Makalah Fisika Inti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah fisika inti

Citation preview

BAB I

The Atomic Nucleus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak permulaan abad 19, penelitian mengenai inti atom sudah mulai dilakukan. Semua ilmuwan berlomba-lomba dalam mencari kebenaran mengenai struktur atomik yang mampu menjelaskan keberadaan inti atom sesuai dengan hasil eksperimen yang telah dilakukan. Sejak abad tersebut, para ilmuwan fisika yang dahulunya lebih tertarik untuk membahas dan mengkaji fenomena-fenomena alam yang nampak, kini beralih untuk meneliti hal-hal yang bersifat mikroskopik.

Secara umum ilmu fisika dibagi menjadi dua bagian utama yaitu fisika makroskopik yang menjelaskan mengenai fenomena-fenomena alam yang nampak secara kasat mata dan fisika mikroskopik yang kebanyakan menelaah fisika atom maupun nuklir. Hukum-hukum fisika yang bersifat makroskopik sudah ada sejak zaman dulu seperti hukum Newton tentang gerak yang secara sederhana dapat diamati secara kasat mata, sedangkan untuk fenomena-fenomena alam dalam skala atomik baru mulai diteliti sejak tahun 1913 dengan melakukan berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para fisikawan seperti Thomson, Rutherford, Joliot, Chadwick, dan ilmuwan lainnya.Permulaan dari fisika nuklir adalah ditemukannya radioaktivitas oleh H. Becquerel pada tahun 1896. Hingga akhirnya, eksperimen mengenai atom nuklir terus diteliti sejak tahun 1911 yang diawali oleh Rutherford. Pada tahun 1911, banyak ilmuwan meneliti berbagai aspek dari inti atom. Hasilnya , meskipun masih jauh dari harapan yang diinginkan tetapi para ilmuwan terus saja mempelajari aspek tersebut dengan lebih serius dan kompleks. Adapun beberapa topik yang dikaji dalam membahas fisika nuklir adalah sebagai berikut. (1) mempelajari ukuran, massa dan substansi dari nuklide; (2) Persamaan-persamaan radiasi yang diberikan oleh beberapa nuklide dalam berbagai kondisi dan interaksi pada saat terjadinya radiasi tersebut; (3) mempelajari tentang susunan dari substansi-substansi di dalam inti atom; dan (4) mempelajari tentang gaya inti yang menyebabkan semua komponen atom dapat menjadi inti yang mantap.Begitu banyak fenomena mikroskopik yang dapat dipelajari dalam fisika nuklir sehingga dalam tulisan ini akan dibahas mengenai teori atom, hipotesis proton-elektron, penemuan neutron dan hipotesis proton-neutron.1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Bagaimana perkembangan teori atom?

1.3.2 Bagaimana keberadaan dan kemapanan hipotesis proton-elektron?

1.3.3 Bagaimana sejarah penemuan neutron?

1.3.4 Bagaimana keberadaan dan kemapanan hipotesis proton-neutron?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan teori atom.

1.3.2 Untuk menjelaskan keberadaan dan kemapanan hipotesis proton-elektron.

1.3.3 Untuk menjelaskan sejarah penemuan neutron.

1.3.4 Untuk menjelaskan keberadaan dan kemapanan hipotesis proton-neutron.1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah bagi penulis dan pembaca dapat memperoleh pengetahuan mengenai teori atom, hipotesis proton-elektron, penemuan neutron dan hipotesis proton-neutron.1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode kajian pustaka, yaitu penulis mengumpulkan berbagai sumber referensi yang relevan dengan materi yang disajikan dan kemudian dilakukan pengkajian terhadap materi tersebut. BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Atom

Walaupun ilmuwan pada abad 19 menerima gagasan bahwa unsur-unsur kimia terdiri dari atom-atom, mereka tidak mengetahui tentang atom itu sendiri. Penemuan elektron pada tahun 1897 dan adanya pengetahuan bahwa semua atom mengandung elektron memberikan pengetahuan yang penting mengenai struktur atomik. Model atom yang pertama kali dikenal adalah model atom yang ditawarkan oleh Dalton. Namun model atom Dalton ini tidak mampu bertahan lama dan gagal dipertahankan untuk menjelaskan model atom sebab tidak memiliki koreksi yang lengkap untuk menjelaskannya.Kemudian pada tahun 1898, ahli fisika berkebangsaan Inggris, J.J Thomson, mengusulkan bahwa atom merupakan bola bermuatan positif serba sama yang mengandung elektron, hipotesisnya ini dianggap sangat masuk akal. Model atom yang ia tawarkan dikenal dengan sebutan roti kismis. Disebut seperti itu karena model atom yang ditawarkan mirip dengan roti kismis (perhatikan gambar 1).

Thomson juga menyatakan bahwa atom tersusun oleh proton dan elektron yang mana atom bersifat netral sehingga jumlah proton dan elektron haruslah sama. Disamping itu ditemukan juga bahwa massa elektron sangat kecil dan massa proton lebih besar dari massa elektron serta massa proton memberikan kontribusi yang sangat besar dari massa atom. Sehingga dikatakan massa atom terpusat pada massa elektron.

Teori ini bertahan cukup lama karena didukung oleh adanya penemuan radioaktivitas, Namun akhirnya gagal karena tidak mampu menjelaskan hasil eksperimen Geiger dan Marsden mengenai peluruhan partikel alfa, terutama partikel alfa yang terhambur dengan sudut azimuth besar sampai dengan 180o.

Setelah itu muncullah model atom Rutherford yang sudah mengenal adanya inti atom, yang mana inti atom didefinisikan sebagai suatu ruang yang sangat kecil dan sebagai pusat massa inti dan muatan atom. Adapun model atom Rutherford ditunjukkan pada gambar (2).

Beranjak dari teori atom Rutherford ini kemudian penelitian mengenai struktur atomik terus dilakukan.2.2 Hipotesis Proton-Elektron

Sebelum ditemukannya neutron oleh Chadwick pada tahun 1932, terdapat asumsi dasar bahwa inti atom terdiri dari proton dan elektron. Pernyataan ini dikenal dengan hipotesis proton elektron yang menyatakan bahwa:

Atom terdiri dari inti atom, yang mana inti atom tersusun oleh proton dan elektron.

Inti atom memiliki sejumlah A proton dan A-Z elektron serta total muatan positif Z.

Sejumlah Z elektron terluar/orbital.

Kenyataannya, hipotesis proton-elektron gagal untuk menjelaskan terjadinya struktur Hyperfine. Ada tiga hal yang mendukung hal tersebut yaitu: (1) momentum anguler inti atom, (2) momen magnetik, dan (3) mekanika gelombang.

2.2.1 Momentum Anguler Inti Atom

Penemuan spektroskop dengan resolusi yang sangat tinggi, yang mana dengan bantuan alat ini garis spektrum yang sebelumnya terlihat tunggal ternyata dapat terlihat lebih halus dan kompleks. Spektroskop dengan resolusi rendah, menunjukkan bahwa transisi dari 3P3S pada sodium adalah berupa garis tunggal. Sedangkan dengan spektroskop moderate, menunjukkan adanya garis ganda yang lebih halus pada transisi tersebut yang ditemukan akibat adanya spin elektron. Akhirnya untuk sodium dikenal dengan nama garis-D yang bertugas pada transisi 3P-3S Tetapi dengan menggunakan spektroskop resolusi tinggi, garis-garis spektrum yang terlihat terbagi menjadi beberapa level (tingkatan-tingkatan), dimana antara level tersebut jaraknya sangat dekat satu sama lainnya. Antara level tersebut memiliki perbedaan energi sebesar 10-5 dengan transisi utamanya. Jenis spektrum garis seperti itu disebut dengan struktur hyperfine dan ini dapat terjadi karena adanya: (1) efek isotop pada suatu unsur; dan (2) momentum anguler nuklir.

Isotop merupakan unsur yang memiliki nomor atom (Z) sama Namun nomor massanya (A) berbeda. Untuk unsur yang tidak memiliki isotop, formula untuk nilai transisi pada atom adalah sebagai berikut.

dengan: = panjang gelombang yang dihasilkan sebagai akibat adanya transisi elektron dari tingkatan awal ke tingkatan akhir.

RM = tetapan Rydberg yang didapat dari:

dengan nilai R = 1,097 x 10-3 A-1

m = massa elektron

M = massa inti atom

Sedangkan untuk unsur yang memiliki dua atau lebih isotop, maka nilai RM akan berbeda untuk masing-masing isotop, artinya bila suatu unsur memiliki 2 buah isotop maka unsur tersebut akan memiliki 2 buah nilai RM yang berbeda yaitu RM1 dan RM2. Sedangkan untuk unsur yang memiliki tiga buah isotop seperti karbon yaitu serta hidrogen yaitu: , memiliki 3 buah nilai RM yang berbeda dan terjadi tiga buah transisi yaitu dari M1M2, M1M3, dan M2M3.

Contoh unsur yang memiliki dua buah isotop adalah Lithium (Li) yaitu .

Sehingga:

Dengan asumsi bahwa nilai M sangat kecil bila dibandingkan dengan nilai M1 dan M2, akibatnya nilai R juga sangat kecil.

Hasilnya, untuk unsur yang memiliki dua buah isotop terjadi 1 transisi dari M1M2, dimana transisi itu menghubungkan panjang gelombang 1 dengan 2. Perbedaan 1-2 memiliki nilai yang sangat kecil, sehingga menyebabkan garis yang dulunya hanya terlihat tunggal pecah menjadi garis ganda yang lebih halus dengan adanya kehadiran isotop tersebut. Dengan kata lain, nilai RM mengindikasikan bahwa spektrum atom yang tunggal pecah menjadi dua (dengan struktur yang lebih halus dan tidak tunggal lagi) atau menghasilkan struktur hyperfine akibat adanya isotop. Efek isotop pada spektrum garis dalam berbagai unsur terus diteliti dengan menggunakan spektroskop resolusi tinggi.

Ternyata keberadaan struktur hyperfine tidak mampu dijelaskan pada semua keadaan dengan menggunakan efek isotop sebab ada unsur yang tidak mempunyai isotop tetapi mengalami struktur hyperfine. Sehingga gagallah penjelasan efek isotop tersebut. Kemudian sebagai solusinya inti atom dianggap seperti elektron yang memiliki momentum anguler. Nilai momentum anguler nuklir menurut mekanika gelombang adalah:

h merupakan konstanta planck dan I adalah spin nuklir. Nama spin nuklir untuk I biasanya disalah artikan, sebab total momentum anguler inti didukung oleh jumlah vektor momentum anguler orbital dan momentum anguler spin partikel-partikel yang berada di dalam inti atom. I merupakan nomor kuantum nuklir, dan nilai maksimum untuk komponen mmomentum sudut dalam berbagai arah adalah sebesar I. Setiap atom dengan isotop yang berbeda-beda pada unsure yang sama memiliki nilai I yang berbeda pula. Seperti atom, inti atom juga mengalami kuantisasi ruang sebesar 2I+1 pada berbagai arah orientasi. Orientasi tersebut sama seperti vektor momentum anguler yang diproyeksikan pada medan magnetik sehingga memiliki nilai sebagai berikut. Sedangkan vektor momentum anguler atom (F) dapat dicari dengan menjumlahkan nilai vektor momentum anguler nuklir (I) dan vektor momentum anguler elektron pada atom (J), yang dapat dituliskan sebagai berikut.

Bila nilai J dan I diketahui maka dapat ditentukan semua kemungkinan nilai F yang dihasilkan dari pengkombinasian nilai J dan I (perhatikan gambar 3). Sehingga dapat memprediksi transisi yang mungkin terjadi di antara ruang tersebut. Transisi yang diperbolehkan bila mematuhi aturan berikut: nilai J = 0, 1 tetapi untuk transisi dari 00 tidak diperbolehkan meskipun nilai J=0.

Banyaknya garis yang terbentuk pada transisi tersebut dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.

Dengan mengetahui nilai J maka memungkinkan untuk memprediksi nilai I atau spin nuklir. Disamping itu, ada cara lain untuk menghitung I yang terbentuk pada struktur hyperfine yaitu dengan menunjukkan hubungan antara I dan nomor massa (A) sebuah inti atom. Adapun aturannya adalah sebagai berikut.

Inti dengan nomor massa genap harus memiliki spin bilangan bulat, sedangkan inti dengan nomor massa ganjil harus memiliki spin setengah bilangan bulat.

Kenyataannya proton dan elektron merupakan partikel fermi dengan spin , ini berarti momentum sudutnya . Hasil eksperimen ini bertentangan dengan hipotesis proton-elektron yang telah dipaparkan sebelumnya. Pada kondisi tersebut, contohnya nitrogen yang memiliki nomor massa (A=14) dan nomor atom (Z=7). Menurut hipotesis proton-elektron, memiliki 14 proton, 7 elektron dan total partikel dalam inti sebanyak 21 buah.Karena proton an elektron memiliki spin , maka harusnya memiliki spin setengah bilangan bulat tetapi hasil eksperimemn menyatakan bahwa memiliki spin (I=1). Contoh lainnya, deutron yang merupakan inti isotop hidrogen mempunyai nomor atomik 1 dan nomor massa 2, harus ditafsirkan timbul dari kehadiran dua buah proton dan sebuah elektron. Bergantung dari orientasi partikel spin deutron harus menjadi atau . Namun, spin deutron menurut pengamatan ialah 1, ini sangat tidak sesuai dengan hipotesis terdapatnya elektron nuklir.Hasil yang didapatkan tersebut menyatakan bahwa hipotesis proton- elektron belum mapan untuk menjelaskan kemantapan struktur inti atom.

2.2.2 Momen Magnetik

Dengan adanya kontradiksi bahwa hipotesis proton-elektron tidak mapan untuk menjelaskan spin nuklir atau momentum anguler suatu atom maka pengujian dialihkan lagi pada momen magnetik inti atom untuk menguji keberadaan hipotesis proton-elektron. Berdasarkan garis spektrum yang didapatkan pada atom menyatakan bahwa rotasi elektron dengan momentum anguler sebesar I menghasilkan momen magnetik yang disebut Magneton Bohr yang identik dengan nilai pada elektron atom.

dengan: e = muatan elektron (1,6 x 10-19 C)

me = massa elektron (9,11 x 10-31 kg)

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)

Setiap inti atom memiliki muatan dan jika spin I tidak nol, maka gerakan partikel bermuatan di dalam inti atom seharusnya menghasilkan momen magnetik terhadap intinya. Muatan yang terdistribusi pada inti diasumsikan seperti bola yang simetris sehingga menghasilkan momen dipole. Proton memiliki massa 1836 kali massa elektron, maka besar momen magnetiknya adalah:

dengan: mp = massa proton (9,11 x 10-31 kg)

= magneton nuklir

c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s)

Magneton nuklir sering digunakan sebagai besaran yang menyatakan momen magnetik nuklir. Secara fakta, nilai momen magnetik inti atom seharusnya lebih kecil dari momen magnetik elektron. Contohnya untuk proton nilai lebih kecil dari magneton Bohr. Bila elektron berada di dalam inti atom maka seharusnya elektron memiliki momen magnetik yang sama dengan inti atom. Tetapi hanya proton yang memiliki momen magnetik sama dengan momen magnetik Bohr sehingga kecil kemungkinannya elektron berada di dalam inti atom.

Karena nilai sangat kecil maka interaksi antara inti dengan elektron juga sangat kecil. Ini menjadi sebab didapatkannya pemisahan yang sangat halus dan kecil pada struktur hyperfine pada spektrum garis yang dihasilkan. Faktanya, nilai dapat ditentukan melalui pemisahan struktur hyperfine yang dapat dinyatakan dalam magneton nuklir. Momen magnetik inti atom dapat ditentukan melalui persamaan berikut.

dengan: gI = faktor nuklir g, yang tidak sama dengan faktor g Lande

Faktor ini tidak dapat diprediksi secara komplet karena kurangnya pengetahuan mengenai jenis partikel yang berada di dalam inti atom. Perbandingan momen magnetik nuklir, , dalam magneton nuklir dengan nilai momentum anguler nuklir disebut dengan gyromagnetik ratio yang disimbolkan dengan , dengan:

Bila momen magnetik inti atom dipengaruhi oleh medan magnetik dari luar maka perubahan energinya menjadi:

Dengan H merupakan medan magnetik yang diberikan dari luar pada pusat inti dan merupakan sudut yang dibentuk antara dan H yang ditentukan berdasarkan gambar 4.

Bila persamaan dan U dikombinasikan maka didapat:

karena I mengalami kuantisasi ruang di dalam medan magnetik luar maka mI disebut nomor kuantum spin magnetik (gambar 5), maka:

Berdasarkan hasil eksperimen nilai momen magnetik dapat ditentukan melalui:

Nilai dapat juga ditentukan melalui persamaan: dengan mengetahui dulu nilai U dan H. Struktur hyperfine dapat terjadi akibat adanya interaksi antara dengan medan magnetik H yang diberikan pada pusat inti. Nilai dari medan He dapat berkisar antara 105 sampai 107 gauss untuk berbagai atom. Untuk tujuan tersebut yaitu mencari nilai , maka dipilih nilai He adalah 106 gauss yang menghasilkan pemisahan panjang gelombang, , sebesar 1/100.000 dimana nilai ini berada pada panjang gelombang cahaya tampak. Misalnya diambil contoh panjang gelombang cahaya tampak sebesar 6000 A yang menghasilkan energi kuantum sebesar 2 eV atau 3 x 10-12 erg, seperti hasil perhitungan berikut.

Karena pada pemisahan tersebut memiliki orde 10-5 maka U = 3 x 10-17 erg.Melalui hubungan , dimana nilai He = 106 gauss maka didapat nilai

. Nilai yang didapatkan ini kira-kira dua kali nilai magneton nuklir, , dan ini sebanding dengan 1/1.000 nilai magneton Bohr, . Hasil ini sangat jelas menyatakan bahwa nilai momen magnetik inti atom hampir sama dengan nilai magneton nuklir bukannya magneton Bohr, yang menandakan bahwa tidak ada elektron di dalam inti atom.Kesimpulan: Proton memiliki momen magnetik sekitar 0,15% dari momen magnetik elektron, sehingga momen magnetik nuklir harus ber-orde sama seperti elektron jika elektron berada dalam inti atom. Namun, momen magnetik inti yang teramati hampir sama dengan momen magnetik proton bukan dengan momen magnetik elektron. Ini merupakan penyimpangan yang tidak dapat dimengerti jika benar elektron merupakan unsur penyusun nuklir.2.2.3 Mekanika GelombangUntuk menguji kemapanan hipotesis proton-elektron maka dilakukan lagi pengujian dari segi mekanika gelombang. Berdasarkan mekanika gelombang, panjang gelombang elektron ditentukan melalui persamaan de Broglie yaitu:

dengan: p, me, dan v berturut-turut merupakan momentum, massa dan kecepatan elektron. Jika benar elektron berada di dalam inti atom maka panjang gelombang elektron seharusnya kurang atau sama dengan diameter inti atom. Menurut prinsip ketidakpastian didapat: , dimana x dan p menyatakan ketidakpastian posisi dan momentum dari elektron. Oleh karena radius inti untuk atom yang memiliki nomor massa 200 adalah 0,6 x 10-12 cm, maka ketidakpastian posisi elektron adalah . Sehingga ketidakpastian momentum elektron adalah:

Sedangkan energi elektron dapat ditentukan melalui hubungan berikut.

Dimana merupakan energi massa diam elektron. Asumsikan bahwa nilai momentum elektron p tidak lebih besar dari p (sebab nilai p yang lebih besar akan menyebabkan nilai E yang lebih besar pula). Substitusikan nilai p ke persamaan (*) sehingga didapat:

Ternyata, energi kinetik elektron yang didapatkan memiliki orde 100, sehingga dapat dipastikan bahwa nilai energi kinetik elektron akan bertambah besar bila nilai momentum elektron lebih besar dari nilai p atau (p > p). Sesuai dengan konsep ketidakpastian maka seharusnya energi kinetik elektron sekurang-kurangnya 20 MeV. Namun elektron yang terpancar pada peluruhan beta hanya berenergi 2 atau 3 MeV. Satu orde besar lebih kecil dari energi yang seharusnya dimiliki jika elektron berada dalam inti.

Dari uraian di atas telah jelas menunjukkan bahwa proton yang memiliki massa lebih besar dari elektron lebih pantas berada di dalam inti daripada elektron. Oleh karena energi massa diam proton sebesar 938 MeV, ini menunjukkan bahwa proton yang berada di dalam inti memiliki energi kinetik sekitar 2-3 MeV, yang mana hasil ini sesuai dengan hasil eksperimen yang telah didapatkan.

Berdasarkan pengujian terhadap ketiga hal tersebut di atas yaitu: momentum anguler inti atom, momen magnetik dan mekanika gelombang didapatkan bahwa hipotesis proton-elektron tidak mampu menjelaskan keberadaan struktur inti atom yang mantap. Sehingga gagallah hipotesis proton-elektron untuk menjelaskan keberadaan inti atom.2.3 Penemuan tentang Neutron

Ketidakmapanan hipotesis proton-elektron dalam menjelaskan keberadaan struktur inti atom menyebabkan para ilmuwan kembali mengadakan eksperimen untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dan mapan dalam menjelaskan kemantapan suatu atom. Oleh karena itu, pada tahun 1920, Rutherford sudah mulai mengidentifikasikan keberadaan neutron dalam inti atom. Ia menyatakan bahwa neutron merupakan kombinasi tertutup proton dan elektron. Eksperimen Rutherford mengenai hal tersebut menjadi cikal bakal bagi penemuan neutron oleh Chadwik pada tahun 1932.Adapun sejarah penemuan neutron akan diuraikan sebagai berikut. Pada tahun 1930, fisikawan Jerman W. Bothe dan H. Becker menembaki berilium dengan partikel alfa dari sampel polonium dan menemukan bahwa ada pancaran radiasi yang mampu menembus bahan-bahan dengan mudah. Both dan Becker meyakinkan bahwa radiasi ini bukan merupakan partikel bermuatan, dan menganggapnya bahwa radiasi itu ialah sinar gamma (gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya sangat kecil). Kemampuan radiasi untuk menembus timbal yang tebalnya beberapa sentimeter tanpa terabsorbsi menyatakan bahwa sinar gamma memiliki panjang gelombang sangat kecil.

Adapun sifat-sifat radiasi tersebut adalah:

a. Memiliki energi yang besar

b. Dapat menembus selembar bahan yang tebal

c. Tidak dapat mengionisasi

d. Tidak dapat menimbulkan jejak pada chamber awan

e. Tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan magnetikUntuk sifat pada point (a) dan (b) menunjukkan bahwa partikel memiliki energi yang besar sedangkan point (c), (d) dan (e) menunjukkan sifat-sifat partikel tidak bermuatan. Ketika partikel alfa (memiliki energi kinetik K sebesar 5,7 MeV) dari polonium ditembakkan pada berillium, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

dimana tanda (*) mengindikasikan bahwa atom karbon tersebut belum stabil. Partikel alfa dan bergabung membentuk yang menghasilkan atom karbon stabil dan energi foton sebesar . Besarnya energi foton yang dihasilkan dapat diketahui melalui perhitungan sebagai berikut. Cari dulu energi yang dihasilkan akibat adanya pengurangan massa pada reaksi tersebut.

Jadi, energi foton yang dihasilkan dari reaksi tersebut sebesar 14 MeV, energi ini cukup besar bila dihasilkan dari radiasi tersebut sehingga sangat tidak mungkin bila energi ini dihasilkan dari sinar gamma pada unsur radioaktif alamiah.Fisikawan lain pun tertarik pada radiasi ini, dan sejumlah eksperimen dilakukan untuk menentukan sifat-sifatnya secara terinci. Dalam salah satu eksperimen semacam itu, Irene Curie dan F. Joliot mengamati bahwa jika radiasi tersebut jatuh pada lempengan parafin, bahan yang kaya hidrogen, protonnya terpukul keluar. Sepintas hal ini tidak mengejutkan, sinar-X dapat memberikan energinya pada elektron dalam tumbukan Compton, dan tidak ada alasan mengapa sinar gamma yang memiliki panjang gelombang kecil tidak dapat memberikan energinya pada proton dalam proses yang sama.

Curie dan Joliot melakukan eksperimen dengan meletakkan parafin (materi yang banyak mengandung hidrogen) diantara sumber radioaktif alamiah yaitu polonium dengan pengionisasi chamber. Hasilnya, proton terlempar keluar sejauh 40 cm pada chamber tersebut. Kemudian percobaan ini diujikan lagi pada material yang mengandung nitrogen, hasilnya mereka menemukan bahwa energi rekoil proton sampai sekitar 5,7 MeV dan nitrogen sebesar 1,4 MeV.

Berdasarkan gambar di atas, jika radiasi yang tidak diketahui tersebut diasumsikan sebagai sebuah foton berenergi tinggi sehingga mengakibatkan adanya tumbukan antara foton dengan inti dan tumbukan ini diperlakukan sebagai tumbukan Compton. Bila energi foton yang datang sebesar maka besarnya energi foton yang terhambur akibat bertumbukan dengan inti bermassa m yaitu dapat ditentukan melalui persamaan berikut.

dengan adalah sudut yang dibentuk oleh foton terhambur dengan arah foton datang (lihat gambar 10). Sedangkan energi inti rekoil bermassa m dapat ditentukan melalui persamaan berikut.

Energi maksimum inti rekoil dapat ditentukan dengan mensubstitusikan nilai = 180o maka nilai cos = -1. Sehingga persamaan di atas menjadi:

Oleh karena, energi rekoil proton dan nitrogen telah diketahui maka sangat mungkin untuk menentukan energi foton datang atau energi dari radiasi yang tidak diketahui tersebut yaitu . Berdasarkan persamaan (**), Curie dan Joliot menemukan bahwa energi foton datang, , yang diperlukan untuk mentransfer energi kinetik proton (Kp) adalah sebesar 55 MeV. Sedangkan untuk nitrogen adalah sebesar 90 MeV. Padahal energi dari radiasi yang tidak diketahui tersebut adalah 12 MeV. Hasil yang didapat ini sangat mengherankan karena radiasi nuklir yang telah diketahui hingga saat ini tidak sampai memiliki energi sebesar itu. Pada tahun 1932, James Chadwick, rekan Rutherford berhasil memberikan penjelasan yang lebih mantap mengenai radiasi yang tidak diketahui tersebut yang mampu menjawab teka-teki tersebut. Pada percobaannya, ia tetap menggunakan asumsi dasar Rutherford yang menyatakan neutron merupakan kombinasi tertutup proton dan elektron. Chadwick menganggap bahwa radiasi yang tidak diketahui tersebut merupakan partikel tidak bermuatan yang memiliki sifat-sifat yaitu: tidak dapat mengionisasi, tidak dapat menimbulkan jejak pada chamber awan, dan tidak dipengaruhi oleh medan listrik dan magnetik. Ia juga menyatakan bahwa radiasi tersebut bukan radiasi kuantum artinya radiasi tersebut terdiri dari partikel-partikel yang massanya sebanding dengan massa proton. Dengan mengkombinasikan data mengenai energi rekoil proton dan nitrogen maka didapatkan bahwa massa neutron hampir sama dengan massa proton. Massa partikel tersebut dapat dicari dengan mengganggap bahwa tumbukan yang terjadi adalah tumbukan berhadapan (head-on) antara partikel bermassa m1 dengan kecepatan u dengan partikel bermassa m2 yang diam. Kecepatan kedua partikel setelah bertumbukan adalah u1 dan u2 (perhatikan gambar 12).

Karena tumbukan yang terjadi adalah head-on maka dalam peristiwa tumbukan tersebut berlaku hukum kekekalan energi dan momentum. Sehingga:

Substitusi persamaan (2) ke persamaan (1) maka didapat:

Bila persamaan (3) diterapkan pada proton dan elektron maka didapatkan kecepatan maksimum up dan uN , dengan m1 adalah massa neutron yang akan disimbolkan dengan m, sedangkan m2 merupakan massa proton atau nitrogen, yang mana massa proton adala 1 amu dan nitrogen adalah 14 amu. Sehingga persamaannya akan menjadi sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan (4) dan (5), kita dapart mencari massa neutron:

Nilai up dan uN yang dicantumkan didapatkan dari hasil eksperimen. Adapun massa neutron yang didapatkan berdasarkan cara di atas memiliki kesalahan sebesar 10%. Akan lebih baik bila menentukan massa neutron melalui reaksi berikut.

Massa neutron yang didapatkan melalui cara ini adalah berkisar antara (1,005 dan 1,008) amu. Adapun massa neutron yang didapatkan adalah (1,008982 0,000003) amu.

Dengan menggunakan asumsi bahwa radiasi yang tidak diketahui itu adalah neutron yang massanya hampir sama dengan proton maka reaksi antara partikel alfa dengan dapat ditulis menjadi:

Efek pengurangan massa yang terjadi adalah:

bila nilai tersebut dijumlahkan dengan energi kinetik partikel alfa sebesar 5,3 MeV maka didapatkan energi yang tersedia sebesar 11 MeV. Ini dapat digunakan untuk menghitung energi rekoil atom lainnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Bila tumbukan yang terjadi bukan tumbukan head-on, maka energi kinetik K2 yang ditransfer ke m2 oleh partikel m1 dan energi kenetik K ditentukan melalui persamaan berikut.

dengan dan adalah sudut yang dibentuk oleh m2 dengan arah awal partikel m1, dengan mensubstitusikan nilai = 180o maka nilai cos2 = 1. Sehingga energi maksimum rekoil menjadi:

Untuk proton nilai sedangkan nitrogen nilai , maka dan Sehingga untuk mendapatkan nilai dan nilai maka nilai K haruslah sebesar 5,7 MeV. Sehingga dapat dinyatakan bahwa keberadaan neutron sebagai partikel tak bermuatan yang memiliki massa hampir sama dengan proton adalah benar.2.4 Hipotesis Proton-NeutronTelah dibuktikan sebelumnya bahwa hipotesis proton-elektron mengenai inti atom tidak mampu menjelaskan hasil-hasil eksperimen yang telah didapatkan. Kesalahan utamanya terletak pada asumsi yang menyatakan bahwa elektron berada di dalam inti atom. Sebelum adanya penemuan neutron, tidak ada alternatif lain untuk menghitung banyaknya muatan yang terdapat di dalam inti atom kecuali dengan menggunakan prinsip bahwa adanya sejumlah A-Z elektron di dalam inti yang menetralisasikan muatan sebesar A-Z proton. Akhirnya, dengan adanya penemuan neutron mengubah paradigma tersebut. Pada tahun 1932, Heisenberg menyarankan bahwa ada partikel baru yang disebut neutron yang menjadi dasar dari semuanya itu. Menurutnya, semua inti atom tersusun oleh proton dan neutron, dan tidak ada elektron di dalamnya. Sebagai akibatnya, massa neutron hampir sama dengan proton, dan tidak bermuatan. Sehingga massa inti atom sama dengan massa proton ditambah dengan massa neutron yang ada di dalam inti tersebut, sedangkan muatannya sama dengan total muatan proton yang ada di dalam inti atom. Nama nukleon diberikan pada proton atau neutron. Setelah ditemukannya neutron maka hipotesis proton-elektron digantikan dengan hipotesis proton-neutron yang menyatakan bahwa:

Atom terdiri dari inti atom, yang mana inti atom tersusun oleh proton dan neutron. Pada inti atom terdapat Z proton dan A-Z neutron

Neutron tidak bermuatan sehingga muatan inti sama dengan total muatan proton yang ada di dalam inti tersebut.

Berikut ini disajikan tabel mengenai sifat proton, neutron dan elektron.Tabel 1.

Beberapa besaran dari neutron, proton dan elektron

BesaranNeutronProtonElektron

Massa1,008982 amu1,00759 amu1/1837 amu

Muatan0+e-e

Spin1/21/21/2

Momen magnetik-1,9135

+2,7927

-1,0021

Faktor g-3,835,592

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa neutron, proton dan elektron memiliki spin . Meskipun neutron tidak bermuatan tetapi ia memilki nilai momen magnetik negatif, ini menandakan bahwa vektor momen magnetik dan spin neutron berlawanan arah. Model proton-neutron ini mampu menjelaskan semua hal yang tidak mampu dijelaskan oleh hipotesis proton-elektron. Contohnya, bila terdapat A partikel di dalam inti yang masing-masing partikel memilki spin , maka secara teori inti dengan nomor massa genap harus memiliki spin bilangan bulat, sedangkan inti dengan nomor massa ganjil harus memiliki spin setengah bilangan bulat. Pertama, berdasarkan hipotesis proton-neutron, untuk memiliki 7 proton, 7 neutron dan 14 partikel di dalam intinya sehingga nitrogen memiliki spin berupa bilangan bulat. Prediksi ini cocok dengan hasil eksperimen yang mendapatkan spin adalah 1. Kedua, menurut hipotesis proton-neutron, tidak ada elektron di dalam ini atom sehingga tidak perlu mungharapkan momen magnetik inti sama dengan magneton Bohr. Dengan kata lain, momen magnetik nuklir sama dengan magnetik nuklir. Ini sesuai dengan hasil eksperimen yaitu . Selain itu, menurut prinsip ketikpastian Heisenberg karena massa neutron hampir sama dengan massa proton maka sangat mungkin neutron berada di dalam inti atom.BAB IIIPENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.1. Beragamnya pendapat ahli tentang teori atom terjadi seiring berkembangnya eksperimen para ahli sehingga memberikan penjelasan yang kurang jelas mengenai inti atom. Dalam hal ini Rutherford memberikan penjelasan yang lebih jelas tentang konsep inti atom. Dia berpandangan bahwa sebagian besar massa dan muatan positif atom terkonsentrasi pada sebuah volume yang sangat kecil yang dinamakan inti atom, sedangkan ruang yang lainnya di dalam atom hampir kosong. Dan keseluruhan atom adalah netral.2. Atom terdiri dari sebuah inti, dengan proton A dan elektron A-Z, dengan sebuah muatan positif total Z dan inti diasumsikan dikelilingi oleh elektron Z untuk membentuk atom yang netral. Hipotesis proton-elektron mengalami kegagalan karena tidak mampu menjelaskan struktur Hyperfine, ditemukan bahwa inti atom memiliki momentum sudut atau spin berdasarkan garis Spektrum yang apabila dihubungkan dengan momen magnet.

3. Ditemukannya Neutron diawali dengan penembakan partikel alpha terhadap unsur radioaktif dan memiliki sifat memiiki energi yang besar, dapat menembus selembar bahan yang cukup tebal, tidak dapat mengionisasi, tidak dipengaruhi oleh medan listrik, dan tidak menimbulkan jejak pada chamber awan. Neutron merupakan suatu bentuk interaksi tertutup antara proton elektron. Neutron adalah partikel yang tidak memiliki muatan. Jika netron dengan kecepatan tinggi dapat menembus inti atom, ia dapat mengeluarkan proton.

4. Hipotesis proton-neutron pertama kali digunakan oleh Heisenberg tahun 1932. Heisenberg megemukakan bahwa jumlah total partikel dasar dalam A dari inti yang berat atomnya mendekati Z dan jumlah neutron A-Z. Neutron memiliki spin setengah bulat yaitu 1/2h/2(. Sesuai aturan bahwa neutron dan proton akan merupakan bilangan bulat atau setengah bulat kelipatan dari h/2( sesuai dengan A genap maupun ganjil.

3.2 SaranMelalui pemahaman mengenai inti atom maka diharapkan kita sebagai calon pendidik nantinya mampu mentransfer ilmu yang telah kita miliki kepada anak didik dengan baik. Sehingga sangat perlu untuk memperdalam lagi pemahaman kita mengenai materi tersebut.DAFTAR PUSTAKAAllya. . Physics Nuclear. Beiser, Arthur.1999. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kanginan, Marthen. 2002. Fisika Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gambar (1)

-

-

-

+

-

+

+

+

Gambar (2)

+

-

-

-

-

-

-

EMBED Equation.3

I, I-1, I-2, I-3, , -(I-3), -(I-2), -(I-1), -I

F = J + I

F

J

I

Gambar (3)

2I+1 bila I< J

2J+1 bila J< I

Untuk A ganjil, I = EMBED Equation.3

Untuk A genap, I = 0, 1, 2, 3, 4, .....

EMBED Equation.3

H

EMBED Equation.3

Gambar (4)

Gambar (5)

EMBED Equation.3

mI = 3

2

1

0

-1

-2

-3

polonium

Berillium

radiasi

Gambar (6)

polonium

Berillium

timbal

Gambar (7). Partikel alfa yang jatuh pada selaput berillium menyebabkan adanya pancaran radiasi yang memiliki daya tembus yang besar sehingga dapat menembus timbal.

radiasi

polonium

Berillium

parafin

Gambar (8). Proton berenergi hingga 5,7 MeV terlempar keluar bila radiasi tersebut dijatuhkan pada lempengan parafin

radiasi

Proton 5,7 MeV

Gambar (9). Jika radiasi tersebut adalah sinar gamma, maka energinya sekurang-kurangnya harus sebesar 55 MeV.

Sinar gamma

parafin

55 MeV

Gambar (10). Jika radiasi itu terdiri dari partikel netral yang massanya hampir sama dengan massa proton, maka energinya tidak melebihi 5,7 MeV.

Neutron

parafin

5,7 MeV

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

diam

Inti rekoil terhambur

Gambar (11)

diam

m2 u2

Gambar (12)

m1 u1

m1 u

m2

PAGE 14

Created by Widiarini

_1284477466.unknown

_1284482156.unknown

_1284570973.unknown

_1284661872.unknown

_1288961266.unknown

_1288962228.unknown

_1288962290.unknown

_1288961322.unknown

_1284662052.unknown

_1284662151.unknown

_1284662657.unknown

_1284662128.unknown

_1284662037.unknown

_1284572055.unknown

_1284573324.unknown

_1284573360.unknown

_1284573486.unknown

_1284575370.unknown

_1284575707.unknown

_1284573380.unknown

_1284573344.unknown

_1284573094.unknown

_1284573206.unknown

_1284573012.unknown

_1284571377.unknown

_1284571924.unknown

_1284571295.unknown

_1284487270.unknown

_1284563612.unknown

_1284566289.unknown

_1284570016.unknown

_1284566073.unknown

_1284489101.unknown

_1284562162.unknown

_1284562305.unknown

_1284530981.unknown

_1284487288.unknown

_1284487309.unknown

_1284487205.unknown

_1284487230.unknown

_1284482696.unknown

_1284480829.unknown

_1284481909.unknown

_1284481920.unknown

_1284481558.unknown

_1284481803.unknown

_1284480887.unknown

_1284480605.unknown

_1284480621.unknown

_1284479672.unknown

_1284480322.unknown

_1284478154.unknown

_1284456852.unknown

_1284476135.unknown

_1284476937.unknown

_1284477390.unknown

_1284476639.unknown

_1284476794.unknown

_1284475598.unknown

_1284475885.unknown

_1284475429.unknown

_1284475438.unknown

_1284457237.unknown

_1284372163.unknown

_1284447564.unknown

_1284455594.unknown

_1284455922.unknown

_1284449291.unknown

_1284372189.unknown

_1284369675.unknown

_1284369765.unknown

_1284370783.unknown

_1284369030.unknown

_1284361793.unknown