21
BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keungan Publik dalam Islam untuk mencapai falah yang maksimum,tidak seluruh seluruh aktivitas ekonomi bisa diserahkan kepada mekanisme pasar. Barang dan jasa apakah yang perlu disediakan oleh pemerintah atau masyarakat,dari mana sumber dana yang digunakan untuk penyediaan barang dan jasa tersebut, bagaimana alokasi dan distribusi barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah atau masyarakat tersebut , apakah kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa barang dan jasa layak disediakan oleh pemerintah atau masyarakat. Oleh karena itu, dalam tahap awal perlu dikaji bagaimana Keuangan Publik dipraktikan o;eh Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya,prinsip-prinsip apakah yang bisa disarikan dari sunnah Rasul Saw. Dan sahabatnya dan bagaimana implementasi keuangan publik Islam pada masa kekinian.Beberapa instrumen keuangan publik Islam yang terbangun sejak awal. II. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan tentang sejarah keuangan publik Islam 2. Menjelaskan tentang karakteristik keuangan publik 3. Menjelaskan tentang Instrumen Pembiayaan Publik III. Tujuan 1

MAKALAH ekonomi islam.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1PENDAHULUANI. Latar BelakangKeungan Publik dalam Islam untuk mencapai falah yang maksimum,tidak seluruh seluruh aktivitas ekonomi bisa diserahkan kepada mekanisme pasar. Barang dan jasa apakah yang perlu disediakan oleh pemerintah atau masyarakat,dari mana sumber dana yang digunakan untuk penyediaan barang dan jasa tersebut, bagaimana alokasi dan distribusi barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah atau masyarakat tersebut , apakah kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa barang dan jasa layak disediakan oleh pemerintah atau masyarakat. Oleh karena itu, dalam tahap awal perlu dikaji bagaimana Keuangan Publik dipraktikan o;eh Rasulullah Saw. Dan para sahabatnya,prinsip-prinsip apakah yang bisa disarikan dari sunnah Rasul Saw. Dan sahabatnya dan bagaimana implementasi keuangan publik Islam pada masa kekinian.Beberapa instrumen keuangan publik Islam yang terbangun sejak awal.

II. Rumusan Masalah1. Menjelaskan tentang sejarah keuangan publik Islam2. Menjelaskan tentang karakteristik keuangan publik3. Menjelaskan tentang Instrumen Pembiayaan Publik

III. TujuanAgar para pembaca mengetahui sejarah keuangan publik dalam Islam pada masa Rasulullah Saw, memahami tentang karakteristik keuangan publik dan Instrumen pembiayaan publik.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Sejarah Keuangan Publik Islam1. Keuangan Publik pada masa Rasulullah Saw.Untuk memahami sejarah keuangan publik pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin, dapat dilihat dari praktik dan kebajikan yang diterapkan oleh beliau dan para sahabat. Selama tiga belas tahundi Makkah, beliau hijrah ke Madinah kota tersebut dalam keadaan kacau,belum mempunyai pemimpin. Terdapat banyak suku Salah satunya adalah suku Yahudi.SukuYahudi adalah suku yang terkaya dan terkuat di kota tersebut, tapi perekonomiannya masih lemah dan hanya ditopang dari hasil pertanian. Oleh karena itu tidak ada hukum atau aturan, maka sistem sistem pajak dan fisikal tidakberlaku.Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah dalam waktu yang singkat kota tersebut mengalami kemajuan yang pesat. Rasulullah berhasil memimpin seluruh pusat pemerintahan Madinah, menerapkan prinsip-prinsip dalam pemerintahan dan organisasi,membangun institusi-institusi mengarahkan urusan luar negri. Dua hal yang dijalani dan diubah oleh Rasulullah padawaktu itu adalah: Pertama: bahwa lslam telah membuang sebagian tradisi, ritual, norma-n0rma, nilai-nilai, tanda-tanda, dan patung-patung dari masa lampau dan memulai yang baru dengan negara yang bersih. Semua peraturan dan deregulasi disusun berdasarkan Al-Quran, dengan memasukkan karakteristik dasar Islam. Kedua: negara baru dibentuk tanpa menggunakan sumber keuangan ataupun moneter karena negara yang baru terbentuk ini sama sekali tidak diwarisi harta, dana, maupun persediaan dari masalampaunya. Sementara sumber keuangan pun belum ada. a. Sumber Utama Keuangan Negara Pada masa awal pemerintahan kota madinah,pendapatan dan pengeluaran hampir tidak ada. Rasulullah sendiri sebagai kepala negara,pemimpin dibidang hukum, pemimpin dan penanggung jawab dari keseluruhan administrasi tidak mendapat gaji sedikit pundari negara atau masyarakat,kecuali hadiah kecil yang umummya berupa bahan makanan.Situasi berubah setelah turunya surat Al-Anfal (rampasan perang). Waktu turunya surat ini adalah masa antara perang badr dan pembagian rampasan perang. Pada tahun kedua setelah hijrah, sedekah fitrah diwajibkan. Diwajibkan setiap bulan Ramadhan,semua zakat adalah sedekah , sedangkan sedekah wajib disebut zakat. Sampai tahun keempat Hijrah pendapatan sumber dayanegara masih sangat kecil.Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh orang non-muslim khususnya ahli kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, harta atau kekayaan, ibadah, bebas dari nilai-nilai dan tidak wajib militer.Kharaj atau pajak tanah dipungut dari non-Muslim ketika khaibar ditaklukkan. Tananhnya diambil oleh orang muslim dan pemilik lamanya menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan bersedian memberikan sebagian hasil produksi kepada negara. Jumlah kharaj dari tanah ini tetap yaitu setengah dari hasil produksi. Kharaj ini menjadi menjadi sumber pendapatan yang penting.Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar hanya sekali dalam setahun danhanya brlaku terhadap barang yang nilainya lebih dari 200 dirham.Ushr dan zakat merupakan pendapatan yang paling utama bagi negara pada masa Rasulullah. Ushr dan Zakat merupakan kewajiban agama dan termasuk salah satu pilar Islam. Pada masa Rasulullah zakat dikenakan pada hal-hal berikut.1) Benda logam yang terbuat dari emas dan perak, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk lainnya.2) Binatang ternak: Unta, sapi, domba, kambing. 3) Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan.4) Hasil pertanian termasuk buah-buahan.5) Luqatah, harta benda yang ditinggalkan musuh.6) Barang temuan.Pencatatan seluruh penerimaan negara pada masa Rasulullah tidak ada. Dalam kebanyakan kasus pencatatan diserahkan pafa pengumpul zakat, setiap orang pada umumnya terlatih dalam masalah pengumpulan zakat.

b. Sumber Sekunder Keuangan Negara Disamping sumber-sumber pendapatan primer yang digunakan sebagai penerimaan fiskal pemerintahan pada masa Rasulullah Saw. Ada sumber pendapatan sekunder, diantaranya sebagai berikut.1) Uang tebusan untuk para tawanan perang. Pada Hunain, enam ribu tawanan dibebaskan tanpa uang tebusan.2) Pinjaman-pinjaman (setelah penaklukan kota makkah) untuk pembayaran uang pembebasan kaum muslimin dari Judhaima atau sebelumpertempuran Hawazin.3) Khumus atas rikas harta karun temuan pada periode sebelum Islam.4) Amwal fadhla (berasal dari harta benda kaum Muslimin yang meninggal tanpa waris atau berasal dari barang-barang seorang yang meninggalkan negerinya).5) Wakaf, harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam yang disebabkan karena Allah dan pendapatannya akan didepositkan di baitul maal.6) Zakat fitrah.7) Bentuk lain sedekah seperti qurban dan kaffarat.

c. Lembaga Keuangan Negara: Baitul MaalSemasa Rasulullah masih hidup,Masjid Nabawi digunakan sebagai kantir pusat negara sekaligus sebagai tempat tinggalnya dan Baitul Maal. Pemasukkan yang sangat sedikit yang diterima negara disimpan dimasjid dalam jangka waktu yang pendek, kemudian didistribusikan kepada masyarakat tanpa ada sisa. Pada perkembangan selanjutnya institusi ini memainkan peran aktif dalam badang keuangan dan administrasi pada awal periode Islam terutama pada masa kepemimpinan Khulafaurrasyiddin.

2. Keuangan Publik Pada Masa Khulafaurrasyiddina. Masa Kekhalifahan Abu Bakar SiddiqAbu Bakar Siddiq terpilih menjadi khalifah dalamkeadan miskin. Selama sekitar 27 bulan dimasa kepemimpinannya beliau telah banyak menangani masalah murtad, cukai, dan orang-orang yang menolak zakat. Zakat selalu didistribusikan setiap periode dengan tanpa sisa. Sistem pendistribusian ini tetap dilanjutkan,bahkan hingga beliau wafat hanya tersisa satu dirham yang tersisa dalam perbendaharaan keuangan. Sumber pendanaan yang semakin menipis,menjelang mendekati wafatnya menyebabkan kekayaan pribadinya dipergunakan untuk pembiayaan negara.b. Masa Kekhalifahan Umar bin Khatab Al-FaruqiAda beberapa halpenting yang perlu dicatat berkaitan dengan masalah kebijakan keuangan negara pada masa khalifah Umar.1) Baitul Maal2) Kepemilikan Tanah3) Zakat dan Ushr4) Sedekah untuk non-Muslim5) Mata Uang6) Klasifikasi Keuangan negara7) Pengeluaran

B. Karakteristik Keuangan Publik1. Pandangan Ahli Fiqh terhadap Zakat dan PajakZakat merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang Islam yang telah memenuhi kriteria tertentu. Dalam Al-Quran terdapat 32 kata zakat dan 82 kali diulang dengan menggunakan istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat, yaitu kata sedekah dan infaq. Dharibah lahir dengan landasan hukum bahwa Allah juga telah mewajibkan negara dan umat untuk menghilangkan kemudharatan yang menimpa kaum muslim, yaitu jika tidak ada harta sama sekali, dan kaum muslim tidak ada yang mendermakan.

Dharibah ini diutamakan diperuntukkan sebagai:a. Pembiayaan jihad dan segala hal yang harus dipenuhi yang terkait dengan jihad.b. Pembiayaan industri militer dan indusrti serta pabrik-pabrik penunjangnya,yang memungkinkan negaramemiliki industri senjata.c. Pembiayaan para fuqara, orang miskin, ibnu sabil.d. Pembiayaan untuk gaji tentara, para pegaawai, para hakim, para guru, dan lain-lain yang melaksanakan pekerjaan untuk kemashlahatan umat.e. Pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk kemashlahatan dan kemanfaatan umat, yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan jika tidak dibiayai maka bahaya akan menimpa umat.f. Pembiayaan untuk keadaan darurat, seperti: bencana alam dan mengusir musuh.

Dharibahini diwajibkan kepada semua orang sesuai dengan ketentuan wajib setor. Kebijakan yang berkenaan dengan masalah pajak ini sepenuhnya berada pada kebijaksanaan dan kekutan penguasa, baik mengenai objek, presentase, harga, dan ketentuannya. 2. Prinsip Penerimaan PublikDaritinjauan sejarah mengenai penerimaan publik umat Islam dapat ditunjukkan bervariasinya bentuk-bentuk sumber pendanaan publik, baikyang sudah ditentukan ketentuannya oleh Al-Quran, yaitu zakat dan ghanimah,maupunyang ditentukan oleh pemerintah saat itu seperti kharaj, khums, jizya, dan sebagainya. Dari berbagai bentuk instrumen oenerimaan publik diatas dapatdianalisis secara ekonomi prinsip dasar pemungutan dana publik pada awal Islam tersebut. Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam penerimaan publik Islam yaitu:a. Sistem pungutan wajib (dharibah) harus menjamin bahwa hanya golongan kaya dan mempunyai kelebihan yang memikulbeban utama dharibah.b. Berbagai pungutan dharibah tidak dipungut atas dasar besarnya input/sumber daya yang digunakan, melainkan atas hasil usaha ataupun tabungan yang terkumpul.c. Islam tidak mengarahkan pemerintah mengambil sebagian harta milik masyarakat secara paksa, meskipun kepada orang kaya. Sesulit apapun kehidupan Rasulullah Saw. Di Madinah beliau tidak pernahmenentukan kebijakan pungutan pajak.d. Islam memperlakukan kaum muslimin dan non-Muslim secara adil. Pungutan dikenakan proporsional terhadap manfaat yang diterima pembayar.e. Islam telah menentukan sektor-sektor penerimaan negara menjadi empat jenis:1) Zakat, yaitu pungutan wajib atas muslim yang ketentuannya sudah diatur oleh Allah.2) Aset atau kekayaan non-keuangan, yaitu diperoleh dari ghanimah, fai ataupun amwal fadhila.3) Dharibah, yaitu pungutan wajib yang nilainya ditentukan oleh pemerintah.4) Penerimaan publik sukarela, yaitu objek dan besarnya diserahkan kepada pembayar. Jenis penerimaan ini meliputi infaq, wakaf, sedekah dan sebagainya.

3. Prinsip Pengeluaran PublikBerdasarkan analisis ekonomi terhadap sejarah pengeluaran publik Islamsemasa Rasulullah Saw. Dan Khulafaurrasyiddin serta kaidah fiqh muamalah, pada hakikatnya prinsip utama dalam pengalokasian dana publik adalah peningkatan mashlahat tertinggi. Khalifah Umar telah berani melakukan perubahan distrubusi/alokasi pendapatan yang diperoleh, dimana alokasi dana disesuaikan dengan jenis dana yang masuk. Secara umum, belanja negara dapat dikategorikan mrnjadi empat:a. Pemberdayaan fakir miskin dan muallaf. Dana ini pada umumnya diambil dari zakat dan ushr.b. Biaya rutin pemerintah. Dana ini pada umunya diambilkan dari kharaj, fai, jizya dan ushr.c. Biaya pembangunan dana kesejahteraan sosial. Dana ini pada umumnya diambilkan dari danalainnya, khums, dan sedekah.d. Biaya lainnya, seperti biaya biaya emergency, pengurusan anak terlantar, dan sebagainya.Dana ini pada umumnya diambilkan dari waqh, utang publik dan sebagainya.

Dengan empat jenis alokasi keuangan publik diatas, besaran dana skala prioritas alokasi tidaklah selalu sama disetiap negara ataupun waktu. Secara garis besar, prinsip yang harus diterapkan dalam pengeluaran publik adala: a. Alokasi zakat merupakan kewenangan Allah, bukan kewenangan amil atau pemerintah. Amil haanya berfungsi menjalankan menejemen zakat sehingga dpat dicapai pendistribusian yang sesuai ajaran islaam.b. Penerimaan selain zakat dialokasikan mengikuti beberapa prinsip pokok,diantaranya:1) Belanja negara harus disarankan untuk mewujudkan semaksimal mungkin mashlahah.2) Menghindari masyaqqah kesulitan dan madharat harus didahulukan dari pada melakukan perbaikan.3) Madharat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari madharat dalam skalayang lebih luas.4) Pengorbanan individu dapat dilakukan dan kepentingan individu dapat dikorbankan demi menghindari kerugian dan pengorbanan dalam skala umum.5) Manfaat publik yang didistribusikan adalah seimbang dengan penderitaan atau kerugian yang ditanggung.6) Jika suatu belanja merupakan syarat untuk ditegakkannya syariah Islam, maka belanja tersebut harus diwujudkan.

4. Keseimbangan Sektor Publik dan AnggaranDengan mempertimbangkan aspek penerimaan dan pengeluaran sektor publik, maka dimungkinkan terjadi adanya kelebihan penerimaan publik (surplus) ataupun defisit sektor publik. Namun karena alokasi zakat sudah ditentukan pleh Allah dan bukanmerupakan kewenangan amiluntuk menentukan, maka dimungkinkan terjadi pada suatu waktu terdapat sisa dana zakat bersamaan dengan belum terpenuhinya kebutuhan yang tidak dimungkinkah dibiayai dengan zakat. Surplus bisa digunakan untuk menutupi kekurangan-kekurangan distribusi dari zakat.

Sumber penerimaan Publik:

GR = Zakat + Dharibah + Aset + Sedekah

Alokasi sektor publik meliputi:

GE = Miskin + Rutin + Pembangunan + Emergency

Konsep Anggaran yang merupakan suatu rancangan kegiatan dan pendekatan terhadap pengeluaran pemerintah pada setiap segmen adalah merupakan hal yang relatif baru dalam sejarah Islam. Dengan demikian, tidaklaah diperoleh informasi normatif mengenai bagaimana proses penyusunan anggaran maupun besarnya dalamperspektif Islam.

C. Instrumen Pembiayaan PublikBerbagai instrumen yang bisa digunakan sebagai sumber pembiayaan negara pada dasarnya dapat dikembangkan karena pada hakikatnya hal ini merupakan aspekmuamalah, kecuali dalam hal zakat. Artinya selama dalam penggalian sumber daya tidak terdapat pelaanggaran syariah Islam, maka selama itu pula diperkenakan menurut Islam. Oleh karena itu, terdapat beberapa instrumen yang bisa digunakan sebagai instrumen pembiayaan publik, yaitu sebagai berikut:

1. ZakatPengeluaran/pembayaran zakat di dalam Islam mulai efektif dilaksanakan sejak setelah hijrah dan terbentuknya negara Islam di Madinah.2. Aset dan Perusahaan NegaraDisamping negara mendapatkan penerimaan berupa zakat, yang bisa dibayarkan dalam bentuk barang ataupun uang, negara Islam memiliki sumber pendanaan negara dalam bentuk barang, yaitu ghanimah dan fai. Kedua harta ini diperoleh dari masyarakat non-Muslim, baik melalui pemaksaan perang ataupun melalui jalan damai.

3. KharajKharaj atau bisa disebut dengan pajak tanah. Dalam pelaksanaannya, kharaj dibedakan menjadi dua, yaitu proporsional dan tetap. Secara proporsional artinya dikenakan sebagain bagian total dari hasil produksi pertanian. Secara tetap artinya pajak tetap atas tanah.Dengan kata lain, kharaj proporsional adalah tidak tetap tergantung pada hasil dan harga setiapjenis hasil pertanian. Sedangkan kharaj tetap dikenakan pada setahun sekali.

4. JizyahSalah satu ciri khas masyarakat muslim adalah menjaga saudaranya Muslim atau non-Muslim dari rasa aman.Oleh karena itu, pada masa Rasulullah, orang-orang Kristen dan Yahudi, dikecualikan dari kewajiban menjadi anggota militer di negara Islam.Meskipun jizyah merupakan hal wajib, namun dalam ajaran Islam ada ketentuan, yaitu bahwa jizyah dikenakan kepada seluruh non-Muslim dewasa.

5. WakafDalam hukum islam wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepadaseseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik perorangan maupun lembaga, dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan syariat Islam. Harta yang telah diwakafkan keluar dari hak milik yang mewakafkan (wakif), dan bukan pula hak milik nadzir/lembaga pengelola wakaf, tetapi menjadi milik Allah yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Dampak Zakat dan Pajak terhadap PerekonomianBerikut ini akan memberikan ilustrasi matematis mengenai perbandingan anatara pendapatan pemerintah yang diambil melalui pajak dan pendapatan pemerintah yang diperoleh dari zakat.Untuk memulai, asumsikan untuk sementara waktu berkah belum dimasukkan ke dalam pertimbangan konsumsi. Dengan konteks seperti ini, kita bisa menentukan fungsi mashlahah agregat, yaitu: Dengan Sekarang, jika pemerintah mengenakan pajak sebesa pada harga barang X Sehingga barang X menjadi Dengan harga yang baru ini maka jumlah barang X yang bisa dibeli adalah:

Dari pengenaan pajak ini, jumlah pajak yang bisa terkumpul adalah sebesar: Sekarang jika pemerintah menarik pajak yang terkumpul diatas, Tetapi dikenakan secara langsung padapendapatan, maka jumlah diasposable income yang bisa dibelanjakan adalah sebesar:

Dengan jumlah uang yang baru, maka jumlah barang X yang bisa dibeli adalah:Mengingat bahawa dihitung melalui indeks harga pada tahun yang berlaku, yang besarnya minimum adalah 1(100) maka:Halini berarti bahwa jumlah barang yang bisa dibeli adalah lebih besar pada kasus yang kedua, di mana pajak dikenakan secara langsung pada pendapatan dan bukannya pada harga barang. Kesimpulannya, hampir semua pajak mempunyai sifat meningkatkan biaya produksi dan harga jualbarang.Sementara kalau dilihat zakat mengurangi pendapatan. Dengan demikian, zakat lebih baik dari pada pajak,jika dilihat dari kemampuannya mempertahankan tingkat kesejahteraan masyarakat.

BAB IIIPENUTUP1. Kesimpulana. Keuangan publik meliputi setiap sumber keuangan yang dikelola untuk kepentingan masyarakat, baik yang dikelolasecara individu, kolektif ataupun oleh pemerintah.b. Sejarah pada masa Rasulullah Saw. Menunjukkan bahwa keuangan publik tertumpu untuk mempertahankan eksistensi ajaran dan umat Islam dalam masyarakat. Alokasi untuk pertahanan dan keamanan serta syiar Islam merupakan priorotas utama sebelum alokasi pembangunan ekonomi dilakukan.c. Sumber-sumber keuangan publik dalam sejarah Islam selain zakat, mayoritas adalah bersifat sukarela, yaitu dalam bentuk infaq, waqf, dan sedekah.d. Khulafaurrasyiddin secara umum memiliki inovasi dan kreasi dalam mengembangkan sumber-sumber keuangan serta alokasinya. Namun demikian,terdapat kesamaan prinsip-prinsip yang dipegang dalam keangan publik.e. Secara garis besar, prinsip yang harus diterapkan dalam pengeluaran publik.f. Pajak adalah berbeda dengan dharibah. Dharibah merupakan pungutan yang merupakan penutup defisit negara. Pungutan yang dibebankan secara sepihak kepada warga tidak dapat dijadikan sebagai sumber penerimaan jangka panjang sehinggahal ini akan berpengaruh dalam memperhitungkan surplus atau defisit negara.

Daftar Pustaka

A.R. Cornelius. The Concept of the state in Islam, Vol. 1. No. 2. Karachi: Hamdard Islamicus, Autumn,1978, hlm. 47-48.

S. Abul Ala Moududi, Mashiat-e Islam, Lahore: Islamic Publication Ltd. 1977, hlm. 231.

Shibi Nomani, Seeratun-Nabi (urdu) Matbee Maarif Azamgarh, print, 1962, Vol. 1. Hlm 573.

Syed Ameer Ali, A Short History Of Saracens, London: Macmillan & Co. 1994, hlm 27.

Khursheed Ahmad Farook, Hazrat Umar Ke Sarkari Khutoot, Nadwatul Musanifeen, Delhi, 1959, hlm. 28.

Nibli Shaumi, Umar the Great, Vol. II, hlm. 105-6.Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: IIIT-Indonesia, 2001, h. 46.

Sabzwari, Zakat and Ushur, 1979, hlm. 13 dan 26.Abdurrahman Qadir. Zakat dalam dimensi Mahdah dan Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 43.

1