Upload
rasihan-arbi-wein
View
128
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah fisiologi dan teknologi
EVALUASI SENSORI
Oleh :
Khalid Haris 0805106010044Ramli Hamdani 0805106010046Fakhrurrazi 0805106010049Halimatussakdiah 0805106010061Mutia 0805106010062Fadli 0805106010066Rahmadianto 0505106010065
JURUSAN TEKNIK PERTANIANUNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS PERTANIAN DARUSSALAM, BANDA ACEH
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini penilaian sensori bukan saja dapat dinggap
sebagai salah satu disiplin ilmu tetapi juga perlu dianggap sebagai teknologi
karena kegunaannya yang luas dalam industri. Umunya teknologi berkembang
akibat penemuan ilmu, tetapi berbeda dengan penilaian sensori, dimana ilmu
berkembang akibat teknologi yang sangat aktif. Terdapat beberapa disiplin ilmu
yang memiliki peranan dalam perkembangan penilaian sensori akibat interaksi
berbagai pengetahuan. Sumber-sumber utama terdiri dari psikologi, fisiologi,
sosiologi dan statistik.
Penilaian sensori merupakan suatu cara bagaimana panca indera manusia
digunakan untuk mendalami pemahaman mengenai respon terhadap suatu
makanan. Teknik penilaian sensori untuk saat ini telah banyak digunakan untuk
menilai proses perkembangan produk dalam industri makanan sejak beberapa
tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan, kebanyakan konsumen sekarang ini membeli
sesuatu jenis makanan berdasarkan pengalaman sensori yang dimiliki seperti
tingkat kemanisan, kelembutan, rasa dan lain-lain.
Ahli-ahli teknologi makanan khususnya penganalisis penilaian sensori
sadar kepentingan pemilihan metode untuk mengukur persepsi atribut makanan
dan / atau reaksi terhadap makanan tersebut.
Metode yang digunakan dalam evaluasi sensori dapat dibagi menjadi
beberapa metode yaitu: metode ujian diskriminatif, metode ujian deskriptif dan
metode ujian afektif. Dalam penyusunan makalah ini kami lebih mengkhususkan
evaluasi sensori dengan menggunakan metode ujian afektif.
Metode ujian afektif adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
produk-produk mana yang disukai penguji dan produk-produk mana yang tidak
disukai.
I.2. Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
Mahasiswa mampu memahami prinsip dari penilaian sensori.
Mahasiswa mampu membedakan prinsip penilaian organoleptik dengan
evaluasi sensori.
Mahasiswa mampu merancang dan menyelenggarakan uji sensoris untuk
keperluan pengembangan produk, penelitian dan pengendalian mutu.
1.3. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah :
Diharapkan dengan mempelajari prinsip dari penilaian sensori ini , para
mahasiswa akan mempunyai kemampuan untuk melakukan penilaian
sensori terhadap makanan hasil olahan pertanian .
Mahasiswa mampu membedakan dari masing-masing uji penilaian sensori.
Mahasiswa mengerti konsep melakukan evaluasi sensori terhadap makanan
hasil olahan pertanian dengan menggunakan uji afektif ini.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Evaluasi Sensori
Evaluasi sensori adalah suatu metode ilmiah yang digunakan untuk mengukur,
menganalisis, dan menginterpretasikan respon terhadap suatu produk berdasarkan
yang ditangkap oleh indera manusia seperti penglihatan, penciuman, perasa dan
pendengaran.
Pada evaluasi sensori, segala macam faktor yang dapat mengganggu proses
penilaian ditekan seminimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan
memisahkan setiap perserta evaluasi sensori agar tidak saling berkomunikasi
sehingga penilaian yang dihasilkan benar-benar murni berasal dari pendapat
pribadi masing-masing individu.
Teknik penilaian sensori telah banyak digunakan untuk menilai proses
perkembangan produk dalam industri makanan sejak beberapa tahun yang lalu.
Sebagai penganalisis penilaian sensori terdapat beberapa hal yang perlu diberi
perhatian sewaktu menjalankan ujian sensori. Faktor pertama ialah terlebih dahulu
memastikan apakah yang perlu diukur (perbedaan, penerimaan dll), kemudian
memilih metode yang sesuai untuk membuat pengukuran tersebut dan akhirnya
memastikan jenis panelis yang sesuai untuk digunakan, dan kemudian data
dikumpul dan dianalisis secara statistik agar keputusan dapat diambil.
Evaluasi sensori dapat digunakan untuk:
menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki dalam
produk atau bahan-bahan formulasi
mengidentifikasi area untuk pengembangan
menentukan apakah optimasi telah diperoleh
mengevaluasi produk pesaing
mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan
memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk
penerimaan dan kesukaan atau preferensi konsumen
pengukuran korelasi sensori dan kimia atau fisik
Metode
Terdapat berbagai metode evaluasi sensori. Para peneliti harus mengetahui
dengan jelas keuntungan dan kerugian metode-metode tersebut. Peneliti dapat
memilih metode yang paling cocok dan efisien untuk kasus yang dihadapi. Tidak
ada metode yang dapat digunakan secara umum atau untuk semua kasus. Para
peneliti harus memformulasikan dengan jelas tujuan dari pengujian dan informasi
yang ingin diperoleh dari pengujian tersebut.
Evaluasi sensori memiliki tiga jenis metode, yaitu:
1. Uji Diskriminatif
2. Uji deskriptif
3. Uji Afektif
A.Uji Diskriminatif
Uji deskriminatif dilakukan untuk menguji secara statistika ada tidaknya
perbedaan dari produk-produk yang diuji, yang mengukur kemampuan panelis
untuk mendeteksi suatu sifat sensori. Uji ini dapat berfungsi misalnya untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan rasa suatu produk jika bahan bakunya diganti
dengan jenis yang lain. Contohnya adalah: Uji segitiga, uji duo-trio, dan uji
pasangan.
Uji segitiga digunakan apabila akan dilakukan penggantian jenis produk
dengan tujuan produk pengganti tidak berbeda secara signifikan terhadap produk
standar. Biasanya uji ini dilakukan oleh panelis yang terlatih.
Uji pasangan adalah uji dimana para panelis diminta untuk menyatakan
apakah ada perbedaan antara dua contoh yang disajikan. Uji duo-trio adalah uji
dimana ada 3 jenis contoh (dua sama, satu berbeda) disajikan dan para penelis
diminta untuk memilih contoh yang sama dengan standar.
Ada pula uji rangking yang meminta para panelis untuk merangking
sampel-sampel berkode sesuai urutannya untuk suatu sifat sensori tertentu. Uji
sensitivitas terdiri atas uji treshold, yang menugaskan para penelis untuk
mendeteksi ukuran batas deteksi suatu zat atau untuk mengenali suatu zat pada
level batas deteksinya. Uji lainnya adalah uji pelarutan yang mengukur dalam
bentuk larutan jumlah terkecil suatu zat dapat terdeteksi. Kedua jenis uji di atas
dapat menggunakan uji pembedaan untuk menentukan batas deteksi.
B. Uji Deskriptif
Uji deskripsi didesain untuk mengidentifikasi dan mengukur sifat-sifat
sensori. Dalam kelompok pengujian ini dimasukkan rating atribut mutu dimana
suatu atribut mutu dikategorikan dengan suatu kategori skala (suatu uraian yang
menggambarkan intensitas dari suatu atribut mutu) atau dapat juga besarnya suatu
atribut mutu diperkirakan berdasarkan salah satu sampel, dengan menggunakan
metode skala rasio.
Uji deskriptif merupakan uji yang membutuhkan keahlian khusus dalam
penilaiannya karena dalam uji ini panelis harus dapat menjelaskan perbedaan
antara produk-produk yang diuji. Untuk melakukan uji ini, dibutuhkan penguji
yang terlatih.
Uji deskriptif terdiri atas Uji Pemberian skor atau pemberian skala. Kedua uji
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan
dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk. Dalam sistem pemberian skor,
angka digunakan untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau
menurun.
C. Ujian Afektif (Penerimaan Dan Pemilihan)
Ujian afektif ini dikenali juga sebagai ujian penerimaan, pemilihan atau ujian
konsumen.Ujian afektif digunakan untuk menilai tingkat kesukaan dan/atau
penerimaan salah satu produk. Biasanya panelis yang diperlukan lebih banyak dan
tidak dilatih tetapi dipilih untuk mewakili konsumen sasaran atau calon konsumen
produk. Ujian afektif ini dirancang untuk menentukan pendapat konsumen
mengenai sampel atau produk. Panelis hanya diminta memberi penilaian dari
sudut suka atau tidak suka. Ujian afektif biasanya dilakukan setelah ujian
diskriminatif dan ujian diskriptif dimana jumlah sampel dan atribut yang dikaji
adalah kecil tetapi melibatkan lebih banyak panelis.
Dari perspektif penilaian sensori, ujian penerimaan mempunyai makna yang
khusus meliputi tujuan ujian, bagaimana ujian dilakukan, siapa panelis dan
bagaimana keputusan kajian akan digunakan. Melalui ujian penerimaan, kita dapat
mengukur tingkat kesukaan atau pemilihan produk.
Kelompok uji penerimaan juga disebut acceptance tests atau preference test.
Pada ujian keutamaan (preference test) meliputi semua ujian afektif berdasarkan
pengukuran pemilihan atau pengukuran dimana keutamaan relatif dapat
ditentukan seperti suka – tidak suka.
Ujian keutamaan dapat diartikan sebagai :
Tanda tingkat kesukaan yang tinggi
Pemilihan satu objek dibandingkan dengan yang lain
Kontinum fisiologis mengenai afektifitas (sedap – tidak sedap), dimana
kecendrungan didasari (Amerine et al,1965)
Pengukuran keutamaan meliputi pemiliha satu sampel dibandingkan dengan
sampel yang lain, yaitu sekurang-kurangnyan2 sampel, penyusunan urutan
kesukaan produk atau memberi pendapat (suka – tidak suka) pada skala hedonik.
Penerimaan juga dapat dinilai berdasarkan kecendrungan atau kesukaan
terhadap sesuatu jenis makanan. Dengan kata lain, penerimaan diperoleh dari
skala pengukuran dan dapat memberi gambaran tingkat kesukaan setiap produk.
Jadi ujian penerimaan, konsumen akan memberikan satu perkiraan mengenai
produk berdasarkan cirri-ciri sensori.
Penerimaan pula diartikan sebagai :
Pengalaman yang dikaitkan dengan sikap positif
Penggunaan produk sebenarnya (contohnya yang dibeli atau dimakan)
Metode ujian afektif dilakukan untuk menentukan pendapat atau pandangan
konsumen mengenai sampel atau produk dan tidak memerlukan keputusan atau
pemikiran yang mendalam dari penilai. Oleh karena itu ujian ini lebih sesuai
digunakan untuk panelis yang tidak terlatih khususnya konsumen dan tidak
seharusnya digabung dengan ujian-ujian diskriminatif.
Pemilihan merupakan pernyataan kesukaan terhadap satu produk dengan
produk yang lain. Pemilihan makanan didasarkan kepada tindakan
pengkonsumsian jenis makanan yang terdapai dipasar atau yang disediakan
ditempat penjualan makanan (rumah,hotel,sekolah dan lain-lain). Pemilihan
makanan tidak semestinya meliputi proses penelanan makanan, tetapi dapat
memberi gambaran tentang pengkonsumsian makanan.
Pemilihan dapat dilakukan secara langsung dimana panelis diminta memberi
skor yang tinggi bagi produk yang disukai. Sebaiknya, penilaian sensori memberi
penekanan kepada penerimaan atau kesukaan produk dan berikutnya menentukan
pemiliha produk.
Dalam ujian sensori, manusia dilatih untuk bertindak sebagai alat yang
canggih menggunakan bukan saja pancaindera rasa dan bau, malah menggunakan
kelima-lima panca indera dasar untuk mempertimbangkan dan menyampaikan
cirri-ciri informasi makanan dalam bentuk yang dapat dipercayai dan formay yang
meyakinkan. Oleh karena penilaian sensori bukan dirancang untuk mendapatkan
pendapat, ia dapat digunakan dalam aktifitas produksi produk baru, yaitu dengan
menterjemahkan pendapat-pendapat tersebut dari panelis konsumen. Korelasi
tersebut dapat dijadikan alat untuk menambahkan kesuksesan lebih banyak produk
baru.
2.2 Metode Ujian Afektif
Ujian afektif dapat dibagi kedalam tiga jenis yaitu :
1. Ujian bandingan berpasangan
2. Ujian penyusunan
3. Ujian pengkadaran , yaitu :
a) Uji kesukaan (hedonik)
b) Uji mutu hedonik
Dalam makalah ini,kami lebih membahas ujian pengkadaran dengan skala
hedonik. Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui apakah produk disukai atau
tidak oleh konsumen.
2.3 Uji Kesukaan (Hedonik)
Perkataan hedonik dapat diartikan sebagai pengkaitan kepada kepuasan, serta
ujian hedonik mengukur secara langsung tingkat atau kesukaan atau penerimaan
produk oleh populasi.
Uji kesukaan juga disebut dengan uji hedonik. Dalam uji hedonik ini, panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya
ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau
sebaliknya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat
kesukaan itulah yang disebut dengan skala hedonik. Misalnya, dalam hal “suka”,
dapat mempunyai skala hedonik seperti : amat sangat suka, suka,sangat suka,agak
suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka”, dapat mempunyai skala hedonik
seperti amat sangat tidak suka,sangat tidak suka,tidak suka dan agak tidak suka.
Diantara agak tidak suka dan agak suka kadang-kadang ada tanggapan yang
disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka (neither like
nor dislike).
Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala
yang dikehendakinya. Dalam penganalisisan skala hedonik ditransformasi
menjadi skala numerik dengan angka numerik menurut tingkat kesukaan. Dengan
data numerik ini dapat dilakukan analisis statistik. Denga adanya skala hedonik itu
sebenarnya uji hedonik secara tidak langsung juga dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan,karena hal ini maka uji hedonik paling sering digunakan
untuk menilai komoditi sejenis atau produk pengembangan secara organoleptik.uji
hedonik banyak digunakan untuk menilai hasil akhir produksi.
Skala hedonik dikembangkan untuk menguji produk baru atau untuk
membandingkan produk yang telah ada. Skala hedonik telah dimodifikasi dengan
membuang titik tengah (apakah suka atau tidak suka) atau kategori-kategori lain
tetapi ternyata masih belum berhasil. Terdapat beberapa variasi skala 9 titik yang
dimodifikasi dan digunkan dengan memuaskan.
Yang termasuk pemodifikasian:
1. Mengurangkan jumlah kategori namun tidak boleh kurang dari 5
kategori
2. Perbanyakan jumlah skala “suka” dibandingkan dengan skala “tidak
suka”
3. Menghilangkan kategori penilaian yang netral
4. Menggantikan perkataan denga raut muka
2.4 Uji Mutu Hedonik
Berbeda denga uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatak suka atau
tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik-
buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Karena itu, beberapa ahli memasukkan uji
mutu hedonik kedalam uji hedonik.
Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari pada sekedar kesan suka atau tidak
suka. Mutu hedonic dapat bersifat umum yaitu baik – buruk dan bersifat spesifik
seperti empuk – keras untuk daging, pulen – keras untuk nasi, renyah – lembek
untuk mentimun. Rentangan skala hedonik berkisar dari ekstrim baik sampai ke
ekstrim jelek.
Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik.
Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang
diinginkan dan sensitivitas antar skala. Dalam menetapkan skala hedonik untuk
uji mutu hedonik, data penilaian dapat ditransformasi dalam skala numeric dan
selanjtnya dapat dianalisis statistic untuk interpretasinya.
2.5 Kebaikan Metode Skala Hedonik
Metode skala hedonik mudah dilaksanakan dan mudah dipahami oleh
konsumen. Diantara kebaikan skala ini adalah :
Metode ini mampu mengetahui perbedaan dari segi tingkat kesukaan
produk bagi makanan yang sama dan juga mampu melihat perbedaan yang
besar walaupun waktu, panelis dan keadaan tempat ujian berbeda.
Metode ini hanya memerlukan boring penilaian dan petunjuk yang mudah
untuk mengurangkan pendekatan yang lebih kompleks sehinnga produk
dapat dinilai lebih awal.
Skala hedonik menunjukkan perbedaan dalam kelompok sikap pemilihan
makanan terutama sewaktu survey.
Peneliti dapat menentukan penerimaan yang tidak sesuai dengan makanan
ataupun dimana dasar perbandingan tidak diperolehi.
Analisis statistic data skala hedonic adalah lebih mudah walaupun sampel
populasi dalam jumlah yang banyak
2.7 Kelemahan Ujian Hedonik
Skala hedonik mempunyai kelemahan tertentu, diantaranya :
Bagi Negara yang bukan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
sehari-hari, penerjemahan perkataan sering kali kurang tepat. Contoh
kalimat “like very much” bagi Negara barat mungkin berbeda dengan
persepsi penduduk bukan Negara barat.
Uji hedonik tidak dapat digunakan untuk tujuan pengawasan mutu karena
variasi yang luas diantara panelis.
Penelis konsumen diperkirakan membuat penilaian berdasarkan
tanggapan cepat dimana refleksi produk dapat dielakkan.
2.8 Metode Skala Hedonik Raut Muka
Metode ini adalah metode hedonik yang dimodifikasi dan digunakan untuk
anak-anak yang belum mahir membaca dan memahami bahasa yang digunakan
atau tidak dapat menentukan perkataan yang betul untuk menguraikan perasaan.
Skala atau ekspresi muka yang digunakan terdiri dari 5,7 dan 9. Setiap
ekspresi muka kadang kala disertai dengan perkataan untuk menambahkan
kepahaman oleh panelis. Sebab-sebab menggunakan skala ekspresi muka ini ialah
anak-anak mungkin tidak dapat memahami perkataan atau frasa yang digunakan
tetapi dapat mengaitkan perasaan atau pendapatnya dengan gambar ekspresi
muka. Bagi anak-anak , metode ini sesuai digunakan karena biasanya riak muka
anak-anka akan memberikan gambaran reaksinya terhadap produk tesebut.
BAB III
PENUTUP
Adapun kesimpulan yang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Evaluasi sensori adalah suatu metode ilmiah yang digunakan untuk
mengukur, menganalisis, dan menginterpretasikan respon terhadap suatu
produk berdasarkan yang ditangkap oleh indera manusia seperti
penglihatan, penciuman, perasa dan pendengaran.
Evaluasi sensori memiliki tiga jenis metode, yaitu:
1. Uji Diskriminatif
2. Uji deskriptif
3. Uji Afektif
Uji deskriptif merupakan uji yang membutuhkan keahlian khusus dalam
penilaiannya karena dalam uji ini panelis harus dapat menjelaskan
perbedaan antara produk-produk yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi_sensori (23 April 2011). evaluasi
sensori
Lawless HT, Heymann H. 1998. Sensory Evaluation of Food: Principles and
Practices. New York: Chapman & Hall. Page.15.
Soewarno, 1985. Penilaian Organoleptik. PT Bhatara Karya Aksara, Jakarta.