Upload
luthfi-anandhika
View
252
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
CGK
Citation preview
A. DESKRIPSI UTAMA
Kasus : Terjadinya Tekuk dalam pada Tower A-169 Sutet
Lokasi : Desa Padanaan Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang.
Gambar 1. Peta menuju lokasi(Sumber: http:// maps.google.com )
Berdasarkan hasil penelitian pada daerah tower 169 daerah Sumedang
memiliki gradasi peralihan tanah antara tanah vulkanik dengan tanah lempung
padat sehingga tower 169 berdiri diatas tanah lempung padat. Pada tahun 1987
tower 169 dibangun dengan konstruksi yang sudah lolos uji kelayakan namun
akhir tahun 2011 tower 169 mengalami transelasi kaki tower yang bergeser
beberapa cm dari kedudukannya itu diakibatkan banyak factor namun setelah
melalui uji tanah dengan sondir dan bor coreing memperoleh hasil sesuai
dengan perkiraan yaitu tanah lempung padat. Tower 169 makin lama banyak
mengalami kecacatan diantaranya terjadinya tekuk dalam lateral (buckling)
pada Tower A-169 Sutet karena adanya tanah bergerak (creeping) tanah
sehingga menyebabkan struktur konstruksi tower pada bagian tertentu, tanah
bergerak ini terjadi karena ada gaya mengembang tanah (swelling) pada
bagian lempung bagian dalam yang mendesak struktur karena adanya
pertambahan air kisi. Hal ini mempengaruhi kekuatan struktur rangka tower
tersebut. Tekuk dalam terjadi karena daya desak tanah pada struktur di atasnya
hingga menyebabkan gaya yang berlebihan, hingga tower harus dibantu oleh
seling-seling baja pada tiap sudutnya agar dapat menahan gaya lateral yang
disebabkan oleh tanah yang bergerak. Pondasi bore pile tower tersebut juga
mengalami patah lateral pada kedalaman 3m dari kaki tower yang diakibatkan
gaya desak tanah yang cukup besar.
Gambar 2. Pondasi yang mengalami retak(Sumber: koleksi pribadi)
Gambar 3. Seling-seling baja pada tower(Sumber: koleksi pribadi)
Gambar 4. Contoh tekuk dalam pada tower(Sumber: koleksi pribadi)
B. TEORI YANG MENDUKUNG
Gerakan massa tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian
longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan
bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah
gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam.
Gerakan massa dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Creeping (rayapan tanah), yaitu gerakan massa tanah sepanjang bidang
batas dengan batuan induknya, gerakannya sangat lambat, biasanya terjadi
di area yang sangat luas.
2. Mudflow (aliran lumpur), yaitu gerakan massa yang relatif cair,
gerakannya relatif cepat. Contohnya aliran lahar.
3. Debrisflow (aliran bahan rombakan), yaitu gerakan massa berupa tanah
dan batuan yang relatif kering dan lepas-lepas dan gerakannya relatif
cepat.
4. Rockfall (jatuhan bahan rombakan), yaitu gerakan massa berupa batuan
yang jatuh bebas karena adanya tebing terjal menggatung (hanging cliff),
gerakannya cepat.
5. Debris Fall (Jatuhan bahan rombakan), yaitu gerakan massa berupa tanah
dan batuan yang jatuh bebas karena adanya tebing terjal menggantung,
gerakannya cepat.
6. Rock Slide (luncuran batuan), yaitu gerakan massa berupa batuan yang
meluncur sepanjang bidang rata yang miring misalnya sepanjang bidang
perlapisan batuan yang gerakannya cepat.
7. Debris Slide (luncuran bahan rombakan), yaitu gerakan massa beruoa
tanah dan batuan yang meluncur sepanajng bidang perlapisan batuan,
gerakannya cepat.
8. Slump (nendatan), yaitu gerakan massa biasanya berupa tanah yang relatif
tebal yang bergerak melalui bidang lengkung, gerakannya realtif cepat.
9. Subsidence (amblesan), yaitu gerakan massa tanah dan batuan yang relatif
vertikal, gerakannya bisa lambat dan bisa cepat
CBR (California Bearing Ratio)
CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test
load) dengan beban Standar (Standard Load) dan dinyatakan dalam
persentase. Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar
dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai
CBR sebesar 100% dalam memikul beban
Uji SPT
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke
dalam tanah, disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung
belah sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu
dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi jatuh
0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut
setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai
dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-
tiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT
(dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).
C. FAKTOR PENYEBAB
Kondisi Geologi Hasil pengamatan geologi daerah Desa Padanaan
Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang, didukung juga oleh data dari Google
Earth dan Peta Geologi Lembar Arjawinangun (oleh : Djuri, 1995). Morfologi
daerah Desa Padanaan Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang, bentang
alamnya termasuk katagori satuan perbukitan bergelombang, dicirikan oleh
bentuk medannya, perbukitan dengan pematang sejajar dan kubah pada
ketinggian 100-200 m di atas permukaan laut dengan pola aliran sungai sejajar
kisi dendrit dengan tebing curam. Satuan batuan daerah ini umumnya berumur
tersier - kuarter , satuannya terdiri dari: batuan sedimen Tms; batuan gunung
api Qyu dan Qob (gambar 2). Tataan stratigrafi tanah/batu sekitar Tower A-
169 yaitu : Anggota Batu lempung Formasi Subang (Tms) – Batu lempung
mengandung batu gamping napalan, abu- abu tua, batu gamping setempat
ditemukan sisipan batu pasir glukonit, Breksi Terlipat (Qob) – Breksi gunung
api bersifat andesit, breksi tufat, batupasir kasar, lempung tufan dan grewake.
Adapun sebelum menentukan kecacatan tekuk dalam pada struktur tower
dilakukan pengecekan perhitungan rangka dan uji daya dukung tanah pada
daerah sekitar tower. Berikut hasil dari uji SPT tanah:
Gambar 5. Hasil Bor LOG SPT(Sumber : PT. Listrindo Utama)
Dari hasil pengujian struktur rangka dan uji daya dukung tanah
menyatakan bahwa struktur rangka tersebut pada kondisi aman, namun terjadi
gaya mengembang tanah pada kedalaman 3m sehingga membuat struktur
tersebut menjadi tidak stabil seperti yang direncanakan sebelumnya. Sehingga
didapatkan beberapa pemikiran pengatasan masalah tersebut mulai dari
relokasi tower hingga perbaikan struktur.
D. PENGATASAN MASALAH
Pengatasan masalah yang mungkin dilakukan:
1. Perencanaan struktur pondasi & penahan gerakan tanah dengan
menggunakan pilar yang dibor (Caisson).
Seperti telah dibahas di atas, diketahui bahwa tanah lempung di
permukaan walaupun dalam kondisi kering menjadi amat keras, namun saat
kondisinya basah akibat terendam air, bentuknya berubah menjadi lumpur
dan juga memiliki kecenderungan untuk gaya mengembang tanah
(volumenya membesar), mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada
struktur. Hal ini diakibatkan oleh kandungan montmorillonite yang besar
pada lempung tersebut. Dari hasil penelitian geologi di lapangan, diketahui
bahwa lapisan tersebut setebal kurang lebih 6 meter. Di bawah lapisan
lempung montmorillonite tersebut, dijumpai claystone (batu lempung) yang
padat dan stabil, tidak memiliki kecenderungan mengembang.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka kemudian
direncanakan struktur pondasi Caisson untuk menahan pergerakan tanah
sementara waktu. Mengingat lapisan lempung montmorillonite tidak dapat
diandalkan sebagai tahanan geser, maka pondasi Caisson tersebut harus
ditanam sampai ke dalam lapisan claystone yang kuat dan stabil. Diambil
kedalaman pondasi Caisson sepanjang 10 meter, sehingga pondasi Caisson
tertanam dalam lapisan claystone sedalam 4 meter.
a. Perencanaan Dimensi Kaison
Kapasitas daya dukung pondasi Caisson
Pondasi Caisson terletak di dalam lapisan Claystone yang kuat dan
stabil, sehingga bisa diasumsikan sebagai tanah keras dengan qc > 250
kg/cm2.
Untuk qc = 250 kg/cm2 Su = 1250 kPa
Daya dukung ujung Qp = 9 Su Ap = 9 x 1250 x (0.25 x 3.14 x D2)
Daya dukung selimut Qs diabaikan. Alasannya karena kekuatan lapisan
lempung montmorillonite tidak dapat diandalkan jika kondisinya basah.
Maka didapatkan daya dukung ultimit Qu = Qp + Qs = 8831.25 D2 + 0
= 8831.25 D2
Dengan mengambil faktor keamanan FK = 3 didapatkan :
Qa = Qu / FK = 8831.25 D2 / 3 = 2943.75 D2
Beban yang terdistribusi pada pondasi Caisson tersebut akibat berat
sendiri, beban angin, momen dan lain-lain diperkirakan sebesar P = 5000
kN (500 ton).
Maka diameter pondasi Caisson yang dibutuhkan adalah sebesar :
P = 5000 kN Qa = 2943.75 D2
D2 ≥ 5000 / 1766.25 = 1.7
D ≥ 1.30 meter
Kapasitas struktural pondasi Caisson
Mutu beton K-225 atau setara f’c = 20 Mpa
P / A ijin tekan beton
5000 / (0.25 x 3.14 x 1.32) 20000 kPa
3768.89 kPa 20000 kPa OK (memenuhi syarat kekuatan
struktural)
Periksa keruntuhan tanah potensial dari “penekanan”
Dari uji laboratorium 9 didapat basah = 2,233 kN/m3 dan ’ = 1,56
kN/m3 untuk panjang sumuran seluruhnya.
Sehingga nilai keruntuhan tanah potensial dapat diketahui
Pada kedalaman 5m : po’ = 5(’) = 5 (1,56) = 7,8 kPa
Su = 5,44, menghasilkan = = 1,43 6
Pada kedalaman 10m : po’ = 10(’) = 10 (1,56) = 15,6 kPa
Su = 5,44, menghasilkan = = 2,87 6
Tampaknya keruntuhan tanah akibat dari penekanan tidak akan menjadi
masalah.
Periksa pemendekan aksial. Besaran sumuran rata-rata P adalah:
Ujung pilar bor dianggap mendukung semua beban, sehingga:
P =
= 4975 kN
Ec = 4700
= 4700 (20) = 21019 Mpa = 21019000 kPa
Pemendekan aksial
Hs = = (4975 x 10) / (1.32 x 21019000) = 1.79 mm
Ringkasnya kita bisa memakai,:
Diameter pilar bor sebesar 1,3 m
Mutu beton, f’c = 20 Mpa (beton K-225)
Keliling sumuran, p’ = D = 4.082 m
Panjang sumuran efektif = 10 m
Luas sumuran, A = 0,7854 (1,22) = 1,32 m2
Sehingga As = 1% A = 13266.5 mm2 (dipakai 27 25 – 17cm)
Ulasan :
1. Sumuran ini adalah sebuah sumuran yang sangat besar, begitu juga
dengan beban sumurannya.
2. Panjang pilar bor harus mencapai lapisan batuan lempung.
3. Penekanan atau tanah runtuh tidak menjadi masalah.
Gambar 6. Sketsa profil melintang tower(Sumber : PT. Listrindo Utama)
Gambar 7. Denah tower
(Sumber : PT. Listrindo Utama)
Gambar 8. Sketsa arah gerak tanah
(Sumber : PT. Listrindo Utama)
Gambar 9. Detail pondasi sumuran
(Sumber : PT. Listrindo Utama)
E. KESIMPULAN
Dari hasil analisa kelompok kami diperoleh penyelesain masalah
berupa pembuatan Caisson-caisson pada daerah tower untuk memecah gaya
gaya mengembang tanah tanah yang terjadi di sekitar tower, namun terdapat
kendala pada penyelesaian tersebut yaitu, konstruksi Caisson yang cukup
rumit dan memakan biaya tinggi sehingga penyelesaian tersebut dapat
dipikirkan kembali kelayakannya jika akan dilaksanakan.
Faktor - faktor penyebab cacat dan gagal konstruksi adalah kesalahan
perencanaan, kesalahan pelaksanaan atau kesalahan pengawasan dan kondisi
lingkungan yang agresif.
F. LAMPIRAN
MAKALAH CACAT KONSTRUKSI
KERUSAKAN STRUKTUR PADA TOWER A-169
SUTET AKIBAT TANAH BERGERAK
Dosen Pengampu : Ir. Sumardjito, M.T.
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Cacat dan Gagal Konstruksi
Disusun oleh:
1. Luthfi Anandhika (13505241074)
2. Jodi Dwi Pratonggo (13505241070)
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
REVISI
Judul diperbaiki/
Pada kasus menghindari istilah2 asing
Foto contoh yang sesuai dengan kasus
Sumber hasil pengujian dimasukkan
Foto kasus disertakan pada makalah
Faktor2 penyebab yang CGK yang dari dosen