25
MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK http://ernidisciples.blogspot.com/2013/10/makalah- fertilitas-penduduk_30.html BAB I PENDAHULUAN Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Kemampuan fisiologis wanita untuk memberikan kelahiran atau berpartisipasi dalam reproduksi dikenal dengan istilah

MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

Citation preview

Page 1: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

http://ernidisciples.blogspot.com/2013/10/makalah-fertilitas-penduduk_30.html

BAB I

PENDAHULUAN

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari

seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya

bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak.

Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya

berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk

sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi

manusia.

Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi

dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak,

bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak

yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka

disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu

peristiwa kelahiran.

Kemampuan fisiologis wanita untuk memberikan kelahiran atau berpartisipasi dalam

reproduksi dikenal dengan istilah fekunditas. Tidak adanya kemampuan ini disebut infekunditas,

sterilitas atau infertilitas fisiologis.

Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong

subur dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat yang dapat

dikatakan semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/ pasangan

untuk mempunyai anak, hanya sekiat satu atau dua persen saja dari mereka yang telah menjalani

perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang wanita dikatakan subur jika

wanita tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang bayi.

Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas

(kematian) karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih dari

Page 2: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang

(suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal).

Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut

tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkan

seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun.

BAB II

PEMBAHASAN

 Pengukuran fertilitas memiliki dua macam pengukuran, yaitu pengukuran fertilitas

tahunan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas tahunan (vital rates) adalah

mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu yang dihubungkan dengan jumlah penduduk

yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tersebut. Sedangkan pengukuran fertilitas

kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita hingga

mengakhiri batas usia subur.

A.  Ukuran-ukuran Fertilitas Tahunan

1.    Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate)

Tingkat fertilitas kasar adalah banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap

1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Dalam ukuran CBR, jumlah kelahiran tidak dikaitkan

secara langsung dengan penduduk wanita, melainkan dengan penduduk secara keseluruhan.

CBR = BPm x k

dimana:

CBR      = Tingkat Kelahiran Kasar

Pm    = Penduduk pertengahan tahun

k        = Bilangan konstan yang biasanya 1.000

B       = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

Adapun kelemahan dalam perhitungan CBR yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki

dan penduduk perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun ke atas. Jadi

Page 3: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

angka yang dihasilkan  sangat kasar. Sedangkan  kelebihan dalam penggunaan ukuran CBR

adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak

yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun.

2.    Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate)        

Tingkat fertilitas umum mengandung pengertian sebagai jumlah kelahiran (lahir hidup) per

1.000 wanita usia produktif (15-49 tahun) pada tahun tertentu. Pada tingkat fertilitas kasar masih

terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pertengahan

tahun. Tetapi pada tingkat fertilitas umum ini pada penyebutnya sudah tidak menggunakan

jumlah penduduk pada pertengahan tahun lagi, tetapi jumlah penduduk wanita pertengahan tahun

umur 15-49 tahun.

GFR = BPf (15-49) x k

atau

GFR = Jumlah kelahiran pada tahun tertentuJumlah penduduk wanita umur 15-49 pada pertengahan tahun x k

dimana:

GFR           = Tingkat Fertilitas Umum

B                = Jumlah kelahiran

Pf (15-49)       = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan tahun

k                 = Bilangan konstanta yang bernilai 1.000

Kelemahan dari penggunaan ukuran GFR adalah ukuran ini tidak membedakan kelompok

umur, sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai resiko melahirkan yang

sama besar dengan wanita yang berumur 25 tahun. Namun kelebihan dari penggunaan ukuran ini

ialah ukuran ini cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita yang berumur 15-49

tahun atau sebagai penduduk yang “exposed to risk”.

3.    Tingkat Fertilitas menurut Umur (Age Specific Fertility Rate)

Page 4: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

Diantara kelompok wanita reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan

melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok umur.

Dengan mengetahui angka-angka ini dapat pula dilakukan perbandingan fertilitas antar penduduk

dari daerah yang berbeda.

ASFRi = BiPfi x k

atau

ASFRi = Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur iJumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun  x k

dimana:

ASFRi   = Tingkat Fertilitas menurut Umur

Bi                               = Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i

Pfi             = Jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun

k            = Angka konstanta, yaitu 1.000

Berdasarkan dua kondisi di atas dapatlah disebutkan beberapa masalah (terkait dengan

SDM) sebagai berikut :

1)   Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan

aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan ketimbang aspek intelektual.

2)   Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya

bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan

penduduknya.

3)   Jika ASFR 20-24 terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi SDM yang semakin

menurun.

Adapun kelebihan dari penggunaan ukuran ASFR antara lain :

a.    Ukuran lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang “exposed to risk” ke

dalam berbagai kelompok umur.

b.    Dengan ASFR dimungkinkan pembuatan analisa perbedaan fertilitas (current fertility) menurut

berbagai karakteristik wanita.

Page 5: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

c.    Dengan ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor.

d.   ASFR ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi selanjutnya (TFR,

GRR, dan NRR).

Namun dalam pengukuran ASFR masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu:

a.    Ukuran ini membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya kelahiran untuk tiap kelompok

umur sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah, terutama negara yang

sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali mendapatkan ukuran ASFR.

b.    Tidak menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.

4.    Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rate)

Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi

rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istri menambah kelahiran tergantung

pada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi

setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup.

BOSFR = Jumlah kelahiran urutan ke iJumlah wanita umur 15-49 pertengahan tahunatauBOFR=BoiPf(15-49) x k

dimana:

BOSFR                                                                                 = Tingkat Fertilitas menurut Urutan

Kelahiran

Boi            = Jumlaha kelahiran urutan ke 1

Pf (15-49) = Jumlah wanita umur 15-49 pertengahan tahun

k            = Bilangan konstan bernilai 1.000

B.  Ukuran-ukuran Fertilitas dan Reproduksi secara Kumulatif

1.    Total Fertility Rate (TFR)

Tabel 1.1   Angka Fertilitas Total menurut Provinsi 1971, 1980, 1985, 1990,                        1991, 1994, 1998, dan 1999

Provinsi 1971 1980 1985 1990 1991 1994 1998 1999

Nanggroe Aceh Darussalam 6 5 4,79 4 3,76 3,3 2,78 2,69

Sumatera Utara 7 6 5 4 4,17 3,88 3,08 3

Page 6: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

Sumatera Barat 6,18 6 5 4 3,6 3,19 2,94 2,87

R i a u 5,94 5 5 4 n.a 3,1 2,85 2,77

J a m b i 6,39 6 4,62 4 n.a 2,97 2,87 2,8

Sumatera Selatan 6 6 4,78 4 3,43 2,87 2,78 2,71

B e n g k u l u 7 6 5 4 n.a 3,45 2,83 2,77

L a m p u n g 6 5,75 5 4 3,2 3,45 2,74 2,66

DKI Jakarta 5 3,99 3,25 2 2,14 1,9 2 2

Jawa Barat 6 5 4 3 3 3,17 2,61 2,55

Jawa Tengah 5,33 4,37 3,82 3 2,85 2,77 2,41 2,37

DI Yogyakarta 5 3 2,93 2 2,04 1,79 2 2

Jawa Timur 4,72 4 3,2 2 2 2,22 2,02 2,02

B a l i 6 4 3,09 2 2 2,14 2 2

Nusa Tenggara Barat 7 6,49 6 5 3,82 3,64 3,12 3,05

Nusa Tenggara Timur 6 5,54 5,12 5 n.a 3,87 3,15 3,06

Kalimantan Barat 6 5,52 4,98 4 3,94 3,34 2,92 2,81

Kalimantan Tengah 7 5,87 5 4 n.a 2,31 2,86 2,81

Kalimantan Selatan 5 5 3,74 3 2,7 2,33 2,58 2,53

Kalimantan Timur 5 5 4,16 3 n.a 3,21 2,6 2,55

Sulawesi Utara 6,79 5 4 3 2,25 2,62 2,38 2,36

Sulawesi Tengah 6,53 5,9 5 4 n.a 3,08 2,78 2,72

Sulawesi Selatan 6 5 4 4 3,01 2,92 2,7 2,65

Sulawesi Tenggara 6 5,82 5,66 5 n.a 3,5 3 2,87

M a l u k u 7 6 5,61 5 n.a 3,7 2,92 2,82

Papua 7 5 5 5 n.a 3,15 3,03 2,96

INDONESIA 6 5 4 3 3 2,85 2,65 2,59

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990 , Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 , Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991 dan 1994

Total Fertility Rate/ TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita

sampai akhir masa reproduksinya. Rumus perhitungan TFR yaitu sebagai berikut.TFR=5ASFR xKeterangan :

TFR       = Angka Fertilitas Total

Page 7: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

ASFR    = Angka Fertilitas Menurut kelompok umur

X            = Kelompok umur

Kebaikannya :

Merupakan ukuran untuk seluruh wanita usia 15-49 tahun, yang dihitung berdasarkan angka

kelahiran menurut kelompok umur.

2.    Gross Reproduction Rate/ GRR

Angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang

wanita selama masa hidupnya, dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti

ibunya. Dalam reit reproduksi kasar (GRR) tidak memperhitungkan unsur kematian. Rumus

perhitungan GRR yakni sebagai berikut.GRR=5ASFRfx       atau GRR=rasio jenis kelamin saat lahirx TFRKeterangan :

GRR      = Angka Reproduksi Bruto

ASFR    = Angka Fertilitas menurut Kelompok Umur

X            = Kelompok umur

F                        = Penduduk perempuan

Kelemahannya :

Tidak memperhitungkan kemungkinan mati bayi wanita tersebut sebelum masa reproduksinya.

3.    Net Reproduction Rate/ NRR

Angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak perempuan yang dilahirkan oleh seorang

wanita selama hidupnya dan akan tetap hidup sampai dapat menggantikan kedudukan ibunya,

dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas yang sama seperti ibunya. Ukuran reit reproduksi

neto memperhitungkan pula unsur kematian. Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut.NRR=5x:15-1945-49ASFRnLxlxKeterangan :

NRR      = Angka Reproduksi Neto

ASFR    = Angka Fertilitas menurut kelompok umur

X            = kelompok umur

Page 8: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

F                        = penduduk perempuannLxlx          = rasio masih hidup sejak lahir hingga umur x

4.    Child Woman Rate/ CWR

Perbandingan antara jumlah anak dibawah umur 5 tahun dengan wanita usia reproduksi.

Adapun rumus perhitungan CWR sebagai berikut.CWR= P0-4P f(15-49) x k 

Keterangan :P0-4= Jumlah anak dibawah usia 5 tahunPf(15-49) = banyaknya wanita umur 15-49 tahun

Kelebihan pengukuran CWR adalah tidak usah membuat pertanyaan khusus untuk

mendapatkan data yang diperlukan, dan pengukuran ini berguna untuk indikasi fertilitas di

daerah kecil sebab di negara yang registrasinya cukup baik pun, statistik kelahiran tidak

ditabulasikan untuk daerah yang kecil-kecil.

Kelemahannya yakni langsung dipengaruhi oleh kekurangan pelaporan tentang anak, yang

sering terjadi di negara sedang berkembang. Walaupun kekurangan pelaporan juga terjadi di

kelompok ibunya namun secara relatif kekurangan pelaporan pada anak-anak jauh lebih besar.

Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat mortalitas, di mana tingkat mortalitas anakm khususnya

di bawah 1 tahun juga lebih besar dari orang tua, sehingga CWR selalu lebih kecil daripada

tingkat fertilitas yang seharusnya dan CWR tidak memperhitungkan distribusi umur dari

penduduk wanita.

C.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Fertilitas

Ada beragam faktor yang mempengaruhi dan menentukan fertilitas baik yang berupa faktor

demografi maupun faktor non-demografi. Yang berupa faktor demografi diantaranya adalah

struktur umur, umur perkawinan, lama perkawinan, paritas, distrupsi perkawinan dan proporsi

yang kawin sedangkan faktor non-demografi dapat berupa faktor sosial, ekonomi maupun

psikologi.

1.    Teori Sosiologi tentang Fertilitas (Davis dan Blake: Variabel Antara)

Page 9: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin sosiologi. Sebelum disiplin lain

membahas secara sistematis tentang fertilitas, kajian sosiologis tentang fertilitas sudah lebih

dahulu dimulai. Sudah amat lama kependudukan menjadi salah satu sub-bidang sosiologi.

Sebagian besar analisa kependudukan (selain demografi formal) sesungguhnya merupakan

analisis sosiologis. Davis and Blake (1956), Freedman (1962), Hawthorne (1970) telah

mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang perilaku fertilitas yang pada hakekatnya

bersifat sosiologis.

Dalam tulisannya yang berjudul “The Social structure and fertility: an analytic framework

(1956)”2 Kingsley Davis dan Judith Blake melakukan analisis sosiologis tentang fertilitas. Davis

and Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas melalui apa yang disebut

sebagai “variabel antara” (intermediate variables).

Menurut Davis dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi

fertilitas akan melalui “variabel antara”. Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas,

yang masing-masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut:

Intermediate variables of fertility

a.    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse variables):

Faktor-faktor yang mengatur tidak terjadinya hubungan kelamin:

1)   Umur mulai hubungan kelamin

2)   Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin

3)   Lamanya masa reproduksi sesudah atau diantara masa hubangan kelamin:

                                           i.     Bila kehidupan suami istri cerai atau pisah

                                         ii.     Bila kehidupan suami istri nerakhir karena suami meninggal dunia

Faktor-faktor yang mengatur terjadinya hubungan kelamin

4)   Abstinensi sukarela

5)   Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah sementara)

6)   Frekuensi hubungan seksual

b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi (conception variables):

Page 10: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

7)   Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja

8)   Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi:

                                           i.     Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia

                                         ii.     Menggunakan cara-cara lain

9)        Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disengaja (sterilisasi,

subinsisi, obat-obatan dan sebagainya)

c.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation variables)

10)    Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja

11)    Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja

Menurut Davis dan Blake, setiap variabel diatas terdapat pada semua masyarakat.Sebab

masing-masing variabel memiliki pengaruh (nilai) positif dan negatifnya sendiri-sendiri terhadap

fertilitas. Misalnya, jika pengguguran tidak dipraktekan maka variabel nomor 11 tersebut bernilai

positif terhadap fertilitas. Artinya, fertilitas dapat meningkat karena tidak ada pengguguran.

Dengan demikian ketidak-adaan variabel tersebut juga suatu masyarakat masing-masing variabel

bernilai negatif atau positif maka angka kelahiran yang sebenarnya tergantung kepada neraca

netto dari nilai semua variabel.

2.    Ronald Freedman: Variabel Antara dan Norma Sosial

Menurut Freedman variabel antara yang mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada

dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku di suatu masyarakat. Pada akhirnya

perilaku fertilitas seseorang dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya

keluarga dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma tentang

besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat mortalitas dan struktur sosial

ekonomi yang ada di masyarakat.

Menurut Freedman intermediate variables yang dikemukakan Davis-Blake menjadi variabel

antara yang menghubungkan antara “norma-norma fertilitas” yang sudah mapan diterima

masyarakat dengan jumlah anak yang dimiliki (outcome). Ia mengemukakan bahwa “norma

fertilitas” yang sudah mapan diterima oleh masyarakat dapat sesuai dengan fertilitas yang

dinginkan seseorang. Selain itu, norma sosial dianggap sebagai faktor yang dominan. Secara

umum Freedman mengatakan bahwa:

Page 11: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

“Salah satu prinsip dasar sosiologi adalah bahwa bila para anggota suatu masyarakat

menghadapi suatu masalah umum yang timbul berkali-kali dan membawa konsekuensi sosial

yang penting, mereka cenderung menciptakan suatu cara penyelesaian normatif terhadap

masalah tersebut. Cara penyelesaian ini merupakan serangkaian aturan tentang bertingkah laku

dalam suatu situasi tertentu, menjadi sebagian dari kebudayaannya dan masyarakat

mengindoktrinasikan kepada para anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan norma tersebut

baik melalui ganjaran (rewards) maupun hukuman (penalty) yang implisit dan eksplisit. ...

Karena jumlah anak yang akan dimiliki oleh sepasang suami isteri itu merupakan masalah yang

sangat universal dan penting bagi setiap masyarakat, maka akan terdapat suatu penyimpangan

sosiologis apabila tidak diciptakan budaya penyelesaian yang normatif untuk mengatasi

masalah ini”

Jadi norma merupakan “resep” untuk membimbing serangkaian tingkah laku tertentu pada

berbagai situasi yang sama. Norma merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi tentang

fertilitas. Dalam artikelnya yang berjudul “Theories of fertility decline: a reappraisal” (1979).

Freedman juga mengemukakan bahwa tingkat fertilitas yang cenderung terus menurun di

beberapa negara pada dasarnya bukan semata-mata akibat variabel-variabel pembangunan makro

seperti urbanisasi dan industrialisasi sebagaimana dikemukakan oleh model transisi demografi

klasik tetapi berubahnya motivasi fertilitas akibat bertambahnya penduduk yang melek huruf

serta berkembangnya jaringan-jaringan komunikasi dan transportasi.

Menurut Freedman, tingginya tingkat modernisasi tipe Barat bukan merupakan syarat yang

penting terjadinya penurunan fertilitas. Pernyataan yang paling ekstrim dari suatu teori sosiologi

tentang fertilitas sudah dikemukakan oleh Judith Blake. Ia berpendapat bahwa “masalah ekonomi

adalah masalah sekunder bukan masalah normatif”; jika kaum miskin mempunyai anak lebih

banyak daripada kaum kaya, hal ini disebabkan karena kaum miskin lebih kuat dipengaruhi oleh

norma-norma pro-natalis daripada kaum kaya.

3.    Teori Ekonomi tentang Fertilitas

Pandangan bahwa faktor-faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap fertilitas

bukanlah suatu hal yang baru. Dasar pemikiran utama dari teori ‘transisi demografis’ yang sudah

terkenal luas adalah bahwa sejalan dengan diadakannya pembangunan sosial-ekonomi, maka

fertilitas lebih merupakan suatu proses ekonomis dari pada proses biologis.

Page 12: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

Berbagai metode pengendalian fertilitas seperti penundaan perkawinan, senggama terputus

dan kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan suami istri yang tidak menginginkan mempunyai

keluarga besar, dengan anggapan bahwa mempunyai banyak anak berarti memikul beban

ekonomis dan menghambat peningkatan kesejahteraan sosial dan material. Bahkan sejak awal

pertengahan abad ini, sudah diterima secara umum bahwa hal inilah yang menyebabkan

penurunan fertilitas di Eropa Barat dan Utara dalam abad 19. Leibenstein dapat dikatakan

sebagai peletak dasar dari apa yang dikenal dengan “teori ekonomi tentang fertilitas”. Menurut

Leibenstein tujuan teori ekonomi fertilitas adalah:

“untuk merumuskan suatu teori yang menjelaskan faktor-faktor yang menentukan jumlah

kelahiran anak yang dinginkan per keluarga. Tentunya, besarnya juga tergantung pada berapa

banyak kelahiran yang dapat bertahan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah bahwa cara

bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang melaksanakan perhitungan-

perhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran anak yang dinginkannya. Dan perhitungan

perhitungan yang demikian ini tergantung pada keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan

(utility) yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran anak, baik berupa uang maupun psikis.

Ada tiga macam tipe kegunaan yaitu (a) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu

‘barang konsumsi’ misalnya sebagai sumber hiburan bagi orang tua; (b) kegunaan yang

diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni, dalam beberapa hal tertentu anak

diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan menambah pendapatan keluarga; dan

(c) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun

sebaliknya”.

Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaannya (utility) dan aspek

biaya (cost). Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan, dapat memberikan balas jasa ekonomi

atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi

orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari

mempunyai anak tersebut. Biaya memiliki tambahan seoarang anak dapat dibedakan atas biaya

langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya yang

dikeluarkan dalam memelihara anak seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak

sampai ia dapat berdiri sendiri. Yang dimaksud biaya tidak langsung adalah kesempatan yang

hilang karena adanya tambahan seoarang anak. Misalnya, seoarang ibu tidak dapat bekerja lagi

Page 13: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

karena harus merawat anak, kehilangan penghasilan selama masa hamil, atau berkurangnya

mobilitas orang tua yang mempunyai tanggungan keluarga besar (Leibenstein, 1958).

Menurut Leibenstein, apabila ada kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua akan

berubah. Orang tua menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik.

Pengembangan lebih lanjut tentang ekonomi fertiitas dilakukan oleh Gary S. Becker dengan

artikelnya yang cukup terkenal yaitu “An Economic Analysis of Fertility”.

Menurut Becker anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat dianggap sebagai barang

konsumsi (a consumption good, consumer’s durable) yang memberikan suatu kepuasan (utility)

tertentu bagi orang tua. Bagi banyak orang tua, anak merupakan sumber pendapatan dan

kepuasan (satisfaction). Secara ekonomi fertilitas dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, biaya

memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan (income) dapat meningkatkan permintaan

terhadap anak.

Karya Becker kemudian berkembang terus antara lain dengan terbitanya buku A Treatise on

the Family. Perkembangan selanjutnya analisis ekonomi fertilitas tersebut kemudian membentuk

teori baru yang disebut sebagai ekonomi rumah tangga (household economics). Analisis ekonomi

fertilitas yang dilakukan oleh Becker kemudian diikuti pula oleh beberapa ahli lain seperti Paul

T. Schultz, Mark Nerlove, Robert J. Willis dan sebagainya. Dalam tulisannya yang berjudul

Economic growth and population: Perspective of the new home economics6 Nerlove

mengemukakan:

“Ekonomi rumah tangga terdiri dari empat unsur utama, yaitu (a) suatu fungsi kegunaan.

Yang dimaksud kegunaan disini bukanlah dalam arti komoditi fisik melainkan berbagai

kepuasan yang dihasilkan rumah tangga; (b) suatu teknologi produksi rumah tangga; (c) suatu

lingkungan pasar tenaga kerja yang menyediakan sarana untuk merubah sumber-sumber daya

rumah tangga menjadi komoditi pasar; dan (d) sejumlah keterbatasan sumber-sumber daya

rumah tangga yang terdiri dari harta warisan dan waktu yang tersedia bagi setiap anggota

rumah tangga untuk melakukan produksi rumah tangga dan kegiatankegiatan pasar. Waktu yang

tersedia dapat berbeda-beda kualitasnya, dan dalam hal ini tentunya termasuk juga sumberdaya

manusia (human capital) yang diwariskan dan investasi sumberdaya manusia dilakukan oleh

suatu generasi baik untuk kepentingan tingkah laku generasi-generasi yang akan datang

maupun untuk kepentingan tingkah laku sendiri”

Page 14: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

Dalam analisis ekonomi fertilitas dibahas mengapa permintaan akan anak berkurang bila

pendapatan meningkat; yakni apa yang menyebabkan harga pelayanan anak berkaitan dengan

pelayanan komoditi lainnya meningkat jika pendapatan meningkat?

New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-

anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli”

meningkat; (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu

(khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal.

Di dalam setiap kasus, semua pendekatan ekonomi melihat fertilitas sebagai hasil dari suatu

keputusan rasional yang didasarkan atas usaha untuk memaksimalkan fungsi utility ekonomis

yang cukup rumit yang tergantung pada biaya langsung dan tidak langsung, keterbatasan

sumberdaya, selera. Topik-topik yang dibahas dalam ekonomi fertilitas antara berkaitan dengan

pilihan-pilihan ekonomi seseorang dalam menentukan fertilitas (jumlah dan kualitas anak).

Pertimbangan ekonomi dalam menentukan fertilitas terkait dengan income, biaya (langsung

maupun tidak langsung), selera, modernisasi dan sebagainya.

Sejalan dengan apa yang telah dikemukakan Becker, Bulato menulis tentang konsep demand

for children and supply of children. Konsep demand for children dan supply of children

dikemukakan dalam kaitan menganalisis economic determinan factors dari fertilitas. Bulatao

mengartikan konsep demand for children sebagai jumlah anak yang dinginkan. Termasuk dalam

pengertian jumlah adalah jenis kelamin anak, kualitas, waktu memliki anak dan sebagainya.

Konsep demand for children diukur melalui pertanyaan survey tentang “jumlah keluarga

yang ideal atau diharapkan atau diinginkan”. Pertanyaannya, apakah konsep demand for children

berlaku di negara berkembang. Apakah pasangan di negara berkembang dapat memformulasikan

jumlah anak yang dinginkan? Menurut Bulato, jika pasangan tidak dapat memformulasikan

jumlah anak yang dinginkan secara tegas maka digunakan konsep latent demand dimana jumlah

anak yang dinginkan akan disebut oleh pasangan ketika mereka ditanya.

Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh terhadap demand for children dalam kaitan

membuat latent demand menjadi efektif. Menurut Bulatao, demand for children dipengaruhi

(determined) oleh berbagai faktor seperti biaya anak, pendapatan keluarga dan selera. Dalam

artikel tersebut Bulato membahas masing-masing faktor tersebut (biaya anak, pendapatan, selera)

secara lebih detail. Termasuk didalamnya dibahas apakah anak bagi keluarga di negara

berkembang merupakan “net supplier “ atau tidak. Sedang supply of children diartikan sebagai

Page 15: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

banyaknya anak yang bertahan hidup dari suatu pasangan jika mereka tidak berpisah/cerai pada

suatu batas tertentu. Supply tergantung pada banyaknya kelahiran dan kesempatan untuk

bertahan hidup. Supply of children berkaitan dengan konsep kelahiran alami (natural fertility).

Menurut Bongart dan Menken fertilitas alami dapat diidentifikasi melalui lima hal utama,

yaitu:

a. Ketidak-suburan setelah melahirkan (postpartum infecundibality)

b. Waktu menunggu untuk konsepsi (waiting time to conception)

c. Kematian dalam kandungan (intraurine mortality)

d. Sterilisasi permanen (permanent sterility)

e. Memasuki masa reproduksi (entry into reproductive span)

Analisis ekonomi tentang fertilitas juga dikemukakan oleh Richard A. Easterlin. Menurut

Easterlin permintaan akan anak sebagian ditentukan oleh karakteristik latar belakang individu

seperti agama, pendidikan, tempat tinggal, jenis/tipe keluarga dan sebagainya. Setiap keluarga

mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang dilatarbelakangi oleh karakteristik diatas.

Easterlin juga mengemukakan perlunya menambah seperangkat determinan ketiga (disamping

dua determinan lainnya: permintaan anak dan biaya regulasi fertilitas) yaitu mengenai

pembentukan kemampuan potensial dari anak. Hal ini pada gilirannya tergantung pada fertilitas

alami (natural fertility) dan kemungkinan seorang bayi dapat tetap hidup hingga dewasa.

Fertilitas alami sebagian tergantung pada faktor-faktor fisiologis atau biologis, dan sebagian

lainnya tergantung pada praktek-praktek budaya. Apabila pendapatan meningkat maka terjadilah

perubahan “suplai” anak karena perbaikan gizi, kesehatan dan faktor-faktor biologis lainnya.

Demikian pula perubahan permintaan disebabkan oleh perubahan pendapatan, harga dan

“selera”. Pada suatu saat tertentu, kemampuan suplai dalam suatu masyarakat bisa melebihi

permintaan atau sebaliknya.

Easterlin berpendapat bahwa bagi negara-negara berpendapatan rendah permintaan mungkin

bisa sangat tinggi tetapi suplainya rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap

kesuburan. Hal ini menimbulkan suatu permintaan “berlebihan” (excess demand) dan juga

menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan praktek-praktek

pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi, permintaan adalah

rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan menimbulkan suplai “berlebihan”

Page 16: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

(over supply) dan meluasnya praktek keluarga berencana. John C. Caldwell juga melakukan

analisis fertilitas dengan pendekatan ekonomi sosiologis.

Tesis fundamentalnya adalah bahwa tingkah laku fertilitas dalam masyarakat pra-tradisional

dan pasca-transisional itu dilihat dari segi ekonomi bersifat rasional dalam kaitannya dengan

tujuan ekonomi yang telah ditetapkan dalam masyarakat, dan dalam arti luas dipengaruhi juga

oleh faktor-faktor biologis dan psikologis.

Teori Caldwell menekankan pada pentingnya peranan keluarga dalam arus kekayaan netto

(net wealth flows) antar generasi dan juga perbedaan yang tajam pada regim demografis pra-

transisi dan pasca-transisi. Caldwell mengatakan bahwa “sifat hubungan ekonomi dalam

keluarga” menentukan kestabilan atau ketidak-stabilan penduduk. Jadi pendekatannya lebih

menekankan pada dikenakannya tingkah laku fertilitas terhadap individu (atau keluarga inti) oleh

suatu kelompok keluarga yang lebih besar (bahkan yang tidak sedaerah) dari pada oleh “norma-

norma” yang sudah diterima masyarakat. Seperti diamati oleh Caldwell, didalam keluarga selalu

terdapat tingkat eksploitasi yang besar oleh suatu kelompok (atau generasi) terhadap kelompok

atau generasi lainnya, sehingga jarang dilakukan usaha pemaksimalan manfaat individu. Selain

teori yang disajikan dalam tulisan ini masih banyak teori lain yang membahas fertilitas. Namun

karena keterbatasan tempat tidak semua teori fertilitas dapat disajikan dalam tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Becker, Gary S., “An Economic Analysis of Fertility” dalam Becker, Gary S., The Economic Approach to Human Behaviour, The University of Chicago, 1976, pp. 171-194

Becker, Gary S., A Treatise on the Family, Harvard University Press, London, England, 1981Davis, Kingsley & Judith Blake, Struktur Sosial dan Fertilitas (Social structure and fertility: an

analytical framework), Lembaga Kependudukan UGM, Yogyakarta, 1974Freedman, Ronald, “Theories of fertility decline: a reappraisal” in Philip M. Hauser (ed.), WorldLee, Ronald D. & Rodolfo A. Bulatao, “The Demand for Children: A Critical Essay” dalam Bulatao &

Lee (Ed.), Determinants of Fertility in Developing Countries Volume 1 Supply and Demand for Children, Academic Press, 1983, London

Hatmadji, Sri Harjati. 2004. Dasar-dasar Demografi. Edisi 2004. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Ida Bagoes Mantra. 2009. Demografi Umum. Edisi kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Page 17: MAKALAH FERTILITAS PENDUDUK

Nerlove, Mark, Economic growth and population: Perspective of the new home economics, Agricultural Development Council, Inc, ADC Reprint Series, 1974 dikutip dari Robinson & Harbison, Ibid, p.4

Population and development, Syracuse University Press, New York, 1979.Said Rusli. 1986. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ESSri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Masalah Kependudukan Di Negara Indonesia. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Sumatera UtaraRobinson, Warren C. & Sarah F. Harbison, Menuju Teori Fertilitas Terpadu (Toward a unified theory

of fertility), Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM, Yogyakarta, 1983