MAKALAH EMFISEMA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

A

Citation preview

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    1/42

    MAKALAH KELOMPOK

    PENYAKIT SISTEM PERNAPASAN

    EMFISEM

    OLEH :

    KELOMPOK 4

    1. JAYANTI SEKAR WANGI (1114201006)

    2. AYULIANA (1114201014)

    3. HERLINA (1114201025)

    4. NANA MARDIANA (1114201024)

    5. ANDI KUSMAWATI (1114201003)

    6. GUNAWAN AMDAR (1114201004)

    7. SUTRIANI (1114201036)

    STIKES PUANGRIMAGGALATUNG BONE

    2014

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    2/42

    KATA PENGANTAR

    Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

    rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

    Keperawatan Gawat Darurat ini dengan judul EMFISEMAsesuai dengan

    waktu yang telah ditentukan.

    Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini banyak

    hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, tugas

    ini dapat terselesaikan. Maka patutlah kiranya kami mengucapkan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

    dan kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat I

    Fitriani.,S.Kep.,Ns yang telah memberi tugas untuk tambahan

    pengetahuan mahasiswa.

    Dengan segala kerendahan hati kami berusaha menyajikan yang

    terbaik dalam tugas ini. Namun, kami menyadari bahwa penyusunan

    tugas ini masih jauh dari harapan, kritik atau saran yang bersifat

    konstruktif tetap diharapkan demi kesempurnaan tugas ini.

    Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

    penulis pada khususnya. Aamiin.

    Watampone, April 2014

    Penulis

    (Kelompok 4 )

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    3/42

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iDAFTAR ISI ................................................................................................ ii

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang ................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

    BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

    A. Definisi Emfisema ............................................................................... 3B. Etiologi Emfisema ............................................................................... 5

    C. Tanda dan Gejala Emfisema .............................................................. 6

    D. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM .............................................. 8

    E. Pemeriksaan Penunjang Emfisema ................................................. 11

    F. Penatalaksanaan Emfisema ............................................................. 13

    G. Pengkajian Keperawatan ................................................................. 15

    H. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 23

    I. Perencanaan Asuhan Keperawatan ................................................. 24

    BAB III PENUTUP .................................................................................... 37

    A. Kesimpulan....................................................................................... 37

    B. Saran ................................................................................................ 38

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 39

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    4/42

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Banyak penyakit yang dikaitkan secara langsung dengan

    kebiasaan merokok. Salah satu yang harus diwaspadai adalah

    Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) / Chronic Obstructive

    Pulmonary Disease (COPD).

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, angka

    kematian PPOK tahun 2010 diperkirakan menduduki peringkat ke-4.

    Semakin banyak jumlah batang rokok yang dihisap dan makin lama

    masa waktu menjadi perokok, semakin besar risiko dapat mengalami

    PPOK.

    Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menemukan

    peningkatan konsumsi rokok tahun 1970-1993 sebesar 193% atau

    menduduki peringkat ke-7 dunia dan menjadi ancaman bagi para

    perokok remaja yang mencapai 12,8- 27,7%. Saat ini Indonesia

    menjadi salah satu produsen dan konsumen rokok tembakau serta

    menduduki urutan kelima setelah negara dengan konsumsi rokok

    terbanyak di dunia, yaitu China mengkonsumsi 1.643 miliar batang

    rokok per tahun, Amerika Serikat 451 miliar batang setahun, Jepang

    328 miliar batang setahun, Rusia 258 miliar batang setahun, dan

    Indonesia 215 miliar batang rokok setahun. Kondisi ini memerlukan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    5/42

    perhatian semua pihak khususnya yang peduli terhadap kesehatan

    dan kesejahteraan masyarakat.

    Atas dasar itulah, kami membahas lebih lanjut mengenai

    emfisema yang merupakan salah satu bagian dari PPOK. Sehingga

    diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang

    tepat pada klien emfisema.

    B. Rumusan Masalah

    1. Pengertian Emfisema

    2. Etiologi Emfisema

    3. Tanda dan Gejala Emfisema

    4. Patofisiologi & Penyimpangan KDM

    5. Pemeriksaan Penunjang Emfisema

    6. Penatalaksanaan Emfisema

    7. Pengkajian Keperawatan

    8. Diagnosa Keperawatan

    9. Rencana Asuhan Keperawatan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    6/42

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Emfisema

    Emfisema paru adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi

    paru dengan adanya kondisi klinis berupa melebarnya saluran udara

    bagain distal bronkhiolus terminal yang disertai dengan kerusakan

    dinding alveoli. Emfisema adalah penyakit paru menahun yang paling

    umum dan sering diklasifikasikan dengan bronkitis menahun karena

    kejadian simultan dari dua kondisi. (Arif Muttaqin, 2008).

    Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan berdasarkan

    perubahan yang terjadi dalam paru yaitu :

    1. Emfisema Panlobulor (Panacinar). Emfisema panlobulor

    melibatkan seluruh lobules respiratorius. Bentuk morfologik yang

    lebih jarang, alveolus mengalami pembesaran serta kerusakan

    secara merata mengenai bagian ainus yang sentral maupun yang

    perifer. Bersamaan dengan penyakit yang semakin parah, semua

    komponen asinus sedikit demi sedikit menghilang sehingga

    akhirnya hanya tertinggal beberapa jaringan yang biasanya

    berupa pembuluh- pembuluh darah.

    2. Emfisema Sentrilobulor. Emfisema sentrilobulor hanya menyerang

    bagian bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris. Dinding-

    dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    7/42

    cenderung menjadi satu ruang sewaktu dinding- dinding

    mengalami integritas. Mula- mula duktus alveolaris dan sakus

    alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan. Sering

    menyerang bagian atas paru dan penyebarannya tidak merata

    keseluruhan paru.

    Emfisema tamak berkaitan dengan banyak cedera yang terjadi

    jangka panjang. Prevalensi dan beratnya paling besar pada individu

    lansia. Jaringan elastin dan serat dari alveoli dan jalan napas dirusak.

    Alveoli membesar, dan banyak dindingnya dihancurkan. Perusakan

    alveolar menimbulkan pembentukan ruang udara yang lebih besar

    daripada normal, yang sangat menurunkan permukaan difusi alveolar.

    Bila proses mulai, proses ini berjalan lambat dan tidak konsisten.

    Tabel 10-2. Klasifikasi Emfisema

    Klasifikan Deskripsi

    Menyebar/umum Lobulus atau acini seluruh paru yang terkena.

    Fokal Dihubungkan dengan deposisi debu fokal (mis,

    debu karbon).

    Iregular Dihubungkan dengan pengerutan jaringan parut

    fibrotik, biasanya karena penyakit lama.

    Obstruktif Disertai dengan obstruksi bronkial yang dapat

    dilihat.

    Bula Ruang emfisematosus lebih dari 1 cm dalam paru

    yang mengembang; dapat terjadi pada tipe

    emfisema apapun.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    8/42

    B. Etiologi Emfisema

    1. Merokok . Merokok merupakan penyebab utama emfisema.

    Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan

    volume ekspirasi paksa (FEV) (Nowak, 200).

    2. Keturunan. Belum diketahui jelas apakah factor keturunan

    beeperan atau tidak pada emfisema kecuali pada penderita

    dengan defisiensi enzim alfa 1-antitripsin. Kerja enzim ini

    menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada

    peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru, karena

    itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat dicegah. Defisiensi alfa 1-

    antitripsin adalah suatu kelainan yang diturunkan secara autonom

    resesif. Orang yang sering menderita emfisema paru adalah

    penderita yang memilki gen S atau Z. emfisema paru akan lebih

    cepat timbul bila penderita tersebut merokok.

    3. Infeksi. Infeksi dapat menyebabkan kerusakan paru lebih hebat

    sehingga gejala-gejalanya pun menjadi lebih berat. Infeksi

    salurang pernapasan atas pada seorang penderita bronchitis

    kronis hamper sellau menyebabkan infeksi paru bagian bawah,

    dan menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi

    bronchitis kronis disangka paling sering diawali dengan infeksi

    virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.

    4. Polusi Udara. Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan

    terjadinya emfisema. Insidensi dan angka kematian emfisema

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    9/42

    dapat lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi. Polusi udara

    seperti halnya asap tembakau juga menyebabkan gangguan pada

    silia, menghambat fungsi makrofag alveolar.

    5. Faktor Sosial Ekonomi. Emfisema lebih banyak didapat pada

    golongan sosial ekonomi rendah, mungkin kerena perbedaan pola

    merokok, selain itu mungkin disebabkan faktor lingkungan dan

    ekonomi yang lebih jelek.

    6. Hipotesis Elastase-antielastase. Didalam paru terdapt

    keseimbangan antara keduanya akan menimbulkan kerusakan

    pada jaringan elastik paru. Struktur paru akan berubah dan

    ditimbullah emfisema. Sumber elastase yang penting adalah

    pangkreas, sel-sel PMN, dam makrofag alveolar (Pulmonary

    alveolar macrophage- PAM). Rangsangan pada bau antara lain

    oleh asap rokok dan infeksi menyebabkna elastase bertambah

    banyak. Aktivitas system antielastase, yaitu sistem enzim alfa 1-

    protease-inhibitor terutama enzim alfa 1-antitripsin menjadi

    menurun. Akibat yang ditimbulkan karena tidak ada lagi

    keseimbnagan antara elastase dan antielastase akan

    menimbulkan kerusakan jaringan elastic paru dan kemudian

    emfisema. (Arif Muttaqin, 2008).

    C. Tanda dan Gejala Emfisema

    Emfisema paru adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit

    demi sedikit bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    10/42

    berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan

    pada saluran nafas kecil dan fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul

    batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas,

    hipoksemia dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah

    ada kor-pulmonal, yang dapat menyebabkan kegagalan nafas dan

    meninggal dunia. Pada pengkajian fisik didapatkan :

    1. Dispnea

    2. Pada inspeksi: bentuk dada burrel chest

    3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan

    penggunaan otot-otot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid).

    4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh

    bidang paru.

    5. Pada auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki,

    dan perpanjangan ekspirasi.

    6. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum

    7. Distensi vena leher selama ekspirasi.

    Adapun gejala dari penyakit emfisema paru-paru diantaranya adalah:

    1. Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis kronis.

    2. Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit.

    3. Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita

    sampai membungkuk.

    4. Bibir tampak kebiruan

    5. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    11/42

    6. Batuk menahun.

    D. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM

    Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai

    perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat

    menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian atau seluruh paru.

    Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari

    obstruks sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus

    dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar

    dari pada pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi

    penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari alveolus.

    Pada Emfisema obstruksi kongenital bagian paru yang paling

    sering terkena adalah belahan paru kiri atas. Hal ini diperkirakan oleh

    mekanisme katup penghentian. Pada paru-paru sebelah kiri terdapat

    tulang rawan yang terdapat di dalam bronkus-bronkus yang cacat

    sehingga mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang berlebihan.

    Selain itu dapat juga disebabkan stenosis bronkial serta

    penekanan dari luar akibat pembuluh darah yang menyimpang.

    Mekanisme katup penghentian: Pengisian udara berlebihan dengan

    obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu

    bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam

    alveolus menjadi lebih penimbunan udara di alveolus menjadi

    bertambahsukar dari pemasukannya di sebelah distal dari paru.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    12/42

    Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas terutama

    disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Pada paru-paru normal

    terjadi keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru ke

    laur yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan otot-otot dinding dada

    dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam yaitu elastisitas

    paru.

    Bila terpapar iritasi yang mengandung radikal hidroksida (OH-).

    Sebagian besar partikel bebas ini akan sampai di alveolus waktu

    menghisap rokok. Partikel ini merupakan oksidan yang dapat merusak

    paru. Parenkim paru yang rusak oleh oksidan terjadi karena rusaknya

    dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi dari anti elastase

    pada saluran napas. Sehingga timbul kerusakan jaringan interstitial

    alveolus. Partikel asap rokok dan polusi udara mengenap pada lapisan

    mukus yang melapisi mukosa bronkus. Sehingga menghambat

    aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang.

    Sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih

    merangsang kelenjar mukosa. Keadaan ini ditambah dengan

    gangguan aktivitas silia. Bila oksidasi dan iritasi di saluran nafas terus

    berlangsung maka terjadi erosi epital serta pembentukanjaringan

    parut. Selain itu terjadi pula metaplasi squamosa dan pembentukan

    lapisan squamosa. Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran

    napas yang bersifat irreversibel sehingga terjadi pelebaran alveolus

    yang permanen disertai kerusakan dinding alveoli.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    13/42

    Penyimpangan KDM

    Faktor predisposisi: merokok, polusi

    udara, agen-agen infeksius, alergen,

    lingkungan kerja

    Faktor predisposisi :

    familial

    Inflamasi dan pembengkakan bronkhus,

    produksi lendir yang berlebihan,

    Defisiensi enzim alfa 1-

    antitripsin

    Kehilangan rekoil elastitas jalan

    napas, kolaps bronkiolus, dan

    poenurunan redistribusi udara ke

    alveoli

    Ketidakefektifan bersihan jalan

    napas

    Resiko tinggi infeksi pernapasan

    Peningkatan usaha frekuensi

    pernapasan , penggunaan otot namtu

    pernapasan.

    Penurunan kemampuan

    batuk efektif

    Peningkatan kerja pernapasan,

    hipoksemia secara reversibel

    Gangguan pertukaran gasRespon sistemik dan

    psikologis

    Perubahan pemenuhan

    nutrisi kerang dari kebutuhan

    Gangguan pemenuhan ADL

    Kecemasan

    Ketidaktahuan/kurang

    emenuhan informasi

    Keluhan sistemis, mual, intake

    nutrisi tidak adekuat, melaise,

    kelemahan, dan keletihan fisik.

    Keluhan psikososial ,

    kecemasan, ketidaktahuan

    akan prognosis

    Peningktan tahanan jalan napas

    aliran masuk dan aliran keluar

    udara dari paru-paru

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    14/42

    E. Pemeriksaan Penunjang Emfisema

    a. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)

    Pengukuran fungsi paru biasanya menunjukkan kapasitas

    paru total (TLC) dan volume residual (RV). Terjadi penurunan

    dalam kapasitas vital (VC) dan volume ekspirasi paksa (FEV).

    Temuan-temuan ini menegaskan kesulitan ynag dialami klien dalam

    mendorong udara keluar dari paru.

    No Normal Pada klien Emfisema

    TLC 6000 ml 6000 ml

    RV 1200 ml 1200 ml

    VC 4800 ml < 4800 ml

    FEV 1100 ml < 1100 ml

    b. PemeriksaanLaboratorium

    Hemoglobin dan hematokrit mungkin normal pada tahap awal

    penyakit. Dengan perkembangan penyakit, pemeriksaan gas darah

    arteri dapat menunjukkan adanya hipoksia ringan dengan

    hiperkapnea.

    Hemoglobin normal: 11.0-16.5 gr/dl

    Hemoglobin pasien emfisema: 17 gr/dl

    Hematokrit normal: 35.0-50.0 %

    Hematokrit pasien emfisema: 51 %

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    15/42

    PO2 Normal : 80-100 mmHg

    Hipoksia ringan : PaO2of 60-80 mmHg

    Hipoksia sedang: PaO2of 40-60 mmHg

    Hipoksia Berat PaO2< 40 mmHg

    c. Pemeriksaan radiologis

    Rontgen thoraks menunjukkan adanya hiperinflasi,

    pendataran diafragma, pelebaran margin interkosta, dan jantung

    se

    rin

    g

    dit

    e

    m

    ukan bagai tergantung ( Heart till drop). (Dilihat pada gambar

    berikut)

    Gambar (Kanan) Gambar paru-paru normal (Kiri) perubahan

    dalam struktur rontgen thoraks menunjukkan hiperinflasi dengan

    hemidiafragma mendatar dan rendah.

    d.Analisis Gas Darah

    Ventilasi yang hampir adekuat masih sering dapat

    dipertahankan oleh pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2rendah

    atau normal. Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    16/42

    PaCO2 normal : 35-45 mmHg

    PaCO2Pasien emfisema : < 45 mmHg

    F. Penatalaksanaan Emfisema

    Penatalaksanaan emfisema paru terbagi atas:

    1. Penyuluhan, Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat

    memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan

    bagaimana cara pengobatan dengan baik.

    2. Pencegahan

    a. Rokok, merokok harus dihentikan meskipun sukar.Penyuluhan

    dan usaha yang optimal harus dilakukan.

    b. Menghindari lingkungan polusi, sebaiknya dilakukan

    penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama pada

    pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat-zat polutan yang

    berbahaya terhadap saluran nafas.

    c. Vaksin, dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi,

    terutama terhadap influenza dan infeksi pneumokokus.

    3. Terapi Farmakologi, tujuan utama adalah untuk mengurangi

    obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai komponen reversible

    meskipun sedikit. Hal ini dapat dilakukan dengan:

    a. Pemberian Bronkodilator,

    Golongan teofilin, biasanya diberikan dengan dosis 10-15

    mg/kg BB per oral dengan memperhatikan kadar teofilin dalam

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    17/42

    darah. Konsentrasi dalam darah yang baik antara 10-15mg/L.

    Golongan agonis B2, biasanya diberikan secara

    aerosol/nebuliser. Efek samping utama adalah tremor,tetapi

    menghilang dengan pemberian agak lama.

    b. Pemberian Kortikosteroid, pada beberapa pasien, pemberian

    kortikosteroid akan berhasil mengurangi obstruksi saluran

    nafas. Hinshaw dan Murry menganjurkan untuk mencoba

    pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada

    respon baru dihentikan.

    c. Mengurangi sekresi mukus

    Minum cukup, supaya tidak dehidrasi dan mukus lebih encer

    sehingga urine tetap kuning pucat. Ekspektoran, yang sering

    digunakan ialah gliseril guaiakolat, kalium yodida, dan amonium

    klorida. Nebulisasi dan humidifikasi dengan uap air

    menurunkan viskositas dan mengencerkan sputum. Mukolitik

    dapat digunakan asetilsistein atau bromheksin.

    4. Fisioterapi dan Rehabilitasi,

    Tujuan fisioterapi dan rehabilitasi adalah meningkatkan kapasitas

    fungsional dan kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan pasien dari

    segi social, emosional dan vokasional. Program fisioterapi yang

    dilaksanakan berguna untuk :

    a. Mengeluarkan mukus dari saluran nafas.

    b. Memperbaiki efisiensi ventilasi.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    18/42

    c. Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis

    5. Pemberian O2dalam jangka panjang, akan memperbaiki emfisema

    disertai kenaikan toleransi latihan. Biasanya diberikan pada pasien

    hipoksia yang timbul pada waktu tidur atau waktu latihan. Menurut

    Make, pemberian O2 selama 19 jam/hari akan mempunyai hasil

    lebih baik dari pada pemberian 12 jam/hari.

    G. Pengkajian Keperawatan

    1. Anamnesis

    Dispnea adalah keluhan utama emfisema dan mempunyai

    serangan (onset) yang membahayakan. Klien biasaya mempunyai

    riwayat merokok, batuk kronis yang lama, mengi serta napas

    pendek dan cepat (takipnea). Gejala-gejala diperburuk oleh infeksi

    pernapasan. Parawat perlu mengkaji obat-obat yang biasa diminum

    klien, memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan

    untuk digunakan kembali.

    Riwayat Kesehatan :

    a. Keluhan Utama

    Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan

    emfisema untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak

    napas, batuk produktif, berat badan menurun.

    b. Riwayat Kesehatan Sekarang

    Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan

    utama. Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    19/42

    gangguan yang paling sering dikeluhkan. Tanyakan selama

    keluhan batuk muncul, apakah ada keluhan lain.

    Jika keluhan utama atau yang menjadi alasan klien

    meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, maka

    perawat perlu mengarahkan atau menegaskan pertanyaan

    untuk membedakan antara sesak napas yang disebabkan oleh

    gangguan pada sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.

    Agar memudahkan perawat mengkaji keluhan sesak

    napas, maka dapat dibedakan sesuai tingkat klasifikasi sesak.

    Pengkajian ringkas dengan menggunakan PQRST dapat lebih

    memudahkan perawat dalam melengkapi pengkajian.

    1) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi

    faktor penyebab sesak napas?

    2) Quality of Pain : apa sesak napas yang dirasakan atau

    digambarkan klien

    3) Region : dimana rasa berat dalam melakukan pernapasan?

    4) Severity (scale) of pain : seberapa jauh rasa sesak yang

    dirasakan klien

    5) Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, apakah

    bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

    c. Riwayat Kesehatan Dahulu

    Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji

    apakah sebelumnya klien pernah menderita bronkhitis atau

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    20/42

    infeksi pada saluran pernapasan atas, keluhan batuk lama

    pada masa kecil, dan penyakit lainnya yang memperberat

    emfisema.

    d. Riwayat Kesehatan Keluarga

    Secara patologi emfisema diturunkan, dan perawat perlu

    menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota

    keluarga lainnya sebagai lainnya sebagai faktor predisposisi

    penularan didalam rumah.

    2. Pemeriksaan Fisik Fokus

    b. Inspeksi

    Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan

    usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu

    napas. Pada inspeksi, klien biasanya tampak mempunyai

    bentuk dada barrel chest (akibat udara yang terperangkap),

    penipisan massa otot, dan pernapsan dengan bibir dirapatkan.

    Pernapsan abnormal tidak efektif dan penggunaan otot-otot

    bantu napas (Sternokleidomastoideus).

    Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan

    pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi.

    Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen disertai

    demam mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi

    pernapasan.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    21/42

    c. Palpasi

    Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus

    biasanya menurun.

    d. Perkusi

    Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor

    sedangkan diafragama menurun.

    e. Auskultasi

    Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan

    wheezing sesuai tingkat beratnya obstruktif pada bronkhiolus.

    Pada pengkajian lain, didapatkan kadar oksigen yang rendah

    (hiposemia) dan kadar karbon dioksida yang tinggi

    (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada

    waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti

    membungkuk untuk mengikatkan tali sepatu, mengakibatkan

    dispnea dan keletihan (dispnea eksersional).

    Paru yang mengalami emfisematosa tidak berkonstraksi

    saat ekspirasi dan bronkhiolus tidak dikosongkan secara

    efektif dari seksresi yang dihasilkannya. Klien rentan terhadap

    reaksi inflamasi dan infeksi akibat pengumpulan sekresi ini.

    Setelah infeksi ini terjadi, kien mengalami mengi yang

    berkepanjangan saat ekspirasi. Anoreksia, penurunan berat

    badan dan kelemahan merupakan hal yang umum terjadi.

    Vena jugularis mungkin mengalami distenis selama ekspirasi.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    22/42

    3. Pemeriksaan Fisik Umum

    a. Aktivitas/Istirahat

    Gejala:

    1) Keletihan, kelelahan, malaise

    2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari

    karena sulit bernapas

    3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk

    tinggi

    4) Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas

    atau latihan

    Tanda:

    1) Keletihan, gelisah, insomnia

    2) Kelemahan umum/kehilangan massa otot

    b. Sirkulasi

    Gejala:

    pembengkakan pada ekstremitas bawah

    Tanda:

    1) Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

    jantung/takikardia berat, disritmia, distensi vena leher

    2) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit

    jantung

    3) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan

    peningkatan diameter AP dada)

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    23/42

    4) Warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-

    abu/sianosis

    5) Pucat dapat menunjukkan anemia

    c. Makanan/Cairan

    Gejala:

    1) Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)

    2) Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan

    3) Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan

    berat badan menunjukkan edema (bronkitis)

    Tanda:

    1) Turgor kulit buruk, edema depende

    2) Berkeringat, penuruna berat badan, penurunan massa

    otot/lemak subkutan (emfisema)

    3) Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali

    (bronkitis)

    d. Hygiene

    Gejala:

    Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan

    melakukan aktivitas sehari-hari

    Tanda:

    Kebersihan, buruk, bau badan

    e. Pernafasan

    Gejala:

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    24/42

    1) Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea

    sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada

    kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma),

    rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas

    (asma)

    2) Lapar udara kronis

    3) Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari

    (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan

    berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi

    sputum (hijau, putih dan kuning) dapat banyak sekali

    (bronkitis kronis)

    4) Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada

    tahap dini meskipun dapat terjadi produktif (emfisema)

    5) Riwayat pneumonia berulang: terpajan pada polusi

    kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang (mis., rokok

    sigaret) atau debu/asap (mis., abses, debu atau batu bara,

    serbuk gergaji)

    6) Faktor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa-anti

    tripsin (emfisema)

    7) Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus

    Tanda:

    1) Pernafasan: biasanya cepat, dapat lambat, penggunaan

    otot bantu pernapasan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    25/42

    2) Dada: hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, gerakan

    diafragma minimal

    3) Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi

    (emfisema); menyebar, lembut atau krekels, ronki, mengi

    sepanjang area paru.

    4) Perkusi: hiperesonan pada area paru

    5) Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku.

    f. Keamanan

    Gejala:

    1) Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor

    lingkungan

    2) Adanya/berulangnya infeksi

    3) Kemerahan/berkeringat (asma)

    g. Seksualitas

    Gejala:

    Penurunan libido

    h. Interaksi sosial

    Gejala:

    Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, ketidak

    mampuan membaik/penyakit lama

    Tanda:

    1) Ketidakmampuan untuk/membuat mempertahankan suara

    pernafasan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    26/42

    2) Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan dengan anggota

    keluarga lalu

    i. Penyuluhan / Pembelajaran

    Gejala:

    Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan

    menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur,

    kegagalan

    untuk membaik.

    H. Diagnosa Keperawatan

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

    adanya bronkhokonstriksi, akumulasi secret jalan napas, dan

    menurunnya kemampuan batuk efektif.

    2. Risiko tinggi infeksi pernapaan yang berhubungan dengan

    akumulasi secret jalan napas dan menurunnya kemampuan batuk

    efektif.

    3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan peningkatan

    kerja pernapasan, hipoksemia secara reversible/menetap

    4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kutang dari kebutuhan

    tubuh yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

    5. Ansietas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian

    yang dibayangkan (Ketidakmampuan utnuk bernapas).

    6. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang

    tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    27/42

    I. Rencana Asuhan Keperawatan

    N

    o

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan &

    Kriteria hasilIntervensi Rasional

    1. Ketidakefektifan

    bersihan jalan

    napas yang

    berhubungan

    dengan adanya

    bronkhokonstrik

    si, akumulasi

    secret jalan

    napas, dan

    menurunnya

    kemampuan

    batuk efektif.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    selama 3x24

    jam maka

    pasien

    menunjukkan

    pembersihan

    jalan napas

    yang efektif.

    Dengan kriteria

    hasil:

    1. Pasien dapat

    batuk efektif

    2. Mengeluarkan

    secret secara

    efektif

    3. Mempunyaijalan napas

    yang paten

    4. Pada

    pemeriksaan

    auskultasi,

    memiliki suara

    napas yang

    1. Auskultasi

    bagian dada

    anterior dan

    posterior

    1. Mengetahui

    penurunan

    atau

    ketiadaan

    ventilasi dan

    adanya

    suara napas

    tambahan

    2. Kaji/pantau

    frekuensi

    pernafasan,

    catat rasio

    inspirasi

    mengi

    (emfisema)

    2. Takipnea

    ada pada

    beberapa

    derajat dan

    dapat

    ditemukan

    pada

    penerimaan/

    selama

    stress/

    adanya

    proses

    infeksi akut.

    Pernafasan

    dapat

    melambat

    dan ferkuensi

    ekspirasi

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    28/42

    jernih

    5. Mempunyaiirama dan

    frekuensi

    pernapasan

    dalam rentang

    normal

    6. Mempunyai

    fungsi paru

    dalam batas

    normal

    memanjang

    dibandinginspirasi

    3. Ajarkan cara

    batuk efektif

    3. batuk yang

    terkontrol&

    efektif dapat

    mmudahkan

    pengeluaran

    sekret yang

    melekat di

    jalan napas

    4. Ajarkan klien

    teknik nafas

    dalam

    4. Ventilasi

    maksimal

    membuka

    lumen jalan

    napas&me-

    mudahkan

    pengeluaran

    sekret napas.

    5. Atur posisi

    pasien

    misalnya

    bagaian

    kepala tempat

    tidur

    ditinggikan 45o

    kecuali ada

    kontraindikasi

    5. Untuk

    pengemba-

    ngan

    maksimal

    rongga dada.

    Peninggian

    kepala

    tempat tidur

    mempermu-

    dah fungsi

    pernafasan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    29/42

    dengan

    mengguna-kan gravitasi

    6. Informasikan

    kepada pasien

    dan keluarga

    tentang

    larangan

    merokok di

    dalam ruang

    perawatan;

    beri

    penyuluhan

    tentang

    pentingnya

    berhenti

    merokok.

    6. Agar pasien

    dan keluarga

    mengetahui

    bahaya

    merokok

    untuk

    kesehatan

    masing-

    masing dan

    mencegah

    infeksi

    nosokomial,

    7. Aktivitas

    Kolaboratif:

    Berikan

    humidifikasi

    tambahan mis

    nubuter

    nubuliser,

    7. Menurunkan

    kekentalan

    sekret

    mempermu-

    dah

    pengeluaran

    dan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    30/42

    humidiper

    aerosolruangan dan

    membantu

    menurunkan

    /mencegah

    pembentukan

    mukosa pada

    bronkus

    membantu

    menurunkan/mencegah

    pembentu-

    kan mukosa

    tebal pada

    bronkus

    N

    o

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan &

    Kriteria hasilIntervensi Rasional

    2

    .

    Risiko tinggi

    infeksi

    pernapaan yang

    berhubungan

    dengan

    akumulasi

    secret jalan

    napas dan

    menurunnya

    kemampuan

    batuk efektif.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    selama 3x24

    jam maka

    ganguan

    pernapasan

    berkurang.

    Dengan kriteria

    hasil:

    a. Menyatakan

    pemahaman

    penyebab /

    faktor resiko

    individu.

    b. Mengidentifik

    asi intervensi

    1. Awasi suhu 1. Demam

    dapat

    terjadi

    karena

    infeksi/

    dehidrasi.

    2. Kaji

    pentingnya

    latihan nafas,

    batuk efektif,

    perubahan

    posisi sering,

    dan masukan

    cairan

    adekuat

    2. Aktifitas ini

    meningkat-

    kan

    mobilisasi

    dan

    pengeluaran

    sekret untuk

    menurunkan

    resiko terjadi

    infeksi paru

    3. Tunjukkan

    dan bantu

    3. Cegah

    penyebaran

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    31/42

    untuk

    mencegah/menurunkan

    resiko infeksi.

    c. Menunjukkan

    teknik,

    perubahan

    pola hidup

    untuk

    meningkat-

    kan

    lingkungan

    yang aman.

    pasien

    tentangpembuangan

    tisu dan

    sputum

    patogen

    melaluicairan

    4. Dorong

    keseimba-

    ngan antara

    aktifitas dan

    istirahat

    4. Menurunkan

    konsumsi/

    kebutuhan

    keseimba-

    ngan oksigen

    dan

    memperbaiki

    pertahanan

    pasien

    terhadap

    infeksi,

    meningkat-

    kan

    penyembu-

    han

    5. Dapatkan

    spesimen

    dengan

    batuk/penghi

    sapan untuk

    pewarnaan

    kuman gram

    kultur /

    sensitivitas

    5. Dilakukan

    untuk

    mengidentifi-

    kasikan

    organisme

    penyebab

    dan

    kerentanan

    terhadap

    berbagai anti

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    32/42

    mikrobia.

    N

    o

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan dan

    kriteria hasilIntervensi Rasional

    3. Gangguan

    pertukaran gas

    yang

    berhubungan

    dengan

    peningkatan

    kerja

    pernapasan,

    hipoksemia

    secara

    reversible/mene

    tap.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    selama 3x24

    jam maka

    ganguan

    pernapasan

    berkurang.

    Dengan kriteria

    hasil:

    1. Frekuensi

    pernapasan

    16-20x/menit

    2. Irama

    pernapasan

    normal.

    3. Tidak ada

    Dispnea saat

    istirahat.

    1. Tingkatkan

    keseimbanga

    n asam-basa

    dan cegah

    komplikasi

    akibat

    ketidakseimb

    angan asam-

    basa

    1. Untuk

    mencegah

    adanya

    asidosis dan

    alkalosis

    respiratori

    maupun

    metabolisme.

    2. Fasilitasi

    kepatenan

    jalan napas

    2. Agar pasien

    mendapatka

    n napas

    secara

    adekuat.

    3. Analisis

    secara kritis

    data

    laboratorium

    pasien untuk

    membantu

    pengambilan

    keputusan

    3. Agar dapat

    lebih mudah

    mengambil

    tindakan

    yang tepat

    untuk pasien.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    33/42

    klinis.

    4. Gunakan alatbuatan untuk

    membantu

    pasien

    bernapas

    4. Alat bantupernapsan

    diberikan

    untuk

    memperlan-

    car

    pernapasan

    pasien.

    5. Berikan

    oksigen dan

    pantau

    efektivitas-

    nya

    5. Pasien dapat

    memeperlan

    car

    pernapasan-

    nya.

    6. Kumpulkan

    dan analisis

    data pasien

    untuk

    memastikan

    kepatenan

    jalan napas

    dan

    adekuatnya

    pertukaran

    gas.

    6. Perawat

    mengetahui

    reaksi pasien

    setelah

    diberikan

    bantuan alat

    buatan

    pernapasan.

    7. Tingkatkan

    pola

    pernapasan

    spontan yang

    optimal

    7. Agar pasien

    dapat

    meningkat-

    kan pola

    pernapasan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    34/42

    dalam

    memaksimalkan

    pertukaran

    oksigen dan

    karbondioksi

    da di dalam

    paru.

    secara

    normal yaitu16-20x/menit

    8. Pantau

    tanda-tanda

    vital pasien

    8. Menentukan

    dan

    mencegah

    komplikasi

    pada pasien.

    N

    o

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan dan

    kriteria hasilIntervensi Rasional

    4. Gangguan

    pemenuhan

    kebutuhan

    nutrisi: kurang

    dari kebutuhan

    tubuh yang

    berhubungan

    dengan

    penurunan

    nafsu makan.

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    selama 3x 24

    jam maka nutrisi

    klien tercukupi.

    Dengan kriteria

    hasil:

    1. Pasien akan

    mempertaha

    nkan berat

    badan

    2. Mempertahn

    1. Berikan

    makanan

    yang sesuai

    dengan

    pilihan klien

    1. Meningkatkan

    nafsu makan

    klien karena

    sesuai

    dengan

    keinginan

    klien.

    2. Pertahankan

    makan

    pasien

    sesuai jadwal

    makan dan

    kudapan

    2. Agar intake

    nutrisi pasien

    terpenuhi

    sesuai

    kebutuhan.

    3. Beritahukan 3. Pasien dapat

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    35/42

    kan massa

    tubuh danberat badan

    dalam batas

    normal.

    3. Selera

    makan

    meningkat

    kepada

    pasienpentingnya

    memenuhi

    kebutuhan

    nutrisi tubuh

    mengetahui

    dan mengertitentang

    pentingnya

    memenuhi

    kebutuhan

    nutrisi.

    4. Timbang

    berat badan

    setiap hari

    sesuai

    dengan

    indikasi.

    4. Mengetahui

    intake cairan

    yang masuk.

    5. Temani

    pasien ke

    kamar mandi

    setelah

    makan/meng

    udap.

    5. Untuk

    mengobserva

    si adanya

    muntah yang

    disengaja.

    6. Tindakan

    kolaboratif

    Berikan diet

    sesuai

    kebutuhan:

    a. Makanan

    lunak

    b. Berikan

    obat

    sesuai

    indikasi

    6. Tujuannya:

    a. Berguna

    untuk

    membuat

    program diet

    untuk

    memenuhi

    kebutuhan

    individu.

    b. Untuk

    menekan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    36/42

    antiemetik timbulnya

    rangsanganyang dapat

    menghamba

    t intake oral.

    N

    o

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan dan

    kriteria hasilIntervensi Rasional

    5. Ansietas yang

    berhubungan

    dengan adanya

    ancaman

    kematian yang

    dibayangkan

    (Ketidakmampu

    an utnuk

    bernapas).

    Setelah

    dilakukan

    tindakan

    keperawatan

    selama 3x 24

    jam maka

    ansietas klien

    berkurang.

    Dengan kriteria

    hasil:

    1. Pasien dapat

    meneruskan

    aktivitas

    yang

    dibutuhkan

    meskipun

    mengalami

    kecemasan

    2. Menunjukka

    n

    kemampuan

    untuk

    1. Kaji dan

    dokumentasi

    kan tingkat

    kecemasan

    pasien,

    termasuk

    reaksi fisik

    klien.

    1. Mengetahui

    tingkat

    kecemasan

    klien.

    2. Beri

    dorongan

    kepada

    pasien untuk

    mengungkap

    kan secara

    verbal pikiran

    dan

    perasaan

    untuk

    mengekstern

    alisasi

    ansietas

    2. Pasien dapat

    merasakan

    kenyamanan

    setelah

    mengungkap

    akan

    perasaan

    dan pkiran.

    3. Sediakan 3. Untuk

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    37/42

    berfokus

    padapengetahuan

    dan

    keterampilan

    yang baru

    3. Mengidentifi

    kasi gejala

    yang

    merupakan

    indicator

    ansietas

    pasien

    sendiri

    4. Mengkomuni

    kasikan

    kebutuhan

    dan

    perasaan

    negative

    secara tepat

    5. Memiliki

    tanda-tanda

    vital dalam

    batas

    normal.

    pengalihan

    melaluitelevise,

    radio,

    permainan

    serta berikan

    terapi

    okupasi

    menurunkan

    ansietasklien dan

    memperluas

    fokus.

    4. Dorong

    pasien untuk

    mengekspres

    ikan

    kemarahan

    dan iritasi

    serta izinkan

    pasien untuk

    menangis.

    4. Agar pasien

    bisa lebih

    tenang dan

    merasa lega

    dengan

    ekspresi

    emosi.

    5. Informasikan

    tentang

    gejala-gejala

    ansietas

    5. Pasien

    mengetahui

    gejal-gelala

    cemas

    6. Berikan obat

    untuk

    meurunkan

    ansietas, jika

    perlu.

    6. Ansietas

    pasien dapat

    ditekan

    dengan obat

    anti-ansietas.

    N

    o

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan dan

    Kriteria HasilIntervensi Rasional

    6. Kurangnya Setelah 1. Diskusikan 1. Penting bagi

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    38/42

    pengetahuan

    yangberhubungan

    dengan

    informasi yang

    tidak adekuat

    mengenai

    proses penyakit

    dan

    pengobatan.

    dilakukan

    tindakankeperawatan

    selama 3x 24

    jam maka Klien

    mampu untuk

    mengetahui

    pengertian/infor

    masi tentang

    penyakit dan

    pengobatan.

    Dengan kriteria

    hasil:

    a. Menyatakan

    pemahaman

    kondisi atau

    proses

    penyakit dan

    tindakan.

    b. Mengidentifik

    asi hubungan

    tanda/gejala

    yang ada

    dari proses

    penyakit dan

    menghubung

    kan dengan

    faktor

    penyebab.

    obat

    pernafasan,efek samping

    dan reaksi

    yang tak

    diinginkan

    pasien

    memahamiperbedaan

    antara efek

    samping

    mengganggu

    dan efek

    samping

    merugikan

    2. Berikan

    informasi

    tentang

    rencana

    pengobatan

    yang akan

    dilakukan

    2. Menurunkan

    ansietas dan

    dapat

    menimbulkan

    perbaikan

    partisipasi

    pada

    rencana

    pengobatan

    3. Beri

    penyuluhan

    sesuai

    dengan

    tingkat

    pemahaman

    klien, ulangi

    informasi bila

    diperlukan.

    3. Meningkatka

    n

    pemahaman

    klien tentang

    penyakit dan

    pengobatan

    yang akan

    dilakukan.

    4. Fasilitasi

    Pembelaja-

    ran

    4. Meningkatka

    n

    kemampuan

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    39/42

    untuk

    memprosesdan

    memahami

    informasi

    yang ingin

    diketahui

    klien.

    5. Berikan

    waktu

    kepada

    pasien untuk

    mengajukan

    pertanyaan

    5. klien dapat

    menanyakan

    apa yang

    ingin

    diketahui

    klien tentang

    penyakitnya

    ataupun

    yang lainnya

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    40/42

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Emfisema adalah penyakit paru menahun yang paling umum

    dan sering diklasifikasikan dengan bronkitis menahun karena kejadian

    simultan dari dua kondisi.

    Penyebab atau etiologi emfisema yaitu: merokok, keturunan,

    infeksi, polusi udara, dan hipotesis elastase-antielastase. Pada

    emfisema paru, terdapat pelebaran secara abnormal saluran udara

    sebelah distal bronchus terminal, yang disertai kerusakan dinding

    alveolus.

    Adapun gejala dari penyakit emfisema paru-paru diantaranya

    adalah:

    1. Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis kronis.

    2. Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit.

    3. Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol,

    penderita sampai membungkuk.

    4. Bibir tampak kebiruan

    5. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun

    6. Batuk menahun

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    41/42

    Pemeriksaan penunjang pada kasus emfisema dapat dilakukan

    sebagai berikut: pengukuran fungsi paru (Spirometri), pemeriksaan

    laboratorium dan pemeriksaan radiologis.

    Sasaran utama pengobatan emfisema adalah untuk

    memperbaiki kualitas hidup, memperlambat progresi penyakit, dan

    mengatasi obstruksi jalan napas untuk menghilangkan hipoksia.

    B. Saran

    Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan

    keperawatan terhadap penderita emfisema. Perawat juga harus

    mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan

    penyuluhan mengenai pentingnya hal-hal yang dapat memperberat

    penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaimana cara

    pengobatan dengan baik.

  • 5/24/2018 MAKALAH EMFISEMA

    42/42

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner dan Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

    Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

    Davey Patrick. 2005.At a Glance MEDICINE. Jakarta: Erlangga

    Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi. Jakarta: EGC

    Kozier dan ERB. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta:

    EGC

    Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan

    Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

    Robins dan Cotran. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta:

    EGC

    Tambayong, Jan. 2001. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

    Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan: Seri Asuhan

    Keperawatan. Jakarta: EGC

    Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku: Diagnosa

    Keperawatan edisi 9. Jakarta: EGC