Upload
nurpiter-thiodoris
View
43
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
test
Citation preview
BIOGAS
Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Energi Konvensional dan Non
Konvensional yang dibimbing oleh
Ida Febriana, S.Si, M.T.
Oleh :
KELOMPOK 13
M. Ridho Fitriyanto (061340411652)
Poppi Vamella Putri (061340411657)
Kelas : 4 EG.B
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
limpahan rahmat-Nya maka kami dapat menyusun makalah mengenai Biogas ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas studi Energi Konvensional
dan Non Konvensional dan untuk menambah wawasan mengenai Biogas. Adapun kendala-
kendala yang penyusun hadapi saat membuat makalah ini baik itu secara materi maupun
kendala lainnya, akan tetapi penyusun mengucap syukur dan berterima kasih karena penulis
dapat melewati semuanya itu sampai selesai dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu/Bapak dosen, mentor, teman-teman serta orang tua penulis serta semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah dengan sabar memberikan bimbingannya serta
dukungan hingga selesainya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa keberadaan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penyusun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya, harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua, khususnya pengembangan ilmu pengetahuan.
Palembang, May 2015
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
2.1 Sejarah Biogas...................................................................................................... 3
2.2 Definisi Biogas..................................................................................................... 3
2.3 Prinsip Dasar Biogas............................................................................................ 5
2.4 Potensi dan Sumber Bahan Baku Biogas............................................................. 6
2.5 Proses Produksi Biogas........................................................................................ 10
2.6 Bahan Baku.......................................................................................................... 11
2.7 Faktor – factor yang Mempengaruhi Proses Biogas............................................ 13
2.8 Komposisi Biogas................................................................................................ 15
2.9 Manfaat Biogas.................................................................................................... 16
2.10 Kelebihan dan Kekurangan Biogas.................................................................... 20
BAB III PEMBUATAN BIOGAS BERASAL DARI KOTORAN TERNAK......... 21
3.1 Alat dan Bahan yang digunakan untuk Pembuatan Biogas.................................. 21
3.2 Tahapan Proses Pembuatan Biogas...................................................................... 22
BAB IV PENUTUP................................................................................................... 25
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 26
4
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk
dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan
bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap Negara untuk segera memproduksi dan
menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga
mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara
didunia terutama Indonesia.
Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak
seimbang dengan produksinya yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit
yang harus dipenuhi melalui impor.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah
menerbitkan Peraturan presiden RI No. 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional
untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai bahan bakar minyak. kebijakan
tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif
pengganti bahan bakar minyak.
Salah satu sumber energi altrnatif adalah Biogas. Gas ini berasal dari berbagai
macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat
dimanfatkan menjadi energi melalui proses anaerobic digestion. Proses ini merupakan
peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak
penggunaan bahan bakar fosil.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar mendapatkan hasil yang
diinginkan maka dalam makalah ini penyusun mengemukakan beberapa rumusan
masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Biogas ?
2. Apa pengertian Biogas ?
3. Bagaimana prinsip dasar Biogas ?
1
4. Jelaskan potensi dan sumber bahan baku Biogas ?
5. Bagaimana proses produksi Biogas ?
6. Apa saja bahan baku pembuatan Biogas ?
7. Apa saja factor yang mempengaruhi Proses Pembuatan Biogas ?
8. Sebutkan komposisi Biogas ?
9. Apa manfaat Biogas ?
10. Bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan Biogas ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah Energi Konvensional
dan Non Konvensional.
2. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan terutama mengenai
biogas.
3. Mengetahui sejarah Biogas
4. Mengetahui definisi dari Biogas
5. Dapat memahami prinsip dasar dari Biogas
6. Memahami potensi dan sumber bahan baku Biogas
7. Mengetahui proses produksi Biogas
8. Mengetahui bahan baku dari pembuatan Biogas
9. Memahami factor yang mempengaruhi proses pembuatan biogas
10. Mengetahui komposisi Biogas
11. Memahami manfaat Biogas
12. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Biogas
2
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 SEJARAH BIOGAS
Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar
dibenua Eropa. Penemuan ilmuan Alessandro Volta terhadap gas yang dikeluarkan
dirawa-rawa terjadi pada tahun 1770, beberapa decade kemudian Avogadro
mengidentifikasikan tentang gas Methana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas
merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Tahun 1884 Pateour melakukan
penelitian tantang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian Pasteour menjadi
landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini. Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset
dalam bidang ini dilakukan. Di Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara
dua perang dunia dan beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah
pertanian. Selama perang dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang
membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan
traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-
an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Namun, di Negara-negara berkembang
kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia ada. Kegiatan produksi
biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama
dibangun pada tahun 1900 (Burhani Rahman,http://www.energi.lipi.gi.id).
2.2 DEFINISI BIOGAS
Biogas adalah gas produk akhir pecernaan atau degradasi anaerobik bahan-bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerobik dalam lingkungan bebas oksigen atau udara.
Komponen terbesar biogas adalah Methana (CH4, 54-80%-vol) dan karbondioksida
(CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah kecil H2, N2 dan H2S. Pada literature lain komposisi
3
biogas secara umum ditampilkan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Komposisi Biogas Secara Umum.
Komposisi dalam biogas Kadar komponen (%)
Metana 50-60
Karbondioksida 34-48
Hydrogen 2
Hydrogen Sulfida Tapak
Karbon Tapak
Holokarbon Tapak
Non-Methane volatile organic Tapak
Sumber : Juanga, 2007
Biogas dapat digunakan dalam berbagai keperluan seperti memasak, penerangan,
pompa air, boiler dan sebagainya. Berikt ini adalah gambar penggunaan gas metana
untuk berbagai aplikasi.
Gambar 2.2 Penggunaan biogas untuk berbagai aplikasi (Kosaric dan
Velikonja, 1995)
Perkembangan Biogas di Indonesia
4
Biogas mulai diperkembangkan di Indonesia sekitar tahun 1970. Namun, tingginya
penggunaan bahan bakar minyak tanah dan tersedianya kayu bakar menyebabkan
penggunaan biogas menjadi kurang berkembang. Teknologi biogas mulai berkembang
kembali sejak tahun 2006 ketika kelangkaan energi menjadi topik utama di Indonesia.
Awalnya, biogas dibangun dalam bentuk denplot oleh pemerintah dengan reaktor
berbentuk kubah dari bata/beton (fixed dome) dan bentuk terapung (floating) yang terbuat
dari drum yang disambung. Kini, bahan reaktor yang digunakan telah berkembang, ada
yang terbuat dari beton/bata, plat besi, plastik, dan serat kaca (fiber glass), dengan masing-
masing kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Beton/bata Fiber Glass (Swen IT) Plastik
Pembangunan harus teliti, Produk pabrik , sistim knock Konstruksi sederhana, waktubutuh waktu lama down sangat kedap udara , pasang singkat
waktu pasang singkat
Tidak dapat dipindah Dapat dipindah, mudah untuk Dapat dipindah tapi cukupdi renovasi riskan (rusak)
Kalau bocor susah dideteksi Kalau bocor mudah dideteksi Kalau bocor susah diperbaikidan diperbaiki.
Biaya konstruksi agak mahal Biaya konstruksi agak Biaya konstruksi murahmahal
Operasional mudah kotoran Operasional mudah, kotoranOperasional agak rumit,
kotoranlangsung disalurkan ke dalam dapat langsung disalurkan ke dimasuki pakai tangan
reaktor dalam reaktor
Daya tahan tergantung saat Daya tahan kuat, tahan segala Daya tahan sangat kurangpembuatan cuaca , tahan 10 -15 thn mudah rusak
2.3 PRINSIP DASAR BIOGAS
Prinsip dasar teknologi biogas adalah proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa udara (anaerob) untuk menghasilkan campuran
dari beberapa gas, di antaranya metan dan CO2. Biogas dihasilkan dengan bantuan
bakteri metanogen atau metanogenik. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah
yang mengandung bahan organik, seperti limbah ternak dan sampah organik.
Proses tersebut dikenal dengan istilah anaerobic digestion atau pencernaan secara
anaerob. Umumnya, biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut reaktor biogas
(digester) yang dirancang agar kedap udara (anaerob), sehingga proses penguraian oleh
5
mikroorganisme dapat berjalan secara optimal. Berikut beberapa keuntungan yang
dihasilkan dari digester anaerob.
A. Keuntungan Pengolahan Limbah
Digunakan untuk proses pengolahan limbah yang alami.
Lahan yang dibutuhkan lebih kecil dibandingkan dengan lahan untuk proses
kompos.
Memperkecil rembesan polutan.
Menurunkan volume limbah yang dibuang.
B. Keuntungan Energi
Menghasilkan energi yang bersih.
Bahan bakar yang dihasilkan berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui. Biogas
yang dihasilkan dapat digunakan untuk berbagai penggunaan.
C. Keuntungan Lingkungan
Mengurangi polusi udara.
Memaksimalkan proses daur ulang.
Pupuk yang dihasilkan bersih dan kaya nutrisi.
Menurunkan emisi gas metan dan CO2 secara signifikan.
Memperkecil kontaminasi sumber air karena dapat menghilangkan bakteri
Coliform sampai 99%.
D. Keuntungan Ekonomi
Ditinjau dari siklus ulang proses, digester anaerobik lebih ekonomis
dibandingkan dengan proses lainnya.
2.4 POTENSI DAN SUMBER BAHAN BAKU BIOGAS
Sumber bahan baku biogas dapat berasal dari berbagai limbah yakni :
A. Biogas dari Limbah Peternakan
Sektor peternakan skala usaha kecil umumnya dilakukan masyarakat pedesaan
dengan memelihara 2―5 ekor ternak. Sementara itu peternak skala usaha besar
biasanya memelihara puluhan sampai ratusan ternak secara intensif.
Tabel 1. Produksi Kotoran Ternak
6
Jenis Bobot Ternak Produksi KTS (kg/hari)Ternak kg /ekor
400―500Sapi potong 20―29
500―600Sapi perah 30―50
Ayam petelur 1,5―2,0 0,1
Ayam pedaging 1,0―1,5 0,06
80―90Babi dewasa 7
Domba 30―40 2
Keterangan : KTS (Kotoran Ternak Segar)Sumber: United Nations (1984)
Namun, berkembangnya usaha sektor peternakan menghasilkan limbah berupa
kotoran ternak yang cukup banyak, sehingga dapat menimbulkan bau yang dapat
mengakibatkan polusi udara dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Karena, gas
metana yang dihasilkan memiliki potensi pemanasan global 21 kali lebih tinggi
dibandingkan gas Karbondioksida (CO2).
Dekomposisi kotoran ternak menghasilkan polutan berupa BOD (Biological
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), polusi air, polusi udara, dan
bakteri patogen. Salah satu solusi untuk mengurangi dampak negatif limbah
peternakan adalah mengelolanya dengan baik.
Tabel 2. Potensi Produksi Gas
Jenis Kotoran Produksi Gas Per Kg Kotoran (m3)
Sapi/kerbau 0,023―0,040
Babi 0,040―0,059
Ayam 0,065―0,116
Manusia 0,020―0,028
Sumber: Chengdu Biogas Research Institut (1989)
Limbah peternakan seperti kotoran padat dan cair dapat dijadikan bahan baku
biogas yang akan menghasilkan energi dan pupuk organik. Umumnya, kebutuhan
energi untuk memasak satu keluarga rata-rata 2000 liter per hari, sedangkan produksi
biogas dari seekor sapi berkisar 600―1000 dengan demikian, memenuhi biogas
7
kebutuhan energi untuk memasak satu keluarga dibutuhkan 2—3 ekor sapi
B. Biogas dari Limbah Pertanian
Pertanian merupakan salah satu sektor usaha yang turut mendukung
perekonomian di Indonesia. Sama seperti sektor peternakan, lahan pertanian yang
cukup luas juga menghasilkan limbah yang tidak sedikit. Tanaman padi yang
merupakan komoditas pangan utama dapat menghasilkan limbah berupa jer pertanian
diatasi dengan cara dibakar dan ditimbun.
Padahal, cara tersebut dapat merugikan petani dan lingkungan sekitar. Karena,
pembakaran yang dilakukan dapat menghasilkan gas CO2 yang berbahaya bagi
kesehatan petani. Sementara itu, penimbunan limbah di dalam tanah, dapat menjadi
faktor penyebab penyakit bagi pertanaman selanjutnya.
Salah satu pola pengelolaan limbah yang tepat agar limbah tersebut dapat
dimanfaatkan yaitu dengan cara mengolah limbah menjadi biogas. Biogas yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai sumber energi, sedangkan hasil
sampingan berupa pupuk organik dapat dimanfaatkan untuk pertanaman selanjutnya.
C. Biogas dari Limbah Perairan
Hasil perairan yang sampai saat ini dimanfaatkan hanya sebatas kekayaan ikan
saja. Padahal, masih banyak sumber daya air lain yang dapat dimanfaatkan seperti
rumput laut, alga, dan eceng gondok. Rumput laut merupakan salah satu komoditas
unggulan perairan. Jumlahnya di perairan Indonesia meningkat setiap tahunnya,
namun pemanfaatannya baru sebagian kecil dan belum menyeluruh. Rumput laut
memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena mengandung banyak manfaat. Jenis
rumput laut yang berpotensi dijadikan bahan baku biogas adalah Euchema cottoni
karena memiliki imbangan C/N (43,98) yang dapat digunakan untuk pembuatan
biogas.
Selain rumput laut, jenis tumbuhan air yang dapat dimanfaatkan yaitu eceng
gondok (Eichhornia crassipes). Tumbuhan air yang mengapung ini sering dianggap
sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan karena memiliki tingkat
kecepatan tumbuh yang tinggi. Karena itu, ketersediaan eceng gondok yang melimpah
dan belum dimanfaatkan secara optimal dapat dijadikan bahan baku pembuatan
biogas.
8
D. Biogas dari Limbah Industri
Saat ini, agroindustri di Indonesia telah banyak berkembang. Berbagai hasil
pertanian seperti kelapa sawit, tebu, singkong, dan kedelai diolah menjadi produk
yang lebih tinggi nilainya. Umumnya, proses pengolahan hasil pertanian ini akan
menghasilkan limbah sebagai produk sampingan. Karena itu, untuk mencegah
pencemaran dan kerusakan lingkungan, agroindustri harus diikuti dengan pengolahan
lmbah yang baik. Salah satu pengolahan limbah yang saat ini dikembangkan yaitu
biogas.
Pengolahan limbah industri menggunakan teknologi biogas dapat
menghasilkan energi yang dapat dijadikan bahan bakar pengganti solar sehingga dapat
mengurangi biaya produksi. Pabrik tapioka dan pabrik gula termasuk penghasil
limbah organik yang berpotensi memproduksi biogas. Limbah yang dihasilkan dari
pabrik tapioka berupa limbah padat dan limbah cair.
Selain limbah tapioka, potensi pemanfaatan tongkol jagung menjadi biogas
juga terbilang besar. Karena, selama ini tongkol jagung sisa pakan ternak dibuang
begitu saja, sehingga menjadi limbah. Berdasarkan struktur organnya, tongkol jagung
merupakan bagian dari organ betina tempat bulir-bulir jagung menempel. Organ
itulah yang dapat diolah menjadi biogas. Tongkol jagung dapat dimanfaatkan sebagai
biogas karena memiliki kandungan senyawa selulosa sebesar 41% dan hemiselulosa
sebanyak 36%. Kedua bahan itu dapat diubah menjadi biogas.
E. Biogas dari Limbah Sampah Organik
Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang sampai saat ini belum
dapat ditangani dengan tepat dan cepat. Kemampuan pengelola kebersihan dalam
menangani sampah belum seimbang dengan akumulasi sampah yang dihasilkan.
Padahal, sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan etika dan estetika
lingkungan, menimbulkan bau tidak sedap, dapat menjadi tempat berkembangnya
berbagai macam penyakit, dan dapat memicu pemanasan global.
Pengolahan sampah yang benar mensyaratkan adanya keterpaduan dari
berbagai aspek, mulai dari hulu sampai hilir. Di tempat yang pengolahannya terpadu,
tiap jenis sampah ditempatkan sesuai dengan jenisnya, sehingga bak sampah yang
digunakan ada dua macam, sampah organik dan sampah anorganik.
9
Pemisahan ini memudahkan dalam pengelolaan sampah selanjutnya. Sampah
organik dapat dijadikan bahan untuk pembuatan biogas dan pupuk organik. Sementara
itu, sampah anorganik dapat didaur ulang, sehingga menambah nilai guna seperti
dijadikan bahan kerajinan tangan.
F. Biogas dari Limbah Kotoran Manusia
Limbah lain yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas
berasal dari kotoran manusia. Kandungan nutrisi kotoran manusia tidak jauh berbeda
dibanding dengan kotoran ternak. Kotoran manusia memiliki keunggulan dari segi
nutrisi, dimana imbangan C dan N jauh lebih rendah daripada kotoran ternak.
2.5 PROSES PRODUKSI BIOGAS
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar
adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida,
gas inilah yang disebut biogas. (Aldila Aulia, 2014).
Proses penguraian oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan
organik terjadi secara anaerob. Proses anaerob adalah proses biologi yang
berlangsung pada kondisi tanpa oksigen oleh mikroorganisme tertentu yang mampu
mengubah senyawa organik menjadi metana (biogas). Proses ini banyak
dikembangkan untuk mengolah kotoran hewan dan manusia atau air limbah yang
kandungan bahan organiknya tinggi. Sisa pengolahan bahan organik dalam bentuk
padat digunakan untuk kompos. (Saepul Rohman, 2009).
Secara umum, proses anaeorob terdiri dari empat tahap yakni: hidrolisis,
pembentukan asam, pembentukan asetat dan pembentukan metana. Proses anaerob
dikendalikan oleh dua golongan mikroorganisme (hidrolitik dan metanogen). Bakteri
hidrolitik memecah senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Senyawa sederhana diuraikan oleh bakteri penghasil asam (acid-forming
bacteria) menjadi asam lemak dengan berat molekul rendah seperti asam asetat dan
asam butirat. Selanjutnya bakteri metanogenik mengubah asam-asam tersebut menjadi
metana. (Saepul Rohman, 2009)
10
2.6 BAHAN BAKU
Biogas berasal dari hasil fermentasi bahan-bahan organik diantaranya:
Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, gandum, dan lain-lain,
Limbah dan hasil produksi : minyak, bagas, penggilingan padi, limbah sagu,
Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahan dan
sayuran, dedak, kain dari tekstil, ampas tebu dari industri gula dan tapioka,
limbah cair industri tahu,
Limbah perairan : alga laut, tumbuh-tumbuhan air,
Limbah peternakan : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing, kotoran
unggas.
Sumber : (Saepul Rohman, 2009)
Salah satu pemasalahan yang dihadapi dalam fermentasi anaerob adalah
keberadaan senyawa-senyawa tertentu yang bertindak sebagai inhibitor. Oleh karena
itu perlu ditambahkan sesuatu pada bahan baku supaya menghilangkan pengaruh
inhibitor yang ada.
Rasio ideal C/N untuk proses dekomposisi anaerob untuk menghasilkan
metana adalah 25-30. Oleh karena itu, pada proses pencemaran bahan baku
diusahakan memenuhi rasio ideal. Rasio C/N dari beberapa bahan organik dapat
11
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Rasio C/N untuk berbagai bahan organik
Bahan organik N dalam % C/N
Kotoran manusia 6 5,9-10
Kotoran sapi 1,7 16,6-25
Kotoran babi 3,8 6,2-12,5
Kotoran ayam 6,3 5-7,1
Kotoran kuda 2,3 25
Kotoran domba 3,8 33
Jerami 4 12,5-25
Lucemes 2,8 16,6
Alga 1,9 100
Gandum 1,1 50
Serbuk jerami 0,5 100-125
Ampas tebu 0,3 140
Serbuk gergaji 0,1 200-500
Kol 3,6 12,5
Tomat 3,3 12,5
Mustard (Runch) 1,5 25
Kulit kentang 1,5 25
Sekam 0,6 67
Bonggol jagung 0,8 50
Daun yang gugur 1 50
Batang kedelai 1,3 33
Kacang toge 0,6 20
Sumber : Kaltwasser, 1980
12
Penggunaan limbah sebagai bahan baku biogas memerlukan metode
pengumpulan, penyiapan, penanganan dan penyimpanan yang memadai. Pemilihan
metode didasarkan pada sifat dan jumlah bahan baku yang bervariasi. Sifat alami
bahan baku adalah padatan, semipadatan atau cairan. Sejalan dengan itu sistem
penanganannya harus sesuai dengan kondisi setempat.
2.7 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
Laju proses anaerob yang tinggi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi mikroorganisme, diantaranya temperatur, pH, salinitas dan ion kuat,
nutrisi, inhibisi dan kadar keracunan pada proses, dan konsentrasi padatan. Berikut ini
adalah pembahasan tentang faktor-faktor tersebut.
1) Temperatur
Gabungan bakteri anaerob bekerja dibawah tiga kelompok temperatur utama.
Temperatur kriofilik yakni kurang dari 20oC, mesofilik berlangsung pada temperatur
20-45oC (optimum pada 30-45oC) dan termofilik terjadi pada temperatur 40-80oC
(optimum pada 55-75oC).
2) Derajat keasaman ( pH )
Pada dekomposisi anaerob faktor pH sangat berperan, karena pada rentang pH yang
tidak sesuai, mikroba tidak dapat tumbuh dengan maksimum dan bahkan dapat
menyebabkan kematian yang pada akhirnya dapat menghambat perolehan gas metana.
Bakteri-bakteri anaerob membutuhkan pH optimal antara 6,2–7,6, tetapi yang baik
adalah 6,6–7,5. Pada awalnya media mempunyai pH ± 6 selanjutnya naik sampai 7,5.
Tangki pencerna dapat dikatakan stabil apabila larutannya mempunyai pH 7,5–8,5.
Batas bawah pH adalah 6,2, dibawah pH tersebut larutan sudah toxic, maksudnya
bakteri pembentuk biogas tidak aktif. Pengontrolan pH secara alamiah dilakukan oleh
ion NH4+ dan HCO3-. Ion-ion ini akan menentukan besarnya pH. (Yunus, 1991).
3) Nutrisi
Mikroorganisme membutuhkan beberapa vitamin esensial dan asam amino. Zat
tersebut dapat disuplai ke media kultur dengan memberikan nutrisi tertentu untuk
pertumbuhan dan metabolismenya. Selain itu juga dibutuhkan mikronutrien untuk
meningkatkan aktivitas mikroorganisme, misalnya besi, magnesium, kalsium,
13
natrium, barium, selenium, kobalt dan lain-lain (Malina,1992). Bakteri anaerobik
membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor,
magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt (Space and McCarthy didalam
Gunerson and Stuckey, 1986). Level nutrisi harus sekurangnya lebih dari konsentrasi
optimum yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik, karena apabila terjadi
kekurangan nutrisi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan
nutrisi dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan industri, dan sisa sisa
tanaman terkadang diberikan dengan tujuan menambah pertumbuhan di dalam
digester (Gunerson and Stuckey, 1986).
4) Keracunan dan Hambatan
Keracunan (toxicity) dan hambatan (inhibition) proses anaerob dapat disebabkan oleh
berbagai hal, misalnya produk antara asam lemak mudah menguap (volatile) yang
dapat mempengaruhi pH. Zat-zat penghambat lain terhadap aktivitas mikroorganisme
pada proses anaerob diantaranya kandungan logam berat sianida.
5) Faktor Konsentrasi Padatan
Konsentrasi ideal padatan untuk memproduksi biogas adalah 7-9% kandungan kering.
Kondisi ini dapat membuat proses digester anaerob berjalan dengan baik.
6) Penentuan Kadar Metana Dengan BMP
Uji BMP (Biochemical Methane Potential) ditunjukan untuk mengukur gas metana
yang dihasilkan selama masa inkubasi secara anaerob pada media kimia. Uji BMP
dilakukan dengan cara menempatkan cairan contoh, inokulan (biakan bakteri
anaeorob) dan media kimia dalam botol serum. Botol serum ini, diinkubasi pada suhu
35oC, lalu pengukuran dilakukan selama masa inkubasi secara periodik (biasanya
setiap 5 hari), sehingga pada akhir masa inkubasi (hari ke-30) didapatkan akumulasi
gas metana. Pengukuran dilakukan dengan memasukkan jarum suntik (metoda
syringe) ke botol serum.
7) Rasio Carbon Nitrogen (C/N)
Proses anaerobik akan optimal bila diberikan bahan makanan yang mengandung
karbon dan nitrogen secara bersamaan. CN ratio menunjukkan perbandingan jumlah
dari kedua elemen tersebut. Pada bahan yang memiliki jumlah karbon 15 kali dari
jumlah nitrogen akan memiliki C/N ratio 15 berbanding 1. C/N ratio dengan nilai 30
(C/N = 30/1 atau karbon 30 kali dari jumlah nitrogen) akan menciptakan proses
pencernaan pada tingkat yang optimum, bila kondisi yang lain juga mendukung. Bila
terlalu banyak karbon, nitrogen akan habis terlebih dahulu. Hal ini akan menyebabkan
14
proses berjalan dengan lambat. Bila nitrogen terlalu banyak (C/N ratio rendah;
misalnya 30/15), maka karbon habis lebih dulu dan proses fermentasi berhenti Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan
optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8-20. (Anonymous, 1999a).
8) Kandungan Padatan dan Pencampuran Substrat
Menurut Anonymous (1999a), walaupun tidak ada informasi yang pasti, mobilitas
bakteri metanogen di dalam bahan secara berangsur – angsur dihalangi oleh
peningkatan kandungan padatan yang berakibat terhambatnya pembentukan biogas.
Selain itu yang terpenting untuk proses fermentasi yang baik diperlukan pencampuran
bahan yang baik akan menjamin proses fermentasi yang stabil di dalam pencerna. Hal
yang paling penting dalam pencampuran bahan adalah menghilangkan unsur – unsur
hasil metabolisme berupa gas (metabolites) yang dihasilkan oleh bakteri metanogen,
mencampurkan bahan segar dengan populasi bakteri agar proses fermentasi merata,
menyeragamkan temperatur di seluruh bagian pencerna, menyeragamkan kerapatan
sebaran populasi bakteri, dan mencegah ruang kosong pada campuran bahan.
Sumber : (Saepul Rohman, 2009)
2.8 KOMPOSISI BIOGAS
Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama
bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30-55øC, dimana pada
suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal.
Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang
terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel : Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan
sisa pertanian
Jenis Gas Kotoran Sapi Campuran Kotoran +
Sisa Pertanian
Metan (CH4)Karbon dioksida (CO2)Nitrogen (N2)Karbon monoksida (CO)Oksigen (O2)Propena (C3H8)Hidrogen sulfida (H2S)Nilai kalori (kkal/m2)
65,727,02,30
0,10,7-
6513
54 – 7045 – 570,5 – 3,0
0,16,0-
Sedikit4800 - 6700
Sumber : (Harahap dkk, 1978)
15
Komposisi biogas yang dihasilkan terdiri dari gas metan (55 - 65 %),
karbondioksida ( 35-45%), nitrogen (0-3%), hydrogen (0-1 %), dan hydrogen sulfida (0-
1 %). (Anunputtikul, Rodtong, 2004).
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang
terjadi. Gas landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem
pengolahan limbah maju dapat menghasilkan biogas dengan 55-75%CH4. (Sri Wahyuni,
2009)
Komposisi biogas
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
Sumber : (Sri Wahyuni, 2009)
2.9 MANFAAT BIOGAS
Produk utama dari instalsi biogas adalah gas metan yang dapat dimanfaatkan
untuk mendukung kehidupan masyarakat. Manfaat biogas yang tidak secara langsung
adalah menjaga kelestarian lingkunagn hidup dan konservasi sumberdaya alam, dan lain-
lain. Secara lebih rinci manfaat penggunaan biogas adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Langsung :
Sebagai sumber energi untuk memasak
Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalasi biogas dapat digunakan sebagai
sumber energi untuk memesak. Untuk biogas yang menggunakan bahan baku
kotoran sapi dari 3-4 ekor mampu menghasilkan biogas setara dengan 3 liter
minyak tanah per hari, dan diperkirakan mampu untuk memenuhi energi
memasak satu rumah tangga dengan 5 orang anggota keluarga.
Sebagai sumber energi untuk penerangan
Biogas sebagai sumber energi untuk penerangan dengan cara yang sama
seperti pemanfaatan untuk memasak, artinya kompor sebagai titik akhir
16
penggunaan biogas diganti dengan lampu. Lampu yang digunakan adalah
lampu yang dirancang khusus atau lampu petromaks yang dimodifikasi.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pemanfaatan biogas untuk
memasak sekaligus sebagai sumber penerangan, biasanya dilakukan bila
jumlah sapi paling sedikit 6 ekor dengan model digester permanen bata
kapasitasnya 9 M3 (Muryanto, 2006).
Penghasil pupuk organik siap pakai.
Manfaat lain dari penerapan biogas adalah dapat menyediakan pupuk organik
siap pakai dalan jumlah banyak sesuai dengan kapasitas digester yang
dibangun dan bahan baku yang digunakan. Kotoran ternak yang telah diproses
dalam digester biogas dapat langsung digunakan sebagai pupuk organik, dan
kaya akan kandungan unsur Nitrogen (N). Bahan baku biogas seperti kotoran
ternak merupakan bahan organik yang mempunyai kandungan Nitrogen (N)
tinggi di samping unsur C, H, dan O. Selama proses pembuatan biogas, unsur
C, H, dan O akan membentuk CH4 dan CO2, dan kandungan N yang ada
masih tetap bertahan dalam sisa bahan, yang akhirnya akan menjadi sumber N
bagi pupuk organik. (Suriawiria, 2005).
2. Manfaat Tidak Langsung
Mengurangi Efek Gas Rumah Kaca
Penerapan biogas dapat membantu pengembangan system pertanian dengan
mendaur ulang kotoran hewan untuk memproduksi biogas dan diperoleh hasil
samping berupa pupuk organik dengan mutu yang baik. Penerapan biogas
dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi
bahan organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan, karena
kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara terbuka melainkan
difermentasi menjadi energi biogas. Gas metan termasuk gas rumah kaca
(green house gas), bersama dengan gas karbondioksida (CO2) memberikan
efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global.
Pengurangan gas metan secara lokal dengan mengembangkan biogas dapat
berperan positif dalam upaya penyelesaian masalah global efek rumah kaca,
sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program Internasional
Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism).
Membantu Program Pelestarian Hutan, Tanah dan Air.
17
Meningkatnya harga BBM khususnya minyak tanah, akan mendorong
masyarakat untuk mencari alternative bahan bakar murah, salah satunya adalah
kayu bakar. Hal ini sangat mungkin terjadi di masyarakat yang berdomisili di
sekitar kawasan hutan dan perkebunan. Oleh karena itu, dengan menerapkan
biogas sebagai sumber energi di suatu wilayah, maka penebangan pohon yang
digunakan sebagai sumber energi oleh sebagian masyarakat dapat dikurangi,
bahkan dihilangkan. Dengan kata lain, bahwa pengembangan biogas di suatu
wilayah,secara tidak langsung dapat mendukung upaya pelestarian hutan atau
perkebunan di wilayah tersebut.
Mengurangi Polusi Bau
Pengembangan biogas mempunyai sifat ramah lingkungan, disini mengandung
pengertian,bahwa penerapan biogas dapat menghilangkan bau yang tidak
sedap. Sebagai contoh, kotoran sapi yang awalnya mempunyai bau yang tidak
sedap, setelah dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas, makahasil akhir dari
proses tersebut merupakan pupuk organik yang tidak berbau. Demikian pula
untuk daerah yang banyak terdapat industri pemrosesan makanan, misalnya
tahu, tempe dan ikan pindang akan menghasilkan limbah yang menyebabkan
polusi bau yang mencemari leingkungan. Dengan penerapan biogas di daerah
tersebut, maka limbah yang dihasilkan akan tidak mencemari lingkungan lagi,
bahkan dapat dimanfaatkan sebagai energi yang dapat dimanfaaatkan sebagai
sumber panas untuk memasak dan penerangan.
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan keindahan.
Kotoran ternak dan limbah organik lainnya apabila tidak dikelola dengan baik
dan berserakan dimana-mana, maka akan dapat mengganggu keindahan dan
berdampak negative terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Disamping
itu, terdapat kemungkinan bahwa kotoran ternak banyak mengandung bakteri
Colly yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungannya.
Dengan penerapan biogas, dampak negatif tersebut dapat dikurangi atau
dihilangkan.
Meningkatkan Pendapatan Usaha Ternak.
Pengembangan biogas dapat memberi peluang untuk menambah pendapatan
dari hasil penjualan pupuk kompos hasil dari limbah unit biogas. Selain
pendapatan dari pupuk organik, maka penerapan biogas menghasilkan gas
metan yang mempunyai nilai ekonomis. Jika seorang peternak memelihara 3
18
ekor sapi perah, maka akan dihasilkan biogas setara dengan 3 liter minyak
tanah sehari. Hal itu berarti peternak dapat memperoleh tambahan pendapatan
dari penghematan penggunaan minyak tanah sebesar 3 liter per hari.
Mendukung kebijakan Pemerintah mengurangi Subsidi BBM
Penerapan biogas dalam suatu kawasan, dapat mendukung kebijakan
pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. Dengan penggunaan biogas,
maka kebutuan masyarakat akan minyak tanah akan berkurang,hal ini akan
mengurangi beban pemerintah untuk mensubsidi BBM.
Sumber : (Lengi, 2011)
Berkembangnya usaha pemanfaatan limbah menjadi biogas turut
mengembangkan beragam alat instalasi biogas, seperti kompor biogas, rice cooker,
lampu biogas, pompa air, traktor pertanian, dan alat pasteurisasi yang dimodifikasi
agar sesuai dengan penggunaan biogas. Alat tersebut fungsinya sama dengan yang
terdapat di pasaran, hanya saja bahan bakar yang digunakan berbeda dan sama
mudahnya dalam penggunaan.
2.10 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BIOGAS
19
Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan
yang dapat diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
1. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
2. Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
3. Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung
dapat diolah.
4. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga
tidak mencemari lingkungan.
5. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan
pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak.
6. Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.
Adapun kekurangannya adalah:
1. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.
2. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses
produksi.
3. Belum dikenal masyarakat.
4. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.
Sumber : (Julkarnaini dkk, 2013)
BAB III
20
PEMBUATAN BIOGAS BERASAL DARI KOTORAN TERNAK
Salah satu potensi energi alternatif yang dapat dihasilkan adalah pengolahan
limbah biomassa menjadi biogas. Menurut Rochintaniawati (2010), melalui biokonversi,
limbah organik seperti tinja, sampah domestik dan limbah pertanian dapat dikonversi
menjadi bioenergi. Bioenergi merupakan gas kompleks yang terdiri dari Metana (CH4),
karbondioksida (CO2), Asam sulfida, uap air (H2O) dan gas-gas lainnya. Biokonversi
limbah organik ini melibatkan proses fermentasi. Proses biokonversi seperti ini dikenal
pula sebagai proses pencernaan anaerob. Secara kimiawi, proses terbentuknya biogas
berupa metana dan karbondioksida adalah sebagai berikut,
1. Untuk substrat berupa selulosa:
(C6 H10 O5)n + n H2O —— > 3n CO2 + 3n CH4
2. Untuk subtrat berupa senyawa komplek seperti lignin, tanin, dan polimer aromatik:
4 C6H5 COOH + 18 H2 O —— > 15 CH4 + CO2
3.1 Alat dan Bahan yang digunakan dalam Proses Pembuatan Biogas:
A. Alat yang digunakan:
Reaktor biogas
Bak pencampur
Biodigester
Pipa PVC ¾”
Penampung gas yang dibuat dari plastik polyurethane
Kompor gas
Mesin generator
Valve atau kran
B. Bahan yang digunakan:
Kotoran sapi
Air
3.2 Tahapan Proses Pembuatan Biogas:
21
1) Pengangkutan kotoran sapi dari kandang menuju reaktor biogas.
2) Kotoran sapi dicampur air dengan perbandingan 1:1 di bak pencampur. Sumber lain
menyebutkan perbandingan kotoran dan air yaitu 1:2. Intinya kotoran dicampur
dengan air seperlunya sampai kotoran tidak lagi menggumpal atau berbentuk padatan.
3) Kotoran yang sudah dicampur dengan air kemudian dimasukkan ke dalam
biodigester, melaui lubang yang terhubung antara bak pencampur dan biodigester.
Biodigester yang terkubur di dalam tanah ini, diisi sampai penuh untuk mendorong
udara keluar dari biodigester. Hari pertama sampai ke delapan, gas yang ada pada
biodigester dikeluarkan karena gas yang terbentuk adalah gas CO2, Fahri (2010).
Terbentuknya gas metana membutuhkan waktu 14 sampai 21 hari.
4) Gas Metahane dari hasil fermentasi tadi disalurkan ke penampung gas melalui pipa.
Penampung gas yang dibuat dari plastik polyurethane, sedangkan pipanya dapat
menggunkan PVC ¾”. Di sini gas ditampung sampai penuh terlebih dahulu dan
memiliki tekanan tertentu untuk bisa disalurkan ke aplikasi lain berupa kompor dan
mesin generator.
22
5) Untuk mempermudah pengendalian aliran gas, dapat digunkan valve atau kran.
6) Biodigester dapat diisi terus menerus sedemikian sehingga mendorong kotoran yang
telah lama mengendap di bagian paling bawah. Hasil samping dari proses fermentasi
akan mengasilkan limbah padat maupun cair yang dapat digunakan sebagai pupuk
organik.
Reaksi kimia yang terjadi dalam proses perubahan kotoran sapi menjadi
biogas pada kenyataannya tidak hanya menghasilkan gas metana, tetapi juga
menghasilkan gas-gas pengotor yang tidak diperlukan seperti karbondioksida,uap air
dan asam sulfida.
Secara tradisional, untuk mengurangi kadar uap air dapat digunakan botol
penjebak. Botol penjebak terbuat dari botol air mineral 1,5 L, diletakkan pada bagian
terbawah dari saluran biogas, tepat setelah pembangkit. Hal ini dimaksudkan untuk
23
memudahkan uap air hasil kondensasi turun dan masuk ke dalam botol. Air yang
berlebihan dalam sistem dapat memampetkan saluran biogas, selain itu adanya
kandungan air dalam biogas menurunkan tingkat panas api dan membuat api
berwarna kemerah merahan. tinggi permukaan air dari batas bawah pipa antara 20
sampai 25 cm. Apabila terlalu rendah, gas akan mudah keluar dari air sebelum
mencapai tekanan yang diinginkan. Apabila muka air terlalu tinggi, tekanan yang ada
membesar dan hal ini dapat menghambat proses produksi biogas itu sendiri, (Anonim,
2011)
Adapun untuk mengurangi kadar CO2 dan H2S, dapat digunakan zeolit padat
yang dipanaskan dan direaksikan dengan senyawa KOH. Dari hasil penelitian Hamidi,
dkk (2011) diperoleh kesimpulan bahwa zeolit padat dapat digunakan untuk menyerap
CO2 dan H2S sehingga biogas yang dihasilkan menjadi lebih kaya akan CH4.
24
BAB IV
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
Biogas adalah gas yang mudah terbakar dan dihasilkan oleh aktifitas anaerob atau
fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana
dan karbon dioksida. sistem biogas sederhana. Disamping itu di daerah yang banyak
industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem bisa
menyatukan saluran limbahnya ke dalam system biogas. Sehingga limbah industri
tersebut tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah
industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang
makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah
terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi
tersebut. Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar,
diharapkan untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati.
Komposisi biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 25-
45%, Nitrogen (N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%, Oksigen
(O2) 0.1-0.5%.
25
DAFTAR PUSTAKA
Soerawidjaja, Tatang H. 2006. Potensi Sumber Daya Hayati Indonesia dalam Penyediaan Berbagai Bentuk Energi. Program Studi Teknik Kimia.
Harayti, T. Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif: Wartazoa
vol 16 no 03, 2006.
Karki, A.B dan K. Dixit. Biogas Fieldbook: Nepal: Sahayogi Press, 1984.
Mertahardianti, G.A dan S.R Juliastuti. Pengaruh-AmylaseEnzimdala PembuatanΑ Biogas
dari Limbah Padat Tapioka yang Melibatkan Effective Microorganism (EM) dalam
Anaerobic Digester: Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi, Yogyakarta,
2008.
Putro, S. Penerapan Instalasi Sederhana Pengolahan Kotoran Sapi Menjadi Energi Biogas
di Desa Sugihan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo: Warta vol 10 no 2 , hal
178-188, 2007.
Sihombing, D.T.H dan S. Simamora. Biogas From Biogical Waste for Rural Household in
Indonesia, dalam K. Abdullah, Bogor Agriculture University, Indonesia and O. Kitani:
Tokyo, Tokyo University Agriculture, 1988.
Simamora, S., Salundik, Sri W, dan Surajudin. Membuat Biogas, Pengganti Bahan Bakar
Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak: Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006.
Soewarno, N., A. Sato, Muchayat. Pengolahan Sampah Organik untuk Memproduksi Biogas
sebagai Energi Terbarukan: Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI,
2009.
Wahyuni, S. Biogas, Jakarta: Penebar Swadaya, 2011.
Widodo, T.K., Ahmad A, Ana N., dan Elita R. Rekayasa dan Pengujian Reaktor Biogas
Skala Kelompok Tani Ternak: Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol. IV, No. 1, 2006.
http://riau.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/PDF/biogas.pdf
26