36
MINIMARKET INDOMARET DAN ALFAMART DALAM PERKEMBANGAN PERUSAHAAN RETAIL SISTEM FRANCHISE DI INDONESIA

Makalah Franchise

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Franchise

MINIMARKET INDOMARET DAN ALFAMART DALAM

PERKEMBANGAN PERUSAHAAN RETAIL SISTEM

FRANCHISE DI INDONESIA

Page 2: Makalah Franchise

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan usaha melalui sistem franchise (waralaba) di Indonesia

saat ini mulai tumbuh dengan pesat. Sebagai suatu cara pemasaran dan

distribusi, franchise merupakan alternatif lain di samping saluran

konvensional yang dimiliki perusahaan sendiri. Cara ini memungkinkan untuk

mengembangkan saluran eceran yang berhasil tanpa harus membutuhkan

investasi besar-besaran dari perusahaan induknya. Bisnis francishing

bagaimanpun bentuknya, bertujuan untuk memperpanjang atau memperlebar

dunia bisnis dan industri. Hal ini tidak dapat disamakan dengan bisnis

penyewaan seragam ataupun dokter gigi. Aktivitas ini dapat digunakan di

banyak kegiatan ekonomis dimana sistemnya terbentuk karena ada

manufacturer, proses, dan/atau distribusi barang-barang atau usaha pemberian

jasa.

Dalam perkembangan ekonomi pasar di banyak negara, penjualan

barang dan jasa melalui model franchising tumbuh dengan pesat sejak tahun

1950-an. Di Amerika Serikat misalnya, banyaknya bentuk franchising terdapat

lebih dari tiga digit retail sales yang berkembang. Di Australia diperkirakan

banyaknya franchise fast food untuk 90% atau lebih dari total penjualan dalam

suatu pasar. Ini semua merupakan laporan yang setidaknya mewakili bahwa

franchising dipraktikkan secara bersamaan oleh lebih dari 70 negara di selurug

negara (Suyud Margono dan Amir Angkasa, 2002: 67).

Cepatnya perkembangan dan suksesnya bisnis waralaba ini disebabkan

oleh beberapa faktor. Faktor yang paling mendasar adalah bisnis ini

merupakan kombinasi dari pengetahuan dan kekuatan satu usaha bisnis yang

sudah ada/mapan. Pemilik nama bisnis franchising (franchisor) dengan

semangat entrepreneur sebagai pelaku bisnis di satu pihak. Di lain pihak,

terdapat penerima franchising (franchisee) yang dengan segala kemungkinan

dapat mengembangkan beberapa bisnis franchising berdasarkan kondisi pasar

Page 3: Makalah Franchise

setempat. Bagaimanapun juga, bisnis ini hanya dapat dijalankan oleh

organisasi yang stabil yang dapat berkembang, termotivasi, dan sungguh-

sungguh menjalankan inti bisnis kecil dengan penuh semangat.

Pada saat sekarang ini, franchising yang ada merupakan “generasi

kedua”, yang biasa disebut dengan ”format bisnis franchise.” Format bisnis

franchise pada dasarnya adalah suatu pembiakan komersial dimana franchisor

yang mempunyai produk atau jasa yang ingin dijual, lalu perusahaan tersebut

memilih untuk tidak memperluas usahanya sendiri, melainkan menjual hak

untuk menggunakan namanya, produk atau jasanya kepada franchisee yang

menjalankan tokonya secara semi-independen. Dalam hal ini, franchisor

menyediakan paket yang mencakup pengetahuan (know-how) dari usahanya

(Wirjono Prodjodikoro, 1992: 11). Prosedur operasi penyediaan produk dan

cara promosi penjualan. Sedangkan franchisee umumnya membayar sejumlah

uang kepada franchisor dan menyediakan dana untuk menyiapkan toko,

mengadakan sediaan, membeli peralatan, dan membayar royalty.

Di antara beberapa perusahaan di Indonesia yang mengembangkan

usaha dan bisnis secara franchise atau waralaba adalah Minimarket Indomaret

dan Minimarket Alfamart. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua minimarket

ini secara ekspansif telah melakukan pengembangan usaha franchise secara

besar-besaran. Hal ini dapat dilihat dengan tumbuhnya minimarket-

minimarket baru hingga ke kota-kota kecil dan kecamatan-kecamatan.

Keberadaan minimarket-minimarket baru dan yang sudah ada sebelumnya dari

kedua pemain bisnis retail ini menandakan suatu perkembangan bisinis

franchise retail yang semakin subur.

B. Permasalahan

Didasarkan atas latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

bagaimanakah sejarah dan perkembangan perusahaan retail sistem franchise

minimarket Indomaret dan Alfamart di Indonesia?

Page 4: Makalah Franchise

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum tentang Franchise

1. Peristilahan dan Definisi Franchise

Franchise dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah waralaba.

Franchise berasal dari bahasa Perancis, yang berarti bebas atau bebas dari

penghambaan atau perbudakan. Bila dihubungkan dalam konteks usaha,

franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan

sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. Sehingga pewaralabaan

(franchising) merupakan suatu aktivitas dengan sistem waralaba

(franchise) yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling

menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima

waralaba (franchisee) (Iman Sjahputra Tunggal, 2004:1). Sedangkan PH

Collin (Gunawan Widjaja, 2001:7) dalam Law dictionary mendefinisikan

Franchise sebagai “Lisence to trade using a brand name and paying a

royalty for it” dan Frachising untuk pewaralabaan didefinisikan sebagai

“Act of selling a lisence to trade as a franchise”. Definisi tersebut

menekankan pada pentingnya peran nama dagang dalam pemberian

waralaba dengan imbalan royalti.

Berbeda dengan definisi yang terdapat dalam Black’s Law

Dictionary, Franchise didefinisikan sebagai:

A special privilege granted or sold, such as to use name or to sell products or services. In its simple terms, a franchise is a licence from owner of a trademark or trade name permitting another to sell a product or service under that name or mark. More broadly stated, a franchise has involved into an elaborate agreement under which the franchisee undertakes to conduct a business or sell a product or service in accordance with methods and procedures prescribed by the franchisor, and the franchisor undertakes to assist the franchisee trough advertising, promotion and other advisory services.

Pada rumusan tersebut ditunjukan waralaba menekankan pada

pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan

Page 5: Makalah Franchise

memanfaatkan merek dagang franchisor (pemberi waralaba) di mana

pihak franchisee (penerima waralaba) berkewajiban untuk mengikuti

metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi

waralaba. Dalam kaitannya dengan pemberian izin dan kewajiban

pemenuhan standar dari pemberi waralaba, pemberi waralaba akan

memberikan bantuan pemasaran, promosi maupun bantuan teknis lainnya

agar penerima waralaba dapat menjalankan usaha dengan baik. Menurut

Black’s Law Dictionary, pemberian waralaba ini didasarkan pada suatu

franchisee agreement (Gunawan Widjaja, 2001:7).

Menurut IFA (International Franchise Association) Franchise atau

Waralaba merupakan : “…Continuing relationship in which the franchisor

provides a licensed privilege to do business, plus assistance in organizing,

training, merchandising and management…” . Waralaba adalah suatu

hubungan yang terus menerus dimana franchisor memberikan ijin

istimewa untuk melakukan bisnis beserta bantuan untuk mengorganisir,

melatih, menjual dan mengatur.

Sementara dalam pertemuan ilmiah yang dilaksanakan di Jakarta

oleh IPPM pada tanggal 25 Juni 1991 mengenai konsep perdagangan baru

yang disebut dengan istilah waralaba yang merupakan sistem pemasaran

vertikal, dikemukakan beberapa definisi waralaba, sebagai berikut:

a. Franchise atau waralaba adalah sistem pemasaran atau distribusi

barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk (franchisor)

memberikan kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) yang

berskala kecil dan menengah, hak istimewa untuk melakukan suatu

sistem usaha tertentu dengan cara tertentu, waktu tertentu, dan disuatu

tempat tertentu.

b. Franchise atau waralaba adalah sebuah metode pendistribusian barang

dan jasa kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada pihak lain

yang berminat. Pemilik dari metode yang dijual ini disebut franchisor

sedang pembeli hak untuk menggunakan metode itu disebut

franchisee.

Page 6: Makalah Franchise

c. Franchising atau Waralaba adalah suatu hubungan berdasarkan

kontrak antara franchisor dan franchisee. Franchisor menawarkan dan

berkewajiban menyediakan perhatian terus menerus pada bisnis dari

franchisee melalui penyediaan pengetahuan dan pelayanan. Franchisee

beroperasi dengan menggunakan nama dagang, format, atau prosedur

yang dipunyai serta dikendalikan oleh franchisor.

Kata “Waralaba” kali pertama diperkenalkan oleh lembaga

Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) sebagai padanan kata

Franchise. Amir Karamoy menyatakan bahwa waralaba bukan terjemahan

langsung konsep franchise. Dalam konteks bisnis, Franchise berarti

kebebasan untuk menjalankan usaha secara mandiri di wilayah tertentu

(Lindawaty S. Sewu, 2004:12).

Sementara Pasal 1 Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 tahun 1997

tentang Waralaba dikatakan: “Franchise adalah perikatan dimana salah

satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau mengunakan hak

atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki

pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan

pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang

dan atau jasa”.

Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pemberi Waralaba adalah badan

usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk

memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau

penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. Dalam penjelasan

Peraturan Pemerintah ini, pemberi waralaba lazim disebut Franchisor.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan Penerima Waralaba adalah

badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan

atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri

khas yang dimiliki pemberi waralaba. Dalam penjelasan peraturan

pemerintah ini, Penerima waralaba lazim disebut Franchisee.

Page 7: Makalah Franchise

2. Tipe-Tipe Waralaba

Mencermati perkembangan dan penggolongan usaha waralaba,

menurut Iman Sjahputra Tunggal, berikut dapat disebutkan beberapa tipe

usaha waralaba, antara lain;

a. Product Franchising (trade name-franchising)

Dalam pengaturan ini, dealer diberi hak untuk mendistribusikan

produk untuk pabrikan. Untuk hak tersebut, dealer

(franchisee/penerima waralaba) membayar fee untuk hak menjual

kepada produsen (franchisor/pemberi waralaba)

b. Manufacturing franchising (Product-distribution franchising)

Pengaturan ini sering digunakan dalam industri minuman ringan

(Pepsi, Coca-Cola). Dengan menggunakan ini franchisor memberi

dealer (bottler) hak ekslusif memproduksi dan mendistribusikan

produk di daerah tertentu.

c. Business-format franchising (Pure/comprehensive franchising)

Yaitu suatu pengaturan dengan jalan franchisor menawarkan

serangkaian jasa yang luas kepada franchisee, mencakup pemasaran,

advertensi, perencanaan strategi, pelatihan, produksi dari manual dan

standar operasi (Iman Sjahputra Tunggal, 2004:16).

Ada dua tipe dasar waralaba, pertama adalah Waralaba Produk,

dimana pada waralaba tipe ini penerima waralaba menjual suatu produk

manufaktur atau mendistribusikan barang-barang yang diproduksi oleh

pemberi waralaba. Tipe yang kedua adalah Waralaba Rencana Usaha,

yaitu suatu jasa atau rencana usaha yang dijadikan elemen utama untuk

dijual. .

Menurut IFA (Intenational Franchise Association) terdapat 4 jenis

Franchise mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat.

1) Product Franchise

Produsen menggunakan produk waralaba untuk mengatur bagaimana

cara pedagang eceran menjual produk yang dihasilkan oleh produsen.

Produsen memberikan hak kepada pemilik toko untuk

Page 8: Makalah Franchise

mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik

toko untuk menggunakan nama dan merek dagang pabrik. Pemilik

toko harus membayar biaya atau membeli persediaan minimum

sebagai timbal balik dari hak-hak ini. Contoh terbaik dari jenis

waralaba ini adalah toko ban yang menjual produk dari franchisor atau

pemberi waralaba, menggunakan nama dagang, serta metode

pemasaran yang ditetapkan oleh franchisor atau pemberi waralaba.

2) Manufacturing Franchises

Jenis waralaba ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk

membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan

menggunakan merek dagang dan merek pemberi waralaba

(Franchisor). Jenis Waralaba ini seringkali ditemukan dalam industri

makanan dan minuman. Kebanyakan pembuat minuman botol

menerima waralaba dari perusahaan dan harus menggunakan bahan

baku yang sama jenisnya seperti yang digunakan oleh pemberi

waralaba untuk memproduksi, mengemas dalam botol dan

mendistrubusikan minuman tersebut.

3) Business Opportunity Ventures

Bentuk ini secara khusus mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli

dan mendistribusikan produk-produk dari suatu perusahaan tertentu.

Perusahaan harus menyediakan pelanggan atau rekening bagi pemilik

bisnis, dan sebagai timbal-baliknya pemilik bisnis harus membayarkan

suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya.

4) Business Format Francising

Ini merupakan bentuk waralaba yang paling populer, di dalam praktek.

Melalui pendekatan ini, perusahaan menyediakan suatu metode yang

telah terbukti untuk mengoperasikan bisnis bagi pemilik bisnis dengan

menggunakan nama dan merek dagang dari perusahaan. Umumnya

perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisnis

untuk memulai dan mengatur perusahaan. Sebaliknya, pemilik bisnis

membayar sejumlah biaya atau royalty. Terkadang perusahaan juga

Page 9: Makalah Franchise

mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli persediaan dari

perusahaan.

3. Unsur-unsur dari Pewaralabaan

Pada setiap model bisnis franchise sekurang-kurangnya terdapat

unsur-unsur sebagai berikut.

a. Adanya minimal 2 (dua) pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak

franchisee. Pihak franchisor sebagai pihak yang memberikan

franchise, sementara pihak franchisee merupakan pihak yang

diberikan/menerima franchise atau waralaba tersebut.

b. Adanya penawaran paket usaha dari pemberi waralaba.

c. Adanya kerjasama pengelolaan unit usaha antara pihak pemberi

waralaba dengan pihak penerima waralaba.

d. Dimilikinya unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak penerima waralaba

yang akan memanfaatkan paket usaha miliknya dari pihak pemberi

waralaba.

e. Seringkali terdapat kontrak tertulis antara pihak pemberi waralaba

dengan pihak penerima waralaba (Munir Fuady , 2002:339).

4. Manfaat dan Keunggulan Serta Kelemahan Sistem Waralaba

Sistem waralaba sebagai strategi perluasan dari suatu usaha yang

telah berhasil dan ingin bermitra dengan pihak ketiga yang serasi dan ingin

berusaha sendiri, selain memberi keuntungan kepada pelaku usaha tersebut

(Pemberi dan Penerima waralaba) juga memberikan manfaat yang lebih

luas dalam dunia perekonomian.

Seperti yang dikatakan oleh Anang Sukandar, Ketua Asosiasi

Franchise Indonesia dalam seminar di Universitas Gajah Mada, 2 Oktober

2004, bahwa ada beberapa manfaat luas dari sistim usaha waralaba, yakni:

a. Menggiatkan perekonomian

b. Menciptakan lapangan pekerjaan

c. Secara konsisten menjaga mutu/ produk/jasa yang ditawarkan.

d. Memberi pemerataan kesempatan pada semua pihak.

Page 10: Makalah Franchise

Dijelaskan pula oleh Anang Sukandar dalam bukunya yang

berjudul Franchising di Indonesia, bahwa keunggulan dari pola franchise

dapat dilihat dari peningkatan efektivitas dan efisiensi dari operasinya

melalui jaringan yang terbentuk dan mendapatkan efek skala ekonomi,

karena pembelian dalam partai besar, berpromosi dan memasarkan dalam

skala yang besar pula.

Sementara keuntungan sistem waralaba bagi pelaku usaha waralaba

sendiri secara spesifik dijabarkan oleh Martin Mandelson dalam bukunya

yang berjudul Franchising : Petunjuk Praktis Bagi Franchisor dan

Franchisee adalah sebagai berikut.

a. Keuntungan bagi pemberi waralaba

1) Waralaba merupakan suatu organisasi sentral kecil yang secara

ideal terdiri dari beberapa manajer yang berpengalaman luas dan

mengkhususkan pada berbagai macam aspek bisnis yang menjadi

perhatian dan tulang punggung organisasi tersebut. Organisasi

semacam ini dapat menghasilkan keuntungan yang memadai tanpa

perlu terlibat dengan resiko modal yang tinggi maupun dengan

masalah-masalah detail sehari-hari yang timbul dari pengelolaan

dan manajemen gerai eceran yang kecil. Semua kegiatan

administrasi dan pengelolaan jalannya bisnis dan atau produk yang

diwaralabakan akan diselenggarakan sepenuhnya oleh penerima

waralaba. Pemberi waralaba akan mempunyai lebih banyak waktu

untuk memikirkan kebijakan (policy) untuk mengembangkan bisnis

yang diwaralabakan tersebut.

2) Tidak ada kebutuhan untuk menyuntikkan sejumlah besar modal

untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan yang besar. Masing-

masing outlet (gerai) yang terbuka memanfaatkan sendiri sumber

daya financial yang disediakan oleh setiap penerima waralaba.

Dana yang ada pada penerima waralaba dapat dipergunakan untuk

mengembangkan bisnis dan produk yang diwaralabakan.

Page 11: Makalah Franchise

3) Organisasi pemberi waralaba mempunyai kemampuan untuk

memperluas jaringan secara lebih cepat pada tingkat nasional dan

tentunya juga di tingkat internasional, dengan menggunakan modal

yang resikonya seminimal mungkin.

4) Pemberi waralaba akan lebih mudah untuk melakukan eksploitasi

wilayah yang belum masuk dalam lingkungan organisasinya.

5) Pemberi waralaba hanya akan mempunyai permasalahan staf yang

lebih sedikit karena ia tidak telibat dalam masalah staf pada

masing-masing pemilik gerai. Setiap karyawan pada outlet (gerai)

bisnis penerima waralaba menjadi tanggung jawab penerima

waralaba sepenuhnya.

6) Penerima waralaba akan mengkonsentrasikan diri secara lebih

optimum pada bisnis yang diwaralabakan tersebut, oleh karena

mereka adalah pemilik bisnis itu sendiri. Penerima waralaba yang

berpikiran tajam, bermotifasi kuat, dan tajam dalam

pengamatannya dalam meminimalkan biaya serta memaksimalkan

penjualan, memiliki nilai lebih yang jauh lebih banyak daripada

yang harus dan dapat diselesaikan oleh seorang manajer yang harus

dibayar oleh pemberi waralaba.

7) Pemberi waralaba cenderung untuk tidak memiliki asset outlet

(gerai) dagang sendiri. Tanggung jawab bagi aset tersebut

diserahkan pada penerima waralaba yang memilikinya.

8) Seorang pemberi waralaba yang melibatkan bisnisnya dalam

kegiatan manufaktur/pedagang besar bisa mendapatkan distribusi

yang lebih luas dan kepastian bahwa ia mempunyai outlet (gerai)

untuk produknya.

9) Tipe-tipe skema waralaba tertentu mampu menangani penerima

waralaba secara nasional. Pemberi waralaba, dalam skala yang

besar lebih dapat bernegosiasi dengan pihak-pihak yang sangat

menaruh perhatian dan mempunyai sejumlah pabrik, kantor,

gudang, depot, atau tempat-tempat lain diseluruh negeri, dan

Page 12: Makalah Franchise

mengatur masing-masing waralaba lokal untuk menangani

pekerjaan yang muncul diperusahaan-perusahaan di wilayah

waralabanya. Hal ini akan mengefisienkan waktu para penerima

waralaba.

b. Keuntungan bagi penerima waralaba

1) Penerima waralaba dapat mengatasi kurangnya pengetahuan dasar

dan pengetahuan khusus yang dimiliki melalui program pelatihan

yang terstruktur dari pemberi waralaba.

2) Penerima waralaba mendapatkan insentif dengan memiliki bisnis

sendiri yang memiliki keuntungan tambahan dan bantuan terus-

menerus dari pemberi waralaba. Penerima waralaba adalah

pengusaha independen yang beroperasi di dalam kerangka

perjanjian waralaba. Dia memiliki peluang melalui kerja keras serta

usahanya untuk memaksimalkan penghasilan dari bisnis dan nilai

investasinya.

3) Di dalam banyak kasus, penerima waralaba mendapat keuntungan

dari kegiatan operasional dibawah nama yang telah mapan dalam

pandangan dan pikiran masyarakat.

4) Penerima waralaba biasanya akan membutuhkan modal yang lebih

kecil dibanding bila ia mencoba untuk menjalankan bisnis secara

mandiri.

5) Penerima waralaba akan menerima bantuan sebagai berikut:

a) Penyeleksian tempat;

b) Mempersiapkan rencana untuk memperbaiki model gedung

termasuk rencana tata ruang yang diperlukan atau persyaratan-

persyaratan hukum yang diperlukan;

c) Mendapatkan dana untuk sebagian biaya akuisisi dari bisnis

yang diwaralabakan;

d) Pelatihan stafnya;

e) Pembelian peralatan;

f) Seleksi dan pembelian suku cadang;

Page 13: Makalah Franchise

g) Membantu membuka bisnis dan menjalankannya dengan

lancar.

6) Penerima waralaba mendapatkan keuntungan dan aktivitas iklan

dari promosi pemberi waralaba pada tingkat nasional dan atau

internasional.

7) Penerima waralaba mendapatkan keuntungan dan daya beli yang

besar dari kemampuan negosiasi yang dilakukan pemberi waralaba

atas nama seluruh penerima waralaba dalam jaringannya.

8) Penerima waralaba mendapatkan pengetahuan khusus dan ber-skill

tinggi serta berpengalaman dalam organisasi dan manajemen

kantor pusat dari pemberi waralaba, walaupun dia tetap mandiri

dalam bisnisnya sendiri.

9) Resiko bisnis penerima waralaba berkurang sangat besar.

10) Penerima waralaba mendapatkan jasa-jasa dan para staf lapangan

pemberi waralaba yang berada disana untuk membantunya

mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul dari waktu ke

waktu dalam pengelolaan bisnis.

11) Penerima waralaba mendapatkan keuntungan dari pengggunaan

paten, merek dagang, hak cipta, rahasia dagang, serta proses,

formula, dan resep rahasia milik pemberi waralaba.

12) Penerima waralaba mengambil keuntungan dari program riset dan

pengembangan yang dilakukan oleh pemberi waralaba secara terus-

menerus, yang dilakukan untuk memperbaiki bisnis dan

membuatnya tetap up to date dan kompetitif.

13) Pemberi waralaba mengumpulkan informasi dan pengalaman yang

tersedia sebanyak-banyaknya untuk dibagi kepada seluruh

penerima waralaba dalam sistemnya. Hal ini tentu saja juga

didukung oleh seluruh penerima waralaba, yang juga memberikan

kontribusi dari pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh

selama menjalankan kegiatan waralaba, yang tersedia bagi seluruh

penerima waralaba dalam jaringan pemberi waralaba.

Page 14: Makalah Franchise

14) Kadang-kadang terdapat jaminan teritorial untuk memastikan

bahwa tidak ada penerima waralaba lain di dalam wilayah bisnis

penerima waralaba. Meskipun demikian, jaminan seperti itu tidak

ditemukan disemua kontrak, karena jaminan seperti itu akan

menimbulkan masalah-masalah pada hukum kompetisi (anti trust).

15) Dengan dukungan yang diberikan bank-bank kepada sistem

waralaba pemberi waralaba, penerima waralaba akan sangat

mungkin mendapatkan akses ke sumber-sumber pinjaman dan

syarat-syarat pinjaman yang tersedia baginya.

Meskipun banyak keuntungan yang dapat diperoleh seperti

diuraikan di atas, namun sebagai suatu pranata ekonomi, sistem waralaba

tidak bebas dari kelemahan-kelemahan, yakni adanya kemungkinan

kerugian yang dapat terjadi baik pada pemberi waralaba maupun pada

penerima waralaba. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:

a. Beberapa Penerima waralaba cenderung menganggap dirinya

independen. Sehingga pemberi waralaba harus memiliki keyakinan

untuk menjamin bahwa standar kualitas barang dan jasa narus terus

terjaga melalui rantai waralaba. Pemberi waralaba harus dapat

menyediakan staf pendukung lapangan yang akan bertindak sebagai

penyelia dari standar-standar tersebut, serta dapat memberikan bantuan

bagi penerima waralaba untuk mengatasi masalah yang mungkin

dihadapi oleh penerima warlaba dalam operasional pelaksanaan

kebijakan yang diberikan oleh pemberi waralaba.

b. Ada penerima waralaba yang tidak tertarik pada peluang-peluang yang

mereka dapatkan dari bisnis tersebut. Untuk itu hindari timbulnya

kemungkinan kekurangpercayaan diantara pemberi waralaba dan

penerima waralaba yang berasal dari ketidak seimbangan antara

penerima waralaba dan atau individu-individu dalam organisasi

penerima waralaba dengan pihak-pihak yang harus dihubunginya

dalam organisasi pemberi waralaba.

Page 15: Makalah Franchise

c. Pemberi waralaba khawatir bahwa semua hasil kerja dan usaha yang ia

berikan dalam pelatihan kepada penerima waralaba hanya akan

menghasilkan pesaing dimasa mendatang. Dalam hal ini pemberi

waralaba harus yakin bahwa orang yang telah diseleksi sebagai

waralaba sesuai dengan tipe waralaba tertentu dan mempunyai

kapasitas untuk menerima tanggung jawab dan tekanan untuk memiliki

dan menjalankan bisnisnya sendiri. Pemberi waralaba menyerahkan

sepenuhnya pertumbuhan bisnis milik penerima waralaba kepada

penerima waralaba itu sendiri.

d. Adanya kemungkinan terjadinya kesulitan untuk mendapatkan

kerjasama dari penerima waralaba dalam mendekorasi dan merenovasi

tempat-tempatnya, memperbaharui perlengkapannya dan

menyesuaikannya dengan standar lain agar masyarakat selalu diberikan

pelayanan yang sesuai dengan cara yang ditetapkan dalam perjanjian

waralaba secara konsisten dengan merek dan citra milik pemberi

waralaba.

B. Profil Minimarket Indomaret dan Alfamart

1. Minimarket Indomaret

Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan

kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang

dari 200 m2. Dikelola oleh PT. Indomarco Prismatama, gerai pertama

dibuka pada November 1968 di kalimantan. Tahun 1997 perusahaan

mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah

Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret

meraih penghargaan “perusahaan waralaba 2003” dari presiden Megawati

Soekarnoputri. Kini Indomaret mencapai lebih dari 1400 gerai, dari total

itu 52% adalah milik sendiri dan sisanya milik masyarakat yang tersebar

dikota-kota Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,

Jogjakarta, Bali, dan lampung. Indomaret mudah ditemukan di daerah

pemukiman, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan

Page 16: Makalah Franchise

lokasi gerai di dasarkan pada motto “mudah dan hemat”, lebih dari 3.500

jenis makanan dan nonmakanan tersedia dengan harga bersaing,

memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen sehari-hari, didukung oleh

pusat distribusi, yang menggunakan teknologi mutahir, Indomaret

merupakan salah satu asset bisnis yang sangat menjanjikan, keberadaan

Indomaret diperkuat oleh anak perusahaan dibawah bendera grup

INTRACO yaitu Indogrosir, Finco, BSD Plaza dan Charmart.

Sasaran pemasaran Indomaret adalah konsumen semua kalangan

masyarakat, lokasi gerai yang strategis dimaksudkan untuk memudahkan

Indomaret melayani sasaran demografinya yaitu keluarga. Sistem

distribusi dirancang seefisien mungkin dengan jaringan pemasok yang

handal dalam menyediakan produk terkenal dan berkualitas serta sumber

daya manusia yang kompeten, menjadikan Indomaret memberikan

pelayanan terbaik kepada konsumen. Saat ini Indomaret memiliki 8 pusat

distribusi di Ancol Jakarta, Cimanggis Depok, Tangerang, Bekasi, Parung,

Bandung, Semarang dan Surabaya. Dengan menjalin lebih dari 500

pemasok, Indomaret memiliki posisi baik dalam menentukan produk yang

akan dijualnya. Laju pertumbuhan gerai Indomaret yang pesat dengan

jumlah transaksi 14,99 juta transaksi per bulan didukung oleh sistem

teknologi yang handal. Sistem teknologi informasi Indomaret pada setiap

point of sales di setiap gerai mencakup sistem penjualan, persediaan dan

penerimaan barang. Sistem ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan saat

ini dengan memperhatikan perkembangan jumlah gerai dan jumlah

transaksi di masa mendatang.

Indomaret berupaya meningkatkan pelayanan dan kenyamanan

belanja konsumen dengan menerapkan sistem check out yang

menggunakan scanner di setiap kasir dan pemasangan fasilitas

pembayaran Debit BCA. Pada setiap pusat distribusi diterapkan digital

picking system (DPS). Sistem teknologi informasi ini memungkinkan

pelayanan permintaan dan suplai barang dari pusat distribusi ke toko-toko

dengan tingkat kecepatan yang tinggi dan efisiensi yang optimal.

Page 17: Makalah Franchise

Visi Indomaret sendiri adalah menjadi aset nasional dalam bentuk

jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global. Sedangkan

mottonya adalah “mudah & hemat”. Budaya yang diterapkan dalam tubuh

perusahaan Indomaret adalah Dalam bekerja kami menjunjung tinggi nilai-

nilai:

a. Kejujuran, kebenaran dan keadilan

b. Kerja sama tim

c. Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis

d. Kepuasan pelanggan (sumber: www.Indomaret.co.id).

2. Minimarket Alfamart

PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) atau Alfamart merupakan

perusahaan nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum dan

jasa eceran yang menyediakan kebutuhan pokok dan sehari-hari.

Alfamart dapat dimiliki masyarakat luas dengan cara kemitraan.

Perusahaan ini didirikan pada 27 Juni 1999. Pada saat berdiri, perusahaan

bernama PT. Alfamart Mitra Utama (AMU). Pemegang saham perusahaan

ini adalah PT. Alfamart Retailindo Tbk. dengan saham sebesar 51% dan

PT. Lancar Distrindo sebesar 49%. Toko pertama dibuka dengan nama

Alfa Minimart pada tanggal 18 Oktober 1999 berlokasi di Jl. Beringin

Raya, Karawaci, Tangerang. Pada tanggal 1 Agustus 2002, Kepemilikan

beralih ke PT Sumber Alfaria Trijaya dengan komposisi pemegang saham:

PT HM Sampoerna, Tbk sebesar 70% dan PT Sigmantara Alfindo sebesar

30%. Pada tanggal 1 Januari 2003 nama Alfa Minimart diganti menjadi

Alfamart. Hingga saat ini, perusahaan telah memiliki toko lebih dari 2.266

buah toko.

Page 18: Makalah Franchise

Toko pertama dibuka 18 oktober 1999 dengan nama ”Alfa

Minimart” di Jl. Beringin Raya, Karawaci, Tangerang. Pada tanggal 1

Januari 2003 berubah nama menjadi Alfamart. Visi dari Alfamart adalah

Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat

luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan

kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara global,

sedangkan misinya adalah:

a. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan berfokus

pada produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.

b. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan

selalu menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.

c. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan

menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.

d. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat dan terus

bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan , pemasok, karyawan,

pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.

Budaya yang dijunjung dalam bekerja adalah:

a. Integritas yang tinggi.

b. Inovasi untuk kemajuan yang lebih baik.

c. Kualitas & Produktivitas yang tertinggi.

d. Kerjasama Team.

Yang menjadi target dari pemasaran Alfamart adalah area perumahan,

fasilitas publik, dan gedung perkantoran, sedangkan motto yang digunakan

Alfamart adalah “belanja puas harga pas”.

C. Perkembangan Perusahaan Retail Sistem Franchise di Indonesia

Di Indonesia, franchise atau yang lebih dikenal dengan waralaba sudah

dikenal sejak sekitar tahun 1970-an, hal ini terbukti dengan masuknya

restoran-restoran sengan penyajian pelayanan cepat (fast food), seperti

Page 19: Makalah Franchise

Kentucky Fried Chicken dan Pizza Hut. Namun, sebelumnya sudah ada usaha

franchise asing yang masuk ke Indonesia, seperti Hotel Hyatt, Hotel Sheraton,

dan produksi minuman Coca-cola, tetapi usaha tersebut belum begitu dikenal

masyarakat sebagai usaha franchise, karena konsumen baru dari kalangan

tertentu saja. Kemudian sistem franchise mulai berkembang pesat di Indonesia

sejak tahun 1980-an, terutama bisnis franchise dengan merek asing atau luar

negeri. Pemerintah mengijinkan kegiatan usaha franchise ini dengan harapan

untuk meningkatkan kegiatan perekonomian di Indonesia.

Perkembangan perusahaan-perusahaan eceran di Indonesia dewasa ini

sangat pesat. Hal ini dikarenakan bisnis ini merupakan usaha yang memiliki

prospek cerah, lebih-lebih di Indonesia yang jumlah penduduknya sangat

besar dengan kebutuhan yang besar pula. Salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bisnis eceran tersebut adalah Minimarket Alfamart dan Minimarket

Indomaret yang dikelola dengan sistem franchise atau waralaba. Akhir-akhir

ini memang sedang maraknya bisnis waralaba. Dengan konsep waralaba ini

sebuah perusahaan bisa berkembang dengan sangat cepat. Perusahaan sebesar

Mac Donald, KFC, starbuck, mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.

Dalam skala nasional, perkembangan bisnis waralaba semacam minimarket

atau retail juga sangat baik. Sebagai contoh Indomaret dan Alfamart. Bicara

soal bisnis franchise di Indonesia, ada 2 nama besar brand ritel yaitu

Indomaret dan Alfamart yang cukup eksis saat. Kedua retail ini selalu

bersanding berdekatan di berbagai lokasi.

Tidak banyak yang bisa dibandingkan kedua kompetitor ini. Total

investasi, pembagian royalti, dan fasilitas yang diberikannya juga hampir

sama. Untuk bergabung dalam franchise Alfamart, dibutuhkan investasi

sebesar Rp 300-380 juta di luar sewa bangunan dengan biaya rotalti pada

kisaran 2-3% selisih omzet dengan nilai bawah tiap golongan. Begitu pula

dengan Indomaret, total investasi yang dibutuhkan yaitu Rp 300 juta atau Rp

350 juta di luar sewa bangunan, tergantung kategori fasilitas yang didapat.

Pemberian royaltinya antara 2-4% dari omzet. Persyaratannya pun hampir

sama, karena terkait dengan Undang-Undang mengenai waralaba.

Page 20: Makalah Franchise

BAB III

PENUTUP

Waralaba (franchising), yaitu suatu sistem pemasaran atau distribusi

barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan

kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) yang berskala kecil atau

menengah dengan hak-hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha tertentu

melalui cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu dan di suatu tempat

tertentu pula. Franchisor biasanya menyediakan peralatan, produk atau jasa yang

dijual, dan pelayanan manajerial. Sebagai imbalannya, franchisee harus

membayar uang pangkal (initial franchise fee) dan royalti atas penjualan kotor,

membayar management fee. membayar biay a sewa peralatan franchisor (bila

ada), serta memasarkan produk dan jasa dengan cara-cara yang ditentukan oleh

franchisor. Salah satu keuntungan dari membeli hak waralaba ini adalah tetap

independen (meskipun tidak sepenuhnya), tetapi memperoleh manfaat dari nama

merek dan dari pengalaman jaringan waralaba tersebut.

Ada tiga bentuk sistem waralaba, yaitu pertama, product franchise. Dalam

bentuk yang dikenal pula dengan sebutan product distribution franchising atau

franchising model perusahaan minuman Coca-Cola, franchisor memberikan

kekeluasaan bagi para franchisee untuk memproduksi dan mendistribusikan lini

produk tertentu dengan menggunakan nama merek dan sistem pemasaran yang

ditentukan/dikembangkan oleh franchisor. Misalnya keagenan sepatu, mobil

(Ford, Honda), pompa bensin, dan minuman ringan (Coca-Cola).

Bentuk kedua yang paling umum dan banyak berkembang dewasa ini

adalah business format franchising (entrepreneurship franchising). Dalam bentuk

ini, franchisor mengembangkan usahanya dengan membuka outlet yang dikelola

oleh franchisee yang berminat membuka usaha dengannya. Franchising bentuk

ini banyak berkembang di industri restoran siap santap (misalnya Kentucky Fried

Chicken dan McDonald’s) serta toko retail, seperti Minimarket Indomaret dan

Minimarket Alfamart.

Page 21: Makalah Franchise

Sedangkan bentuk ketiga adalah business opportunity venture. Franchisor

merancang suatu sistem jalur distribusi, lalu franchisee mendistribusikan

barang/jasa sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan oleh franchisor.

Produk/jasa yang didistribusikan tersebut bukanlah produk/jasa yang dihasilkan

oleh franchisor. Contohnya adalah distribusi komponen kendaraan bermotor.

Di Indonesia, bentuk waralaba mulai banyak diminati dan

perkembangannya cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

berkembangnya jumlah outlet Minimarket Indomaret dan Minimarket Alfamart.

Kedua outlet minimarket pengecer (retail) ini sudah menyebar hingga ke berbagai

pelosok wilayah di Pulau Jawa.

Page 22: Makalah Franchise

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Widjaja. 2001. Seri Hukum Bisnis Waralaba. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Iman Sjahputra Tunggal. 2004. Franchising Konsep dan Kasus. Jakarta: Harvarindo.

Lindawaty S.S. 2004. Franchise Pola Bisnis Spektakuler (Dalam Perspektif Hukum dan Ekonomi). Bandung: CV. Utomo.

Suyud Margono dan Amir Angkasa. 2002. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis. Jakarta: Gramedia.

Wirjono Prodjodikoro. 1992. Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu. Bandung: Sumur.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 tahun 1997 tentang Waralaba.

www.Indomaret.co.id.