Upload
syifa-shojiez
View
125
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
menjelaskan tentang EYD
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Betapa pentingnya bahasa bagi manusia kiranya sudah tidak perlu diragukan
lagi, hal itu tidak saja dapat dibuktikan dengan menunjuk pemakaian bahasa dalam
kehidupan sehari hari, tetapi dapat juga dibuktikan dengan menunjuk banyaknya
perhatian para ilmuan dan praktisi terhadap bahasa sebagai objek ilmu tidak
dimonopoli oleh para ahli bahasa.
Para ilmuan dalam bidang lain pun menjadikan bahasa sebagai objek studi
karena mereka memerlukan bahasa sekurang-kurangnya sebagai alat bantu untuk
mengomunikasikan berbagai hal.
Dalam literatur bahasa para ahli umumnya merumuskan fungsi bahasa bagi
setiap orang ada empat, yaitu pertama sebagai alat berkomunikasi, kedua sebagai
alat mengekspresikan diri, ketiga sebagai alat berintegrasi dan beradaftasi
sosial, serta yang keempat sebagai alat kontrol sosial.
Di Indonesia penggunaan bahasa mengalami beberapa perubahan dan dalam
penggunaannya sering tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Pemahaman ejaan
sangat perlu karena ejaan merupakan rambu lalu lintas dalam penggunaan bahasa
terutama bahasa tulis. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
ejaan yang dibenarkan.
.
1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis memfokuskan
masalah dengan rumusan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengertian Ejaan Yang Disempurnakan?
b. Bagaimana penggunaan kata-kata yang baik dan benar sesuai yang tercantum
pada kamus Ejaan Yang Disempurnakan?
c. Bagaimana ruang lingkup Ejaan Yang Disempurnakan?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian Ejaan Yang Disempurnakan.
b. Untuk mengetahui penggunaan kata-kata yang baik dan benar serta sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang tercantum dalam kamus EYD.
c. Untuk mengetahui ruang lingkup Ejaan Yang Disempurnakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku
sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa
dengan menggunakan huruf, kata dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan
tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan
ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
2.2. Penggunaan kata-kata yang baik dan benar sesuai yang tercantum pada
kamus ejaan yang disempurnakan
Adapun penggunaan kata-kata yang baik dan benar harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1) Menggunakan penulisan kata dasar yang baik dan benar sesuai
dengan EYD.
2) Menggunakan penulisan kata ulang yang baik dan benar sesuai
dengan EYD.
3) Menggunakan penulisan gabungan kata yang baik dan benar sesuai
dengan EYD.
4) Menggunakan penulisan kata depan yang baik dan benar sesuai
dengan EYD.
3
5) Menggunakan penulisan partikel yang baik dan benar sesuai
dengan EYD.
6) Menggunakan penulisan kata ganti yang baik dan benar sesuai
dengan EYD.
7) Menggunakan penulisan kata serapan yang baik dan benar sesuai
dengan EYD.
8) Menggunakan penulisan angka dan lambang bilangan yang baik
dan benar sesuai dengan EYD.
9) Menggunakan penulisan bentuk singkatan, singkatan, dan akronim
yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
10)
2.3. Ruang lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu:
a. pemakaian huruf,
b. penulisan huruf,
c. penulisan kata,
d. penulisan unsur, dan
e. pemakaian tanda baca.
1. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling
banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang
digunakan sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
berikut. (Nama setiap huruf disertakan disebelahnya)
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A a
B b
C c
D d
a
be
ce
de
J j
K k
L l
M m
je
ka
el
em
S s
T t
U u
V v
es
te
u
ve
4
E e
F f
G g
H h
I i
e
ef
ge
ha
i
N n
O o
P p
Q q
R r
en
o
pe
ki
er
W w
X x
Y y
Z z
we
eks
ye
zet
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal Contoh pemakaian dalam kata
Di awal Di tengah Di akhir
A
e
i
o
u
api
enak
itu
oleh
ulang
padi
petak
simpan
kota
bumi
lusa
sore
murni
radio
ibu
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri
atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf konsonan Contoh pemakaian dalam kata
Di awal Di tengah Di akhir
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
5
q
r
s
t
v
w
x
y
z
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh pemakaian dalam kata
Di awal Di tengah Di akhir
Ai
au
oi
ain
aula
-
Syaitan
saudara
boikot
pandai
harimau
amboi
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu: kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan huruf
konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal Di tengah Di akhir
Kh
ng
ny
sy
khusus
ngilu
nyata
syarat
Akhir
bangun
hanyut
isyarat
tarikh
senang
-
arasy
6
2. Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD,
yaitu 1) penulisan huruf besar, dan 2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia menulis surat di kamar.
Tugas bahasa Indonesiasudah dikerjakan.
2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
dan nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.
7
6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :
Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri
7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah hari Jumat
bulan Desember hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
Misalnya :
Laut Jawa Jazirah Arab
Asia Tenggara Tanjung Harapan
10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah, ketatanegaraan dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat
kata penghubung.
Misalnya :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan
dan pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
8
12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat
dan sapaan.
Misalnya :
Dr. doktor
S.H. sarjana hukum
14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah,
surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata
penghubung.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
b. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan
kelompok kata.
Misalnya :
9
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.
3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya :
Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.
3. Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang
ditulis sebagai suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.
2. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :
Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan
kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat
awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-
jenis kata ulang yaitu :
Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki lelaki
Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
10
Misalnya : rumah rumah-rumah
Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur sayur-mayur
Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya : main bermain-main
4. Gabungan Kata
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus.
Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : mata kuliah, orang tua.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan
kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.
Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
5. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sedangkan kata ganti ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.
6. Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai
satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di jalan
Saya pergi ke kampung halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.
7. Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang kucing.
11
8. Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu
sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu.
Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apatah gerangan salahku?
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali
yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis
terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.
9. Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
kata atau lebih.
Misalnya : dll = dan lain-lain
yth = yang terhormat
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi
IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan
10. Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan ,
yaitu: 1) Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 2) Angka Romawi:
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1. Bilangan utuh. Misalnya : 15 lima belas
2. Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4 tiga perempat
12
3. Bilangan tingakat. Misalnya : Abad II atau Abad ke-2
4. Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun 50-an lima puluhan
5. Angka yang menyatakan bilangan bulat yang besar dapat dieja
sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6. Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat
dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
7. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
4. Penulisan Unsur Serapan
Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian
ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan
demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur
asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai
bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan
aturan yang telah diterapkan.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa Indonesia dibenarkan,
sepanjang : (a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam
bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga
tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan,
diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya apabila dalam
bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut, maka
penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan
berarti bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur
13
serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung
kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa
berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi
saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam
masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan
“televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya,
di Inggris tidak mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka
menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dikelompokkan dua bagian, yaitu :
1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara
utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh
yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto,
bridge.
2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah
satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem,
atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.
5. Penulisan Unsur Serapan
1. Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Akhir singkatan nama orang.
Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum. Bila singkatan itu
terdiri atas tiga huruf atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
14
Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
ilustrasi dan tabel.
2. Tanda Titik (.)
Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :
Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu,
(2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan
kasihan.
Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau seru.
15
3. Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :
Akhir kalimat tanya.
Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
4. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan
dan rasa emosi yang kuat.
5. Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dipakai :
Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai
pengganti kata penghubung.
6. Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian.
Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan .
Di antara jilid atau nomor dan halaman.
Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
7. Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan
menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika
yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik
terakhir diberi jarak atau loncatan.
16
8. Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :
Dalam penomoran kode surat.
Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.
9. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
10. Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik tunggal dipakai :
Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
11. Tanda Petik ( “…” )
Tanda petik dipakai :
Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan
atau yang belum dikenal.
Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat.
Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah perlambangan bunyi bahasa,
pemisahan, penggabungan dan penulisannya dalam suatu bahasa.
2. Ruang lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu: Pemakaian tanda baca,
Penulisan unsur serapan, Penulisan kata, Penulisan huruf dan Pemakaian huruf.
3.2. Saran
Sebaiknya antara bahasa Daerah dan bahasa Indonesia harus berkembang
secara seimbang sesuai dengan perkembangan zaman. Agar peran bahasa Indonesia
tetap diakui oleh masyarakat Internasional dan tetap berdiri tegak di bumi
Indonesia. Sementara bahasa Daerah tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya
Indonesia.
18
DAFTAR PUSTAKA
blog.wisma-bahasa.com
titi-share.blogspot.com
blog.student.uny.ac.id
karinarisaf.blogspot.com
jaririndu.blogspot.com
19