilkan sumber getar tergantung pada :
a. Besar / kecil amplitudo getaran.
b. Jauh / dekatnya sumber bunyi dengan pendengar.
2.Zat antara ( medium ) adalah gelombang bunyi dapat didengar bila ada zat antara untuk
merambat sampai ke pendengar. Bunyi merambat melalui zat antara berupa gas ( udara ), zat
cair, dan zat padat. Bunyi yang senantiasa kita dengar berasal dari sumber bunyi merambat
melaui udara. Oleh sebab itu diruang hampa gelombang bunyi tidak dapat didengar.
3.Pendengar adalah bunyi dapat didengar bila ada pendengar dan bunyi dapat didengar
jika memenuhi syarat sebagai berikut :
a.Alat pendengar normal
b.Pendengar dalam keadaan sadar, dan
5
c.Frekuensi antara gelombang bunyi 20 Hz – 20.000 Hz
Sumber bunyi bisa berasal dari alam dan perbuatan manusia.
Contoh bunyi dari Alam :
Bunyi yang ditimbulkan dari dahan karena angina.
Bunyi yang ditimbulkan dari deburan ombak.
Bunyi yang ditimbulkan dari hujan.
Bunyi yang diditimbulkan dari halilintar.
Contoh bunyi yang berasal dari Perbuatan Manusia :
*Bunyi yang dihasilkan dari instrument musik, misalnya : Gitar, Piano, Biola dll.
*Bunyi yang dihasilkan ruang mulut dan ruang hidung manusia.
F.Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi adalah energi bunyi tiap satuan waktu yang menembus secara tegak lurus
bidang persatuan luas.
I = P = P A 4 r2
Ket :
A = Luas alas
P = Energi yang dimiliki
I = Intensitas bunyi
Perbedaan Intensitas yang dapat didengar oleh 2 ditektor bunyi yang memiliki jarak
berbeda dari sebuah sumber bunyi ditentukan sebagai berikut :
I2 : I1 = r12 : r2
2
Untuk menghitung intensitas bunyi perlu mengetahui energi yang dibawa oleh
gelombang bunyi. Energi gelombang bunyi ada 2 yaitu :
1. Energi Potensial Bunyi
2. Energi Kinetik
6
Intensitas gelombang bunyi ( I ) yaitu energi yang melewati medium I m2 / detik atau
watt / m2.
Rumusnya adalah : I = 1 /2 v A2 ( 2 f )2 = 1 /2 2 ( A )2
Ket :
I = Massa jenis medium ( kg / m3 )
v = Kecepatan bunyi ( m / detik )
= 2 = Impedansi Akustik
A = Maksimum amplitude atom – atom / molekul
F = Frekuensi
W = 2 f = Frekuensi sudut
Intensitas ( I ) dapat pula dinyatakan sebagai berikut :
I = PO 2 2Z
PO = Perubahan Tekanan Maksimum ( N / m2 )
Taraf Intensitas Bunyi
Taraf intensitas bunyi adalah logaritma perbandingan intensitas bunyi terhadap intensitas
ambang pendengaran.
TI = 10 log satuan deciBell (dB)
Dalam materi ini akan dibahas telinga sebagai organ pendengaran, gelombang ultrasonik
dan manfaatnya serta kebisingan… pada tulisan berikutnya mencakup hilang pendengaran (tuli),
test pendengaran dan materi pelengkap
Telinga sebagai alat pendengaran
telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam telinga luar menangkap gelombang suara yang dirubah
menjadi energi mekanis oleh telinga tengah. telinga tengah merubah energi mekanis menjadi
gelombang saraf, yang kemudian dihantarkan ke otak. telinga dalam juga membantu menjaga
keseimbangan tubuh.
7
telinga luar
telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan saluran telinga (meatus
auditorius eksternus). telinga luar merupakan tulang rawan (kartilago) yang dilapisi oleh kulit,
daun telinga kaku tetapi juga lentur. suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui
saluran telinga ke gendang telinga. gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga luar.
telinga tengah
teling tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan sebuah ruang kecil
berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang menghubungkan gendang telinga dengan telinga
dalam. ketiga tulang tersebut adalah:
1. maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)
2. inkus (menghugungkan maleus dan stapes)
3. stapes (melekat pda jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam).
getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan
dihantarkan ke jendela oval. telinga tengah juga memiliki 2 otot yang kecil-kecil:
otot tensor timpani (melekat pada maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel)
otot stapedius (melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan jendela
oval.
jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga
rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan hanya sedikit suara yang dihantarkan. respon ini
disebut refleks akustik, yang membantu melindungi telinga dalam yang rapuh dari kerusakan
8
karena suara tuba eustakius adalah saluran kecil yang menghubungkan teling tengah dengan
hidung bagian belakang, yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga tengah.
tuba eustakius membuka ketika kita menelan, sehingga membantu menjaga tekanan udara yang
sama pada kedua sisi gendang telinga, yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal dan
kenyamanan.
telinga dalam
telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terjdiri dari 2 bagian
utama:
• koklea (organ pendengaran)
• kanalis semisirkuler (organ keseimbangan).
koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput, terdiri dari
cairan kental dan organ corti, yang mengandung ribuan sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki
rambut yang mengarah ke dalam cairan tersebut. getaran suara yang dihantarkan dari tulang
pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan
dan sel rambut. sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap frekuensi suara yang
berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf.
gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan
membawanya ke otak. walaupun ada perlindungan dari refleks akustik, tetapi suara yang gaduh
bisa menyebabkan kerusakan pada sel rambut. jika sel rambut rusak, dia tidak akan tumbuh
kembali. jika telinga terus menerus menerima suara keras maka bisa terjadi kerusakan sel rambut
yang progresif dan berkurangnya pendengaran. kanalis semisirkuler merupakan 3 saluran yang
berisi cairan, yang berfungsi membantu menjaga keseimbangan. setiap gerakan kepala
menyebabkan ciaran di dalam saluran bergerak. gerakan cairan di salah satu saluran bisa lebih
besar dari gerakan cairan di saluran lainnya; hal ini tergantung kepada arah pergerakan kepala.
saluran ini juga mengandung sel rambut yang memberikan respon terhadap gerakan cairan. sel
rambut ini memprakarsai gelombang saraf yang menyampaikan pesan ke otak, ke arah mana
kepala bergerak, sehingga keseimbangan bisa dipertahankan.
jika terjadi infeksi pada kanalis semisirkuler, (seperti yang terjadi pada infeksi telinga
tengah atau flu) maka bisa timbul vertigo (perasaan berputar).
9
ULTRASONIK
Untuk mempelajari ultrasonik, kita harus mengingat terlebih dahulu tentang
penggolongan frekuensi bunyi. Ultrasonik adalah gelombang bunyi dengan frekuensi lebih dari
20.000 Hz.
Ultrasonik dapat diproduksi dengan piranti magnet listrik dan kristal piezoelektrik dengan
frekuensi di atas 20.000 Hz.
Magnet listrik
Jika batang ferromagnetik diletakkan pada medan magnet listrik maka akan timbul
gelombang ultrasonik pada ujung batang ferromagnetik tersebut. Demikian pula jika batang
ferromagnetik tersebut dilingkari kawat, kemudian dialiri listrik.
Alat diagnostik USG menggunakan gelombang ultrasonik yang mempunyai frekuensi 1-
10 MHz. Kecepatan gelombang suara didalam suatu medium akan berbeda dari medium lainnya.
Sifat akustik medium menentukan perbedaan ini. Frekuensi dan daya ultrasonik yang dipakai
dalam bidang kedokteran disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk diagnostik digunakan frekuensi
1 – 5 MHz dengan daya 0,01 W/cm2. untuk terapi daya ditingkatkan menjadi 1 W/cm2, bahkan
untuk menghancurkan kanker daya yang diperlukan sebesar 103 W/cm2.
Pengurangan intensitas merupakan atenuasi, yang dapat disebabkan oleh mekanisme, refleksi,
refraksi, absorpsi dan scattening.
10
Pengaruh atenuasi dalam pemeriksaan USG :
1.Atenuasi akan membatasi kemampuan alat USG dalam memeriksa truktur jaringan
tubuh hanya sampai batas ke dalaman tertentu.
2. Adanya atenuasi yang berbeda pada jaringan tubuh akan memberikan gambaran USG
yang berbeda pula.
3. Alat USG sulit digunakan untuk memeriksa struktur jaringan tulang organ yang berisi
gas.
Dasar penggunaan ultrasonik adalah efek Dopler, yaitu terjadi perubahan frekuensi akibat
adanya pergerakan pendengar atau sebaliknya dan getaran yang dikirim ke obyek akan
direfleksikan oleh obyek itu sendiri.
Efek Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik dapat memberikan efek baik mekanik, panas, kimiawi maupun
biologis. Atau perubahan – perubahan siklik yang terjadi pada perambatan gel ultrasonik :
getaran partikel, perubahan tekanan, peruabahan densitas, dan perubahan suhu.
Semua perubahan diatas bersifat sementara dan penagruhnya sangat kecil, banyaknya
panas yang timbul didalam jaringan tubuh ditentukan oleh : intensitas, lamanya pemaparan, dan
koefisien absorpsi jaringan. Pemakaian gel ultrasonik dan intensitas tinggi dapat menimbulkan
fenomena kavitasi pada medium yang berupa cairan. Faktor yang menambah keamanan
penggunaan USG yang banyak dipakai saat ini mempunyai intensits <10 MW/Cm2.
Mekanik
Membentuk emulsi asap/awan dan disintegrasi beberapa benda padat. Ini bisa digunakan
untuk mendeteksi lokasi batu empedu.
Panas
Sebagian ultrasonik mengalami refleksi pada titik yang bersangkutan, dan sebagian lagi
pada titik tersebut mengalami perubahan panas. Pada jaringan bisa terjadi pembentukan rongga
dengan intensitas tinggi.
11
Kimia
Gelombang ultrasonik menyebabkan oksidasi dan hidrolisis ikatan polyester.
Biologis
Efek ini sebenarnya merupakan gabungan antara efek-efek di atas, misalnya panas
menimbulkan dilatasi pembuluh darah. Ultrasonik juga meningkatkan permeabilitas membran sel
dan kapiler serta merangsang aktifitas sel. Otot mengalami paralisis dan sel-sel hancur, bakteri
dan virus dapat pula hancur. Keletihan akan terjadi jika frekuensi ultrasonik ditingkatkan.
G. Kebisingan
Bising ialah bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam (bicara, pidato)
maupun buatan (bunyi mesin) dan dapat menggangu kesehatan, kenyamanan serta dapat
menimbulkan ketulian yang bersifat relatif. Alat ukur kebisingan adalah sound level meter.
Baku tingkat kebisingan terdapat dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996.
1. Pembagian Kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan, tingkat bunyi dan tenaga bunyi, maka bising dibagi
dalam 3 katagori :
a. Audible noise (bising pendengaran)
Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz
b. Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan)
Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik.
c. Impuls noise (impact noise = bising impulsif)
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan
meriam, tembakan dan lain – lain
Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis :
a. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas angin
b. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas
c. Bising terputus – putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara
d. Bising sehari penuh (full noise time)
12
e. Bising setengah hari (part time noise)
f. Bising terus – menerus (steady noise)
g. Bising impulsive (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan)
2. Pengaruh Bising pada Kesehatan
a. Hilangya pendengran sementara
b. Kebal atau imun terhadap bising
c. Telinga berdengung
d. Kehilangan pendengaran menetap, biasanya dimulaidari frekuensi 4000 Hz
3. Daftar Skala Intensitas Kebisingan
Tingkat kebisingan Intensitas (dB) Batas dengar tertinggi
Menulikan 100-120
Halilintar
Meriam
Mesin uap
Sangat hiruk pikuk 80-90 Jalan hiruk pikuk
Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kuat 60-70 Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Perusahaan
Sedang 40-50 Rumah gaduh
Kantor umunya
Percakapan kuat
Radio perlahan
Tenang 20-30 Rumah tenag
Kantoer perorangan
Auditorium
Percakapan
13
Sangat tenang 0-10 Bunyi daun
Berbisik
Batas dengar terendah
4. Pencegahan Ketulian dari Proses Bising
Prinsip pencegahan ketulian dari proses bising adalah menjauhi dari sumber bising.
Untuk tujuan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Memberikan pelumas dan peredam pada mesin yang menghasilkan bising
b. Menggunakan tembok pemisah antara sumber bising dengan tempat kerja.
c. Menggunakan pelindung telinga
H. Suara
Suara dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama bergetar, perbedaan tekanan terjadi di
udara sekitarnya. Peningkatan tekanan disebut kompresi, sedangkan penurunannya disebut
rarefaction. Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda, getaran suatu
benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu terhadap
waktu. Pada hakekatnya suara dan bunyi adalah sama. Hanya saja kata “suara” dipakai untuk
makhluk hidup, sedangkan bunyi dipakai untuk benda mati.
a. Aliran udara yang dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika pita
suara dalam keadaan berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya bergetar.
b. Aliran udara tersebut dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal pulsa
yang kemudian mengalami modulasi frekuensi ketika melewati pharynx, rongga mulut
ataupun pada rongga hidung. Sinyal suara yang dihasilkan pada proses ini dinamakan
sinyal voiced sound.
c. Suara bicara normal merupakan hasil dari modulasi udara yang keluar dari dalam
tubuh.
d. Beberapa bunyi ayang dihasilkan melalui mulut tanpa menggunakan pita suara disebut
Unvoiced sound, merupakan aliran udara melalui penciutan/konstriksi yang dibentuk
oleh lidah, gigi, bibir dan langit-langit. Misalnya p, t, k, s, dan ch, secara perinci:
e. p, t, dan k suara/bunyi letupan (plosive sound)
14
f. S, f, dan ch suara/bunyi frikatif (fricative sound)
Proses produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah proses fisiologis, yaitu :
o pembentukan aliran udara dari paru-paru,
o perubahan aliran udara dari paru-paru menjadi suara, baik voiced, maupun
unvoiced yang dikenal dengan istilah phonation, dan artikulasi yaitu proses
modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang spesifik.
o Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah : paru-paru,
tenggorokan (trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal cord),
rongga mulut (oral cavity), rongga hidung (nasal cavity), lidah (tongue), dan bibir
(lips).
PEMBENTUKAN SUARA (FONASI)
• Pada pembentukan suara vokal, pita suara tertarik saling mendekat oleh otot,
udara di paru dihembuskan, tekanan dibawah pita suara meningkat dan pita suara
yang tertutup dipaksa membuka.
• Terjadi aliran cepat udara ke atas yang menyebabkan penurunan tekanan di
antara pita, menyebabkan pita suara bergerak bersama, menghambat keluarnya
udara secara parsial.
• Rongga mulut berubah bentuk akibat garakan lidah, rahang bawah, palatum
lunak, dan pipi untuk menentukan suara yang diucapkan.
• Kadang-kadang hilangnya suara, gangguan bicara, atau rasa sakit timbul akibat
obstruksi di pita suara.
• Hal tersebut perlu dilakukan pemeriksaan, salah satu metode yang digunakan
adalah laringoskopi.
• Metode lain juga yang digunakan adalah MRI, USG, dan berbagai prosedur
radiologis misalnya sinar-X, CT-scan, dan sebagainya.
Frekuensi dasar dari hasil vibrasi yang kompleks tergantung dari massa dan tegangan dari
pita suara.
15
• Laki-laki mempunyai frekuensi suara 125 Hz.
• Wanita mempunyai frekuansi suara 250 Hz.
• Suara berhubungan erat dengan rasa “mendengar”.
Pada sistem pengenalan suara oleh manusia terdapat tiga organ penting yang saling
berhubungan yaitu :
• telinga yang berperan sebagai transduser dengan menerima sinyal masukan suara
dan mengubahnya menjadi sinyal syaraf,
• jaringan syaraf yang berfungsi mentransmisikan sinyal ke otak,
• dan otak yang akan mengklasifikasi dan mengidentifikasi informasi yang
terkandung dalam sinyal masukan.
I. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis
lainnya.Dibedakan menjadi:
· Vibrasi karena getaran udara yang pengaruhnya pada akustik
· Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi/ turut bergetarnya
alat-alat tubuh dan pengaruh terhadap alat alat tubuh.
1.Penjalaran Vibrasi Udara dan Efek yang Timbul
Vibrasi udara oleh karena benda bergetar dan diteruskan melalui udara akan mencapai
telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan terjadi gangguan penguatan pendengaran
tetapi pada intensitas lebih dari 140 dB akan terjadi gangguan vestibuler yaitu gangguan
orientasi,kehilangan keseimbangan dan mual-mual. Akan timbul nyeri telinga,nyeri dada dan
bisa terjadi getaran seluruh tubuh.
2.Penjalaran Vibrasi Mekanik dan Efek yang Timbul
Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan atau kontak dengan permukaan benda yang
bergerak,sentuhan ini melalui daerah yang terlokalisasi (tool-hand vibration) atau mengenai
seliruh tubuh (whole body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang
terlazim dalam proses pekerjaan.
16
Efek vibrasi terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh.
Pada frekuensi :
· 3-9 Hz : akan timbul resonansi pada dada dan perut
· 6-10 Hz :dengan intensitas 0.6 g tekanan darah,denyut jantung,pemakaian O2
dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1.2 g terlihat banyak
perubahan system peredaran darah.
· 10 Hz : leher,kepala,pinggul,kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.
· Tenggorokan akan mengalami resonansi.
Pada frekuensi kurang dari 20 Hz,tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini
otot menjadi lemah,rasa tidak enak dan kurang ada perhatian. Pada frekuensi diatas 20 Hz otot-
otot menjadi kendor dan frekuensi 30-50 Hz digunakan dalam kedokteran olahraga untuk
memulihkan otot-otot sesudah kontraksi luar biasa.
Efek vibrasi terhadap tangan :
• Getaran dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan pada tangan
berupa :
• Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kealinan ini mirip dengan
phenomena Raynaud yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota badan,pada saat anggota
badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepid an tanpa kelainan-
kelainan gizi. Phenomena Reynaud ini terjadi pada frekunsi sekitar 30-40 Hz.
• Kerusakan-kerusakan pada persendian tulang
Sikap Tubuh Terhadap Getaran Mekanis
Badan merupakan susunan elastic yang kompleks dengan tulang sebagai penyokong alat-
alat dan landasan kekuatan serta kerja oto. Kerangka,alat-alat,urat danotot memiliki sifat elastic
yang bekerja secara serentak sebagai peredam dan penghantar getaran.
Pengaruh getaran terhadap tubuh ditentukan sekali oleh posisi tubuh atau sikap tubuh.
Pada tungkailurus akan mengahanta 100% getaran ke dalam badan, sedangkan dalam posisi
duduk tungkai akan berlaku sebagai peredam.
Mencegah getaran mekanis :
17
• Getaran suatu benda dapat dihindari dengan meletakkan bahan peredam dibawah benda
yang bergetar. Bhan peredam sebaiknya sekitar 1 Hz.
• Selain itu tempat duduk atau alas kaki diletakkan bahan peredam. Tebal tempat duduk
dan alas kaki sangat menentukan besar redaman.
j. Doppler
Efek Doppler, dinamakan mengikuti tokoh fisika, Christian Andreas Doppler, adalah perubahan
frekuensi atau panjang gelombang dari sebuah sumber gelombang yang diterima oleh pengamat,
jika sumber suara/gelombang tersebut bergerak relatif terhadap pengamat/pendengar. Untuk
gelombang yang umum dijumpai, seperti gelombang suara yang menjalar dalam medium udara,
perhitungan dari perubahan frekuensi ini, memerlukan kecepatan pengamat dan kecepatan
sumber relatif terhadap medium di mana gelombang itu disalurkan.
Efek Doppler total, f, dapat merupakan hasil superposisi dari gerakan sumber dan/atau gerakan
pengamat, sesuai dengan rumusan berikut:
di mana
adalah kecepatan gelombang dalam medium
adalah kecepatan sumber gelombang relatif terhadap medium; positif jika pengamat
mendekati sumber gelombang/suara.
adalah kecepatan pengamat (receiver) relatif terhadap medium; positif jika sumber
menjauhi pengamat.
18
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996
TENTANG
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
Menimbang
a. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, setiap usaha atau kegiatan perlu melakukan
upaya pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan.
b. bahwa salah satu dampak dari usaha atau kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan
manusia, makhluk lain dan lingkungan adalah akibat tingkat kebisingan yang dihasilkan.
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Mengingat
1.Undang-undang gangguan (Hinder Ordonnantie) Tahun 1926, Stbl. Nomor 226,setelah
diubah dan ditambah terakhir dengan Stbl. 1940 Nomor 450.
2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan lembaran Negara 2831)
3.Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara
Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara 2918)
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara 3037)
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara 3215)
6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun
1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara 3274)
19
7. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara 3480)
8.Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 100 , Tambahan Lembaran Negara 3495)
9.Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara 3501)
10.Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara 3538)
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96/M Tahun 1993 tentang
Pembentukan Kabinet Pembangunan VI.
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kedudukan,
Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara.
Memutuskan dan Menetapkan
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
HIDUP TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN
Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:
1.Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
2.Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan decibel yang
disingkat dengan db.
3.Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
4. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota atau Gubernur Kepala Daerah Istimewa.
5. Menteri adalah Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup.
20
Pasal 2
Baku Tingkat Kebisingan, metoda pengukuran, perhitungan dan evaluasi tingkat
kebisingan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran I dan Lampiran II Keputusan ini.
Pasal 3
Menteri menetapkan baku tingkat kebisingan untuk usaha atau kegiatan di luar
peruntukan kawasan/lingkungan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran keputusan ini
setelah memperhatikan masukan dari instansi teknis yang bersangkutan.
Pasal 4
(1) Gubernur dapat menetapkan baku tingkat kebisingan lebih ketat dari ketentuan sebagaimana
tersebut dalam Lampiran I.
(2) Apabila Gubernur belum menetapkan baku tingkat kebisingan maka berlaku
ketentuan sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 5
Apabila analisis mengenai dampak lingkungan bagi usaha atau kegiatan mensyaratkan
baku tingkat kebisingan lebih ketat dari ketentuan dalam Lampiran Keputusan ini, maka untuk
usaha atau kegiatan tersebut berlaku baku tingkat kebisingan sebagaimana disyaratkan oleh
analisis mengenai dampak lingkungan.
Pasal 6
(1) Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib :
a. mentaati baku tingkat kebisingan yang telah dipersyaratkan;
b. memasang alat pencegahan terjadinya kebisingan
c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebisingan sekurang - kurangnya 3
bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian
dampak lingkungan dan instansi Teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan serta
instansi lain yang dipandang perlu.
21
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan dalam izin yang relevan
untuk mengendalikan tingkat kebisingan dari setiap usaha atau kegiatan yang bersangkutan.
Pasal 7
Bagi usaha atau kegiatan yang telah beroperasi, maka :
a.baku tingkat kebisingan lebih longgar dari ketentuan dalam Keputusan ini, wajib
disesuaikan dalam waktu selambat-lambatnya 2 tahun terhitung sejak ditetapkan Keputusan ini.
b. baku tingkat kebisingan lebih ketat dari Keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 8
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal : 25 November 1996
Menteri Negara Lingkungan Hidup,
Ttd.
Sarwono Kusumaatmadja.
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996
TANGGAL :25 NOVEMBER 1996
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan Tingkat kebisingan DB (A)
a.Peruntukan kawasan
1.Perumahan dan pemukiman
22
2.Perdagangan dan Jasa
3.Perkantoran dan Perdagangan
4.Ruang Terbuka Hijau
5.Industri
6.Pemerintahan dan Fasilitas Umum
7.Rekreasi
8.Khusus:
- Bandar udara
- Stasiun Kereta Api
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
b.Lingkungan Kegiatan
1.Rumah Sakit atau sejenisnya
2.Sekolah atau sejenisnya
3.Tempat ibadah atau sejenisnya
Keterangan : disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996
TANGGAL :25 NOVEMBER 1996
METODA PENGUKURAN,PERHITUNGAN DAN EVALUASI TINGKAT
KEBISINGAN LINGKUNGAN
1.Metoda Pengukuran
Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara :
1) Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meterbiasa diukur tingkat tekanan bunyi dB
(A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran.
23
(B) Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.
2) Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound levelmeter yang mempunyai fasilitas
pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
pengukuran selama 10 menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari
tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 – 22.00 dan
aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang waktu 22.00 – 06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan
paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan paling sedikit 3 waktu pengukuran pada
siang hari, sebagai contoh :
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00
- L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00
- L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00
- L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00
Keterangan :
- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan Sinambung Setara ialah
nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah ubah (fluktuatif) .
24
MENTERI TENAGA KERJAREPUBLIK INDONSIA
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJANOMOR : KEP–51/MEN/I999
TENTANGNILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA
MENTERI TENAGA KERJA
Menimbang
a.Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 3 ayat (1) huruf g Undang- Undang Nomor 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja. perlu ditetapkan Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat
Kerja.
b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Mengingat
1.Undang - Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang ketentuan - ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja.
2. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 122/M Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabinet
Reformasi Pembangunan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP 28/MEN/1994 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Tenaga Kerja.
Memutuskan dan Menetapkan
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG NILAI AMBANG
BATAS FAKTOR FlSIKA DI TEMPAT KERJA
25
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1.Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun di
luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2.Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
3.Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor tempat
kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
4. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat tisika yang dalam
keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu.
5.Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban. kecepatan gerakan udara
dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya.
6.Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer
suhu kering.
7.Suhu basah alami (Nat Wet Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh
thermometer bola basah alami (Natural Wet bulb Thermometer).
8.Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola
(Globe Thermometer).
9. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang disingkat
dengan ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil
perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.
10. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.
26
11.Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak- balik
dari kedudukan keseimbangannya.
12.Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (microwave) adalah radiasi elektro -
magnetik dengan frekuensi 30 kilohertz sampai 300 Giga Hertz.
13.Radiasi ultra ungu (Ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter (nm).
14.Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
15.Pengusaha adalah :
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan
untuk keper!uan itu menggunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha
bukan miliknya dan untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja.
c.Orang atau badan hukum, yang di Indoncsia mewakili orang atau badan hukum
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b jikalau yang diwakili berkedudukan di luar
wilayah Indonesia.
16.Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai teknis berkeah!ian khusus dari
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri.
17.Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 2
NAB iklim kerja menggunakan parameter ISBB sebagaimana tercantum dalam
lampiranI.
Pasal 3
(1) NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dBA).
(2) Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran II.
Pasal 4
(1) NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan
dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2).
27
(2) Getaran yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam lampiran III.
Pasal 5
NAB radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam lampiran IV.
Pasal 6
(1) NAB radiasi sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0,1 mikro Watt persentimeter persegi
(.uW/crn2).
(2) Radiasi sinar ultra ungu yang melampaui NAB waktu pemajanan ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam lampiran V.
Pasal 7
(1) Pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja dilaksanakan oleh Pusat dan
atau Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-pihak lain yang ditunjuk.
(2) Persyaratan pihak lain untuk dapat ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Hasil pengukuran dan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada pimpinan perusahaan atau pengurus perusahaan dan kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat.
Pasal 8
Pelaksanaan pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja berkoordinasi dengan
kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
Pasal 9
Peninjauan NAB faktor fisikadi tempat kerja dilakukan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
28
Pasal l0
Pengusaha atau pengurus harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan
Menteri ini.
Pasal 11
Dengan berlakunya Keputusan Menteri ini. maka Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-01/MEN/1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk
iklimKerja dan Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Kebisingan di tempat kerja dinyatakan tidak
berlaku lagi.
Pasal 12
Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Diletapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 April 1999
LAMPIRAN I: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : KEP. 51/MEN/1999
TANGGAL : 16 APRIL 1999
NILAI AMBANG BATAS IKLIM KERJA
INDEKS SUHU BASAH DAN BOLA (ISBB) YANG DIPERKENANKAN
ISSB ( oC )
Pengaturan waktu kerja setiap jam Beban Kerja ,Waktu Kerja ,Waktu Istirahat : Ringan,Sedang,
Berat, Bekerja terus menerus (8 jam/hari).
* 75% kerja
*25% istirahat
*50% kerja
*50% istirahat
*25% kerja
*75% istirahat
29
Indek Suhu : *32,2
*31,1
*30,0
*Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :
ISBB : 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0, I Suhu kering.
*lndeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi:
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.
Catatan:
-Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 -200 Kilo kalori/jam
-Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 -350 Kilo kalori/jam
-Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 -500 Kilo kalori/jam
Diletapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 April 1999
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP.51/MEN/1999
TANGGAL 16 A PR I L 1999
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan dalam dBA, adalah : 8 Jam 30Menit
Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Diletapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 April 1999
30
LAMPIRAN III
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : KEP.51/MEN/I999
TANGGAL : 16 APRIL 1999
NILAI AMBANG BATAS GETARAN
UNTUK PEMAJANAN LENGAN DAN TANGAN
Nilai percepatan pada frekuensi dominan Jumlah waktu pemajanan per hari kerja Meter
per detik kuadrat Gram ( m/det2 ) Gram ,4 jam dan kurang dari 8 jam dan kurang dari 4 jam 60
menit, 1 jam dan kurang dari 2 jam
Catatan:
1 Gram= 9,81 ml/det2
Diletapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 April 1999
LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR KEP. 51/MEN/1999
TANGGAL 16 APRIL 1999
NILAI AMBANG BATAS FREKUENSI RADIO/GELOMBANG MIKRO
*Frekuensi Power Density ( mW/cm2 )
* Kekuatan Medan listrik ( V/m )
*Kekuatan medan magnet ( A/m )
Rata-rata Waktu Pemajanan (menit) adalah : 30 kHz -100 kHz
31
Keterangan :
*kHz : Kilo Hertz
*MHz : Mega Hertz GHz : Gega Hertz
*f : frekuensi dalamMHz
*mW/cm2 : mili Watt per senti meter persegi
*VIm: Volt per Meter
*A/m : Amper per Meter
Diletapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 April 1999
32