Makalah epk TES

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Evaluasi Pembelajaran - TES

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Belajar merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan yang

    dilaksanakan secara terencana dan terstruktur. Di dalam proses belajar

    melibatkan interaksi antara pengajar dan peserta didik yang saling terkait

    antara satu dengan lainnya. Sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar

    dan belajar disebut sebagai pembelajaran. Sebelum pembelajaran dilakukan

    ada hal-hal yang perlu dipersiapkan, salah satunya adalah tujuan

    pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini menjadi titik acuan pelaksanaan

    pembelajaran. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil tercapai jika tujuan

    pembelajaran sudah terpenuhi.

    Untuk menentukan keberhasilan pembelajaran perlu dilakukan suatu

    evaluasi atau penilaian. Penilaian dapat dilakukan dengan adanya suatu

    pengukuran. Salah satu instrument atau alat pengukur dan/atau pengumpul

    data mengenai kemampuan kognitif adalah tes. Maka dari itu perlu dilakukan

    adanya suatu testing (proses melakukan tes), untuk mendapatkan suatu

    penilaian.

    B. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang masalah tadi, penulis merumuskan masalah

    makalah ini sebagai berikut:

    1. Apa yang dimaksud dengan tes?

    2. Mengapa harus dilakukan tes?

    3. Bagaimana menyusun dan mengembangkan tes?

    4. Apa saja jenis-jenis tes?

    5. Apa saja macam-macam variasi soal, serta kelebihan dan

    kekurangannya?

  • 2

    6. Bagaimana kriteria pertanyaan yang baik?

    7. Bagaimana pengecoh pada soal dapat berfungsi dengan baik ?

    8. Apa yang dimaksud dengan reward and punishment ?

    C. Tujuan Makalah

    Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulis dalam makalah ini

    adalah sebagai berikut:

    a. Menjelaskan pengertian tes.

    b. Menjelaskan pentingnya dilakukan tes.

    c. Menjelaskan penyusunan dan pengembangan tes.

    d. Menjelaskan jenis-jenis tes.

    e. Menjelaskan macam-macam variasi soal, serta kelebihan dan

    kekurangannya.

    f. Menjelaskan kriteria pertanyaan yang baik.

    g. Menjelaskan pengecoh pada soal dapat berfungsi dengan baik.

    h. Menjelaskan pengertian dari reward and punishment.

    D. Kegunaan Makalah

    Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara

    teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai

    pengembangan konsep tes. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat

    untuk:

    1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan

    khususnya mengenai evaluasi pembelajaran kimia.

    2. Pembaca, sebagai media informasi tentang konsep tes dan penggunaannya

    dalam pembelajaran.

  • 3

    E. Prosedur Makalah

    Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

    Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis

    akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan

    komprehensif.Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan

    menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui

    kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.

    Data tersebut kemudian diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan

    mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut ke dalam konteks

    tema makalah.

  • 4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian

    Pengertian tes menurut KBBI adalah ujian tertulis, lisan, atau

    wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan

    kepribadian seseorang. Sedangkan pengertian tes menurut para ahli,

    diantaranya:

    1. Menurut Allen dan Yen (1979), tes adalah alat untuk memperoleh data

    tentang perilaku individu. Karena itu, didlam tes terdapat sekumpulan

    pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang

    akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu (sampel

    perilaku) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes

    tersebut (anastari, 1982:22).

    2. Menurut Cronbach, tes adalah prosedur yang sitematis guna

    mengopservasi dan member deskripsi sejumlah atau lebih ciri seseorang

    dengan bantuan skala numerik atau suatu system kategoris.

    3. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul Psychological

    Testing (1982), yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang

    mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara

    meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan

    membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

    4. Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008: 67), tes adalah suatu

    tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau

    sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan

    mereka, satu dengan yang lain.

    5. Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan

    salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif

  • 5

    yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

    dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.

    6. Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang

    digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,

    dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

    7. Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara (yang dapat dipergunakan)

    atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan

    penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau

    serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus

    dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee,

    sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran

    tersebut)dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau

    prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang

    dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu

    B. Pentingnya Melakukan Tes

    Tes merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Tes

    dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemajuan belajar atau hasil belajar

    seorang siswa. Berikut ini ada beberapa fungsi tes dalam dunia pendidikan

    menurut Djaali dan Muljono (2008):

    1. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa.

    Tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat perkembangan atau

    kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-

    mengajar dalam jangka waktu tertentu.

    2. Sebagai motivator dalam pembelajaran.

    Tes dianggap sebagai motivator ekstrinsik, yaitu siswa akan belajar

    lebih giat dan berusaha lebih keras untuk memperoleh nilai dan prestasi

    yang baik.

    3. Sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran.

  • 6

    Dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran, ada tiga jenis tes yang

    perlu dibahas yaitu; tes penempatan, tes diagnostik, dan tes formatif.

    4. Sebagai penentu berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk

    melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan

    melaksanakan tes sumatif.

    Selain beberapa fungsi diatas, menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto

    dalam bukunya yang berjudul Dasa-Dasar Evaluasi Pendidikan, fungsi tes

    dapat ditinjau dari 3 hal di bawah ini:

    Tabel 1. Perbandingan Fungsi Tes

    Fungsi untuk Kelas Fungsi untuk Bimbingan Fungsi untuk Administrasi

    a. Mengadakan diagnosis ter-

    hadap kesulitan belajar

    siswa.

    b. Mengevaluasi celah antara

    bakat dengan pencapaian.

    c. Menaikkan tingkat

    prestasi.

    d. Mengelompokkan siswa

    dalam kelas pada waktu

    metode kelompok.

    e. Merencanakan kegiatan

    proses belajar mengajar

    un-tuk siswa secara perse-

    orangan

    f. Menentukan siswa mana

    yang memerlukan bimbi-

    ngan khusus.

    g. menentukan tingkat penca-

    paian untuk setiap anak.

    a. Menentukan arah pem-

    bicaraan dengan orang

    tua tentang anak-anak

    mereka.

    b. Membantu siswa dalam

    menentukan pilihan.

    c. Membantu siswa men-

    capai tujuan pendidikan

    dan jurusan.

    d. Memberi kesempatan

    kepada pembimbing,

    guru, dan orang tua

    dalam memahami ke-

    sulitan anak.

    a. Memberi peunjuk dalam

    mengelompokkan siswa.

    b. Penempatan siswa baru.

    c. Membantu siswa me-

    milih kelompok.

    d. Menilai kurikulum.

    e. Memperluas hubungan

    masyarakat (public rela-

    tion).

    f. Menyediakan informasi

    untuk badan-baan lain di

    luar sekolah.

  • 7

    C. Langkah-Langkah Penyusunan Tes

    Berikut ini merupakan langkah-langkahuntuk menyusun tes:

    1. Menetukan tujuan mengadakan tes.

    2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.

    3. Merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.

    4. Menderetkan semua tujuan instruksional khusus (TIK) dalam tabel

    persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam tujuan

    instruksional khusus itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan

    identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak ada aspek

    yang tidak terpenuhi.

    Tabel 2. Tabel TIK Aspek Tingkah laku yang Dicakup

    TIK

    Aspek Tingkah Laku Ingatan Pemahaman Aplikasi Keterangan

    1. Siswa dapat

    menjumlah-kan 2

    bilangan bersusun.

    2. Siswa dapat

    menerangkan

    hukum komunilatif

    dan seterusnya.

    5. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir

    yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.

    6. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas tujuan instruksional khusus

    (TIK) yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang

    dicakup.

  • 8

    D. Langkah-Langkah Pokok Pengembangan Tes

    Pengembangan tes sangat besar pengaruhnya terhadap siswa yang

    akan mengikuti tes. Untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran, maka

    tes harus direncanakan secara cermat. Secara umum ada lima langkah pokok

    yang harus dilalui yaitu:

    1. Perencanaan tes

    Dalam langkah perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus

    dilakukan guru sebagai pendidik yaitu :

    a. Menentukan cakupan materi yang akan diukur

    Langkah ini biasanya dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu

    daftar spesifikasi. Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes

    dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu; (1) menulis

    kompetensi dasar (2) menulis materi pokok (3) menentukan indikator,

    dan (4) menentukan jumlah soal.

    b. Memilih bentuk tes yang akan digunakan

    Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan

    pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk

    memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik

    mata pelajaran yang diujikan.

    c. Menetapkan panjang tes

    Langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapa waktu yang tersedia

    untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan jumlah item-

    item tes yang akan dikembangkan. Ada tiga hal yang harus

    dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu ; (1) bobot

    masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, (2)

    keandalan yang diinginkan, dan (3) waktu yang tersedia.

    2. Menulis butir pertanyaan

    Ada 3 kegiatan pokok dalam menulis butir soal yaitu:

    a. Menulis draft soal

    Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan butir

    pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif jawaban. Dalam hal

  • 9

    ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu; (1) kejelasan pertanyaan, (2)

    ketersesuaiannya dengan indikator, (3) tata letak keseluruhan baik, (4)

    dipertimbangkan mengenai perlu atau tidaknya dilakukan pembobotan,

    dan (5) mempersiapkan kunci jawaban.

    b. Memantapkan validitas isi (Content Validity)

    Content validity atau validitas isi pada dasarnya merupakan koefisien

    yang menunjukkan kesesuaian antara draft tes yang telah disusun

    dengan isi dari konsep dan kisi-kisi yang telah disusun.

    c. Melakukan uji coba (try out)

    Uji coba diperlukan dalam penyusunan tes buatan guru, try out tidak

    harus dilakukan secara formal dan dalam skala besar, yang perlu

    diperhatikan adalah bahwa try out dapat dilakukan untuk berbagai

    kepentingan diantaranya adalah untuk; (1) analisis item, (2) bagaimana

    rencana pelaksanaan, (3) memperkirakan penggunaan waktu

    pengerjaan, (4) kejelasan format tes, (5) kejelasan petunjuk pengisian,

    dan (6) pemahaman bahasa yang digunakan.

    d. Revisi soal

    Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis untuk mencari tingkat

    kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang komunikatif, untuk

    kemudian dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan.

    3. Melakukan pengukuran dengan tes

    Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan pada saat

    menyelenggarakan tes untuk siswa yaitu:

    a. Menjaga objektifitas pelaksanaan tes

    Pendidik harus menjaga objektifitas, baik dalam pengawasan, menjaga

    kerahasiaan soal, dan berbagai kode etik penyelenggaraan tes yang lain.

    Setelah ujian dilaksanakan maka langkah berikut adalah koreksi, dan

    interpretasi dari hasil ujian tersebut, untuk kemudian berdasar data hasil

    analisis tersebut akan diambil keputusan dalam berbagai kepentingan.

  • 10

    b. Memberikan skor pada hasil tes

    Yaitu memeriksa hasil jawaban dari para siswa, untuk memberikan

    skor/angka sebagai penghargaan terhadap setiap poin soal yang dapat

    dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah, angka

    yang menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab benar oleh siswa.

    Dalam melakukan langkah ini harus dijaga objektifitas dengan selalu

    menggunakan kunci jawaban dan indikator keberhasilan.

    c. Melakukan analisis hasil tes

    Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya

    adalah melakukan analisis terhadap skor hasil tes.

    E. Jenis-Jenis Tes

    1. Dilihat dari segi penyusunannya tes hasil belajar dapat dibedakan

    atas dua jenis, yaitu :

    a. Tes buatan guru (teacher made test)

    b. Tes yang distandarisasi (standardized test)

    Berikut merupakan perbedaan dari tes buatan guru dan tes yang

    distandarisasai :

    Tabel 3. Perbedaan Tes Buatan Guru dan Tes Standar

    Tes Standar Tes Buatan Guru

    a. Berdasarkan isi dan tujuan-

    tujuan yang bersifat umum.

    b. Mencakup pengetahuan dan

    kecakapan yang luas.

    c. Dikembangkan oleh tenaga

    yang berkompeten dan

    professional.

    d. Item-item sudah diujicobakan,

    dianalisis, dan direvisi.

    e. Memiliki derajat kesahihan

    a. Berdasarkan isi dan tujuan-

    tujuan yang bersifat khusus.

    b. Mencakup penegtahuan dan

    kecakapan yang khusus.

    c. Dikembangkan oleh seorang

    guru tanpa bantuan dari luar.

    d. Item-item jarang diujicobakan

    sebelum menjadi bagian tes

    tersebut.

    e. Memiliki derajat kesahihan dan

  • 11

    dan keandalan yang tinggi.

    f. Memiliki ukuran-ukuran

    bermacam-macam kelompok

    yang secara luas mewakili

    performance seluruh daerah.

    keandalan yang rendah.

    f. Biasanya terbatas pada kelas

    atau satu sekolah sebagai suatu

    kelompok pemakainya.

    2. Berdasarkan bentuk soal dan kemungkinan jawabannya, yaitu :

    a. Tes Essay (non objektif)

    Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan

    terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban

    tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat

    bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan

    atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.

    b. Tes Objektif

    Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah

    disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dari berbagai macam

    bentuk, antara lain ;

    1) Tes betul-salah (true-false)

    2) Tes pilihan ganda (multiple choice)

    3) Tes menjodohkan (matching)

    4) Tes analisa hubungan (relationship analysis)

    3. Berdasarkan bentuk pelaksanaannya, yaitu :

    a. Tes tertulis (pencil and paper test)

    Tes tertulis merupakan tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir

    pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan peserta tes

    memberikan jawabannnya juga secara tertulis.

  • 12

    b. Tes lisan (non-pencil and paper test)

    Tes lisan merupakan tes dimana tester dalam mengajukan butir-

    butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tidak tertulis (lisan) dan

    peserta tes memberikan jawabannya juga tidak tertulis.

    c. Tes Perbuatan (performance test)

    Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam

    melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan

    pelaksanaan perbuatan peserta didik.

    F. Macam-macam Variasi Soal

    Tes Tulis

    Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk

    objektif (objective).

    1. Tes uraian (essay)

    Tes uraian merupakan sejenis tes kemajuan belajar yang

    memerlukanjawaban yang bersifat pembahasan atau uraian-uraian kata-

    kata dengan tujuan ingin mengungkapakan daya ingat dan pemahaman

    testee terhadapmateri pelajaran yang ditanyakan dalam tes dan ingin

    mengungkapakandaya ingat testee dalam memahami berbagai macam

    konsep danaplikasinya.Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengukur

    kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut

    bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,

    mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri

    dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Bentuk

    uraian sering juga disebut bentuk subjektif, karena dalam pelaksanaannya

    sering dipengaruhi oleh faktor subjektifitas guru. Dilihat dari luas-

    sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi

    menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan

    uraian bebas (extended respons items).

  • 13

    a. Uraian Terbatas

    Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik

    harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya.

    Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap

    harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika

    jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan

    dikehendaki dalam soalnya.

    Contoh :

    1. Jelaskan apa pengaruh penambahan nomor atom dengan jari-jari

    atom?

    2. Sebutkan 3 sifat unsur natrium !

    Ada sisi positif dan negatif penerapan pembatasan jawaban soal

    essay baik dalam hal bentuk jawaban maupun ruang lingkup seperti

    kedua contoh soal di atas. Sisi positifnya adalah, soal seperti ini dapat

    dirumuskan dengan lebih mudah, dapat dikaitkan secara langsung

    dengan tujuan pembelajaran, dan mudah dalam melakukan penskoran

    (koreksi). Sementara itu, sisi negatifnya adalah guru tidak memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasikan, menyusun,

    mengemukakan pendapatnya sendiri. Sisi negatif yang demikian

    menjadikan soal essay tipe jawaban terbatas hanya dapat digunakan

    untuk mengukur tujuan pembelajaran kategori pemahaman (C2),

    aplikasi (C3), dan analisis (C4), dan kurang sesuai untuk mengukur

    tujuan pembelajaran kategori sintesis (C5) dan evaluasi (C6).

    b. Uraian Bebas

    Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan

    cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan

    pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta

    didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun

    demikian, guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam

    mengoreksi jawaban peserta didik nanti.

  • 14

    Contoh :

    1. Bagaimana pendapat Anda mengenai masalah explorasi dan

    penggunaan minyak bumi di Indonesia? Berikan solusinya!

    2. Bagaimana peranan kimia dalam kehidupan Anda sehari-hari?

    Soal essay dengan jawaban bebas memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk secara kreatif melakukan pengintegrasian ide, melakukan

    evaluasi secara menyeluruh, dan mendekati masalah dengan

    penggunaan problem solving. Tujuan pembelajaran semacam ini tentu

    saja tidak dapat diukur dengan bentuk-bentuk soal yang lain. Tetapi

    seringkali muncul masalah tentang bagaimana melakukan koreksi

    (penskoran jawaban) agar diperoleh angka yang reliabilitasnya tinggi.

    Tugas ini tentu sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.

    Walaupun demikian, mengingat pentingnya kategori tujuan

    pembelajaran sintesis (C5) dan evaluasi (C6), tentu tugas yang berat

    tersebut banyak imbalannya.

    1) Kebaikan tes essay

    a) Dapat mengukur proses mental yang tinggi.

    b) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa.

    c) Dapat mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

    d) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.

    e) Memerlukan sedikit waktu untuk menulis soal.

    f) Mudah disiapkan dan disusun.

    2) Kekurangan tes essay

    1.1. Kadar validitas dan realibilitas kurang karena sukar diketahui segi-

    segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

    1.2. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur

    subjektif, seperti adanya hallo effect, adanya efek bawaan (carry

    over effect), efek urutan pemeriksaan (order effect), pengaruh

    penggunaan bahasa, pengaruh tulisan tangan, dan lain sebagainya.

  • 15

    1.3. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan

    pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja

    (terbatas).

    1.4. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan

    individual lebih banyak dari penilai.

    1.5. Waktu untuk mengoreksinya lama karena tidak dapat diwakilkan

    kepada orang lain.

    2. Tes Objektif

    Tes objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaannya dapat

    dilakukansecara objektif.Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi

    (dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar atau salah

    dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif karena penilaiannya

    objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan

    sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif

    menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara

    kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban

    singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum

    sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang

    menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat,

    mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip. Tes objektif terdiri

    atas beberapa bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan

    melengkapi atau jawaban singkat.

    a. Jawaban Singkat (short answer) dan Melengkapi (completion)

    Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan

    kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau

    salah. Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam

    bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersebut berupa suatu kalimat

    bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase, nama,

    tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain.

    Contoh:

  • 16

    1. Siapakah penemu unsur natrium?

    2. Apa nama unsur periode ketiga golongan IA?

    Sedangkan soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan

    dalam kalimat yang tidak lengkap.

    Contoh:

    1. Inti atom terdiri atas ..... dan .......

    2. Elektron berada di ..... inti atom dan bermuatan .......

    1) Kebaikan tes bentuk jawaban singkat dan melengkapi

    a) Relatif mudah disusun.

    b) Sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik yang

    berkenaan dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi

    c) Menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya

    secara singkat dan jelas.

    d) Pemeriksaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan objektif.

    2) Kelemahan tes bentuk jawaban singkat dan melengkapi

    a) Pada umumnya hanya berkenaandengan kemampuan mengingat

    saja, sedangkan kemampuan yang lain agak terabaikan.

    b) Pada soal bentuk melengkapi, jika titik-titik kosong yang harus

    diisi terlalu banyak, para peserta didik sering terkecoh.

    c) Dalam memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu yang cukup

    banyak.

    b. Bentuk Benar-Salah

    Pokok uji benar-salah berupa pernyataan yang harus ditimbang

    oleh siswa sebagai pernyataan benar atau salah.

    Contoh:

  • 17

    Petunjuk: lingkari B jika pernyataan berikut benar dan S jika

    pernyataan itu salah.

    1. B-S Titik didih air ialah 100oC pada tekanan 1 atm.

    2. B-S Air raksa bukan merupakan logam

    Keunggulan bentuk betul-salah ialah mudah dibuat, sedangkan

    kelemahannya ialah sukar dipakai untuk mengukur kemampuan berjenjang

    tinggi (aplikasi, analisis, dst), dan peluang untuk dijawab benar melalui

    penebakkan sangat besar yakni 50%. Modifikasi terhadap bentuk betul-

    salah agar tidak direspon siswa dengan sekedar melingkari B atau S, ialah

    dengan meminta siswa menuliskan kata atau angka pengganti kata atau

    angka yang bergaris bawah pada pokok uji yang dianggap siswa salah,

    untuk membuat pernyataan menjadi benar.

    Contoh:

    Petunjuk: lingkari B jika pernyataan berikut ini benar dan S jika

    pernyataan itu salah, isi setiap pokok uji dengan kata atau angka yang

    membuat pernyataan itu benar jika menggantikan kata atau angka yang

    digaris bawahi.

    1. B-S Glukosa tergolong ketosa

    2. B-S pada reaksi redoks, oksidator melepas electron

    Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menulis pokok uji

    betul-salah yang baik adalah;

    1. tiap pernyataan hendaknya berisi satu konsep

    2. jangan mengunakan kalimat yang panjang sehingga

    membingungkan

  • 18

    3. hindari penggunaan kata-kata yang mengaburkan arti seperti:

    umumnya, seringkali, kebanyakan, kadang-kadang, biasanya,

    mungkin, dan sebagainya.

    4. Hindari ketidak seimbangan antara jumlah pokok uji, yang benar

    dan salah. Hindari juga adanya pola jawaban seperti;

    (1)B

    Atau

    (1)B

    (2)S (2)B

    (3)B (3)S

    (4)S (4)B

    (5)B (5)B

    (6)S (6)S

    dst dst

    5. Hindari penggunaan kata negatif lebih dari satu, karena

    membingungka siswa, seperti

    NH3 bukan merupakan basa yang tidak tergolong basa kuat

    6. Jika dipakai kata negatif (bukan, tidak, kecuali), hendaknya digaris

    bawahi, atau ditulis dengan huruf besar/miring, agar tampak jelas.

    c. Bentuk Pilihan Ganda

    1. Pilihan Ganda Biasa

    Pokok uji pilihan berganda adalah pokok uji yang terdiri dair suatu

    pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapi pernyataan itu

    disediakan beberapa pernyataan sambungan, salah satu diantaranya

    merupakan jawaban benar (kunci jawaban). Dapat pula pokok uji

    pilihan berganda berupa pertanyaan yang diikuti dengan beberapa

    alternatif untuk jawabannya. Salah satu diantara alternatif-alternatif

    jawaban itu merupakan kunci jawaban.

  • 19

    Pernyataan atau pertanyaan pada pokok uji pilihan bergabda

    disebut stem, sedangkan alternatif-alternatif disebut opsi. Alternative

    jawaban benar disebut kunci, sedangkan alternatif jawaban salah

    disebut pengecoh.

    Contoh:

    Petunjuk: beri tanda (X) pada jawaban yang anda anggap benar.

    Unsur X dengan nomor atom 5 dan unsur Y dengan nomor atom 17

    membentuk senyawa XY3. Bentuk molekul senyawa itu ialah

    (disebut STEM)

    A.Segitiga sama sisi (Kunci)

    (Opsi)

    B.Bujursangkar (pengecoh)

    C.Linier (pengecoh)

    D.Oktahedral (pengecoh)

    E.Tetrahedral (pengecoh)

    Keunggulan bentuk pilihan ganda adalah:

    a. Dapat disusun untuk mengukur kemampuan dari setiap jenjang

    dalam domain kognitif.

    b. Peluang untuk dijawab benar melalui penebakan minimal.

    c. Stem terbuka untuk ilustrasi, misalnya diagram, grafik, gambar,

    table, dan sebagainya. Hal ini sangat berguna untuk memperpendek

    stem dan meningkatkan kejelasan persoalan yang diajukan.

    Kelemahan bentuk pilihan berganda adalah:

    a. Sukar dibuat, kesukaran utama terletak pada menemukan pengecoh

    yang masuk akal sehingga dapat mengecoh siswa yang tidak

    memiliki fakta dan konsep yang diperlukan untuk menjawab pokok

    uji itu.

    b. Pokok uji memerlukan tempat banyak pada kertas, sehingga perlu

    disediakan kertas lebih banyak.

  • 20

    Pedoman untuk menulis pokok uji pilihan berganda.

    a. Hanya ada satu kunci (jawaban benar).

    b. Pengecoh harus menarik perhatian (tidak mencolok kesalahannya).

    c. Kata negatif (tidak, bukan, kecuali) harus digarisbawahi atau

    diyulis dengan huruf besar atau huruf miring, agar jelas terlihat.

    d. Hindari adanya pernyataan opini seperti berikut:tidak satupun

    jawaban di atas benar , atau semua jawaban di atas benar.

    e. Alternatif-alternatif jawaban hendaknya homogeny dalam arti

    berada dalam satu konteks (satu persoalan).

    f. Panjang masing-masing option hendaknya relatif sama. Jangan ada

    kecenderungan bahwa kunci selalu lebih panjang dari pengecoh-

    pengecohnya.

    g. Hindari ketergantungan satu pokok uji pada jawaban pada pokok

    uji lainya.

    h. Jika persoalan dalam pokok uji menyangkut hitungan maka

    pengecohnya harus diambil dari akibat kesalahan yang mungkin

    dilakukan siswa akibat kecerobohan atau ketidaktahuan.

    i. Kunci hendaknya diletakkan secara acak (tidak berpola), seperti

    misalnya:

    1.C, 2.B, 3.C, 4.A, 5.D dst.

    j. Hendaknya satu pokok uji dituliskan pada halaman yang sama.

    Jangan ada pokok uji yang stemnya dituliskan pada halaman yang

    terpisah dengan opsinya.

    k. Sesuai dengan kaidah ejaan yang berlaku. Jika stem merupakan

    kalimat yang belum lengkap, di ujung kalimat dituliskan empat

    titik (.). tiga titik untuk menggantikan jawaban dan satu titik

    terakhir merupakan titik penutup kalimat. Jika stem merupakan

    kalimat be,um lengkap maka, kalimat option harus diawali dengan

    huruf kecil, sedangkan jika stem berupa kalimat Tanya, maka

    kalimat opsi diawali dengan huruf besar.

  • 21

    2. Melengkapi berganda

    Bentuk melengkapi berganda merupakan satu variasi (ragam) dari

    bentuk pilihan berganda. Bentuk pokok uji ini terdiri dari stem berupa

    pernyataan belum sempurna dan beberapa pernyataan pelengkap

    sebagai alternatif-alternatif jawaban. Alternatif jawaban benar dapat

    satu, dua, atau beberapa. Komposisi jawaban dituangkan dalam kode-

    kode. Kode-kode yang umum dinamakan ialah:

    A. Jika (1), (2), dan (3) benar.

    B. Jika (1) dan (3) benar.

    C. Jika (2) dan (4) benar.

    D. Jika hanya (4) yang benar.

    E. Jika semuanya benar.

    Contoh:

    Ptunjuk: Pilihan

    A. Jika (1), (2), dan (3) benar.

    B. Jika (1) dan (3) benar.

    C. Jika (2) dan (4) benar.

    D. Jika hanya (4) yang benar.

    E. Jika semuanya benar.

    1. Reaksi pembentukkan SO3 menurut persamaan reaksi

    SO3 (g) + O2(g) SO3 (g)

    Adalah reaksi eksoterm. SO3 yang dihasilkan akan bertambah jika

    .

    (1)tekanan diperbesar

    (3)ditambah gas O2

    (2)ditambah katalis (4)suhu dinaikkan

  • 22

    Untuk menghasilkan pokok uji bentuk melengkapi berganda

    dengan empat alternatif kkode (komposisi jawaban benar), opsi tiap pokok

    uji cukup tiga buah, dan komposisi jawaban benar adalah ;

    A. Jika (1) dan (2) benar.

    B. Jika (2) dan (3) benar.

    C. Jika (1) dan (3) benar.

    D. Jika semuanya benar.

    Contoh:

    Petunjuk: Pilihlah

    A. Jika (1) dan (2) benar.

    B. Jika (2) dan (3) benar.

    C. Jika (1) dan (3) benar.

    D. Jika semuanya benar.

    2. Yang merupakan isomer fungsi dari dietileter ialah .

    (1)2-metil-2-propanol

    (2)propil-metil-eter

    (3)n-butanol

    Oleh karena pengecoh (disktraktor) yang harus disediakan

    lebih sedikit, dan dimungkinkan terdapat beberapa alternatif

    jawaban benar , maka penulisan pokok uji melengkapi berganda

    dipandang lebih mudah dari pada pilihan berganda biasa.

    Keunggulan bentuk melengkapi berganda dibandingkan dengan

    pilihan berganda ialah satu pokok uji dapat mencakup beberapa

    aspek dari satu persoalan, seperti ditunjukkan contoh di bawah.

  • 23

    3. cairan 5-metil-2-heksena direaksikan dengan 11,2 liter gas H2

    (0oC, 2 atm) dengan katalis 1 gram serbuk nikel. Pada reaksi ini.

    (1)sisa serbuk nikel ialah 0.5 g

    (2)hasil reaksinya ialah isoheptana

    (3)terjadi subtitusi

    (4) dibentuk 100 gram hasil reaksi

    3. Analisis hubungan

    Bentuk analisis hubungan terdiri dari satu kalimat pernyataan, kata

    penghubung sebab, dan kalimat alasan. Yang perlu dilakukan siswa

    ialah menimbang apakah pernyataan itu benar atau salah, demikian

    juga halnya dengan alas an. Jika pernyataannya dan alas an keduanya

    benar, masalah berikutnya yang aharus diselesakan siswa ialah apakah

    ada hubungan antara pernyataan dan alas an. Lebih jelasnya apakah

    alas an itu merupakan alas an yang tepat bagi gejala yang

    dideskripsikan pada pernyataan.

    Kode untuk jawaban benar pada pokok uji analisis hubungan

    biasanya aialah:

    A. Jika Pernyataan benar, alas an benar, dan keduanya menunjukkan

    hubungan sebab-akibat

    B. Jika pernyataan benar dan alasan benar, tetapi keduanya tidak

    menunjukkan hubungan sebab-akibat

    C. Jika pernyataan benar dan alasan salah

    D. Jika pernyataan salah dan alas an benar

    E. Jika baik pernyataan maupun alas an, keduanya salah

    Contoh:

    1. Logam natrium bereaksi dengan air lebih cepat dibandingkan

    dengan logam magnesium

    SEBAB

    Logam natrium adalah oksidator yang lebih kuat daripada logam

    magnesium

  • 24

    d. Menjodohkan

    Bentuk menjodohkan merupakan satu kelompok uji yang didalamya

    terdapat dua lajur parallel. Masing-masing lajur berisi uraian, pernyataan,

    istilah, atau keterangan. Tugas siswa ialah memasangkan (menjodohkan)

    tiap informasi yang berada pada lajur sebelah kiri dan informasi yang

    terdapat pada lajur sebelah kanan. Biasanya problem (stem) diletakkan

    pada lajur kiri sedangkan option pada lajur kanan.

    Contoh:

    Petunjuk: pada lajur A tertera nama ahli-ahli kimia dan pada lajur B

    tertera hasil penemuan atau gagasan dalam ilmu kimia. Tuliskan huruf

    yang terletak di depan hasil penemuan pada titik-titik di belakang

    nama ahli kimia yang menemukannya.

    Lajur A Lajur B

    1.Mendeleyef () a.Sel elektrokimia

    2.Pauling () b.Struktur atom

    3.Bohr () c.Konsep Asam-Basa

    4.Bronsted () d.Keradioaktifan

    5.Daniel (...) e.Sistem Periodik

    f.Keelektronegatifan

    Keunggulan bentuk menjodohkan adalah:

    1. Relatif lebih mudah dibuat. Namun demikian akan menjadi lebih

    sukar jika jumlah pokok uji makin banyak.

    2. Jawaban benar karena penebakan minimum

    3. Sangan tepat untuk mengukur kemampuan jenjang hafalan karena

    berhubungan dengan siapa, apa, dan untuk apa.

  • 25

    Kelemahan bentuk menjodohkan adalah :

    1. Kurang tepat untuk mengukur kemampuan selain hafalan.

    2. Membuang waktu banyak jika kurang baik susunannya, misalnya

    diperlukan penyelidikan berulang-ulang terhadap daftar opsi dan

    stem jika terdapat beberapa pasangan yang mungkin.

    Hal-hal yang mesti diperhatikan dalam menulis kelompok pokok uji

    menjodohkan adalah:

    1. Problem yang dikemukakan dalam satu kelompok pokok uji

    menjodohkan hendaknya sejenis, apakah tentang alat ukur dan

    besaran yang diukur, zat dan sifat-sifatnya, nama ahli dan

    penemuannya, zat dan penggunaannya, nama tetapan dan

    sebagainya.

    2. Stem diletakkan di sebelah kiri dan diberi nomor, sedangkan option

    diletakkan di sebelah kanan dan diberi nomor dengan huruf abjad.

    3. Tempatkan satu kelompok pokok uji menjodohkan pada halaman

    yang sama, agar tidak menyulitkan siswa membacanya.

    4. Hendaknya tiap kelompok pokok uji menjodohkan tidak lebih dari

    10 pokok uji.

    5. Tambahkan satu atau dua alternatif jawaban tambahan sebagai

    pengecoh.

    Tes Lisan

    Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban

    secara lisan.

    Tes lisan biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan percakapan

    antara siswa dengan tester tentang masalah yang diujikan. Pelaksanaan

    Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung

    antara pendidik dan peserta didik.

  • 26

    Tes lisan dapat digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar

    siswa pada aspek pengetahuan (sesuai Permendikbud No 66 tahun 2013

    tentang standar penilaian). Tes lisan juga dapat digunakan untuk menguji

    siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Tes lisan bisa

    digunakan pada ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

    semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, dan

    ujian sekolah.

    Dalam pelaksanaannya tes lisan memiliki tujuan, antara lain: (1)

    mengukur kemampuan memecahkan masalah, (2) mengukur proses

    berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat, (3) menggunakan

    bahasa lisan, (4) mengukur kemampuan mempertanggungjawabkan

    pendapat atau konsep yang dikemukakan. Adapun pentunjuk teknis

    (Juknis) dan acuan yang mesti diperhatiak oleh tester, antara lain:

    1. Petunjuk teknis dan acuan perencanaan penilaian lisan

    a. menentukan kompetensi pengetahuan yang sesuai untuk dinilai

    melalui tes lisan

    b. menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan

    kompetensi pengetahuan yang dinilai melalui tes lisan

    c. menentukan kriteria kunci yang menunjukkan capaian

    indikator hasil belajar pada kompotensi pengetahuan

    d. menyusun kriteria kunci ke dalam rubrik penilaian

    e. menyusun pedoman pertanyaan yang menunjukkan

    kemampuan menggunakan bahasa lisan, sistematika berfikir,

    memecahkan masalah, mengungkapkan hubungan sebab

    akibat, dan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep

    yang dikemukakan sesuai dengan pokok-pokok pertanyaan

    evaluasi yang akan diajukan (memiliki validitas yang tinggi,

    baik dari segi isi maupun konstruksinya) serta harus disiapkan

    pedoman jawaban betul dan peskorannya).

  • 27

    f. Menyiapkan Lembaran penilaian, berupa format yang akan

    digunakan untuk mencatat skor hasil penilaian keberhasilan

    menjawab setiap soal yang diajukan

    2. Petunjuk teknis dan acuan pelaksanaan penilaian lisan

    a. Sebaiknya dilaksanakan kepada peserta didik satu per satu

    b. Menyeimbangkan alokasi waktu antara peserta didik yang satu

    dengan yang lain(jangan sampai ada yang terlalu lama atau

    sebaliknya).

    c. menegakkan prinsip obyektivitas dan prinsip keadilan dengan

    menghindari memberikan kalimat-kalimat tertentu yang

    sifatnya menolong peserta didik, memberi petunjuk atau sikap

    dan kalimat membenci

    d. Melakukan penentuan skor langsung setelah satu peserta didik

    selesai mengikuti tes lisan

    3. Acuan kualitas perangkat penilaian lisan

    a. Harus sesuai dengan kompetensi pada tarap pengetahuan yang

    hendak dilakukan tes lisan

    b. Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada

    c. Pertanyaan mendorong siswa mengkontruksi jawabannya

    sendiri

    d. Pertanyaan disusun dari pertanyaan sederhana ke pertanyaan

    komplek

    4. Acuan kualitas rubrik penilaian lisan

    a. dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid),

    b. sesuai dengan indikator pembelajaran,

    c. indikator menunjukkan kemampuan yang dapat dilakukan tes

    lisan,

  • 28

    d. indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur dengan

    tes lisan,

    e. sederhana, hanya memuat kata-kata kunci, dan mudah

    digunakan

    f. dapat memetakan kemampuan peserta didik

    ada pun sifat dari Tes Lisan, sebagai berikut : (1)Langsung kepada

    individu, (2) Menyebar kepada semua siswa, (3) Retorik, guru bertanya, diberi

    diberi waktu untuk menjawab, tetapi guru yang menjawab, (4) Balikan,

    pertanyaan siswa dijawab guru, selanjutnya guru bertanya lagi kepada siswa yang

    bertanya , dan (5) Terusan, pertanyaan siswa dibalikan untuk dijawab oleh siswa

    lainnya.

    Keunggulan dan Kelemahan tes lisan, sebagai berikut:

    KEUNGGULAN KELEMAHAN

    a. siswa dapat mengemukakan

    argumentasi/pendapat

    b. dapat mengevaluasi kemampuan

    penalaran

    c. dapat mengevaluasi kemampuan

    berbahasa lisan

    d. dapat melakukan pendalaman

    materi

    e. tidak mungkin terjadi

    penyontekan

    f. bahan ujian dapat luas dan

    mendalam

    a. sangat memungkinkan

    ketidakadilan

    b. subjektifitas tinggi

    c. memerlukan waktu yang lama

    d. jika siswa memiliki sifat gugup

    dapat mengganggu kelancaran

    menjawab

  • 29

    G. Kriteria Pertanyaan

    Suatu tes dapat dikatakan sebagai alat pengukur yang baik jika

    memenuhikarakteristik berikut ini yaitu:

    1. Memiliki validitas

    Tes dikatakan memiliki validitas jika tes tersebut dengan secara tepat,

    secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa

    yangseharusnya diukur, yaitu mengukur hasil belajar yang telah dicapai

    olehsiswa setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam

    jangkawaktu tertentu. Untuk menganalisis validitas suatu tes dapat

    dianalisissecara logika (logical analysis) dan secara empirik (empirical

    analysis).

    2. Memiliki reliabilitas

    Tes dikatakan memiliki reliabilitas jika hasil-hasil pengukuran

    yangdilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali

    terhadapsubjek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap atau

    sifatnyaajeg atau tetap dan stabil. Dengan kata lain, tes memiliki reliabel

    jika nilai-nilai yangdiperoleh para testee adalah stabil kapan saja, dimana

    saja, dan oleh siapasaja ujian itu dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.

    3. Memiliki objektivitas

    Tes dikatakan memiliki objektivitas jika tes tersebut disusun dan

    dilaksanakan menurut tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan,

    bukan atas kemauan dan kehendak dari tester, serta dalam pemberian skor

    dan penentuan nilai harus terhindar dari unsur-unsur subjektivitas tester.

    4. Memiliki praktikabilitas

    Tes dikatakan memiliki praktikabilitas jika tes tersebut praktis (mudah

    dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-

    petunjuk yang jelas) dan mudah pengadministrasiannya.

    5. Memiliki ekonomis

    Tes dikatakan ekonomis jika pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan

    ongkos/biaya yang mahal, tenaga banyak, dan waktu yang lama.

  • 30

    H. Efektifitas Distraktor atau Pengecoh

    Distraktor adalah suatu pola yang menggambarkan bagaimana peserta

    tes menentukan pilihan jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan

    jawaban yang telah dipasangkan pada setiap butir item. Pengecoh

    (distractor),bertujuan untuk mengecoh mereka yang kurang mampu (tidak

    tahu) untuk dibedakan dengan yang mampu (lebih tahu).

    Distraktor sudah berfungsi dengan baik jika sudah dipilih oleh lebih

    dari 5% pengikut tes (p > 5%) dan jika kurang atau sama dengan 5% (p 5%)

    berarti distraktor tidak berfungsi dengan baik.

    Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir item soal

    pada contoh di atas agar dari sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil

    belajar ada yang tertarik atau terangsang untuk memilihnya, sebab mereka

    menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih merupakan jawaban yang

    betul. Dengan kata lain, distraktor baru dapat dikatakan telah dapat

    menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut telah memiliki

    daya rangsang yang tinggi sehingga testee (khususnya yang masuk dalam

    kategori kemampuannya rendah) merasa bimbang, dan ragu sehingga

    akhirnya mereka terkecoh untuk memilih distraktor sebagai jawaban yang

    betul, sebab mereka mengira yang mereka pilih itu adalah kunci jawaban

    item, padahal bukan.

    Efektifitas distraktor adalah seberapa baik pilihan yang salah

    tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci

    jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang memilih distraktor

    tersebut, maka distaktor itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Cara

    menganalisis fungsi distraktor dapat dilakukan dengan menganalisis pola

    penyebaran jawaban butir(Akan dijelaskan pada kelompok lain). Pola

    penyebaran jawaban sebagaimana dikatakan Sudijono adalah suatu pola yang

    dapat menggambarkan bagaimana peserta tes dapat menentukan pilihan

    jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah

    dipasangkan pada setiap butir.

  • 31

    Berfungsi tidaknya pengecoh (distractor) banyak ditentukan oleh cara

    penyusunan suatu tes, tes pilihan yang disusun tanpa memperhatikan

    homogen tidaknya alternatif pilihan berpeluang untuk tidak berfungsi

    distraktor. Alternatif tersebut dapat ditebak tanpa dipikirkan atau tanpa

    belajar sama sekali. Demikian juga halnya bila kalimat pernyataan atau

    kalimat pertanyaan memberi petunjuk untuk jawaban yang benar. Panjang

    pendeknya alternatif pilihan dapat memberi petunjuk kearah kunci jawaban.

    Alternatif jawaban yang cendrung panjang, cendrung merupakan petunjuk

    jawaban yang benar. Begitu juga alternatif pilihan yang berbunyi semua

    benar merupakan petunjuk jawaban yang benar.

    Ciri-ciri pengecoh yang baik :

    1. Ada yang memilih, khususnya dari kelompok bawah

    2. Dipilih lebih banyak oleh kelompok rendah daripada kelompok tinggi

    3. Jumlah pemilih kelompok tinggi pada pengecoh itu tidak menyamai

    jumlah kelompok tinggi yang memilih kunci jawaban

    4. Paling sedikit dipilih oleh 5%pengikut tes

    I. Reward and Punishment

    Seorang guru tidak dapat mengetahui sejauh mana siswanya mengerti

    dan paham terhadap pelajaran kimia yang telah diajarkan ketika guru yang

    bersangkutan tidak melakukan pengukuran hasil belajar siswanya.

    Pengukuran ini dilakukan dengan memberikan sebuah tes formatif kepada

    seluruh siswa.

    Tes formatif yang bisa memberikan umpan balik pada setiap satuan

    pembelajaran sehingga guru dan murid mengetahui kelemahan dan

    kelebihannya jarang dilakuan guru karena waktu yang relatif singkat. Sulitnya

    menentukan bentuk tes yang sesuai juga menjadi salah satu faktor guru tidak

    mengadakan tes formatif. selain itu juga, kebiasaan buruk siswa seperti

    menebak jawaban, mencontek, kerjasama dalam menjawab soal membuat tes

    yang diberikan kepada mereka menjadi tidak efektif.

  • 32

    Bentuk tes objektif pilihan ganda bisa digunakan sebagai tes formatif

    karena bentuk tes ini tidak membutuhkan waktu yang lama baik dalam

    menjawab ataupun memeriksa hasil jawaban siswa. Tapi bentuk tes objektif

    pilihan ganda memudahkan siswa untuk bisa menebak jawaban tanpa resiko

    apapun, mencontek dan melakukan kerjasama sesama teman. Kebiasaan

    buruk siswa menebak, mencontek, dan kerjasaama menjawab soal perlu

    diatasi. Salah satu cara mengatasi hal ini adalah dengan memberikan

    hukuman (punishment) pada siswa yang melakukan kebiasaan buruk tersebut

    dan memberikan hadiah (reward) pada siswa yang tidak melakukan hal

    tersebut atau melakukan hal benar. Namun pemeberian reward dan

    punishment pada siswa tidak boleh sembarangan, untuk itu sebaiknya reward

    dan punishment diberikan dalam bentuk skor pada penskoran butir-butir soal

    tes yang diberikan, salah satunya tes formatif.

    Selain untuk mengurangi kebiasaan buruk siswa, pemberian

    rewardscore (penambahan skor) dan punishmentscore (pengurangan skor)

    juga bisa meningkatkan motivasi belajar dan kepercayaan diri siswa dalam

    pembelajaran kimia. Banyak dampak positif dalam pembelajaran dengan

    diberikannya reward yaitu hubungan guru dan siswa menjadi lebih erat,

    perhatian siswa pada pelajaran kimia lebih meningkat, merangsang dan

    meningkatkan motivasi belajar kimia, meningkatkan kegiatan belajar kimia,

    dan membina tingkah laku siswa yang produktif. Sementara dampak

    pemberian punishment adalah menyadarkan siswa akan kesalahannya

    sehingga mereka akan termotivasi untuk menjadi lebih baik. (Risqi dan Dody.

    2012)

    Hamchek (1990 : 22) dalam Risqi dan Dody. Dalam bukunya

    menyebutkan Reward arouse good feeling about our selves, our work, and

    usually about those doing the rewarding. Makna yang terkandung dalam

    tulisan Hamchek tersebut ternyata reward bisa membangkitkan atau

    membangun perasaan baik siswa dalam belajar. Jadi reward bisa

    meningkatkan reaksi diamana reward itu diberikan pada reaksi tersebut.

  • 33

    Sebagai contoh, seorang siswa diminta mengerjakan soal kimia tentang

    sistem koligatif larutan, kemudian siswa itu mampu menjawab dengan benar

    dan guru memberikan dia sebuah pujian atau penghargaan lainnya. Maka

    siswa itu akan bersemangat untuk bisa mengerjakan soal-soal lain yang

    diberikan oleh gurunya sehingga dia akan giat belajar.

    Jadi reward adalah penghargaan atau hadiah yang diberikan oleh

    seseorang (guru) kepada seseorang atau kelompok tertentu (siswa). Reward

    diberikan kepada siswa yang berhasil (mampu mengerjakan soal dengan

    baik).

    Meurut Chaplin (2004 : 410) dalam Risqi dan Dody. dalam kamus

    lengkap psikologi, punishment adalah : 1. Penderitaan atau siksaan rasa sakit,

    atau rasa tidak senang pada seorang subjek, karena kegagalan dalam

    menyesuaikan diri terhadap suatu rangkaian perbuatan yang sudah ditentukan

    terlebih dahulu dalam satu percobaan. 2. Suatu perangsang dengan valensi

    negative, atau satu perangsang yang mampu menimbulkan kesakitan atau

    ketidaksenangan. 3. Pembebanan satu periode pengurungan atau penahanan

    pada seorang pelanggar yang sah.

    Pemberian punishment pada siswa harus dalam tingkat kewajaran

    karena bila berlebihan akan membuat siswa menjauh dan takut untuk belajar

    kimia. Oleh karena itu pemberian punishment haruslah memenuhi syarat-

    syarat berikut : pemberian hukuman harus dalam cinta dan kasih sayang,

    didasarkan pada alasan keharusan, bisa menimbulkan kesan di hati siswa,

    diikuti pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan, mengandung makna

    edukasi.

    Reward dan punishmentscore yang dimaksud dalam hal ini adalah

    memberikan point 4 kepada siswa yang menjawab benar, point -1 kepada

    siswa yang menjawab salah dan memberikan point 0 kepada siswa yang tidak

    memberikan jawaban. Hal ini yang diharapkan dapat meningkatkan hasil

  • 34

    belajar siswa dan data yang diperoleh pun sangat kuat dan terpercaya. Karena

    adanya sistem reward and punishment ini siswa akan memikir dua kali

    apabila menemukan soal yang sekiranya sulit untuk ditemukan jawabannya

    karena jika ia coba-coba menebak maka risiko yang mesti diterima adalah

    nilai -1 bagi jawabannya yang salah.

  • 35

    BAB III

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Tes adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan

    data dalam rangka pengukuran untuk mengetahui kemampuan kognitif

    yang akan dihasilkan suatu nilai.

    Pentingnya dilakukan tes adalah untukmengukur sejauh mana

    kemajuan belajar atau hasil belajar seorang siswa.Fungsi tes dalam dunia

    pendidikan adalah sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa;

    sebagai motivator dalam pembelajaran; sebagai upaya perbaikan kualitas

    pembelajaran; dan sebagai penentu berhasil atau tidaknya siswa sebagai

    syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan

    melaksanakan tes sumatif.

    Tes terdiri dari bebagai macam jenis dilihat dari berbagai kriteria.

    Macam-macam soal pembentuk tes terdiri dari dua bagian, yaitu tes uraian

    (essay) dan tes objektif. Kriteria pertanyaan yang baik harus memiliki

    validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. Begitu

    puladalam suatu soal harus terdapat pengecoh (distractor) yang bertujuan

    untuk mengecoh bagi mereka yang kurang paham dan mana yang sudah

    paham akan materi. Distraktor sudah berfungsi dengan baik ketika paling

    sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.

  • 36

    B. Saran

    Penulis menyarankan untuk para pembaca khususnya calon pendidik

    dan para pendidik untuk mengaplikasikan tes sebagai alat mengevaluasi

    pembelajaran siswa dengan sebaik-baiknya. Khususnya kepada guru,

    sebaiknya bisa menyusun tes dengan baik setelah mengkaji makalah ini.

    Adapun kajian mengenai tes yang dilakukan penulis, bisa memberi

    motivasi kepada pihak lain untuk mengkaji tes secara lebih mendalam dan

    komprehensif lagi.

  • 37

    DAFTAR PUSTAKA

    Firman, Harry. (2013). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Bandung: FPMIPA UPI

    Sriyati, Siti Dra., M.Si., (2012). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran. Bandung :

    Biologi UPI

    Ahyan, Shahibul. (2012). Tes Dalam Dunia Pendidikan.[Online]. Tersedia :

    http://shahibul1628.files.wordpress.com/2012/03/tes-dalam-dunia-pendidikan.pdf.

    (25 Februari 2014).

    Anonim. (2008). TES. [Online]. Tersedia : http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi. (26

    Februari 2014).

    Anonim. (2012). Pengertian dan Definisi Tes Menurut Para Ahli. [Online].

    Tersedia : http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-tes-

    menurut-para-ahli/ (25 Februari 2014).

    Lasmi. (2011). Makalah Pengecoh yang Baik dalam Pilihan Ganda. [Online].

    Tersedia : http://lasmicayo.blogspot.com/2011/01/makalah-pengecoh-yang-

    baik-dalam.html. (26 Februari 2014).

    Risqi, Rahman dan Dody Adyansyah. 2012. Pengaruh Pemberian Tes Formatif

    Pilihan Ganda dengan Reward dan Punishment Score Terhadap Hasil Belajar

    Matematika Siswa. Jakarta Selatan : Universitas Muhammadiyah Prof. DR

    HAMKA . tersedia : http://www.risqirahman.com/pengaruh-pemberian-tes-

    formatif-pilihan-ganda-dengan-reward-dan-punishment-score-terhadap-hasil-

    belajar-matematika-siswa/ (sabtu, 1 maret 2014 pkl. 21.00 wib)

    Widya, Elfran. (2013). Penilaian Tes Lisan .[online]. terasedia :

    elpramwidya.files.wordpress.com/2013/09/penilaian-tes-lisan.pptx (hari sabtu, 1

    maret pkl. 20.00 wib)