31
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (1,2,3,4) Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Biasanya seseorang buta warna akan merasa penglihatannya telah betul. Adalah sangat tepat bila seseorang dengan buta warna disebut sebagai cacat atau lemah warna, karena seseorang dengan buta warna masih dapat mengenal warna. Cacat penglihatan yang paling dikenal adalah buta warna bawaan (kongenital). Cacat penglihatan warna dapat juga didapatkan, yang kadang- kadang merupakan gejala dini kerusakan mata. Gangguan penglihatan mata herediter, seperti buta warna mempengaruhi sejumlah signifikan orang, proporsi yang pasti jumlahnya bervariasi. Di Australia yang terjadi pada 8% laki-laki dan 0,4% wanita. Komunitas yang terisolasi dengan populasi gen yang terbatas, biasanya memiliki prevalensi yang cukup tinggi, contohnya di pedesaan Finlandia, Hongaria, dan Skotlandia. Di Amerika serikat sekitar 7% dari populasi laki-laki, atau sekitar

Makalah Colour Blindness

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a journal about colour blindness

Citation preview

Page 1: Makalah Colour Blindness

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang(1,2,3,4)

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Biasanya

seseorang buta warna akan merasa penglihatannya telah betul. Adalah sangat tepat

bila seseorang dengan buta warna disebut sebagai cacat atau lemah warna, karena

seseorang dengan buta warna masih dapat mengenal warna. Cacat penglihatan yang

paling dikenal adalah buta warna bawaan (kongenital). Cacat penglihatan warna dapat

juga didapatkan, yang kadang-kadang merupakan gejala dini kerusakan mata.

Gangguan penglihatan mata herediter, seperti buta warna mempengaruhi

sejumlah signifikan orang, proporsi yang pasti jumlahnya bervariasi. Di Australia

yang terjadi pada 8% laki-laki dan 0,4% wanita. Komunitas yang terisolasi dengan

populasi gen yang terbatas, biasanya memiliki prevalensi yang cukup tinggi,

contohnya di pedesaan Finlandia, Hongaria, dan Skotlandia. Di Amerika serikat

sekitar 7% dari populasi laki-laki, atau sekitar 10,5 juta laki-laki dan 0,4% populasi

wanita tidak bisa membedakan antar warna merah dan hijau. Jarang dilaporkan laki-

laki ataupun wanita mengalami buta warna biru.

Sebagian besar kasus buta warna ditemukan pada kaum pria, dengan persentase

mencapai 7-10%, sementara pada wanita yang ditemukan kurang dari 1%. Penyakit

ini terjadi secara alami dan biasanya terjadi karena faktor keturunan. Dari sisi genetis,

buta warna terjadi karena mutasi genetis pada kromosom-X. Pria hanya memiliki satu

kromosom-X, sehingga bila satu kromosom ini mengalami mutasi, maka dia akan

menjadi penderita buta warna. Di sisi lain, wanita memiliki lebih dari satu

Page 2: Makalah Colour Blindness

2

kromosom-X, sehingga bila satu kromosom mengalami mutasi, kromosom yang lain

dapat mengatasi masalah yang terjadi. Karena hal inilah, kasus buta warna lebih

banyak ditemukan pada pria, seperti telah disampaikan di atas.

Buta warna mengakibatkan penderitanya berkemungkinan mengalami kesulitan

dalam berbagai hal, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam lingkup

lingkungan yang lebih khusus. Hal tersebut dikarenakan dalam kehidupan seringkali

warna diasosiasikan dengan hal tertentu atau difungsikan sebagai penanda. Sebagai

contoh, digunakannya warna sebagai penanda dalam rambu-rambu lalu lintas, lampu

lalu lintas, penanda blok pada suatu lokasi, dan lain-lain.

Dalam lingkup yang lebih khusus, warna digunakan sebagai penanda untuk bahan

kimia tertentu, penanda dalam komponen elektronik, dan lain sebagainya.

Kekurangan berupa buta warna tersebut akan menghambat seseorang dalam

kehidupannya. Berawal dari hal inilah, dirancang sebuah sistem bantuan untuk

penderita buta warna menggunakan teknologi perangkat embedded dan augmented

reality untuk memberikan informasi warna dengan interaktif.

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penderita buta warna.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan

klinik senior Departemen Neurologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik Medan dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai penderita

buta warna.

Page 3: Makalah Colour Blindness

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi(5)

Defek penglihatan warna atau yang lebih dikenal dengan buta warna adalah

gangguan penglihatan warna, ketidakmampuan untuk membedakan warna yang orang

normal mampu untuk membedakannya. Seseorang dapat melihat normal apabila

fungsi organ mata (makula dan saraf optik) normal, terdapat cukup cahaya yang

dipantulkan ke mata dan sistem penghantaran impuls melalui saraf normal..

2.2 Klasifikasi(6)

2.2.1 Monochromacy

Monochromacy adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah sel

pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Monochromacy ada

dua jenis, yaitu rod monochromacy dan cone monochromacy .

a. Rod monochromacy (typical) adalah jenis buta warna yang sangat jarang

terjadi, yaitu ketidakmampuan dalam membedakan warna sebagai akibat dari

tidak berfungsinya semua cones retina. Penderita rod monochromacy tidak

dapat membedakan warna sehingga yang terlihat hanya hitam, putih dan abu-

abu.

Page 4: Makalah Colour Blindness

4

b. Cone monochromacy (atypical) adalah tipe monochromacy yang sangat

jarang terjdi yang disebabkan oleh tidak berfungsinya dua sel cones. Penderita

cone monochromacy masih dapat melihat warna tertentu, karena masih

memiliki satu sel cones yang berfungsi

2.2.2 Dichromacy

Dichromacy adalah jenis buta warna dimana salah satu dari tiga sel cone tidak

ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada

cone, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan

penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga

bagian berdasarkan sel pigmen yang rusak.

a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak

adanya photoreseptor retina merah . Pada penderita protanopia, penglihatan

terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1% dari

seluruh pria. Protanopia juga dikenal dengan buta warna merah-hijau seperti

terlihat pada gambar 1.

Page 5: Makalah Colour Blindness

5

Gambar 1. Perubahan sensitivitas panjang gelombang warna merah

b. Deutanopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan

tidak

adanya photoreseptor retina hijau. Hal inimenimbulkan kesulitan dalam

membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).

Seperti terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Perubahan sensitivitas panjang gelombang warna hijau

Page 6: Makalah Colour Blindness

6

c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength

cone . Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam

membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tampak. Tritanopia

disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang

sangat jarang dijumpai.

2.2.3. Anomalous trichromacy

Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat

disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa.

Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel cones yang lengkap,

namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga

sel reseptor warna tersebut.

a. Protanomaly adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi

kelainanterhadap long-wavelength (red) pigment, sehingga menyebabkan

rendahnya sensitifitas terhadap cahaya merah. Artinya penderita protanomaly

tidak akan mampu membedakan warna dan melihat campuran warna yang

dapat dilihat oleh mata normal.

Page 7: Makalah Colour Blindness

7

Gambar 3. Pergeseran panjang gelombang warna merah

Penderita juga akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna

spectrum merah. Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan

warna merah dan hitam.

b. Deuteranomaly disebabkan oleh kelainan pada bentuk pigmen middle-

wavelength

(green). Sama halnya dengan protanomaly, deuteranomaly tidak mampu

melihat perbedaan kecil pada nilai hue dalam area spektrum untuk warna

merah, orange, kuning, dan hijau. Penderita salah dalam menafsirkan hue

dalam region warna tersebut karena hue-nya lebih mendekati warna merah..

Perbedaan antara keduanya yaitu penderita deuteranomaly tidak memiliki

masalah dalam hilangnya penglihatan terhadap kecerahan (brigthness).

Seperti terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Pergeseran panjang gelombang warna hijau

Page 8: Makalah Colour Blindness

8

a. Tritanomaly adalah tipe anomalous trichromacy yang sangat jarang

terjadi,baik pada pria maupun wanita. Pada tritanomaly, kelainan

terdapat pada shortwavelength pigment (blue). Pigmen biru ini

bergeser ke area hijau dari spektrum warna. Tidak seperti protanomaly

dan deuteranomaly, tritanomaly diwariskan oleh kromosom 7. Inilah

alasan mengapa penderita tritanomaly sangat jarang ditemui.

2.3. Etiopatogenesis Defek Penglihatan Warna(7)

Banyak tipe dari buta warna, tipe yang paling sering adalah buta warna

merah-hijau yang bersifat herediter/genetik karena kerusakan pada photoreseptor oleh

karena kehilangan gen pembentuk pigmen warna atau gen tersebut gagal bekerja.

Seseorang tidak mampu membedakan warna ketika kehilangan gen ini yang bisa saja

terjadi pada salah satu kelompok pigmen sel kerucut (warna hijau, kuning, oranye dan

merah), warna – warna ini memiliki panjang gelombang antara 525–675 nanometer

bisa dibedakan apabila memiliki pigmen warna merah dan hijau, ketika salah satunya

hilang, orang ini tidak akan dapat membedakan keempat warna tersebut.

Pada laki-laki, gen yang membentuk protein opsin yang bergabung dengan

retinol dalam penentuan pigmen warna biru berada pada kromosom 3, sedangkan gen

penentu untuk pigmen merah hijau terletak pada lengan panjang kromosom X . Pada

penglihatan warna normal pada kromosom X banyak ditemukan gen yang terkait

dengan pigmen warna, oleh karena itu jarang ditemukan penderita perempuan, karena

paling tidak satu dari dua kromosom X nya merupakan gen normal untuk masing-

masing sel kerucut. Buta warna yang didapat bisa karena pengaruh dari kerusakan

retina, saraf optik, dan daerah otak bagian atas (cranial) karena daerah otak bagian

atas memiliki peran dalam identifikasi warna yang meliputi “parvocellular pathway”

dari nuklei lateral geniculate dari talamus, visual area V4 dari korteks penglihatan.

Buta warna yang didapat tidak sama dengan buta warna karena pengaruh genetik.

Page 9: Makalah Colour Blindness

9

Misalnya sangat mungkin mengalami buta warna pada satu porsi dari daerah

penglihatan warna namun daerah lainnya berfungsi normal.

Penurunan penglihatan warna merupakan indikator sensitif untuk beberapa

bentuk dari kelainan makula yang didapat atau penyakit saraf , seperti pada optik

neuritis atau tekanan saraf optik oleh karena adanya massa, kelainan penglihatan

warna lebih awal muncul dibanding penurunan tajam penglihatan. Usia juga

berpengaruh terhadap kejadian buta warna, kejadian buta warna meningkat pada

penderita alzheimer.Tidak ada pengaruh neuroendokrin pada kelainan buta warna ini.

Jenis yang berbeda dari buta warna yang diturunkan terjadi oleh karena kehilangan

fungsi sistem sel kerucut secara parsial atau komplit. Ketika satu sistem sel kerucut

yang terkena, akan terjadi buta warna dichromacy. Bentuk yang paling sering dari

buta warna terjadi oleh karena masalah pada sistem sel kerucut yang sensitif terhadap

gelombang cahaya sedang dan panjang sehingga nantinya sulit untuk membedakan

warna merah, kuning, hijau. Kelainan ini disebut buta warna merah-hijau. Bentuk

buta warna yang lainnya jarang ditemukan, dan bentuk yang paling jarang terjadi

adalah buta warna komplit atau buta warna monochromacy, dimana seseorang tidak

bisa membedakan warna dari warna abu-abu, serperti yang terlihat dalam siaran

televisi hitam putih.

Penyakit genetik buta warna merah-hijau lebih banyak menyerang laki-laki

dibandingkan perempuan, karena gen yamg mengkodekan pigmen merah dan hijau

berada pada lengan panjang kromosom X, dimana laki-laki hanya punya satu dan

wanita memiliki dua (XX). Wanita yang memiliki genotipe 46 XX akan menjadi buta

warna, apabila kedua kromosom X mengalami kelainan, sedangkan pada laki-laki 46

XY, akan terjadi buta warna bila satu kromosom X nya mengalami kelainan. Gen

yang mengkode pigmen merah-hijau diturunkan dari laki-laki yang buta warna

kepada semua anak perempuan mereka yang heterozigot carrier , dan wanita carrier

berkesempatan menurunkan sifat buta warna 50% kepada anak laki-laki mereka. Jika

Page 10: Makalah Colour Blindness

10

seorang laki-laki buta warna menikah dengan wanita carrier buta warna, anak

perempuan mereka kemungkinan akan lahir dengan buta warna.

2.4. Diagnosis(8)

Buta warna dapat dites dengan tes Ishihara, dimana lingkaran lingkaran

berwarna yang beberapa diantaranya dirancang agar ada tulisan tertentu yang hanya

dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna. Macam-macam plat

ini dirancang untuk menyediakan sebuah test yang memberikan sebuah penilaian

yang cepat dan akurat mengenai buta warna bawaan. Dan ini adalah beberapa bentuk

sederhana dari gangguan penglihatan warna. Cara melakukan test buta warna untuk

kelainan ini adalah dengan membedakan macam-macam plat ini. Plat-plat yang ada di

alat test kebutaan warna Ishihara membentuk sebuah metode yang mudah dalam

mendiagnosa untuk kasus-kasus gangguan peglihatan merah-hijau. Salah satu

kelainan dari gangguan penglihatan warna merah-hijau adalah warna biru dan kuning

yang muncul lebih jelas dibandingkan dengan warna merah-hijau. Tapi ada juga

beberapa kelompok orangyang sangat jarang yang menderita buta warna total dan

tidak bisa membedakan variasi warna sama sekali. Biasanya, itu disertai dengan

kerusakan pusat penglihatan.

Isi Materi Ishihara dengan 38 macam Plat

Terdapat 38 macam plat dalam alat test kebutaan warna Ishihara, yaitu :

Plat No. 1 :

Orang normal dan mereka yang buta warna sama-sama akan terbaca 12. Plat nomer 1

terlihat pada gambar 2

Page 11: Makalah Colour Blindness

11

Gambar 2. Plat nomer 1

Plat No. 2-5 :

Orang normal akan membacanya 8 (No.2), 6 (No.3), 29 (No.4), dan 57 (No.5).

Mereka yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan membacanya 3

(No.2), 5(No.3), 70 (No.4) dan 35 (No.5). Mereka yang buta warna tidak bisa

membaca nomer apapun. Plat nomer 2, 3, 4 dan 5 terlihat pada gambar 3, 4, 5, 6.

Gambar 3. Plat no. 2.

Gambar 4. Plat no. 3

Gambar 5. Plat no. 4

Gambar 6. Plat no. 5

Plat No. 6-9 :

Page 12: Makalah Colour Blindness

12

Orang normal akan membacanya 5(No.6), 3 (No.7), 15 (No.8) dan 74 (No.9). Mereka

yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan membacanya 2 (No.6),

5(No.7), 17 (No.8) dan 21 (No.9). Mereka yang buta warna tidak bisa membaca

nomer apapun. Plat nomer 6, 7, 8 dan 9 terlihat pada gambar 7, 8, 9 dan 10

Gambar 7. Plat no. 6 Gambar 8. Plat no. 7

Gambar 9. Plat no. 8 Gambar 10.Plat no. 9

Plat No.10-13:

Orang normal akan membacanya 2(No.10), 6 (No.11), 97 (No.12) dan 45 (No.13).

Sebagian besar orang yang menderita gangguan penglihatan warna tidak bisa

membaca satu nomer pun dan walaupun bias dibaca, jawabannya salah. Plat nomer

10, 11, 12 dan 13 terlihat pada gambar 11, 12, 13 dan14.

Page 13: Makalah Colour Blindness

13

Gambar 11.Plat no.10 Gambar 12.Plat no. 11

Gambar 13. Plat no. 12 Gambar 14. Plat no. 13

Plat No.14-17 :

Orang normal akan membacanya 5(No.14), 7 (No.15), 16 (No.16) dan 73(No.17).

Sebagian besar orang dengan gangguan penglihatan warna tidak bias membaca satu

nomer pun dan walaupun bias dibaca, jawabannya salah. Plat nomer 14, 15, 16 dan

17 terlihat pada gambar 15, 16, 17 dan 18.

Gambar 15. Plat no. 14 Gambar 16. Plat no. 15

Page 14: Makalah Colour Blindness

14

Gambar 17. Plat no. 16 Gambar 18. Plat no. 17

Plat No.18-21:

Sebagian besar orang yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan

membacanya 5 (No.18), 2 (No.19), 45 (No.20) dan 73 (No.21). Sebagian besar orang

normal dan buta warna tidak bisa membacanya sama sekali. Plat nomer 18, 19. 20

dan 21 terlihat pada gambar 19, 20, 21 dan 22.

Gambar 19. Plat no. 18 Gambar 20. Plat no. 19

Gambar 21. Plat no. 20 Gambar 22. Plat no. 21

Plat No.22-25:

Page 15: Makalah Colour Blindness

15

Orang normal akan membacanya 26(No.22), 42 (No.23), 35 (No.24) dan 96(No.25).

Untuk kasus protanopia dan protanomalia yang parah hanya 6 (No.22), 2(No.23), 5

(No.24) dan 6 (No.25) yang terbaca dan untuk kasus protanomalia yang ringan, kedua

nomer-nomer di tiap plat terbaca tapihanya nomer 6 (No.22), 2 (No.23), 5 (No.24)

dan 6 (No.25) yang paling jelas dari nomer lain. Untuk kasus deuteranomalia hanya

nomer 2 (No.22), 4 (No.23), 3 (No.24) dan 9(No.25) yang terbaca. Dan untuk kasus

deuteranomalia yang ringan, kedua nomer di tiap plat terbaca tapi hanya nomer 2

(No.22), 4 (No.23), 3(No.24) dan 9 (No.25) yang terlihat paling jelas dari nomer

lainnya. Plat nomer 22, 23, 24 dan 25 terlihat pada gambar 23, 24, 25 dan 26.

Gambar 23. Plat no. 22 Gambar 24. Plat no. 24

Gambar 25. Plat no. 23 Gambar 26. Plat no. 25

Plat No.26 & 27 :

Page 16: Makalah Colour Blindness

16

Dalam menemukan lilitan garis–garis antara dua x, orang normal akan mengikuti

garis ungu dan merah. Penderita protanopia dan protanomalia yang parah hanya garis

ungu yang ditemukan, dan untuk kasus protanomalia yang ringan, kedua garis dapat

ditemukan, namun garis ungu lebih mudah untuk diikuti. Untuk kasus deuteranopia

dan deuteranomalia yang parah hanya garis merah yang ditemukan, dan untuk

deuteranomalia yang ringan kedua garis dapat ditemukan, namun garis merah lebih

mudah diikuti. Plat nomer 26 dan 27 terlihat pada gambar 27 dan 28.

Gambar 27. Plat no. 26 Gambar 28. Plat no. 27

Plat No.28 & 29 :

Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, sebagian besar dari penderita gangguan

panglihatan merah-hijau akan mengikuti garis. Tapi sebagian besar orang normal dan

buta warna tidak bisa mengikuti garisnya. Plat nomer 28 dan 29 terlihat pada gambar

28 dan 29 .

Gambar 28. Plat no. 28 Gambar 29. Plat no. 29

Page 17: Makalah Colour Blindness

17

Plat No.30 & 31 :

Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal menemukan garis hijau

Kebiru-biruan, tapi sebagian besar orang dengan gangguan penglihatan warna tidak

bisa mengikuti garis atau mengikuti garis tapi berbeda garis dengan yang normal. Plat

nomer 30 dan 31 terlihat pada gambar 30 dan 31.

Gambar 30. Plat no. 30 Gambar 31. Plat no. 31

Plat No.32 & 33 :

Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal akan menemukan garis

orange, tapi sebagian besar penderita gangguan penglihatan warna tidak bisa

mengikuti garis atau mengikuti garis tapi berbeda garis dengan yang normal. Plat

nomer 32 dan 33 terlihat pada gambar 32 dan 33.

Page 18: Makalah Colour Blindness

18

Gambar 32. Plat no. 32 Gambar 33. Plat no. 33

Plat No 34 & 35 :

Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal akan menemukan garis

yang menghubungkan warna hijau kebiru-biruan dan hijau kekuningkuningan dan

penderita gangguan penglihatan merahhijau menemukan garis yang menghubungkan

warna hijau kebirubiruan dengan ungu, dan orang buta warna tidak bisa menemukan

garis. Plat nomer 34 dan 35 terlihat pada gambar 34

dan 35.

Gambar 34. Plat no. 34 Gambar 35. Plat no. 35

Plat No.36 & 37 :

Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal akan menemukan garis

yang menghubungkan warna ungu dan orange, dan penderita gangguan penglihatan

merah-hijau menemukan garis yang menghubungkan warna ungu dan hijau kebiru-

Page 19: Makalah Colour Blindness

19

biruan dan orang buta warna tidak bisa menemukan garis. Plat nomer 36 dan 37

terlihat pada gambar 36 dan 37.

Gambar 36. Plat no. 36 Gambar 37. Plat no. 37

Plat No. 38 :

Dalam menemukan lilitan garis antara dua x, orang normal dan penderita gangguan

penglihatan warna mampu menemukan garisnya. Plat nomer 38 terlihat pada gambar

38

Gambar 38. Plat no. 38

2.5. Komplikasi(3,4)

Buta warna mengakibatkan penderitanya berkemungkinan mengalami

kesulitan dalam berbagai hal, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam

lingkup lingkungan yang lebih khusus. Hal tersebut dikarenakan dalam kehidupan

Page 20: Makalah Colour Blindness

20

seringkali warna diasosiasikan dengan hal tertentu atau difungsikan sebagai penanda.

Sebagai contoh, digunakannya warna sebagai penanda dalam rambu-rambu lalu

lintas, lampu lalu lintas, penanda blok pada suatu lokasi, dan lain-lain.

Dalam lingkup yang lebih khusus, warna digunakan sebagai penanda untuk

bahan kimia tertentu, penanda dalam komponen elektronik, dan lain sebagainya.

Kekurangan berupa buta warna tersebut akan menghambat seseorang dalam

kehidupannya. Berawal dari hal inilah, dirancang sebuah sistem bantuan untuk

penderita buta warna menggunakan teknologi perangkat embedded dan augmented

reality untuk memberikan informasi warna dengan interaktif.

BAB 3

KESIMPULAN

Penyebab buta warna ada beberapa hal salah satunya adalah karena kelainan

warisan. Karena gen untuk pigmen visual merah dan hijau terdapat pada kromosom

X, buta warna merah atau hijau umumnya terjadi pada laki-laki. Tidak seperti wanita,

laki-laki hanya memiliki satu kromosom X sehingga tidak ada salinan cadangan yang

bisa mengganti gen cacat yang sesuai. Seorang wanita harus memiliki cacat pada

kedua-kromosom X agar menjadi buta warna merah atau hijau. Bila hal itu terjadi,

anak laki-lakinya juga pasti buta warna, karena dia mewarisi kromosom X dari

ibunya. Selain karena keturunan, bentuk buta warna yang ringan juga disebabkan oleh

mutasi gen opsin pada kromosom X.

  Memperkerjakan seseorang dengan buta warna pada perkerjaan tertentu

sering tidak memberikan kesulitan nyata akan tetapi dapat menyulitkan teman

sekerjanya dan tidak jarang banyak menita waktu kerja,yang tentu di pandang dari

segi hasil guna akan merugikan perusahaan.Terdapat beberapa aspek buta warna yang

akan mengakibatkan gangguan pada kegiatan tertentu di tempat tertentu.

Page 21: Makalah Colour Blindness

21

Pemerikasaan buta warna di perlukan untuk mengetahui adanya kelainan cacat

penglihatan warna bawaan atau di dapat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2008. Edisi ketiga. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit

FK UI

2. Snell, Richard., 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6.

Jakarta: EGC

3. Poret, S., Jony, R. D., & Gregori, S. (2009). Image Processing for Colour

Blindness Correction. Science and Technology for Humanity, 2009 IEEE

4. Daniel Flück: 15 Tools If You Are (Not) Colorblind.

http://www.colblindor.com/2008/12/23/15-tools-color-blindness/ diakses pada

10 Mei 2014

5. Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Edisi 9. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 804-805

6. Sofiar Agusta, Tony Mulia, M. Sidik. Instrumen Pengujian Buta Warna

Otomatis. JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO 2012; 3(1): 16-17.

Page 22: Makalah Colour Blindness

22

7. Vaughan, G. Daniel dan Taylor Asbury. 2000. Oftalmologi Umum. Edisi ke-

14. Jakarta: Widya Medika

8. Hari Murti, Rina Candra Noor Santi. Aplikasi Pendiagnosa Kebutaan Warna

dengan Menggunakan Pemrograman Borland Delphi.Jurnal Teknologi

Informasi DINAMIK 2012; 16(2): 162-164.