24
MAKALAH EUTHANASIA Dosesn: Ns. Lili Fajria,S.Kep Disusun oleh: Kelompok IA Irawati (1110324001) Febri Wendari (1110324003) Dian Rilawati (1110324004) Riadhoh (1110324005) Wisfi Desriyanti (1110324006) Rini Heldina (1110324007) Arini Elhuda (1110324008) Armayanti (1110324009) Silvia Handayani (1110324010) Hafizatul Aini (1110324011) Almira Ghandi (1110324012) Maulida Rahmi (0810325060) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN 2011

MAKALAH EUTHANASIA - · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

  • Upload
    dohanh

  • View
    238

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

MAKALAH

EUTHANASIA

Dosesn: Ns. Lili Fajria,S.Kep

Disusun oleh:

Kelompok IA

Irawati (1110324001)

Febri Wendari (1110324003)

Dian Rilawati (1110324004)

Riadhoh (1110324005)

Wisfi Desriyanti (1110324006)

Rini Heldina (1110324007)

Arini Elhuda (1110324008)

Armayanti (1110324009)

Silvia Handayani (1110324010)

Hafizatul Aini (1110324011)

Almira Ghandi (1110324012)

Maulida Rahmi (0810325060)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2011

Page 2: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT, karena berkat rahmat

dan karuniaNYA penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berkenaan dengan

kasus skenario 1 tentang “EUTHANASIA”

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata

kuliah Etik dan Hukum Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terima kasih tersebut

ditujukan kepada:

1. Ibu Ns. Lili Fajria, S.Kep selaku dosen pengajar mata kuliah Etik dan Hukum

Keperawatan.

2. Rekan- rekan program B 2011 Program Studi Ilmu Keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna,

untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak

untuk perbaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang

membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, Oktober 2011

Penulis

Page 3: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Tujuan ........................................................................................ 1

C. Manfaat ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Brain Death

1. Pengertian ............................................................................ 3

2. Kriteria Diagnostik Mati Otak ................................................. 5

B. Euthanasia

1. Pengertian .............................................................................. 5

2. Euthanasia di Indonesia .......................................................... 6

3. Jenis- jenis Euthanasia ............................................................. 7

4. Syarat Dilakukannya Euthanasia ............................................. 8

5. Aspek- aspek dalam Euthanasia ............................................... 9

C. Kelalaian

1. Pengertian ............................................................................... 12

2. Bentuk Kelalaian .................................................................... 13

D. Malpraktek

1. Pengertian .............................................................................. 13

2. Unsur Malpraktek ................................................................... 14

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................... 15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 19

B. Saran ............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, akan mengalami siklus kehidupan

yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia dengan

berbagai permasalahannya, serta diakhiri dengan kematian. Dari proses siklus

kehidupan tersebut, kematian merupakan salah satu yang masih mengandung

misteri besar dan ilmu pengetahuan belum berhasil menguaknya. Untuk dapat

menentukan kematian seseorang sebagai individu diperlukan kriteria diagnostik

yang benar berdasarkan konsep diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah.

Kematian sebagai akhir dari rangkaian kehidupan adalah merupakan hak dari

Tuhan. Tak seorangpun yang berhak menundanya sedetikpun, termasuk

mempercepat waktu kematian. Tetapi bagaimana dengan hak pasien untuk mati

guna menghentikan penderitaannya. Hal itulah yang masih menjadi pembahasan

hangat di Indonesia.

Hak pasien untuk mati, yang seringkali dikenal dengan istilah euthanasia,

sudah kerap dibicarakan oleh para ahli. Namun masalah ini akan terus menjadi

bahan perdebatan, terutama jika terjadi kasus-kasus menarik.

Untuk itulah masalah skenario pertama mengenai kasus euthanasia sangat

menarik untuk dibahas.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar mengenai Brain Death, Euthanasia dan aspek

etika dan hukum dalam kasus tersebut.

2. Untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga dan tenaga

kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran masing- masing profesi yaitu perawat dan

tenaga kesehatan lainnya dalam menghadapi masalah Euthanasia jika dikaitkan

dengan etika dan hukum keperawatan.

Page 5: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

4. Untuk mengetahui siapa yang memegang peranan penting dalam pengambilan

keputusan untuk kasus Euthanasia.

5. Untuk mencari dan menentukan solusi yang akan dilakukan dan siapa yang akan

memutuskan dalam penangan kasus Euthanasia.

C. Manfaat

Mampu menerapkan dan melaksanakan peran sebagai perawat dan apa saja yang

seharusnya dilakukan oleh seorang perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam

pengambilan keputusan mengenai masalah Euthanasia.

Page 6: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BRAIN DEATH

1. PENGERTIAN

Tahun 1950 kematian otak didefinisikan sebagai terhentinya sirkulasi

darah secara total, dan terhentinya fungsi vital seperti pernapasan, pulsasi.

Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi Cardiopulmonary resuscitation

(CPR), fungsi vital dapat dipertahankan meskipun ada gangguan sistem saraf

pusat irrevesible. Definisi kematian otak mengalami perubahan dari segi medis

dan hukum. Kematian otak tanpa kematian organ tubuh yang lain

memungkinkan transplantasi organ bila penderita tidak mungkin pulih.

Tahun 1967 American Electroencephalographic Society meneliti 1665

penderita dengan electrocerebral silence. Aktivitas listrik otak tidak lebih dari 2

μV antara pasangan elektrode yang berjarak 10 cm atau lebih. Penderita

mengalami koma dengan berbagai stadium. Hanya 3 penderita yang pulih fungsi

cerebralnya. Penderita ini koma akibat obat, 2 penderita koma akibat barbiturat

dan 1 penderita akibat meprobamat. Electrocerebral silence dengan tanda apnea,

tidak ada respons, tidak ada refleks cephalic, dan tidak bisa mempertahankan

sirkulasi tanpa bantuan alat, didiagnosis koma irreversible (cerebral death), yang

disebut electrocerebral inactivity.

Tahun 1968 konsensus Ad Hoc Committee dari Harvard Medical School

mendefinisikan koma ireversibel sebagai tiadanya respons dari rangsangan luar,

tidak ada pergerakan, tidak ada napas, tidak ada refleks, dan EEG datar. Tahun

1975 American Neurological Association memperbarui definisi koma Harvard

karena tidak sesuai untuk anak usia di bawah 5 tahun. Sistem saraf immature

dapat bertahan pada periode electrocerebral silence.

Definisi kematian otak dibahas oleh beberapa organisasi seperti

American Bar Association, American Medical Association, dan National

Conference of Commissioners on Uniform State Laws. Pada tahun 1981

kematian otak didefinisikan sebagai tidak berfungsinya sirkulasi dan pernapasan

Page 7: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

ireversibel, atau tidak berfungsinya semua fungsi otak ireversibel termasuk

batang otak. Definisi ini berdasarkan fakta bahwa fungsi otak tidak bisa kembali

sesudah 6 jam tidak berfungsi, berdasarkan pemeriksaan fisik dan EEG. Bila

tidak ada tes-tes konfirmasi, observasi dilakukan sedikitnya selama 12 jam. Pada

kasus jejas anoksia, observasi dilakukan sampai 24 jam. Pedoman ini tidak

melibatkan kriteria usia penderita (Yunan: 2000)

Definisi tersebut yaitu:

Seseorang dengan otak tidak berfungsi ireversibel dinyatakan meninggal dunia

bila:

- Diketahui semua fungsi otak tidak berfungsi.

- Tidak ada fungsi serebral, misal tidak ada respons

- Tidak berfungsi batang otak, seperti refleks cahaya pupil, refleks kornea,

refleks okulosefalik/ okulovestibuler, refleks orofaringeal, pernapasan

seperti apnea.

- Diketahui tidak berfungsinya otak bersifat ireversibel

- Penyebab koma diketahui dan bermakna sebagai penyebab kehilangan fungsi

otak, faktor peluang pemulihan fungsi otak disingkirkan.

- Kegagalan fungsi otak menetap selama masa observasi atau percobaan terapi.

- Komplikasi disingkirkan, seperti keracunan obat dan metabolik

- Hipotermia

- Usia di bawah 5 tahun

- Syok sirkulasi

- Observasi sudah dilakukan dengan waktu yang cukup, tanpa tes-tes

konfirmasi 12 jam sejak penyebab kondisi ireversibel diketahui

- Jejas anoksia otak

- Dengan tes-tes konfirmasi (mempersingkat waktu observasi), diagnosis

kematian otak ditentukan dengan Electroencephalography (EEG): tidak ada

fungsi korteks, bersifat ireversibel, dengan ditandai electrocerebral silence,

dan klinis tidak ada fungsi batang otak. Cerebral Blood Flow (CBF): tidak

ada aliran darah otak yang ditunjukkan dengan pemindai radionuklida

(radionuclide scanning) atau angiografi serebral 4 pembuluh darah

Page 8: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

intrakranial, dan klinis tidak ada fungsi otak selama minimal 6 jam. (Suyono:

2010)

2. KRITERIA DIAGNOSIS MATI OTAK

Beberapa perkara utama perlu diperhatikan sebelum sesuatu kasus kematian otak

ditentukan, yaitu:

a. Koma, pasien perlu dilakukan pemeriksaan gerakan tindakan balas spontan

terhadap rangsangan yang menyakitkan atau tidak menyenangkan. Pasien

yang telah mati otak tidak menunjukkan sembarang tindakan balas terhadap

semua rangsangan yang kuat maupun menyakitkan.

b. Apnea, tidak ada pernafasan secara spontan dan pasien hanya mampu

bernafas dengan bantuan alat pernafasan. Jika alat bantuan pernafasan

dicabut, pernafasan tidak ada setelah dilepas selama 10 menit.

c. Tindakan balas pangkal otak, pangkal otak disahkan telah berhenti berfungsi

berdasarkan tindak-balas refleks seperti:

1) Pupil mata tidak mengecil apabila disinarkan cahaya ke arah mata.

Kedua belah mata hendaklah diuji. Pastikan midriasis atau miotik.

2) Tidak ada refleks kornea.

Tidak ada respon kelipan mata paada kedua apabila permukaan kornea

disentuh.

3) Rangsangan terhadap saluran udara.

Kateter dimasukkan ke dalam mulut melintasi laring dan trakea sampai ke

carina. Gangguan reflek ataupun batuk tidak ada jika pasien telah mati

otak. (Yunan: 2000)

B. EUTHANASIA

1. PENGERTIAN

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang berarti indah,

bagus, terhormat atau gracefully and with dignity dan Thanatos yang berarti

mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan

baik. Sedangkan secara harafiah, euthanasia tidak dapat diartikan sebagai

pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.

Page 9: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

Menurut Philo (50-20 SM), euthanasia berarti mati dengan tenang dan

baik, sedangkan Suetonis penulis Romawi dalam bukunya Vita Caesarum

mengatakan bahwa euthanasia berarti “mati cepat tanpa derita”.

Masalah euthanasia biasanya dikaitkan dengan masalah bunuh diri.

Dalam hukum pidana, masalah bunuh diri yang perlu dibahas adalah apakah

seseorang yang mencoba bunuh diri atau membantu orang lain untuk

melakukan bunuh diri itu dapat dipidana, karena dianggap telah melakukan

kejahatan.

Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat, seseorang yang gagal

melakukan bunuh diri dapat dipidana. Juga di Israel, perbuatan percobaan

bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam pidana. Pernah

ada amandemen agar larangan ini dicabut, tetapi Prof.Amos Shapira

berpendapat bahwa dengan konsep perbuatan percobaan bunuh diri sebagai

tindakan yang tidak terlarang, merupakan gerakan kearah diakuinya „hak

untuk mati‟.

Dilihat dari segi agama Samawi, euthanasia dan bunuh diri merupakan

perbuatan yang terlarang. Sebab masalah kehidupan dan kematian seseorang

itu berasal dari Sang Pencipta yaitu Tuhan. Jadi, perbuatan yang menjurus

kepada tindakan penghentian hidup yang berasal dari Tuhan merupakan

perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, oleh karenanya tidak

dibenarkan.

2. EUTHANASIA DI INDONESIA

Apakah hak untuk mati dikenal di Indonesia? Indonesia melalui pasal

344 KUHP jelas tidak mengenal hak untuk mati dengan bantuan orang lain.

Banyak orang berpendapat bahwa hak untuk mati adalah hak azasi manusia,

hak yang mengalir dari “hak untuk menentukan diri sendiri” (the right of self

determination/TROS) sehingga penolakan atas pengakuan terhadap hak atas

mati, adalah pelanggaran terhadap hak azasi manusia yang tidak dapat

disimpangi oleh siapapun dan menuntut penghargaan serta pengertian yang

penuh pada pelaksanaannya.

Page 10: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

Kode Etik Kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia dalam tiga arti:

1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan,

buat yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.

2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan

memberi obat penenang.

3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja atas

permintaan pasien sendiri maupun keluarganya.

3. JENIS- JENIS EUTHANASIA

Dari penggolongan Euthanasia, yang paling praktis dan mudah

dimengerti adalah:

a. Euthanasia aktif

Tindakan secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga

kesehatan lain untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Merupakan tindakan yang dilarang, kecuali di negara yang telah

membolehkannya lewat peraturan perundangan.

b. Euthanasia pasif

Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak lagi

memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien,

misalnya menghentikan pemberian infus, makanan lewat sonde, alat bantu

nafas, atau menunda operasi.

c. Auto euthanasia

Seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima

perawatan medis dan dia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek

atau mengakhiri hidupnya. Dengan penolakan tersebut ia membuat sebuah

codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto euthanasia pada dasarnya adalah

euthanasia pasif atas permintaan.

Page 11: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

Karena masih banyak pertentangan mengenai definisi euthanasia, diajukan

berbagai pendapat sebagai berikut:

a. Voluntary euthanasia

Permohonan diajukan pasien karena, misalnya gangguan atau penyakit

jasmani yang dapat mengakibatkan kematian segera yang keadaannya

diperburuk oleh keadaan fisik dan jiwa yang tidak menunjang.

b. Involuntary euthanasia

Keinginan yang diajukan pasien untuk mati tidak dapat dilakukan

karena, misalnya seseorang yang menderita sindroma Tay Sachs. Keputusan

atau keinginan untuk mati berada pada pihak orang tua atau yang

bertanggung jawab.

c. Assisted suicide

Tindakan ini bersifat individual dalam keadaan dan alasan tertentu

untuk menghilangkan rasa putus asa dengan bunuh diri.

d. Tindakan langsung menginduksi kematian

Alasan tindakan ini adalah untuk meringankan penderitaan tanpa izin

individu yang bersangkutan dan pihak yang berhak mewakili. Hal ini

sebenarnya pembunuhan, tapi dalam pengertian agak berbeda karena

dilakukan atas dasar belas kasihan. (Billy: 2008)

4. SYARAT DILAKUKANNYA EUTHANASIA

Sampai saat ini, kaidah non hukum yang manapun, baik agama, moral

dan kesopanan menentukan bahwa membantu orang lain mengakhiri hidupnya,

meskipun atas permintaan yang bersangkutan dengan nyata dan sungguh-

sungguh adalah perbuatan yang tidak baik. Di Amerika Serikat, euthanasia

lebih populer dengan istilah “physician assisted suicide”. Negara yang telah

memberlakukan euthanasia lewat undang-undang adalah Belanda dan di negara

bagian Oregon-Amerika Serikat.

Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, antara lain:

a. Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-benar sedang

sakit dan tidak dapat diobati misalnya kanker.

Page 12: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

b. Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan hidupnya kecil dan

tinggal menunggu kematian.

c. Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga penderitaannya

hanya dapat dikurangi dengan pemberian morfin.

d. Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien, hanyalah

dokter keluarga yang merawat pasien dan ada dasar penilaian dari dua

orang dokter spesialis yang menentukan dapat tidaknya dilaksanakan

euthanasia.

Semua persyaratan itu harus dipenuhi, baru euthanasia dapat dilaksanakan.

Indonesia sebagai negara berasaskan Pancasila, dengan sila pertamanya

„Ketuhanan Yang Maha Esa‟, tidak mungkin menerima tindakan

“euthanasia aktif”.

Mengenai “euthanasia pasif” merupakan suatu “daerah kelabu” karena

memiliki nilai bersifat “ambigu” yaitu di satu sisi bisa dianggap sebagai

perbuatan amoral, tetapi di sisi lain dapat dianggap sebagai perbuatan

mulia karena dimaksudkan untuk tidak memperpanjang atau berjalan

secara alamiah. (Fadli: 2000)B

5. ASPEK- ASPEK DALAM EUTHANASIA

a. Aspek Hukum

Undang-undang yang tertulis dalam KUHP hanya melihat dari sisi

dokter sebagai pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan

dianggap sebagai pembunuhan berencana, atau dengan sengaja

menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, dokter

selalu pada pihak yang dipersalahkan dalam tindakan euthanasia, tanpa

melihat latar belakang dilakukannya euthanasia tersebut, tidak peduli

apakah tindakan tersebut atas permintaan pasien itu sendiri atau

keluarganya, untuk mengurangi penderitaan pasien dalam keadaan sekarat

atau rasa sakit yang sangat hebat yang belum diketahui pengobatannya. Di

lain pihak, hakim dapat menjatuhkan pidana mati bagi seseorang yang

masih segar bugar yang tentunya masih ingin hidup, & tidak menghendaki

Page 13: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

kematiannya seperti pasien yang sangat menderita tersebut, tanpa dijerat

pasal-pasal dalam undang-undang dalam KUHP.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebenarnya telah cukup antisipasif

dalam menghadapi perkembangan iptekdok, antara lain dengan

menyiapkan perangkat lunak berupa SK PB IDI no.319/PB/4/88 mengenai

“Pernyataan Dokter Indonesia tentang Informed Consent”. Disebutkan di

sana, manusia dewasa dan sehat rohani berhak sepenuhnya menentukan apa

yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan

tindakan medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walau untuk

kepentingan pasien itu sendiri. Kemudian SK PB IDI no.336/PB/4/88

mengenai “Pernyataan Dokter Indonesia tentang Mati”. Sayangnya SKPB

IDI ini tidak atau belum tersosialisasikan dengan baik di kalangan IDI

sendiri maupun di kalangan pengelola rumah sakit. Sehingga, tiap dokter

dan rumah sakit masih memiliki pandangan serta kebijakan yang berlainan.

Apabila diperhatikan lebih lanjut, pasal 338, 340, & 344 KUHP, ketiganya

mengandung makna larangan untuk membunuh. Pasal 340 KUHP sebagai

aturan khususnya, dengan dimasukkannya unsur “dengan rencana lebih

dahulu”, karenanya biasa dikatakan sebagai pasal pembunuhan yang

direncanakan atau pembunuhan berencana. Masalah euthanasia dapat

menyangkut dua aturan hukum, yakni pasal 338 & 344 KUHP. Dalam hal

ini terdapat apa yang disebut „concursus idealis‟ yang diatur dalam pasal 63

KUHP, yang menyebutkan bahwa:

1) Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka

yang dikenakan hanya salah satu diantara aturan-aturan itu, jika berbeda-

beda yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling

berat.

2) Jika suatu perbuatan yang masuk dalam suatu aturan pidana yang umum

diatur pula dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus

itulah yang dikenakan. Pasal 63 (2) KUHP ini mengandung asas „lex

specialis derogat legi generalis‟, yaitu peraturan yang khusus akan

mengalahkan peraturan yang sifatnya umum.

Page 14: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

b. Aspek Hak Azazi

Hak azasi manusia (HAM) selalu dikaitkan dengan hak hidup, hak

damai dan sebagainya. Tapi tidak tercantum jelas adanya hak seseorang

untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran HAM,

terbukti dari aspek hukum euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga

medis dalam pelaksanaan euthanasia. Sebenarnya, dengan dianutnya hak

untuk hidup layak dan sebagainya, secara tidak langsung seharusnya

terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri

dari segala ketidaknyamanan atau lebih jelas lagi dari segala penderitaan

yang hebat.

c. Aspek Ilmu Pengetahuan

Iptekdok dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya

tindakan medis untuk mencapai kesembuhan atau pengurangan penderitaan

pasien. Apabila secara iptekdok hampir tidak ada kemungkinan untuk

mendapat kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan, apakah

seseorang tidak boleh mengajukan haknya untuk tidak diperpanjang lagi

hidupnya. Segala upaya yang dilakukan akan sia-sia, bahkan sebaliknya

dapat dituduhkan suatu kebohongan, karena di samping tidak membawa

kesembuhan, keluarga yang lain akan terseret dalam habisnya keuangan.

d. Aspek Agama

Kelahiran & kematian merupakan hak prerogatif Tuhan dan bukan

hak manusia sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai

hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri. Atau

dengan kata lain, meskipun secara lahiriah atau tampak jelas bahwa

seseorang menguasai dirinya sendiri, tapi sebenarnya ia bukan pemilik

penuh atas dirinya. Ada aturan-aturan tertentu yang harus kita patuhi & kita

imani sebagai aturan Tuhan.

Jadi, meskipun seseorang memiliki dirinya sendiri, tetapi tetap saja

ia tidak boleh membunuh dirinya sendiri. Pernyataan ini menurut ahli

agama secara tegas melarang tindakan euthanasia, apapun alasannya.

Dokter dapat dikategorikan melakukan dosa besar dan melawan kehendak

Tuhan dengan memperpendek umur seseorang. Orang yang menghendaki

Page 15: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang-kadang

dalam keadaan sekarat dapat dikategorikan putus asa dan putus asa tidak

berkenan di hadapan Tuhan.Tetapi putusan hakim dalam pidana mati pada

seseorang yang segar bugar dan tentunya sangat tidak ingin mati dan tidak

sedang dalam penderitaan apalagi sekarat, tidak pernah dikaitkan dengan

pernyataan agama yang satu ini. Aspek lain dari pernyataan

memperpanjang umur, sebenarnya bila dikaitkan dengan usaha medis dapat

menimbulkan masalah lain. Mengapa orang harus ke dokter untuk berobat

mengatasi penyakitnya. Kalau memang umur berada di tangan Tuhan, bila

memang belum waktunya, ia tidak akan mati. Hal ini dapat diartikan

sebagai upaya memperpanjang umur atau menunda proses kematian. Jadi

upaya medis dapat pula dipermasalahkan sebagai upaya melawan kehendak

Tuhan. Pada kasus-kasus tertentu, hukum agama memang berjalin erat

dengan hukum positif. Sebab di dalam hukum agama juga terdapat

dimensi-dimensi etik & moral yang juga bersifat publik. Misalnya tentang

perlindungan terhadap kehidupan, jiwa atau nyawa. Hal itu jelas

merupakan ketentuan yang sangat prinsip dalam agama. Dalam hukum

positif manapun, prinsip itu juga diakomodasi. Oleh sebab itu, ketika kita

melakukan perlindungan terhadap nyawa atau jiwa manusia, sebenarnya

kita juga sedang menegakkan hukum agama, sekalipun wujud materinya

sudah berbentuk hukum positif atau hukum negara. (Ismail: 2005)

C. KELALAIAN

1. PENGERTIAN

Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktek medis,

sekaligus merupakan bentuk malpraktek medis yang paling sering terjadi. Pada

dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang melakukan sesuatu yang seharusnya

tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh

orang lain yang memiliku kulifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi

yang sama. Perlu diingat bahwa pada umumnya kelalaian ynag dilakukan orang

perorang bukanlah merupakan perbuatan ynag dapat dihukum, kecuali apabila

dilakukan oleh orang yang seharusnya (berdasarkan sifat profesi) bertindak

Page 16: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

berhati- hati dan telah mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang lain.

(Hanafiah & Amir: 1999)

Kelalaian adalah petindak/pelaku tidak menduga terhadap timbulnya

akibat dari tindakannya. Akibat yang terjadi adalah diluar kehendak dari

petindak dan tidak ada motif dari petindak untuk menimbulkan akibat tersebut.

Kelalaian dalam arti pidana adalah suatu sikap yang sifatnya lebih serius

yaitu sikap yang sangat sembarangan atau sikap sangat tidak hati- hati terhadap

kemungkinan timbulnya resiko yang bisa menyebabkan orang lain terluka atau

mati, sehingga harus bertanggung jawab terhadap tuntutan kriminal oleh negara

(Hanafiah & Amir: 1999)

2. BENTUK KELALAIAN

Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk:

a. Malfeasance

Melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat (improper

unawful) atau tidak layak. Mis: melakukan tindakan medis tanpa indikasi

yang memadai, pilihan tindakan medis tersebut sudah improper.

b. Misfeasance

Melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan

tidak tepat (improper performance). Mis: melakukan tindakan medis dengan

menyalahi prosuder.

c. Nonfeasance

Tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya.

(Hanafiah & Amir: 1999)

D. MALPRAKTIK

1. PENGERTIAN

Malpraktik adalah tindakan yang dilakukan secara sadar, dengan

tujuan yang sudah mengarah kepada akibat yang ditimbulkan atau petindak

tidak peduli kepada akibat dari tindakannya yang telah diketahuinya

melanggar UU.

Malpraktek medik adalah kelalaian seorang dokter untuk

mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim

Page 17: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut

ukuran di lingkungan yang sama. (Hanafiah & Amir: 1999)

2. UNSUR MALPRAKTEK

Menurut kepustakaan hukum pidana yang dimaksud Medical

Malpractice yang mengandung unsur-unsur:

a. Neglegent Medical Care, dalam arti kealpaan besar.

b. Standard of care / standard profession yang menjadi ukuran sebagai

petunjuk menurut ilmu pengetahuan dalam menjalankan profesi.

c. Tidak ada accident, risk in treatment, error in judgement sebagai resiko

medik.

d. Adanya informed consent yang terkait dengan medical record.

e. Medical liability baik yang bersifat strict liability, vicarious liability,

corporate liability.

Dokter dikatakan melakukan malpraktek jika:

a. Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang sudah berlaku umum

dikalangan profesi kedokteran.

b. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar profesi.

c. Melakukan kealpaan yang berat atau memberikan pelayanan yang tidak

hati- hati.

d. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum. (Hanafiah

& Amir: 1999)

Berkaitan dengan malpraktik ketentuan pidana baik berupa ketidaksengajaan

(professional misconducts ataupun akibat lupa / kelalaian) sebagai berikut:

a. Menyebabkan mati atau luka karena kelalaian (pasal 359 KUHP, pasal 360

KUHP, pasal 361 KUHP).

b. Penganiayaan (pasal 351 KUHP) untuk tindakan medis tanpa persetujuan

dari pasien (Informed Consent).

c. Aborsi (pasal 341 KUHP, pasal 342 KUHP, pasal 346 KUHP, pasal 347

KUHP, pasal 348 KUHP, pasal 349 KUHP).

d. Euthanasia (pasal 344 KUHP, pasal 345 KUHP).

e. Keterangan palsu (pasal 267-268 KUHP).

Page 18: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

BAB III

PEMBAHASAN

SKENARIO I

Seorang ibu Ny.T, umur 36 tahun, diantar oleh tenaga kesehatan ke RS. C, klien

melahirkan anak pertama, ibu dilakukan tindakan operasi ceaser oleh dokter. Pada saat

operasi tiba-tiba TD menurun, dokter memberikan obat untuk meningkatkan TD, tapi

kondisi klien malah sebaliknya, kesadaran menurun, keadaan umum memburuk dan

akhirnya klien dirawat di ruangan ICU, bayi klien selamat. Saat ini sudah lebih 1 bulan

klien di ICU dengan diagnosa Braindeath. Keluarga tidak sanggup membayar biaya

perawatan dan keluarga meminta tindakan euthanasia saja.

PERTANYAAN:

1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga, tenaga kesehatan dan dokter

dalam kasus ini?

2. Bagaimana peran masing-masing profesi jika dikaitkan dengan etik dan hukum

dalam kasus tersebut?

3. Siapa yang memegang peranan penting?

4. Apa solusi yang akan dilakukan dan siapa yang berhak mamutuskannya?

Berikan alasan!

JAWABAN:

1. Hal yang seharusnya dilakukan oleh:

Keluarga

Tindakan euthanasia yang diminta oleh keluarga adalah hak pasien dan

keluarga, tetapi sebaiknya pasien atau keluarga tidak meminta tindakan

euthanasia tersebut.

Page 19: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

Tenaga kesehatan dan Dokter

Menolak permintaan pasien atau keluarga terhadap tindakan euthanasia

tersebut.

Dari segi agama kematian adalah semata-mata hak dari Tuhan,

sehingga manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak

mempunyai hak untuk menentukan kematiannya.

Dari segi hukum mengenai masalah ini berbeda-beda di tiap

negara dan seringkali berubah seiring dengan perubahan norma-

norma budaya, di beberapa negara euthanasia di anggap legal,

sedangkan di negara lain di anggap melanggar hukum. Di negara

maju seperti Amerika Serikat, Belanda di akui hak untuk mati

walaupun tidak mutlak. Dalam keadaan tertentu euthanasia

diperbolehkan untuk dilakukan di Amerika S erikat, namun di

Indonesia masalah euthanasia tetap di larang.

2. Peran masing-masing profesi:

Peran perawat

Memberikan asuhan keperawatan seoptimal dan semaksimal mungkin

dan tidak melakukan tindakan yang mengarah kepada tindakan

euthanasia, seperti: melepas alat ventilator, melepas selang oksigen, dll.

Peran dokter

Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang penyakit dan

perkembangan kesehatan pasien tersebut.

3. Yang memegang peranan penting:

Dokter, perawat dan tenaga kesehatn lainnya memegang peranan penting

dalam pengambilan keputusan, akan tetapi keluarga adalah penentu dan

pemegang peranan yang paling penting dalam pengambilan keputusan tersebut.

Dokter memberikan masukan kepada keluarga untuk memikirkan kembali

niatnya meminta tindakan euthanasia, sebabajal ada di tangan Tuhan. Bisa jadi

keadaan pasien sekarang yang berada di ruangan ICU dengan dilakukannya

Page 20: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

perawatan secara intensif maka akan mengalami kemajuan secara perlahan-lahan

dalam pemulihan kesehatannya.

4. Solusi yang dilakukan:

Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa tindakan euthanasia iti di

larang di Indonesia, jika masalah pasien adalah biaya perawatan, masalah

tersebut bisa di cari solusinya. Seperti, meminta bantuan ke Dinas Sosial untuk

mendapatkan jaminan kesehatan.

Pertanyaan:

1. Apakah ada unsur kelalaian dalam kasus euthanasia?

2. Apakah ada tindakan malpraktek?

3. Bagaimana tindakan yang professional?

Jawaban:

- Tidak ada unsur kelalaian dan malpraktek karena karena selama operasi

berlangsung sudah sesuai dengan standar operasional prosedur SC, tenaga

kesehatan sudah melakukan tindakan medis yang benar pada saat kondisi pasien

menurun dengan memberikan obat untuk menaikkan tekanan darah. Tetapi kondisi

pasien tidak juga membaik dan akhirnya pasien di kirim ke ICU.

- Dalam kasus ini perawat mempunyai peran dalam memberikan asuhan

keperawatan. Peran advokat (pelindung) serta sebagai counselor yaitu membela dan

melindungi pasien tersebut untuk hidup dan menyelamatkan jiwanya dari ancaman

kematian.

- Perawat diharapkan mampu memberikan pengarahan dan penjelasan kepada

keluarga pasien bahwa pasien berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

yang optimal dan tidak melakukan euthanasia.

- Perawat hendaknya menyarankan kepada keluarga untuk mencari alternative

jalan keluar dalam hal mencari sumber biaya yang lain seperti melalui BAZDA,

DINAS SOSIAL, JAMKESDA, JAMKESMAS dll.

- Perawat berusaha menjadi jembatan penghubung diantara dokter, tenaga

kesehatan lain dan keluarga sehingga keluarga akan mendapatkan informasi

Page 21: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

yang sejelas- jelasnya tentang kondisi pasien, seberapa besar kemungkinan

untuk sembuh dan berapa besar biaya yang telah dan akan dikeluarkan.

- Perawat memberikan pertimbangan- pertimbangan yang positif pada keluarga

dalam hal pengambilan keputusan untuk membawa pulang pasien Ny. T atau

dilakukannya euthanasia pasif.

- Perawat tetap memberikan perawatan pada pasien, pemenuhan kebutuhan dasar

pasien selama perawatan di ICU.

- Membantu keluarga dalam hal permohonan atau peringanan biaya perawatan

Rumah Sakit.

Page 22: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Euthanasia merupakan menghilangkan nyawa orang atas permintaan dirinya

sendiri. Aturan mengenai masalah ini berbeda- beda di tiap- tiap Negara dan

seringkali berubah seiring dengan perubahan norma- norma budaya. Di beberapa

Negara euthanasia dianggap legal tetapi di Indonesia tindakan euthanasia tetap

dilarang karena tidak ada dasar hukum yang jelas. Sebagaiman tercantum dalam

pasal KUHP 338, pasal 340, pasal 344, pasal 355 dan pasal 359. Sehingga pada

kasus Ny. T euthanasia tidak dibenarkan.

Euthanasia ini ditentang untuk dilakukan atas dasar etika, agama, moral dan

legal dan juga pandangan bahwa apabila dilegalisir euthanasia dapat

disalahgunakan.

- Sebagai perawat berperan dalam memberikan advokasi. serta sebagai counselor

yaitu membela dan melindungi pasien tersebut untuk hidup dan menyelamatkan

jiwanya dari ancaman kematian. Perawat diharapkan mampu memberikan

pengarahan dan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien berhak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan tidak melakukan

euthanasia. Menyarankan kepada keluarga untuk mencari alternative jalan keluar

dalam hal mencari sumber biaya yang lain, menjadi jembatan penghubung

diantara dokter, tenaga kesehatan lain dan keluarga sehingga keluarga akan

mendapatkan informasi yang sejelas- jelasnya tentang kondisi pasien, seberapa

besar kemungkinan untuk sembuh dan berapa besar biaya yang telah dan akan

dikeluarkan. Memberikan pertimbangan- pertimbangan yang positif pada

keluarga dalam hal pengambilan keputusan untuk membawa pulang pasien Ny.

T atau dilakukannya euthanasia pasif. Perawat tetap memberikan perawatan

pada pasien, pemenuhan kebutuhan dasar pasien selama perawatan di ICU. Dan

membantu keluarga dalam hal permohonan atau peringanan biaya perawatan

Rumah Sakit.

Page 23: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

B. SARAN

1. Bagi keluarga

Keluarga sebaiknya memikirkan kembali keputusan untuk mengajukan

euthanasia. Dan permasalahan biaya agar mencari alternatif keringanan biaya melalui

Jamkesmas, Jamkesda dll.

2. Bagi Petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya)

Tetap memberikan perawatan terbaik kepada pasien selama dirawat,

memberikan perlindungan kepada pasien sebagai advokat.

3. Bagi Pemerintah

Apabila hukum di Indonesia kelak mau menjadikan persoalan euthanasia

sebagai salah satu materi pembahasan, semoga teap diperhatikan dan

dipertimbangkan sisi nilai etika, social maupun moral.

Page 24: MAKALAH EUTHANASIA -   · PDF filePenyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata ... kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia. 3

DAFTAR PUSTAKA

Billy, N. 2008. Aspek Hukum dalam Pelaksanaan Euthanasia di Indonesia.

Tersedia:http//www.hukum_kesehatan.web.id. diakses tanggal 14 Oktober 2011

Fadli, Ahmad. 2000. Euthanasia dalam Medis dan Hukum Indonesia.

Tersedia:Hukum_kesehatan.web.id. teknosehat in biotik dan bio hukum. Diakses

tanggal 14 Oktober 2011

Hanafiah, Jusuf dan Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 3.

Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Ismail, Ilham. Konsep Mati Otak dan Euthanasia.

Tersedia:http://www.emedicine.medscape.com. diakses tanggal 14 Oktober 2011

Suyono, Handi. 2008. Brain Death (Kematian Otak). Departemen Fisiologi dan

Kedokteran Hiperbarik, Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala.

Surabaya.Tersedia:http://www.emedicine.medscaape.com/article/1177999-

overview. Diakses tanggal 12 Oktober 2011.

Yunan, Nagat. 2000. Fisiologi Medis dan Sistem Saraf Pusat. Buku Kedokteran EGC:

Jakarta