84
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burst abdomen atau disebut juga sebagai Wound dehiscence merupakan komplikasi serius dari tindakan post operatif yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Lotfy, 2009). Menurut Sander (2012), angka mortalitas pasien dengan burst abdomen rata- rata 18,1%, dengan range 9,4% – 43,8%. Terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara partial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif harus segera ditangani karena pasien tersebut memiliki kemungkinan mortalitas 30%. Burst abdomen adalah terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan luka di dalam perut. Meskipun kasus ini jarang ditemukan di Indonesia namun tidak sedikit pasien yang pernah mengalami burst abdomen. Pada tahun 1972 terdapat 18 (3%) kasus burst abdomen diantara 593 operasi yang terjadi pada anak- anak. Pada orang dewasa terdapat 45 kasus diantara 5156. Dari 45 kasus, 80% terjadi pada lansia. Lalu perbandingan untuk pria dan wanita adalah 2 : 1. 1

Makalah Burst Abdomen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kjhkj hkjh kjh kjh kjh

Citation preview

Page 1: Makalah Burst Abdomen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Burst abdomen atau disebut juga sebagai Wound dehiscence

merupakan komplikasi serius dari tindakan post operatif yang dapat

meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Lotfy, 2009). Menurut Sander

(2012), angka mortalitas pasien dengan burst abdomen rata-rata 18,1%,

dengan range 9,4% – 43,8%. Terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara

partial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka

post operatif  harus segera ditangani karena pasien tersebut memiliki

kemungkinan mortalitas 30%.

Burst abdomen adalah terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan

evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini

merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan luka di dalam

perut. Meskipun kasus ini jarang ditemukan di Indonesia namun tidak sedikit

pasien yang pernah mengalami burst abdomen.

Pada tahun 1972 terdapat 18 (3%) kasus burst abdomen diantara 593

operasi yang terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa terdapat 45 kasus

diantara 5156. Dari 45 kasus, 80% terjadi pada lansia. Lalu perbandingan

untuk pria dan wanita adalah 2 : 1. Namun, saat ini insiden burst abdomen

tidak berbeda jauh dengan tahun 1972. Insiden sebanyak 0,2% - 6% dengan

tingkat kematian 10% - 30%. Apabila insiden ini terus berlanjut dan tidak ada

perhatian dari masyarakat tentang kasus ini, maka akan ada kemungkinan

bertambahnya pasien dengan burst abdomen setiap tahunnya.

 Burst abdomen terjadi lebih sering terjadi pada pria daripada

wanita. Biasanya burst abdomen terjadi pada minggu kedua, dengan

puncaknya pada hari kesepuluh pasca-operasi, dan memiliki angka kematian

sekitar 20

Burst abdomen yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat

menimbulkan berbagai komplikasi yang serius yang akan meningkatkan

resiko kematiaan. Melalui makalah ini kami memberikan pengetahuan dan

1

Page 2: Makalah Burst Abdomen

cara pencegahan terjadinya burst abdomen sehingga angka kejadian penyakit

tersebut dapat menurun. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat

pula bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien burst

abdomen yang benar.

1.2 Rumusan masalah

a. Bagaimana anatomi fisiologi abdomen?

b. Bagaimana definisi dari penyakit burst abdomen?

c. Bagaimana klasifikasi dari penyakit burst abdomen?

d. Bagaimana etiologi dari penyakit burst abdomen?

e. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit burst abdomen?

f. Bagaimana patofisiologi dari penyakit burst abdomen?

g. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari penyakit burst abdomen?

h. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit burst abdomen?

i. Bagaimana prognosis dari penyakit burst abdomen?

j. Bagaimana komplikasi dari penyakit burst abdomen?

k. Bagaimana WOC dari penyakit burst abdomen?

l. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan burst abdomen?

1.3 Tujuan

a. Memahami anatomi fisiologi abdomen

b. Bagaimana definisi dari penyakit burst abdomen

c. Memahami klasifikasi dari penyakit burst abdomen

d. Memahami etiologi dari penyakit burst abdomen

e. Memahami manifestasi klinis dari penyakit burst abdomen

f. Memahami patofisiologi dari penyakit burst abdomen

g. Memahami pemeriksaan diagnostic dari penyakit burst abdomen

h. Memahami penatalaksanaan dari penyakit burst abdomen

i. Memahami prognosis dari penyakit burst abdomen

j. Memahami komplikasi dari penyakit burst abdomen

k. Memahami WOC dari penyakit burst abdomen

l. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan burst abdomen

2

Page 3: Makalah Burst Abdomen

1.4 Manfaat

a. Memperoleh pengetahuan tentang konsep dari penyakit burst

abdomen.

b. Memperoleh pengetahuan dan dapat melakukan asuhan keperawatan

pada pasien dengan penyakit burst abdomen.

3

Page 4: Makalah Burst Abdomen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Abdomen

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan

meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen

dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga

sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan

lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di

bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua

sisi otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di

bagian belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum.

Rongga Abdomen dan Pelvis:

a. Hipokhondriak kanan

b. Epigastrik

c. Hipokhondriak kiri

d. Lumbal kanan

e. Pusar (umbilikus)

f. Lumbal kiri

g. Ilium kanan

h. Hipogastrik

i. Ilium kiri

Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu

lambung, usus halus dan usus besar.

a. Lambung

Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, Fundus lambung,

mencapai ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus,

bagian terbesar letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang

menghubungkan corpus dengan duodenum

Fungsi lambung:

1) Tempat penyimpanan makanan sementara

2) Melunakkan makanan

4

Page 5: Makalah Burst Abdomen

3) Mencampurkan makanan.

4) Mendorong makanan ke distal.

5) Protein diubah menjadi pepton.

6) Faktor antianemi dibentuk.

b. Usus halus

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter

panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung

sampai katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus

halus terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar. Fungsi usus

halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung isi

duodenum adalah alkali.

Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Duodenum : bagian pertama usus halus yang panjangnya 25cm.

b. Yeyenum : menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.

c. Ileum : menempati tiga pertama akhir.

c. Usus besar

Usus besar adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari

katup ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira

satu setengah meter.

Fungsi usus besar adalah:

1. Absorpsi air, garam dan glukosa.

2. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.

3. Penyiapan selulosa.

4. Defekasi (pembuangan air besar)

d. Hati

Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di

bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah

diafragma

Fungsi hati adalah:

5

Page 6: Makalah Burst Abdomen

1. Bersangkutan dengan metabolisme tubuh, khususnya mengenai

pengaruhnya atas makanan dan darah.

2. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai

pengantar matabolisme.

3. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.

4. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.

5. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.

6. Hati sebagai penghancur sel darah merah.

7. Membuat sebagian besar dari protein plasma.

8. Membersihkan bilirubin dari darah

e. Kandung Empedu

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan

merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di

sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran depannya. Kandung

empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.

f. Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat

mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kurang lebih lima belas

centimeter.

Fungsi pankreas adalah :

1. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya,

yang membentuk getah pankreas dan yang berisi enzim dan

elektrolit.

2. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat

kelompok-kelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan

nyata.

3. Menghasilkan hormon insulin yang mengubah gula darah

menjadi gula otot

g. Ginjal

6

Page 7: Makalah Burst Abdomen

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah

lumbal di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum.

Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira

140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis

dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra.

Fungsi ginjal adalah :

1) Mengatur keseimbangan air.

2) Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam

basa darah.

3) Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.

h. Limpa

Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen

diantara fundus ventrikuli dan diafragma.

Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Dua facies yaitu facies diafragmatika dan visceralis.

2. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.

3. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior

Fungsi limpa adalah :

1. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan

limposit

2. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk

homoglobin dan zat besi bebas.

7

Page 8: Makalah Burst Abdomen

Struktur dinding abdomen

Dinding abdomen dibentuk oleh lapisan-lapisan yang berturu-turut dari

superficial ke profundus yang terdiri atas kulit, jaringan subkutan, otot dan

fasia, jaringan ekstraperitoneal dan peritoneum susunan dinding abdomen.

1. Kulit

2. Subkutan fet yang disekat oleh:

a. Fascia camfer

b. Fascia scarpa

c. Fascia transfersalis

3. Otot –otot dindidng abdomen :

a. Musculus rectus abdominis

b. Musculus oblica eksterna

c. Musculus transvesalis

d. Musculus piramidalis

4. Peritoneum

Peritoneum adalah suatu membrana serosa yang tipis, halus dan

mengkilat, terletak pada facies interna cavum abdominis. Secara umum,

dibagi menjadi peritoneum parietale, peritoneum viscerale, dan cavum

peritonei. Peritoneum viscerale adalah yang membungkus permukaan

organ abdominal, peritoneum parietale adalah yang menutupi dinding

8

Page 9: Makalah Burst Abdomen

abdomen dari dalam rongga abdomen, sedangkan cavum peritonei

adalah rongga yang terletak di antara kedua lapisan tersebut dan

mengandung cairan sereus.Peralihan peritoneum parietale menjadi

paritoneum viscerale (reflexi peritoneum) dapat berupa lipatan (plica),

lembaran (omentum), atau alat penggantung viscera.

Dinding ventrolateral abdomen

Garis-garis pembelahan alami pada kulit konstan dan berjalan

hamper horizontal disekitar tubuh. Secara klinik ini penting, karena insisi

sepanjang garis pembelahan akan sembuh dengan parut yang sedikit,

sedangkan insisi yang menyilang garis-garais ini akan sembuh dengan

parut yang luas atau parut yang menonjol

Fasia

Jaringan lemak akan semakin ke profundus semakin memadat sehingga

akhirnya akan tampak menyerupai selaput yang bersidat collagenous. Jaringan

subkutan dibagi 2 :

1.      Pars superfisialis

Pars superfisialis dibagi menjadi jaringan lemak superfisialis yang disebut

fasia kamper, lapisan membranasea yang terletak di anterior abdomen

sebagai fascia scarpa dan lapisan membranasea pada perioneum disebut

fascia colles. Lapisan lemak melanjutkan diri dengan lemak superficial

yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin dapat sangat tebal.

Lapisan lemak akan menghilang pada dinding toraks dan disebelah lateral

linea aksilaris media.

2.      Pars profunda

Pada dinding anterior abdomen, fasia profunda semata-mata merupakan

lapisan tipis jaringan areolar yang menutupi otot-otot

Otot-Otot Dinding Abdomen

9

Page 10: Makalah Burst Abdomen

Otot-otot dinding anterior dan lateral abdomen, yakni m. rektus abdominis,

m. eksternus oblik, m. abdominis eksternus oblik, m. abdominis internus oblik,

m. abdominis transversus

Nama Asal Menuju

Rektus abdominalis Sternum tulang iga ke-5

sampai iga ke-7

Os pubis

Oblika eksterna Tulang iga 8

Krista iliaka

Bertemu di linea alba

Oblika interna 2/3 krista iliaka

Ligamentum inguinal

Tendo torakolumbalis

Semua tegak lurus

dengan muskulus oblika

eksternus dan

selanjutnya sejajar

Bertemu dan

memperkuat linea alba

Transversa Tulang iga ke-6

Tendon torakolumbalis

Krista iliaka

Ligamentum inguinal

Bertemu dan

memperkuat linea alba

Piramidalis Os pubis kanan dan kiri

Besar dan bentuk bervariasi

Linea alba

a. M. abdominis eksternus oblik

Otot ini merupakan otot dinding abdomen yang paling superficial. Otot ini

berorigo pada tepi eksternal delapan ruas tulang iga yang terakhir, serat-serat nya

berjalan serong dari kraniolateral menuju kaudomedial dan berinsersi pada tiga

tempat.

1.      Posterior dari otot ini berinsersi ke labium eksterna dan Krista iliaka

2.     Menuju ligamen inguinalis setelah berubah bentuk menjadi aponeurosis

setinggi garis yang menghubungkan SIAS dan umbilicus

10

Page 11: Makalah Burst Abdomen

3.     Menuju ke medial, ke tepi lateral dari m. abdominis bersatu dengan

aponeurosis m. abdominis internus oblik dan akhirnya bersama-sama menuju

linea alba sebagai sarung rektus lapisan ventral

Bagian lateral ujung posterior ligament inguinal merupakan origo dari

sebagian m. abdominis internus oblik dan m. abdominis transverses. Pada

pinggir inferior ligament inguinal yang membulat, melekat fasia profunda

paha yaitu fasia lata.

b. M. abdominis internus oblik

Otot ini melekat dibawah m. abdominis eksternus oblik yang serat-seratnya

berjalan sedemikian rupa sehingga membentuk sudut tegak lurus dengan m.

abdominiseksternus oblik.

Otot ini berinsersi pada 3 tempat :

1.      Permukaan bagian internal tiga kosta terakhir

2.      Sarung rektus

3.      Os pubis

`Dekat insersinya, serabut tendinosa yang terbawah bergabung oleh serabut-

serabut yang sama dari m. abdominis transverses membentuk conjoint tendon.

Conjoin tendon di medial melekat pada linea alba, tetapi memiliki pinggir lateral

yang bebas.

c. M. abdominis transversus

Otot ini berasal dari permukaan dalam enam kartilago kostalis bagian bawah

(saling bertautan dengan diafragma), fasia torakolumbal, labium internum Krista

iliaka, dan fasia iliaka.

Serat otot-otot ini berjalan hampir horizontal dan berinsersio sebagai aponeurosis

yang ikut membentuk sarung rektus

d. M. rektus abdominis

Merupakan otot panjang dan kuat yang tebentang sepanjang seluruh panjang

dinding abdomen. Diatas, otot ini melebar dan terletak berdekatan dengan garis

tengah, dipisahkan dari pasangannya oleh linea alba.

11

Page 12: Makalah Burst Abdomen

m. rektus abdominis berasal dari depan simfisis pubis dan Krista pubika. Otot ini

berinsersi ke kartilago kosta V,VI,XII dan permukaan luar prosesus xipoideus.

Jika otot ini berkontraksi terlihat linea semilunaris yang terbentang dari

ujung rawan iga IX sampai tuberkulum pubikum.

Otot ini disilangi oleh tiga insersi :

1.      Ujung proses xifoideus

2.      Umbilicus

3.      Ditengah keduanya

e. M. piramidalis

M. piramidalis ini kadang sering tidak ada. Otot ini pada dasarnya berasal dari

permukaan anterior pubis dan berinsersi pada linea alba. Otot ini terletak pada

bagian depan bagian bawah m. rektus abdominis

Linea alba

Linea alba adalah suatu garis yang dibentuk oleh pertemuan aponeurosis

otot-otot dinding abdomen pada garis median dinding abdomen. Sarung rektus

(rektus sheath) adalah kumpulan dari aponeurosis otot-otot dinding abdomen yang

membungkus m. rektus abdominis. Sarung rektus ini berfungsi sebagai reticulum

yang mempertahankan m. rektus abdominis tetap pada posisinya (mencegah

terjadinya bow-string effect) pada waktu kontraksi

2.2 Definisi

Burst abdomen diartikan sebagai terpisahnya jahitan luka pada

abdomen secara partial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding

abdomen pada luka post operatif disertai protrusi dan eviserasi isi abdomen.

Burst abdomen dikenal juga sebagai abdominal wound dehiscence (Theodore,

1999). Eviserasi adalah suatu keadaan dimana keluarnya organ-organ

abdomen seperti usus.

Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya

tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ

12

Page 13: Makalah Burst Abdomen

dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari

penutupan luka di dalam perut. (Saktya, 2011).

Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya

tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ

dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari

penutupan luka di dalam perut.

2.3 Klasifikasi

Menurut Theodore (1999), klasifikasi dari burst abdomen adalah sebagai

berikut :

a. Kontusio dinding abdomen

Disebabkan oleh trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak

terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau

penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat

menyerupai tumor.

b. Laserasi

Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga

abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen

yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan

metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

2.4 Etiologi

Terjadinya burst abdomen dipengaruhi oleh banyak faktor. 

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan faktor resiko akan

dibedakan menjadi tiga bagian yaitu faktor pre-operative, operative, dan post-

operative (British Medical Journal: 1966).

a. Pre operasi

Faktor pre-operative ini biasanya berhubungan dengan keadaan

pasien sebelum operasi dan karakteristik pasien.

13

Page 14: Makalah Burst Abdomen

Faktor pre-operative ini biasanya berhubungan dengan keadaan

pasien sebelum operasi dan karakteristik pasien.

1. Jenis kelamin

Kejadian pada pria dan wanita didapatkan perbedaan yang 

sedikit meningkat pada pria yang mana berbanding 3:1. Hal ini dapat

dipicu karena faktor merokok, pada pria sering mengalami batuk

persisten sehingga dapat meningkatkan tekanan intraabdomen dan

lebih beresiko terjadi burst abdomen.

2. Umur

Kejadian burst abdomen meningkat dengan bertambahnya

umur. Burst abdomen pada pasien yang berumur <45 tahun sebesar

1,3%, sedangkan pada pasien >45 tahun sebesar 5,4%. (Schwartz et al,

Principles Of Surgery)

Burst abdomen sering terjadi pada usia >60 tahun. Hal ini

dikarenakan sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan

tubuh mengalami proses degenerasi dan otot dinding rongga perut

melemah. (Lotfy, 2009)

Hal ini mungkin dikarenakan hal-hal sebagai berikut:

a) Faktor penentu sebelum terjadinya burst abdomen yang sering

ditemukan yaitu batuk kronis, konstipasi kronis dan dysuria.

b) Adanya anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan

vitamin dalam kelompok usia ini.

c) Komplikasi pasca operasi seperti mengejan, batuk, dan muntah

berulang.

3. Anemia

Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan

granulasi dan penurunan  tingkat hemoglobin mempengaruhi

penyembuhan luka. (Lotfy, 2009). Pada beberapa studi dikemukakan

bahwa rendahnya kadar hemoglobin  (<10mg mg/dl) merupakan salah

satu faktor resiko terjadinya burst abdomen.

4. Hipoproteinemia

14

Page 15: Makalah Burst Abdomen

Hypoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam

penundaan penyembuhan, seseorang yang  memiliki tingkat protein

serum di bawah 6 g / dl memiliki resiko burst abdomen. (Saktya, 2011)

5. Defisiensi vitamin C

VitaminC sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam

penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C dapat mengganggu

penyembuhan dan merupakan predisposisi kegagalan luka.

Kekurangan vitamin C terkait dengan delapan kali lipat peningkatan

dalam insiden wound dehiscence.

6. Kortikosteroid

Steroid memiliki peranan dalam menghambat proses inflamasi,

fungsi makrofag, proliferasi kapiler, dan fibroblast. Selain itu juga

kortikosteroid dapat menurunkan sistem imun sehingga jika terjadi

suatu infeksi, proses penyembuhan luka terhambat.

7. Merokok

Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk

yang persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan

tekanan intra abdomen.

8. Hypoalbuminaemia (serum albumin < 3 mg%)

Keadaan hipoalbuminemia ini akan mengurangi sintesa

komponen sulfas mukopolisarida dan kolagen yang merupakan bahan

dasar penyembuhan luka. Defisiensi tersebut akan mempengaruhi

proses fibroblasi dan kolagenisasi yangmerupakan proses awal

penyembuhan luka. Hal ini akan memperlambat proses penyembuhan

luka.

Hypo-albuminaemia dapat digunakan sebagai penanda

malnutrisi. Hypoproteinemia merupakan salah satu faktor terpenting

dalam proses penyembuhan. Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar

asam amino diperlukan. Asam amino membantu dalam pembentukan

RNA dan DNA. Kekurangan ini mengarah ke jaringan selular miskin,

yang menyebabkan kekuatan luka hilang.

9. Operasi yang bersifat emergensi

15

Page 16: Makalah Burst Abdomen

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan dengan

terjadinya burst abdomen. Hal ini mungkin lebih disebabkan karena

keadaan hemodinamik pasien yang tidak stabil dibandingkan dengan

persiapan operasi yang terencana (elektif).

10. Diabetes (GDP > 140 mg/dl atau GDA> 200 mg/dl)

Pada orang dengan diabetes, proses penyembuhan luka

berlangsung lama. (Lotfy, 2009). DM berkaitan dengan gangguan

metabolisme pada jaringan ikat hal tersebut tentu saja amat sangat

berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu

proses penyembuhan luka operasi. Sehingga pengendalian DM yang

baik dibutuhkan untuk menghindari DM sebagai faktor resiko.

b. Operasi

1. Tipe insisi

Midline incision memiliki insiden terjadinya burst abdomen

lebih besar daripada transverse incision. Midline incision tidak

anatomis karena incisi ini memotong serabut aponeurotik, sedangkan

pada transverse incision memotong diantara serabut. Kontraksi pada

dinding abdomen akan memberikan tekanan untuk membantu

penutupan luka. Pada midline incision, kontraksi ini dapat

menyebabkan adanya luka baru pada lateral jahitan, sedangkan pada

transverse incision, jahitan akan merapat. Midline incision banyak

digunakan karena dengan teknik ini lapangan pandang saat operasi

menjadi lebih luas untuk melakukan explorasi.

16

Page 17: Makalah Burst Abdomen

Tipe insisi midline

Tipe insisi transversal

2. Jahitan luka

Berdasarkan hasil penelitian teknik continuous Z memiliki

faktor resiko terjadinya burst abdomen lebih besar yaitu sebesar

14,8% sedangkan pada teknik interrupted X hanya sebesar 2,17%.

c. Post operasi

17

Page 18: Makalah Burst Abdomen

1. Peningkatan tekanan intra-abdominal

Peningkatan tekanan ini dapat disebabkan oleh batuk, muntah,

ileus, dan retensi urine. Setelah beberapa operasi intra abdomen,

kejadian ileus tidak dapat dielakkan. Tekanan  intra abdomen yang

tinggi mungkin disebabkan pada pasien dengan penyakit paru

obstruktif kronik yang biasanya mereka menggunakan otot-otot

abdomen sebagai otot tambahan untuk respirasi. Sebagai tambahan,

batuk yang terjadi mendadak dapat meningkatkan tekanan intra

abdomen. Beberapa factor yang berperan dalam peningkatan tekanan

abdomen seperti obstruksi usus post opersi, obesitas, dan cirrhosis

dengan adanya ascites. Tekanan intraabdominal yang tinggi akan

menekan otot-otot dinding abdomen sehingga akan teregang.

Regangan otot dinding abdomen inilah yang akan menyebabkan

berkurangnya kekuatan jahitan bahkan pada kasus yang berat akan

menyebabkan putusnya benang pada jahitan luka operasi dan

keluarnya jaringan dalam rongga abdomen.

Hal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen

diantaranya:

a) Mengangkat beban berat

b) Batuk dan bersin yang kuat

c) Mengejan akibat konstipasi

2. Infeksi pada luka

Produk infeksi yang dihasilkan dapat menghambat proses

penyembuhan luka. Gagalnya penyatuan fasia karena adanya nekrosis 

dipercaya dapat menyebabkan burst abdomen. Selain itu terjadinya

burst abdomen atau wound dehiscence  dapat disebabkan oleh

beberapa factor sistemik dan local yang berpengaruh terhadap

timbulnya luka komplikasi ini.

a. Faktor Sistemik.

Burst abdomen jarang diderita pada pasien dibawah usia 30

tahun tetapi pada pasien diatas usia 60 tahun dengan operasi

laparotomi hanya didapatkan sebanyak 5 %. Burst abdomen banyak

18

Page 19: Makalah Burst Abdomen

dijumpai pada pasien dengan Diabetes mellitus, uremia,

immunosuppresion, jaundice, sepsis, hipoalbuminemia, pasien dengan

obesitas, riwayat keganasan, maupun pasien dengan penggunaan obat-

obatan kortikosteroid.

b. Faktor Lokal.  

Ketiga factor local yang penting untuk terjadinya burst

abdomen diantaranya adalah: penutupan luka yang tidak adekuat,

peningkatan tekanan intraabdomen, dan gangguan pada proses

penyembuhan luka. Burst abdomen lebih sering terjadi karena

kombinasi ketiga factor tersebut dibandingkan bila hanya muncul salah

satu saja. Jenis incise pada saat operasi seperti incise transversal

maupun longitudinal sampai saat ini tidak berpengaruh terhadap

insiden dari burst abdomen.

3. Penutupan jahitan dari Luka Operasi

Penutupan yang adekuat dari luka operasi merupakan salah

factor yang penting dalam hal penyembuhan luka operasi. Lapisan

fasial memberikan kekuatan pada saat penutupan, dan ketika fascia

terbuka atau rusak (disrupts) luka akan terbuka dan menjadi rusak.

Keakuratan penutupan pada lapisan anatomi sangat penting untuk

penutupan luka yang adekuat. Banyak luka-luka menjadi rusak

(burst/dehiscence) disebabkan karena terputusnya jahitan sampai

kedalam fascia.

Untuk pencegahan masalah ini meliputi bentuk irisan operasi

yang bagus dan bersih, devitalisasi dari fascia yang sangat

diperhatikan selama operasi, penempatan dan penautan jahitan yang

tepat, dan pemilihan material jahitan yang sesuai. Jahitan ditempatkan

2-3 cm dari tepi luka dan kira-kira sepanjang 1 cm.

Luka dehiscence sering disebabkan karena jahitan bekas

operasi yang terlalu melekat dan rapat pada tepi fascia.  Pada pasien

dengan factor resiko terjadinya luka dehiscence, para ahli bedah harus

melakukan penutupan yang kedua pada operasi pertama, dan

19

Page 20: Makalah Burst Abdomen

melakukan perawatan ekstra untuk mencegah terjadinya luka

dehiscence.

Bahan untuk jahitan sintetik yang modern seperti asam

polyglycolic, polypropylene, dan yang lain, digunakan untuk

penjahitan pada penutupan fascia yang superior. Pada luka yang

mengalami infeksi, benang dari bahan polypropylene lebih resisten

terhadap degradasi dari pada benang asam polyglycolic serta rata-rata

yang rendah terhadap terjadinya luka yang rusak. Komplikasi luka

menurun dengan adanya obliterasi pada daerah “dead space”.

Ostomies  dan drain setelah operasi ditempatkan diluar dari incise

operasi untuk menurunkan kejadian luka infeksi dan terbuka.

4. Gangguan pada Penyembuhan Luka

Infeksi merupakan factor yang berhubungan pada separuh

lebih terjadinya luka karena rusak. Adanya drain, seroma, dan luka

hematom juga sebagai tanda adanya penyembuhan luka yang

terlambat. Normalnya, “healing ridge” ( penebalan kira-kira 0,5 cm

dari masing-masing sisi jahitan) tampak pada akhir dari minggu

pertama setelah operasi. Jika muncul jenis luka seperti ini maka

secara klinis penyembuhan luka berjalan dengan baik dan adekuat,

dan ini biasanya tidak muncul pada luka yang rusak.

Tabel  Faktor Penyebab Luka dehiscence Post operative

Jahitan dipasang kurang tepat Terlalu berdekatan

Ditarik dan diikat terlalu kencang

Tehnik operasi kurang baik Tidak mencapai lapisan fascia

Jaringan nonvital ditinggalkan

Tekanan intra abdomen meninggi Dilatasi usus/ileus paralitik

Asites

Batuk

Muntah

Banyak mengejan

Hematoma di luka dengan atau

tanpa infeksi

20

Page 21: Makalah Burst Abdomen

Infeksi luka

Penyakit Metabolic

Hipoalbuminemia dan atau gizi buruk

Sirosis hepatis

Karsinomatosis

Uremia

Diabetes mellitus

5. Terapi radiasi

Riwayat pemakaian terapi radiasi mengganggu sintesis protein

normal, mitosis, migrasi dari faktor peradangan, dan pematangan

kolagen.

2.5 Manifestasi Klinis

Adanya luka yang dehiscence biasanya merupakan awal dari terjadinya

abses di intra abdomen, Kejadian ini menunjukkan bahwa sudah ada

dehiscence fascia dan atau lapisan otot. Pasien merasakan nyeri yang sangat

bahkan sampai meledak-ledak yang biasanya berhubungan dengan batuk yang

berat disertai muntah-muntah, hal ini membuat pasien merasa sangat gelisah

dan iritabilitas disertai dengan peningkatan temperature (febrile) dan adanya

cairan yang keluar dari luka operasi membuat pasien kurang nyaman.

Seringkali disertai perut yang distended (membesar dan tegang) yang

menandai adanya infeksi di daerah tersebut (Brunner & Suddarth. 1997).

Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak

anemis dan pasien tampak sangat kesakitan. Luka yang terjadi pada dinding

abdomen menjadi jelek dan kelihatan rusak. Dalam satu hari keadaan ini akan

diikuti oleh penonjolan usus dari luka kulit yang menganga pada operasi kulit

(incisional hernia). Gejala  intraperitoneal sepsis merupakan salah satu tanda

adanya burst abdomen.

a. Nyeri setelah beberapa hari operasi

b. Keluar cairan merah pada bekas jahitan atau bahkan keluar nanah

c. Luka jahitan menjadi lembek dan merah (hiperemi)

21

Page 22: Makalah Burst Abdomen

d. Perut distended (membesar dan tegang) yang menandai adanya infeksi

di daerah tersebut

e. Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak

anemis dan pasien tampak sangat kesakitan

2.6 Patofisiologi

Burst Abdomen bisa disebabkan oleh faktor pre operasi, operasi dan

post operasi. Pada faktor pre operasi, hal-hal yang berpengaruh dalam factor

pre operasi ini adalah usia,kebiasaan merokok, penyakit diabetes mellitus, dan

malnutrisi. Pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan

bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.

Kejadian tertinggi burst abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun.

Selain itu adanya anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan

vitamin bisa menyebabkan terjadinya burst abdomen. Hemoglobin

menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi dan penurunan 

tingkat hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka. Kebiasaan merokok

sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang persisten, batuk yang kuat dapat

menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen

Penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh

terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan

luka operasi. Hypoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam

penundaan penyembuhan, seseorang yang  memiliki tingkat protein serum di

bawah 6 g / dl.  Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam amino

diperlukan. Vitamin C sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam

penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C dapat mengganggu penyembuhan

dan merupakan predisposisi kegagalan luka. Kekurangan vitamin C terkait

dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound dehiscence. Seng

adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik dan mitosis (Saktya, 2011).

Untuk factor operasi, tergantung pada tipe insisi, penutupan sayatan,

penutupan peritoneum, dan jahitan bahan. Kontraksi dari dinding abdomen

menyebabkan tekanan tinggi di daerah lateral pada saat penutupan. Pada insisi

midline, ini memungkinkan menyebabkan bahan jahitan dipotong dengan

22

Page 23: Makalah Burst Abdomen

pemisahan lemak transversal. Dan sebaliknya, pada insisi transversal, lemak

dilawankan dengan kontraksi. Otot perut rektus segmental memiliki suplai

darah dan saraf.  Jika irisan sedikit lebih lateral, medial bagian dari otot perut

rektus mendapat denervated dan akhirnya berhenti tumbuh.  Ini menciptakan

titik lemah di dinding dan pecah perut.

Faktor post operasi terdiri dari peningkatan dari intra-abdominal

pressure  yang menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding

abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimana

kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,

pembedahan abdominal dan kegemukan. Dapat dipicu juga jika mengangkat

beban berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan akibat konstipasi. Terapi

radiasi dapat mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari faktor

peradangan, dan pematangan kolagen. Antineoplastic agents menghambat

penyembuhan luka dan luka penundaan perolehan dalam kekuatan tarik

Pada pasien post operasi abdomen yang memiliki penurunan

kemampuan penyembuhan luka, maka akan beresiko mengalami burst

abdomen. Pasien burst abdomen biasanya akan ditemukan peningkatan

tekanan intra abdomen sehingga dapat mengganggu ekspansi paru dan suplai

oksigen menurun sehingga menyebabkan terjadinya sesak napas. Distensi

abdomen juga sering ditemukan pada pasien burst abdomen sehingga dapat

menyebabkan penurunan nafsu makan dan terjadi anoreksia. Luka insisi pada

pasien burst abdomen dapat menyebabkan diskontinuitas jaringan sehingga

menimbulkan nyeri pada daerah sekitar luka. dan memiliki resiko tinggi

terjadi infeksi (Medical Journal, 2011).

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui resiko yang dapat

memperparah penyakit. Pemeriksaan laboratorium ini meliputi

pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah.

2. Sinar X abdomen

23

Page 24: Makalah Burst Abdomen

Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus

atau obstruksi usus.

3. CT scan atau MRI

Untuk mendiagnosa kelainan-kelainan yang terdapat dalam tubuh

manusia, juga sebagai evaluasi terhadap tindakan atau operasi maupun

terapi yang akan dilakukan terhadap pasien.

4. Tes Darah lengkap

Hemoglobin, serum protein, gula darah, serum kreatinin, dan urea. Hitung

darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih, dan

ketidakseimbangan elektrolit.

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan burst abdomen dipengaruhi oleh keadaan umum

pasien dimana dapat dibagi menjadi dua, yaitu terapi non-operatif dan

operatif.

1. Terapi non-operatif

Terapi ini dilakukan bila keadaan umum pasien stabil dan tidak

disertai adanya eviserasi. Perawatan luka yang dilanjutkan dengan

penutupan secara steril perlu dilakukan. Pasien dianjurkan tidak turun dari

tempat tidur dan menutup luka dengan handuk yang dibasahi dengan

cairan steril. Abdominal binder dapat digunakan untuk membantu proses

penutupan luka. Diharapkan luka dapat menutup kembali, atau jika

keadaan pasien sudah membaik, maka dapat direncanakan operasi.

Jika pasien datang dengan burst abdomen dan ada eviserasi:

a. Inform Consent

b. Puasa dilakukan 4 jam sebelum pembedahaan, pemasangan NGT

dekompresi.

c. Pasang infus, bericairan standard N4 dengan tetesan sesuai kebutuhan.

d. Antibiotik pra bedah diberikan secara rutin.

e. Dilakukan rawat luka pada abdomen dengan teknik steril selama dua

hari sekali.

24

Page 25: Makalah Burst Abdomen

f. Perlu diperhatikan juga tentang nutrisi pasien. Pemberian nutrisi tinggi

protein dan serat pada pasien dengan burst abdomen membantu

penyembuhan dan fungsi saluran cerna pasien.

2. Terapi operatif

Tindakan yang harus segera dilakukan oleh ahli bedah bila

menjumpai adanya burst abdomen adalah dengan memperbaiki kembali

luka operasi yang ditimbulkan segera dengan terlebih dahulu

mengevaluasi struktur di dalamnya. dibilas dengan cairan isotonis ringer

lactate yang mengandung antibiotic dan kemudian dilakukan penutupan

kembali dinding abdomen.

Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi. Tindakan

repair ini harus dilakukan dalam keadaan steril (diatas meja operasi) dan

dengan anastesi general.  Lepas dahulu jahitan yang telah dilakukan pada

operasi pada bagian yang mengalami burst, kemudian explore bagian

terdalam dari luka yang rusak dengan jari yang menggunakan sarung

tangan steril sampai bagian jahitan yang terbuka kemudian evaluasi apa

yang terjadi apakah terdapat sumber infeksi.

Kemudian dilakukan pencucian luka secara mekanik dengan cairan

isotonis yang mengandung antibiotic yang berlimpah, setelah itu dilakukan

perbaikan jahitan dengan memberikan jahitan ekstra untuk mencegah

timbulnya luka dehisence berulang.

Operasi Pembedahan

Penjahitan dilakukan dengan tehnik yang sesuai dan teliti dengan

menggunakan jarum dan benang yang sesuai (monofilamen nilon atau

poligycolic acid), setelah repair jahitan selesai luka ditutup dengan kassa

basah steril dan diberi antibiotik, kemudian ditutup kembali sehingga tidak

terkontaminasi dengan dunia luar.

1. Operasi pembedahan, dilakukan untuk menutup lubang dan memperkuat

bagian yang lemah, otot perut dirapatkan menutupi lubang yang ada.

2. Kebanyakan untuk pasien akut atau baru saja terjadi luka disarankan untuk

operasi kembali.

25

Page 26: Makalah Burst Abdomen

3. Kebanyakan teknik yang utama adalah segera menjahit kembali pada

tempat jahitan semula yang mengalami perobekan.

4. Pemberian antibiotic preoperative spektum meluas.

5. Bebaskan lipatan peritonim dan usus untuk jarak yang pendek pada

permukaan yang dalam dari luka pada kedua sisi.

6. Masukkan jahitan luka yang dalam.

7. Kemudian proses akir dari dinding abdomen, yakinlah untuk mengambil

potongan yang dalam dari jari, memakai materi jahitan yang banyak dan

hindari tegangan yang berlebihan pada luka.

8. Tutup kulit dengan agak longgar dan mempertimbangkan pemakaian

pengering luka dangkal. Jika terjadi infesi luka yang buruk , jangan

biarkan luka terbuka dan bungkuslah.

a. Penumpukan Jahitan

Ada beberapa teknik penumpukan jahitan, tetapi pada prinsipnya

adalah :

1) Memakai jahitan luka yang padat dan tidak menyerap.

2) Luas potongan  paling tidak 3cm dari tepi luka dan interval

stikjahitan 3cm atau kurang.

3) Salah satu dari eksternal (menggabungkan semua lapisan

peritonium melewati kulit) atau (semua lapisan kecuali

kulit) mungkin digunakan.

4) Penumpukan jahitan luka internal dapat menghindari

pembentukan bekas luka yang tidak sedap dipandang akan

tetapi luka itu tidak dapat dipindahkan pada waktu

berikutnya(meningkatkan resiko infeksi)

5) Jangan mengikat terlalu kuat

6) Penumpukan jahitan luka eksternal biasanya dibiarkan

selama paling tidak tiga minggu.

Pada sebagian kecil pasien bisa mendapat

penatalaksanaannya yang tepat.Teknik yang tidak aman atau

26

Page 27: Makalah Burst Abdomen

terkadang tidak mungkin untuk menutup dinding perut dengan

benar.

Beberapa kondisi yang mungkin bisa menjadi faktor

pencetus pada dinding perut yang tidak dapat menutup, meliputi:

1) Trauma abdomen mayor

2) Sepsis abdomen yang kasar

3) Retro peritoneal hematom.

4) Kehilangan jaringan pada dinding perut.

Penderita setelah operasi biasanya masih mengeluh soal

lain. Setelah operasi ia merasakan bagian yang dioperasi seperti

tertarik dan nyeri. Untuk mengatasi keluhan tadi, kini tersedia jala

sintetis yang dikenal dengan mesh. Penggunaannya

menguntungkan bagi penderita pascaoperasi, karena otot perutnya

tidak lagi ditarik, sehingga penderita tidak akan merasa nyeri.

Usaha untuk menutup dinding perut mungkin dapat

menyebabkan elevasi dari tekanan intra abdominal dan  syndrome

ruang abdomen berikutnya. Pada kasus kasus tertetu (exs.jika

penyebabnya memungkinkan untuk diselesaikan dengan cepat)

mungkin bisa menutup abdomen untuk sementara waktu dengan

membungkus luka dan mengambil tindakan lebih lanjut dalam

waktu 24-48 jam. Penutupan “mesh”  pada insisi abdomen

biasanya menunjukan:

1) Kerusakannya adalah penutupan dari satu atau dua lapisan

pada lubang.

2) Lubang adalah jahitan luka pada tempat dari jahitan luka

yang menembus lapisan tebal dinding abdomen.

Perubahan balutan dan granulasi benuk jaringan berikutnya,

akhirnya berpengaruh pada permukaan yang bisa dibungkus

dengan pemindahan robekan kulit (transparansi kulit).

3. Upaya Pencegahan

27

Page 28: Makalah Burst Abdomen

Faktor resiko burst abdomen masih bisa dikurangi melalui

penanganan pasien secara terpadu sejak sebelum operasi sampai setelah

operasi. Untuk mencegah terjadinya burst abdomen diantaranya adalah:

a. Tehnik penjahitan yang tepat dan benar

Penjahitan yang dilakukan pada luka operasi sebaiknya

menggunakan jarum, benang, dan tehnik jahitan yang benar.

Jahitan yang dibuat jangan terlalu berdekatan dan jangan terlalu

kencang sehingga mengakibatkan luka yang ditimbulkan tidak

sembuh dengan sempurna.

b. Teknik operasi yang baik

Salah satu sebab terjadinya burst abdomen karena tehnik

operasi yang kurang baik diantaranya tehnik operasi yang tidak

mencapai lapisan fascia atau salah satunya dengan meninggalkan

jaringan yang sudah tidak vital dalam rongga abdomen, hal ini

cenderung untuk terjadinya infeksi. Oleh karena itu untuk

mencegah terjadinya burst abdomen sebaiknya operator benar-

benar memahami operasi yang akan dilakukan dan bertindak

sebaik mungkin.

c. Mencegah peningkatan intraabdomen

Peningkatan dari tekanan abdomen menghambat dari

penyembuhan luka bahkan mengakibatkan luka yang terjadi

mengalami kerusakan sehingga dapat terbuka kembali. Adapun

hal-hal yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan

intraabdomen adalah: batuk, muntah, banyak mengejan, asites, dan

dilatasi usus atau adanya ileus paralitik. Oleh karena itu untuk

mengontrol adanya peningkatan intraabdomen selain

menganjurkan kepada pasien untuk tidak melakukan hal diatas,

maka dengan melakukan follow up setiap hari kepada pasien post

operativ  dari bising ususnya dan dengan pemasangan nasogastric

tube  untuk dekompresi.

28

Page 29: Makalah Burst Abdomen

d. Mencegah terjadinya infeksi

Infeksi sangat banyak penyebabnya oleh karena itu pada

luka post laparotomy  harus dilakukan rawat luka se aseptis

mungkin dengan menggunakan peralatan yang steril. Selain itu

juga diikuti dengan pemberian antibiotika profilaksis.

e. Mengobati penyakit penyerta dari pasien

Selain hal-hal seperti diatas terjadinya burst abdomen dapat

dipicu karena penyakit penyerta dari pasien diantaranya:

hipoalbuminemia, malnutrisi, anemia, joundice, penyakit

keganasan, diabetes mellitus, sehingga dapat menghambat proses

penyembuhan luka. Oleh karena itu penyakit penyerta tersebut juga

harus diperhatikan dan diregulasi dengan baik.

a

2.9 Prognosis

Menurut Sander (2012), angka mortalitas pasien dengan burst

abdomen rata-rata 18,1%, dengan range 9,4% – 43,8%. Apabila

terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara partial atau komplit salah

satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif  tidak

segera ditangani maka pasien tersebut memiliki kemungkinan mortalitas

30%.

2.10 Komplikasi

a. Perdarahan

b. Infeksi luka Operasi

Infeksi Luka Operasi ( ILO )/Infeksi Tempat Pembedahan

(ITP)/Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi

atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam

kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO

dapat berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan, dan termasuk

juga instrumentasi.

29

Page 30: Makalah Burst Abdomen

Menurut The National Nosocomial Surveillence Infection

(NNSI), kriteria jenis-jenis SSI ada tiga sebagai berikut :

1) Superficial Incision SSI ( ITP Superfisial )

Merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30

hari paska operasi dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit

dan jaringan subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya

ditemukan salah satu tanda sebagai berikut :

a) Terdapat cairan purulen.

b) Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan

superfisial.

c) Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflammasi

d) Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.

2) Deep Insicional SSI ( ITP Dalam )

Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30

hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam

kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut

memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan

jaringan yang lebih dalam ( contoh, jaringan otot atau fasia )

pada tempat insisi dengan setidaknya terdapat salah satu

tanda :

a) Keluar cairan purulen dari tempat insisi.

b) Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah

karena ada tanda inflammasi.

c) Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, PA atau

radiologis.

d) Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang

merawat

3) Organ/ Space SSI ( ITP organ dalam )

Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30

hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam

kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut

memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan

30

Page 31: Makalah Burst Abdomen

suatu bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau ruang)

pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat

operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :

a) Keluar cairan purulen dari drain organ dalam

b) Didapat isolasi bakteri dari organ dalam

c) Ditemukan abses

d) Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.

c. Peritonitis (infeksi ke seluruh dinding usus)

Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh

infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah

selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding

perut sebelah dalam. Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung

kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke

dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk

menyambungkan bagian usus.

d. Kelemahan fasia/dinding perut yang progresif

e. Kebocoran usus

f. Trauma abdomen mayor

g. Sepsis abdomen yang kasar

h. Retro peritoneal hematom.

i. Kehilangan jaringan pada dinding perut.

2.11 WOC

Terlampir

31

Page 32: Makalah Burst Abdomen

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN UMUM

3.1 Pengkajian

a. Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal

dan alasan MRS.

b. Keluhan utama

Keluhan yang sering muncul pada pasien burst abdomen adalah nyeri pada

daerah sekitar luka operasi di perut akibat membukanya luka bekas operasi

atau akibat perut distended dikarenakan adanya infeksi

c. Riwayat Penyakit sekarang

Mengkaji perjalanan penyakit pasien saat ini dari awal gejala muncul dan

penanganan yang telah dilakukan hingga saat dilakukan pengkajian.

Menguraikan jenis insisi bedah pada klien.

d. Riwayat Penyakit dahulu

Perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat penyakit yang

berhubungan dengan burst abdomen. Seperti anemia, DM,

hipoproteinemia, defesiensi vitamin C, hipoalbumin, dan lain-lain..

e. Riwayat penyakit keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang memiliki gejala penyakit

yang sama seperti pasien.

f. Pola Kebiasaan:

32

Page 33: Makalah Burst Abdomen

1) Pola Nutrisi : biasanya nafsu makan pasien menurun karena rasa

nyaman saat makan terganggu akibat nyeri yang dirasakan, serta

status nutrisi jelek.

2) Pola Tidur/ Istirahat : pasien tidak dapat tidur nyenyak akibat nyeri

yang dirasakan.

3) Pola aktivitas : aktivitas pasien dan pergerakan pasien burst

abdomen terbatas.

4) Pola eliminasi : biasanya tidak ditemukan gangguan eliminasi pada

pasien burst abdomen.

5) Pola koping : koping individu maupun keluarga dalam mengatasi

burst abdomen

6) Konsep diri : keadaan psikososial pasien terhadap burst abdomen

yang dialaminya seperti ansietas akibat kurang pengetahuan

terhadap proses penyakit

g. Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Breath) :

Terdapat RR yang meningkat

2) B2 (Blood) :

Jika terjadi pendarahan bisa timbul tekanan darah menurun,

nadi meningkat namun lemah, akral teraba basah, pucat dan

dingin serta takikardia.

3) B3 (Brain) : -

4) B4 (Bladder) : -

5) B5 (Bowel) :

Nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah, bibir kering.

Dilanjutkan dengan memeriksa bagian perut dimulai dengan :

a) Inspeksi : adakah pembesaran abdomen, peregangan

atau tonjolan dan apakah ada distensi abdomen. Pada

pasien hipertermi luka post operasi biasanya sedikit

bengkak an terdapat rembesan darah.

33

Page 34: Makalah Burst Abdomen

b) Palpasi : pada permukaan perut untuk menilai kekuatan

otot-otot perut, nyeri 2 cm pada sekitar luka

c) Perkusi : normal atau tidak normal

d) Auskultasi : bising usus normal

6) B6 (Bone) :

Lemah, turgor jelek

h. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (Hematologi) : 1. Hemoglobin< dari 13-18 gr / dl ( turun )

2. Leukosit> 3,8 – 10,6 ribu mm3

(meningkat )

3. Hematokrit< dari 40-52%

4. Trombosit normal 150 – 440 ribu mm3

5. Albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl

3.2 Analisa data

Data Etiologi MK

Data Subjektif

1. Klien mengatakan nyeri

pada luka post-op.

2. Klien biasanya

mengatakan nyeri akan

dirasakan bertambah

bila klien bergerak/

beraktivitas,

Data Objektif

P: Terdapat luka post

operasi dengan kondisi

jahitan operasi yang

membuka dan kemerahan.

tindakan operasi

kerusakan jaringan

pasca operasi

diskontinuitas jaringan

nociceptor

nyeri

Nyeri

34

Page 35: Makalah Burst Abdomen

Q: nyeri biasanya seperti di

iris atau di tusuk-tusuk

R: pasien melaporkan nyeri

di daerah abdomen.

S: skala nyeri , pada nyeri

akut terdapat skala 8 (0-10)

T : Klien meringis saat

terasa nyeri. Nyeri

dirasakan saat batuk

ataupun ingin

menggerakkan badan

daerah pinggul.

Nadi:takikardia(115x/

menit)

TD: menurun (90/80

mmhg)

RR: 35x/menit

Data subyektif

Pasien sesak, nafasnya

cepat dan dangkal

Data obyektif

RR meningkat.

Pemakaian otot bantu

nafas abdomen.

Ada distensi abdomen

Distended

TIA ↑

Menghambat relaksasi

diafragma

Ekspansi tidak bisa

maksimal

Suplai O2 ↓

Sesak nafas

Pola nafas tidak

efektif

35

Page 36: Makalah Burst Abdomen

Data Subjektif:

Klien tidak nafsu makan

Data Objektif:

A : BB turun

B : tidak nafsu makan, bibir

kering, kondisi pasien

lemah. Hb menurun,

albumin menurun

C : membran mukosa pucat,

bising usus meningkat,

yonus otot menurun

D : porsi makan tidak habis

Pasca operasi

distensi abdomen

Nafsu makan

Menurunnya intake

makanan

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

Data Subjektif :

Data objektif

1. Terdapat luka post

operasi membuka dan

kemerahan.

2. Suhu meningkat

Luka post operasi

terbuka

Port de entri kuman

Resiko infeksi

Resiko infeksi

Data subyektif : -

Data obyektif

1. Luka post operasi dan

sedikit bengkak

kerusakan lapisan kulit

2. Gangguan permukaan

kulit

3. Turgor jelek

Insisi pada kulit

Luka post op

Kerusakan integritas

kulit

Kerusakan

integritas kulit

3.3 Diagnosa keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan terbukanya luka post operasi.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak

optimal

36

Page 37: Makalah Burst Abdomen

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

nafsu makan.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree dari luka

pembedahan

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka invasif

pasca operasi

3.4 Intervensi Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan terbukanya luka post operasi

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi

Kriteria hasil :

1. Pasien menyatakan nyeri berkurang

2. Skala nyeri 0-1 (0-10)

3. Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri

4. Pasien tenang dan dapat beristirahat

5. TTV dalam batas normal yaitu 120/80 mmhg

Intervensi Rasional

37

Page 38: Makalah Burst Abdomen

1. Kaji dan observasi tingkat

nyeri yang dirasakan oleh

pasien, lokasi dan intensitas (

skala 0-10)

2. Kaji dan observasi tanda-

tanda vital, perhatikan

tachikardi, hipertensi, dan

peningkatan pernapasan.

3. Berikan informasi mengenai

sifat ketidaknyamanan,

sesuai kebutuhan.

4. Anjurkan menggunakan

metode relaksasi napas dalam

pada saat nyeri

5. Atur posisi fisiologis (Posisi

semiflower dengan fleksi

pada ekstrimitas bawah)

6. Kolaborasikan untuk

pemberian obat analgesic

yang sesuai.

7. Health education kepada pasien

untuk tidak meningkatkan tekanan

abdomen (tidak mengejan, batuk)

1. Dapat mengindikasikan rasa sakit

akut dan ketidaknyamanan.

2. Untuk menunjukkan jika nyeri

mengganngu kondisi hemodinamik

sehingga dapat diatasi secara cepat

dan tepat.

3. Pengetahuan yang akan dirasakan

membantu mengurangi

nyerinyadan dapat membantu

mengembangkan kepatuhan pasien

terhadap rencana terapeutik.

4. Teknik relaksasi akan

meningkatkan asupan oksigen

sehingga akan menurunkan nyeri

dan memberikan relaksasi pada

otot-otot abdominal sehingga dapat

menurunkan distensi otot-otot

abdominal

5. posisi ini dapat mengurangi

tegangan otot abdomen dan juga

kondisi pascabedah dengan adanya

insisi sehingga dapat menurunkan

stimulus nyeri

6. Analgesik akan menimbulkan

penghilangan nyeri yang lebih

efektif.

7. Untuk mencegah terjadinya

peningkatan tekanan intra

abdomen yang dapat menyebabkan

insisi bedah terbuka kembali.

38

Page 39: Makalah Burst Abdomen

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak optimal

Tujuan : setelah dilakukan intervensi 2 x 24 jam klien menunjukan pola

napas yang efektif

Kriteria hasil :

1. Tidak ada dyspneu, irama dan frekuensi nafas norma yaitu 16-24

x/menit

2. Bunyi nafas tambahan tidak ada.

3. Pasien tidak menunjukan otot bantu pernafasan

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi frekuensi dan

kedalaman pernapasan,

pemakaian otot bantu

pernapasan, perluasan

rongga dada, retraksi tau

pernapasan cuping hidung,

warna kulit dan aliran

udara.

2. Berikan tambahan oksigen

sesuai kebutuhan.

3. Berikan instruksi untuk

latihan nafas dalam

4. Catat kemajuan yang ada

pada klien tentang

pernafasan

A

1. Dilakukan untuk memastikan

efektivitas pernapasan sehingga

upaya memperbaikinya dapat segera

dilakukan.

2. Dilakukan untuk meningkatkan atau

memaksimalkan pengambilan

oksigen yang akan diikat oleh Hb.

3. Dengan latihan napas yang rutin,

klien dapat terbiasa untuk napas

dalam yang efektif.

4. Sebagai indikator efektif atau

tidakkah intervensi yang dilakukan

perawat pada klien.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu

makan.

39

Page 40: Makalah Burst Abdomen

Tujuan : setelah dilakukan intervensi 3x24 jam klien menunjukkan status

gizi baik

Kriteria Hasil:

1. Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan

2. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

3. Nilai laboratorium dalam batas normal, yaitu

a. Hemoglobin< dari 13-18 gr / dl ( turun )

b. Leukosit> 3,8 – 10,6 ribu mm3 (meningkat )

c. Hematokrit< dari 40-52%

d. Trombosit normal 150 – 440 ribu mm3

e. Albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl

4. Melaporkan keadekuatan tingkat energi

Intervensi Rasional

40

Page 41: Makalah Burst Abdomen

Mandiri

1. Buat perencanaan makan

dengan pasien untuk

dimasukkan ke dalam jadwal

makan.

2. Dukung anggota keluarga

untuk membawa makanan

kesukaan pasien dari rumah.

3. Tawarkan makanan porsi besar

disiang hari ketika nafsu

makan tinggi. Jika nafsu

makan rendah, beri porsi

sedikit tapi sering

4. Lakukan perawatan mulut

5. Berikan pasien edukasi

mengenai kebutuhan nutrisi

klien terhadap penyakitnya

6. Kolaborasi dengan ahli gizi

mengenai jenis nutrisi yang

akan digunakan pasien.

7. Pastikan pola diet biasa pasien,

yang disukai atau tidak disukai.

8. Pantau masukan dan

pengeluaran dan berat badan

secara pariodik.

9. Kaji turgor kulit pasien

1. Menjaga pola makan pasien

sehingga pasien makan secara

teratur

2. Pasien merasa nyaman dengan

makanan yang dibawa dari rumah

dan dapat meningkatkan nafsu

makan pasien.

3. Dengan pemberian porsi yang besar

dapat menjaga keadekuatan nutrisi

yang masuk.

4. Intervensi ini untuk menurunkan

resiko infeksi oral dan memberikan

rasa nyaman di mulut

5. Meningkatkan pengetahuan pasien

mengenai penyakitnya khususnya

diet dan nutrisi yang dibutuhkan

6. Tinggi karbohidrat, protein, dan

kalori diperlukan atau dibutuhkan

selama perawatan.

7. Untuk mendukung peningkatan

nafsu makan pasien

8. Mengetahui keseimbangan intake

dan pengeluaran asupan makanan

9. Sebagai data penunjang adanya

perubahan nutrisi yang kurang dari

kebutuhan

10. Untuk dapat mengetahui tingkat

41

Page 42: Makalah Burst Abdomen

10. Pantau nilai laboratorium,

seperti Hb, albumin, dan kadar

glukosa darah

kekurangan kandungan Hb,

albumin, dan glukosa dalam darah.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry dari luka pembedahan

Tujuan: dalam waktu 4x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan

lunak dan tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil:

1. Tidak ada tanda infeksi dan peradangan pada luka pembedahan

dengan memperhatikan tanda-tanda infeksi

2. Leukosit dalam batas normal

3. TTV dalam batas normal

a. TD : 120/80 mmhg

b. RR 12-20 x/menit

c. Nadi 60-100x/menit

4. Kondisi luka operasi membaik dan tidak terjadi infeksia

Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji jenis pembedahan, waktu

pembedahan dan apakah

adanya instruksi khusus dari

tim dokter bedah dalam

melakukan perawatan luka.

2. Jaga kondisi balutan dalam

dalam keadaan bersih dan

kering

3. Lakukan perawatan luka.

Lakukan perawatan luka steril

3 hari pasca operasi dan

diulang setiap 2 hari.

1. Mengidentifikasi kemajuan atau

penyimpangan dari tujuan yang

diharapkan

2. Kondisi bersih dan kering akan

menghindarkan kontaminasi

komensal.

3. Perawatan luka sebaiknya tidak

setiap hari untuk menurunkan

kontak tindakan dengan luka yang

dalam kondisi steril sehinnga

mencegah kontaminasi kuman ke

luka bedah.

42

Page 43: Makalah Burst Abdomen

4. Tutup luka dan penampang

eksternal dengan kasa steril

dan tutup dengan plester

adhesif yang menyeluruh

menutupi kasa

5. Berikan terapi antibiotik

6. Pantau tanda atau gejala

infeksi

7. Kaji faktor yang

meningkatkan serangan

infeksi

8. Pantau hasil laboratorium

9. Instruksikan untuk menjaga

hygiene pribadi

10. akolaborasi perbaikan/ operasi

ulang jika diperlukan

4. Penutupan secara menyeluruh dapat

menghindari kontaminasi dari

benda atau udara yang bersentuhan

dengan luka operasi.

5. Pemberian antibiotik dapat

mengurangi infeksi

6. Dapat melakukan pencegahan dini

terhadap terjadinya infeksi

7. Dapat menghindari faktor-faktor

yang mungkin dapat memperparah

infeksi

8. Hasil laboratorium dapat

menentukan sejauh mana infeksi

yang telah terjadi

9. Perlindungan terhadap infeksi

10. Untuk memperbaiki kondisi insisi

bedah yang kurang baik, agar tidak

terjadi komplikasi.

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka invasif pasca

pembedahan

Tujuan : Dalam perawatan 12x24 jam pasien menunjukkan

regenerasi jaringan.

Kriteria hasil :

1. Pasien menunjukkan turgor kulit normal

2. Integritas kulit pasien pulih.

43

Page 44: Makalah Burst Abdomen

3. akondisi luka membaik, insisi bedah kembali baik, luka cepat

bergranulasi

Intervensi Rasional

1. Lakukan perawatan luka

yang tepat dan tindakan

kontrol infeksi dan merawat

luka pada burst abdomen

sengan prinsip steril

2. Latih alih baring

3. Hindari terjadinya infeksi

pada luka operasi yang dapat

membuat parahnya integritas

kulit.

1. Menyiapkan jaringan untuk

penanaman dan menurunkan resiko

infeksi/kegagalan kulit.

2. Mencegah terjadinya dekubitus.

3. Adanya infeksi dapat membuat

kerusakan integritas kulit lebih luas

44

Page 45: Makalah Burst Abdomen

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus

Ny. B, berusia 46 tahun, dirawat di RSUA yang ada di Surabaya , satu

minggu yang lalu pasien baru saja menjalani operasi laparotomi. Pasien

mengeluh sangat nyeri karena luka bekas operasinya sedikit terbuka,

mengeluarkan darah dan sedikit rembesan cairan. Suhu tubuh pasien mencapai

38,7oC. Luas lukanya 28 cm, tampak kemerahan di kulit sekitar luka dan

bengkak. Pasien mengalami distensi abdomen. Pasien terlihat lemah dan

kurus.

4.1 Pengkajian

a. Identitas :

Nama : Ny B

Umur : 46 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Surabaya

MRS : 08 April 2014

b. Keluhan utama :

Nyeri pada daerah sekitar luka operasi di perut.

c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Kurang lebih 1 bulan sebelum masuk RS, Ny X mengalami panas

badan yang terus menerus meningkat dan disertai konstipasi. Dulunya

45

Page 46: Makalah Burst Abdomen

didiagnosis mengalami perdarahan saluran pencernaan. Sebelumnya

pasien dirawat di RSUD Ngudi Waluyo Blitar, kemudian dirujuk ke

RSUA di Surabaya dan dilakukan tindakan operasi laparatomi. Post

operasi laparatomi hari ke 7, luka pasien tampak bengkak dan

kemerahan di kulit sekitar luka operasi karena terlihat ada tanda-tanda

infeksi di sekitar insisi bedah. Luka jahitan mengeluarkan sedikit

darah dan tampak sedikit rembesan cairan. Pasien mengeluh sangat

nyeri pada daerah luka operasi. Pasien mengalami distensi abdomen.

Pasien terlihat lemah dan kurus. Pasien mengatakan bahwa balutan

lukanya hanya diganti setiap dua hari sekali dan hanya memakai kasa

kering dengan cara steril.

d. Riwayat penyakit dahulu : Diebetes Melitus

e. Riwayat penyakit keluarga :

Dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti

pasien.

i. Pola Kebiasaan:

1) Pola Nutrisi

Pasien hanya makan 2 kali sehari dan hanya menghabiskan

setengah dari porsi yang seharusnya, dan pasien suka pilih-pilih

makanan terutama makanan yang pedas.

2) Pola Tidur/ Istirahat

Pasien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terjaga di malam hari

karena nyeri yang dirasakan bertambah buruk pada malam hari.

3) Pola aktivitas

Pasien merasa aktivitasnya terbatas akibat nyeri yang dirasakan

pada area abdomen yang terdapat luka post operasi

4) Pola eliminasi

Tidak bisa BAB selama beberapa hari

5) Pola koping

Pola koping pasien kurang adekuat

6) Konsep diri : -

46

Page 47: Makalah Burst Abdomen

j. Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Breath)

RR meningkat 35x/menit, nafas cepat dan dangkal, terdapat

penggunaan otot bantu nafas sternocleidomastoid.

2) B2 (Blood)

Akral HKM, CRT kurang dari 3 detik. Tekanan darah 120/80

mmHg. Nadi 95 x/ menit.

3) B3 (Brain) : -

4) B4 (Bladder) : -

5) B5 (Bowel)

Nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah, kurus, dan bibir

kering. Dilanjutkan dengan memeriksa bagian perut dimulai

dengan :

- Inspeksi : adakah pembesaran abdomen, peregangan

atau tonjolan. Luka post operasi pasien hiperemi, sedikit

bengkak dan terdapat rembesan darah. Distensi abdomen.

- Palpasi : pada permukaan perut untuk menilai

kekuatan otot-otot perut. Nyeri 2 cm pada sekitar luka

- Perkusi : timpani

- Auskultasi : bising usus meningkat.

6) B6 (Bone)

Lemah, turgor jelek

7) Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Hematologi : Sysmex

47

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 12 gr / dl 13–18 gr / dl

Leukosit 27 ribu mm3 3,8–10,6 ribu

mm3

Hematokrit 35 % 40–52 %

Trombosit 264 ribu mm3 150–440 ribu

mm3

Page 48: Makalah Burst Abdomen

4.2 Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Data Subjektif :

Pasien mengeluh sangat nyeri

pada luka post-op terutama saat

bergerak dan diganti balutan

Data Objektif :

P: Terdapat luka post operasi

laparotomi hari ke-7

Q: nyeri yang dirasakan seperti

ditusuk-tusuk

R: pasien melaporkan nyeri di

daerah abdomen.

S: Skala nyeri 5 (0-10)

T : Pasien meringis saat diganti

balutan dan dipalpasi pada

daerah abdomen. Nyeri

bertambah buruk pada malam

hari.

8) Tanda vital normal :

TD: 110 / 80 mmHg

N : 100 x / menit

S :380C

R : 30x /menit

9) Perubahan nafsu makan dan

menghindar ketika lukanya

dipegang.

Operasi laparotomi

Luka insisi

Factor post operasi

(batuk/ mengejan)

TIA naik

kerusakan jaringan

pasca operasi

Nyeri akut

Data subyektif

Pasien mengeluh sesak

Data obyektif

1. RR meningkat 35x per

distensi abdomen

ekspansi paru tidak

optimal

Pola nafas tidak

efektif

48

Page 49: Makalah Burst Abdomen

menit.

2. nafasnya cepat dan

dangkal

3. Ada otot bantu

pernafasan yaitu otot

abdomninal

dipsnea

Data Subjektif:

Pasien tidak nafsu makan

Data Objektif:

Pemeriksaan Antopometri :

A : BB awal 58kg → 55kg

B = (hasil lab)

-Hb = 12 gr/dl

-albumin = 3g/dl

-Hematokrit = 35%

C = bibir kering, lemah, kurus.

D = pasien hanya

menghabiskan setengah porsi

makanan

Pasca operasi

laparotomi

distensi abdomen

Nafsu makan

menurun

Menurunnya intake

makanan

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

Data Subjektif : pasien merasa

lemah dan demam

Data objektif

3. luka post laparotomi 30 cm.

4. Terdapat luka bekas drain di

kuadran kanan atas

5. Leukosit 27.000/ mm3

6. Suhu 380C

Luka post operasi

terbuka

Port de entri kuman

Resiko infeksi

Resiko infeksi

Data subyektif : -

Data obyektif :

1. Luka post operasi

Insisi pada kulit

Luka post op

Resiko kerusakan

integritas kulit

49

Page 50: Makalah Burst Abdomen

kemerahan dan bengkak

2. Turgor jelek

Resiko Kerusakan

integritas kulit

3.3 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan terbukanya luka post operasi.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak

optimal

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan nafsu makan.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree dari luka

pembedahan

e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses

invasif pada abdomen

3.4 Intervensi Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan terbukanya luka post operasi

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi

Kriteria hasil :

1. Pasien menyatakan nyeri berkurang dengan Skala nyeri 0-3 (0-10)

2. Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri

3. Secara umum pasien terlihat rileks

Intervensi Rasional

Kaji nyeri dengan pendekatan

PQRST

Keluhan nyeri yang dirasakan setiap

individu itu bersifat subyektif

Kaji kemampuan pasien untuk

mengontrol nyerinya

Banyak factor fisiologi (motivasi,

afektif, kognitif, dan emosional ) yang

mempengaruhi persepsi nyeri dari

setiap orang

50

Page 51: Makalah Burst Abdomen

Berikan kesempatan waktu

istirahat bila terasa nyeri dan

berikan posisi yang nyaman.

Istirahat akan merelaksasi semua

jaringan sehingga akan meningkatkan

kenyamanan.

Mengajarkan tehnik relaksasi

dan metode distraksi

Akan melancarkan peredaran darah,

dan dapat mengalihkan perhatian

nyerinya ke hal-hal yang

menyenangka

Beritahu pasien untuk

menghindari mengejan,

meregang, batuk, dan

mengangkat benda yang berat.

ini khususnya penting selama

periode pascaoperasi awal dan

selama 6 minggu setelah

pembedahan.

Menghindari adanya tekanan intra

abdomen

Atur posisi fisiologis (Posisi

semiflower dengan fleksi pada

ekstrimitas bawah)

posisi ini dapat mengurangi tegangan

otot abdomen dan juga kondisi

pascabedah dengan adanya insisi

sehingga dapat menurunkan stimulus

nyeri

Kolaborasi analgesic Analgesik memblok lintasan nyeri,

sehingga nyeri berkurang

Observasi tingkat nyeri dan

respon motorik klien, 30 menit

setelah pemberian analgesik

untuk mengkaji efektivitasnya

dan setiap 1-2 jam setelah

tindakan perawatan selama 1-2

hari

Pengkajian yang optimal akan

memberikan perawat data yang

objektif untuk mencegah

kemungkinan komplikasi dan

melakukan intervensi yang tepat.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak optimal

51

Page 52: Makalah Burst Abdomen

Tujuan : Dalam waktu 3x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.

Klien dapat bernapas normal.

Kriteria hasil :

1. Klien tidak sesak nafsa dan RR 16-20x/menit

2. Bunyi nafas tambahan dan otot bantu pernafasan tidak ada.

3. Ekspansi dada kembali normal

Intervensi Rasional

Kaji frekuensi, irama, kedalaman

pernafasan

Frekuensi, irama, dan kedalaman

napas yang normal menunjukkan

pola napas yang efektif

Auskultasi bunyi nafas Mendengarkan suara napas klien

normal atau tidak dan apakah ada

bunyi nafas tambahan (abnormal)

Berikan posisi yang nyaman :

semi fowler

Posisi semi fowler mempermudah

udara masuk sehingga klien dapat

bernapas dengan optimal

Berikan instruksi untuk latihan

nafas dalam

Dengan latihan napas yang rutin,

klien dapat terbiasa untuk napas

dalam yang efektif.

Berikan tambahan oksigen sesuai

kebutuhan.

Dilakukan untuk meningkatkan

atau memaksimalkan pengambilan

oksigen yang akan diikat oleh Hb.

Catat kemajuan yang ada pada

klien tentang pernafasan

Sebagai indikator efektif atau

tidakkah intervensi yang

dilakukan perawat pada klien

52

Page 53: Makalah Burst Abdomen

Tujuan: Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat

Kriteria hasil :

1. Antropometri: berat badan tidak turun (stabil), tinggi badan, lingkar

lengan

2. Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl, Hb normal (laki-

laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)

3. Klinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak

jarang dan merah

4. Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan

bertambah

Intervensi Rasional

Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi

klien

Mengetahui kebutuhan nutrisi klien secara

tepat.

Jelaskan pentingnya makanan bagi

proses penyembuhan.

Dengan pengetahuan yang baik tentang

nutrisi akan memotivasi untuk

meningkatkan pemenuhan nutrisi.

Monitoring intake dan output

makanan klien.

Mengetahui perkembangan pemenuhan

nutrisi klien

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

membantu memilih makanan yang

dapat memenuhi kebutuhan gizi

selama sakit

Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu

gizi yang membantu klien memilih

makanan sesuai dengan keadaan sakitnya,

usia, tinggi, berat badannya.

Manganjurkn makan sedikit- sedikit

tapi sering

Dengan sedikit tapi sering mengurangi

penekanan yang berlebihan pada lambung.

Tawarkan makanan porsi besar

disiang hari ketika nafsu makan

tinggi.

Dengan pemberian porsi yang besar dapat

menjaga keadekuatan nutrisi yang masuk.

Lakukan perawatan mulut Intervensi ini untuk menurunkan resiko

infeksi oral dan memberikan rasa nyaman

di mulut

53

Page 54: Makalah Burst Abdomen

d. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry dari luka pembedahan

Tujuan: dalam waktu 12x24 jam tidak ada tanda-tanda infeksi

Kriteria hasil:

1. pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan terjadi

perbaikan pada integritas jaringan lunak

2. Leukosit dalam batas normal

3. TTV dalam batas normal

a. TD : 120/80 mmhg

b. RR : 16-20x/menit

c. Nadi: 60-100x/menit

Intervensi Rasional

Kaji jenis pembedahan, waktu

pembedahan dan apakah adanya instruksi

khusus dari tim dokter bedah dalam

melakukan perawatan luka.

Mengidentifikasi kemajuan atau

penyimpangan dari tujuan yang

diharapkan

Pantau tanda atau gejala infeksi Dapat melakukan pencegahan dini

terhadap terjadinya infeksi

Kaji faktor yang meningkatkan serangan

infeksi

Dapat menghindari faktor-faktor

yang mungkin dapat memperparah

infeksi

Lakukan perawatan luka steril 3 hari

pasca operasi dan diulang setiap 2 hari

Perawatan luka sebaiknya tidak

setiap hari untuk menurunkan kontak

tindakan dengan luka yang dalam

kondisi steril sehinnga mencegah

kontaminasi kuman ke luka bedah.

Jaga kondisi balutan dalam dalam

keadaan bersih dan kering

Kondisi bersih dan kering akan

menghindarkan kontaminasi

komensal.

Pantau hasil laboratorum Hasil laboratorium dapat menentukan

sejauh mana infeksi yang telah

terjadi

Berikan terapi antibiotik Pemberian antibiotik dapat

54

Page 55: Makalah Burst Abdomen

mengurangi infeksi

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka invasif pasca

pembedahan

Tujuan : Dalam 5x24 jam pasien menunjukkan regenerasi jaringan.

Kriteria hasil :

1. Pasien menunjukkan turgor kulit normal, Integritas kulit pasien

normal

2. Tidak adanya tanda-tanda dekubitus

Intervensi Rasional

Lakukan perawatan luka yang

tepat dan tindakan kontrol infeksi.

Menyiapkan jaringan untuk

penanaman dan menurunkan resiko

infeksi/kegagalan kulit.

Hindari terjadinya infeksi pada

luka operasi yang dapat membuat

parahnya integritas kulit.

Adanya infeksi dapat membuat

kerusakan integritas kulit lebih luas

Lakukan mobilisasi miring kiri-

kanan setiap 2 jam

Mencegah penekanan setempat yang

bias beresiko terjadinya dekubitus

Observasi terhadap eritema dan

kepucatan, serta palpasi area

sekitar terhadap kehangatan dan

pelunakan jaringan tiap mengubah

posisi

Deteksi dini adanya gangguan

sirkulasi dan hilangnya sensasi

resiko tinggi kerusakan integritas

kulit kemungkinan komplikasi

bedrest total dan imobilisasi. Hangat

dan pelunakan adalah tanda

kerusakan jaringan

55

Page 56: Makalah Burst Abdomen

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya

tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ

dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari

penutupan luka di dalam perut. Burst abdomen dipengaruhi oleh faktor-faktor

pre operatif, operatif, dan post operatif.

Pada pasien dengan burst abdomen dapat ditemukan masalah keperawatan

sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan terbukanya luka post operasi.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak optimal

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu

makan.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree dari luka

pembedahan

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka invasif pasca

operasi

56

Page 57: Makalah Burst Abdomen

DAFTAR PUSTAKA

Airlangga, Saktya. 2011. Asuhan keperawatan pada burst abdomen.

http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/27/asuhan-keperawatan-

burst-abdomen/. Diakses pada 25 Maret 2014

Br Med J. 1966. Burst Abdomen. British Medical Journal :

www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses pada 26 Maret 2014

Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Kumalasari, Arief Mutaqqin. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba

Medika

Purnawan Junadi, et al. 1992. Kapita Selekta Kedokteran 2nd ed. Media

Aesculapius : FK-UI

Theodore, Schrock. 1999. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC  

57