makalah-gerbang-logika

  • Upload
    psnipa

  • View
    83

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IC

Citation preview

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur saya panjatkan ke hadhirat Allah SWT, karena dengan

    rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah untuk Laboratorium Pengantar

    Digital ini. Selawat dan salam kami hantarkan ke pangkuan nabi Muhammad

    SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh

    dengan ilmu pengetahuan seperti pada saat ini.

    Terima kasih kami kepada Asisten Laboratorium yang telah membimbing

    kami dalam menyusun makalah ini. Makalah ini kami susun berdasarkan bahan-

    bahan yang kami peroleh dari beberapa buku dan situs internet. Kami juga

    mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut membantu kami

    selama penulisan makalah ini.

    Akhir kata, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata

    sempurna. Karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-

    teman semua yang bersifat membangun makalah ini ke depannya agar menjadi

    lebih baik. Dan kami harap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

    Amin.

    Oktober, 2008

    Penulis

  • 2

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ................................................................................................................ 1

    Daftar Isi ............................................................................................................................. 2

    BAB I. GERBANG LOGIKA ................................................................................. 3

    BAB II. ALJABAR BOOLEAN .............................................................................. 10

    BAB III. SISTEM BILANGAN ................................................................................. 12

    BAB IV. MULTIPLEXER ........................................................................................... 19

    BAB V. MULTIVIBRATOR ..................................................................................... 22

    BAB VI. FLIP FLOP................................................................................................ 25

    Daftar Pustaka

  • 3

    BAB I

    GERBANG LOGIKA

    Gerbang logika adalah rangkaian dasar yang membentuk komputer.

    Jutaan transistor di dalam mikroprosesor membentuk ribuan gerbang logika.

    Sebuah gerbang logika sederhana mempunyai satu terminal output dan satu

    atau lebih terminal input. Keluarannya dapat tinggi (1) atau rendah (0),

    tergantung level digital yang diberikan pada terminal input. Ada 7 jenis gerbang

    logika yaitu OR, AND, NAND, NOR, Inverter, EXOR, dan EXNOR.

    Gerbang logika NOT, NAND, dan NOR adalah gerbang logika dasar pada

    teknologi CMOS, sedangkan gerbang logika NOT, AND dan OR adalah gerbang

    logika yang diturunkan dari gerbang logika dasar tersebut. Hal ini karena proses

    pembuatan gerbang logika, jumlah transistor yang dipakai pada pembuatan

    NAND lebih sedikit sehingga lebih sederhana daripada AND, begitu pula dengan

    NOR.

    Gerbang Inverter (NOT)

    Gerbang NOT atau juga bisa disebut dengan pembalik (inverter) memiliki

    fungsi membalik logika tegangan input nya pada outputnya. Membalik dalam hal

    ini adalah mengubah menjadi lawannya. Karena dalam logika tegangan hanya

    ada dua kondisi yaitu tinggi dan rendah atau satu dan nol, maka membalik logika

    tegangan berarti mengubah satu menjadi nol atau sebaliknya mengubah nol

    menjadi satu.

    Keadaan awal dari rangkaian tersebut adalah: saklar 1 terbuka dan saklar 2

    tertutup yang berarti lampu menyala. Yang perlu dicatat disini adalah relay yang

    dipakai normal on, artinya dalam keadaan tak bekerja relay menyebaban saklar 2

  • 4

    menutup, sebaliknya bila ia bekerja saklar 2 justru terbuka. Saklar 1 dianggap

    sebagai input gerbang sedangkan lampu sebagai outputnya. Bila saklar 1 ditutup

    (input berlogika satu), tegangan akan masuk ke relay dan menyebabkan bekerja

    membuka saklar 2, yang berarti memadamkan lampu (output berlogika

    nol).Sebaliknya bila saklar 1 dibuka (input berlogika nol), relay menjadi tak

    bekerja sehingga saklar kembali menutup dan menyalakan lampu (output

    berlogika satu).

    Tabel Kebenaran INV

    A B

    0

    1

    1

    0

    Gerbang AND

    Gerbang AND mempunyai dua atau lebih dari dua sinyal masukan tetapi

    hanya satu sinyal keluaran. Dalam gerbang AND, untuk menghasilkan sinyal

    keluaran tinggi maka semua sinyal masukan harus bernilai tinggi. Gerbang Logika

    AND pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7408. Sama dengan gerbang OR,

    gerbang AND minimal memiliki 2 input. Berbeda dengan ilustrasi untuk gerbang

  • 5

    OR, disini saklar dipasang secara seri sehingga lampu akan menyala (output

    berlogika satu) hanya jika kedua saklar ditutup (kedua input berlogika satu).

    Untuk kombinasi penutupan saklar yang lain, lampu akan tetap padam (output

    berlogika nol). tabel kebenarannya ditunjukkan pada tabel. Dari tabel ini bisa

    dilihat bahwa output akan berlogika satu hanya bila kedua inputnya berlogika

    satu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa gerbang AND memiliki fungsi

    mengalikan logika dari kedua inputnya.

    Tabel Kebenaran AND

    A B C

    0

    0

    1

    1

    0

    1

    0

    1

    0

    0

    0

    1

  • 6

    Gerbang OR

    Gerbang OR akan memberikan sinyal keluaran tinggi jika salah satu atau

    semua sinyal masukan bernilai tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa gerbang

    OR hanya memiliki sinyal keluaran rendah jika semua sinyal masukan bernilai

    rendah. Gerbang Logika OR pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7432. Gerbang

    OR berbeda dengan gerbang NOT yang hanya memiliki satu input, gerbang ini

    memiliki paling sedikit 2 jalur input. Artinya inputnya bisa lebih dari dua, misalnya

    empat atau delapan. Yang jelas adalah semua gerbang logika selalu mempunyai

    hanya satu output. Disini input untuk rangkaian adalah saklar 1 dan 2, bila

    rangkaian 1 ditutup (Input 1 berlogika satu) dan saklar 2 terbuka (input 2

    berlogika nol) maka lampu akan menyala (output berlogika satu). Demikian pula

    bila saklar 1 dibuka (input 1 berlogika nol) dan saklar 2 ditutup (input 2 berlogika

    1) lampu akan tetap menyala (output berlogika satu). Bila kedua saklar

    dibuka(kedua input berlogika nol) lampu akan padam (output berlogika nol).

    Tabel Kebenaran OR

    A B C

    0

    0

    0

    1

    0

    1

  • 7

    1

    1

    0

    1

    1

    1

    Gerbang NAND (NOT And)

    Gerbang NAND adalah suatu NOT-AND, atau suatu fungsi AND yang

    dibalikkan. Dengan kata lain bahwa gerbang NAND akan menghasilkan sinyal

    keluaran rendah jika semua sinyal masukan bernilai tinggi. Gerbang Logika NAND

    pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7400. Gerbang NAND adalah

    pengembangan dari gerbang AND. Gerbang ini sebenarnya adalah gerbang AND

    yang pada outputnya dipasang gerbang NOT.

    Tabel Kebenaran NAND

    A B C

    0

    0

    1

    1

    0

    1

    0

    1

    1

    1

    1

    0

  • 8

    Gerbang NOR

    Gerbang NOR adalah suatu NOT-OR, atau suatu fungsi OR yang dibalikkan

    sehingga dapat dikatakan bahwa gerbang NOR akan menghasilkan sinyal

    keluaran tinggi jika semua sinyal masukannya bernilai rendah. Gerbang Logika

    NOR pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7402. Gerbang NOR adalah

    pengembangan dari gerbang OR.Pengembangan ini berupa pemasangan

    gerbang NOT pada output dari gerbang OR.

    Tabel Kebenaran NOR

    A B C

    0

    0

    1

    1

    0

    1

    0

    1

    1

    0

    0

    0

    Gerbang XOR

    Gerbang X-OR akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika semua sinyal

    masukan bernilai rendah atau semua masukan bernilai tinggi atau dengan kata

    lain bahwa X-OR akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika sinyal masukan

  • 9

    bernilai sama semua. Gerbang Logika XOR pada Datasheet nama lainnya IC TTL

    7486.

    Tabel Kebenaran XOR

    A B C

    0

    0

    1

    1

    0

    1

    0

    1

    0

    1

    1

    0

    2.7. Gerbang X-NOR

    Gerbang X-NOR akan menghasilkan sinyal keluaran tinggi jika semua

    sinyal masukan bernilai sama (kebalikan dari gerbang X-OR). Gerbang Logika X-

    NOR pada Datasheet nama lainnya IC TTL 74266.

  • 10

    Tabel Kebenaran X-Nor

    A B C

    0

    0

    1

    1

    0

    1

    0

    1

    1

    0

    0

    1

  • 11

    BAB II

    ALJABAR BOOLEAN

    Aljabar boolean merupakan aljabar yang terdiri atas suatu himpunan

    dengan dua operator biner yang didefinisikan pada himpunan tersebut.

    Dengan aljabar boolean dimaksudkan suatu sistem yang dibentuk oleh

    himpunan B dengan dua operator biner (. dan +), satu operasi singular (yang

    diberi notasi ..), dan dua elemen khusus (0 dan 1) sedemikian rupa sehingga

    membentuk aksioma.

    Aljabar Boolean menggunakan beberapa hukum yang sama seperti aljabar

    biasa. fungsi OR (X = A + B) adalah Boolean penambahan dan fungsi AND (X =

    AB) adalah Boolean perkalian. Ikuti tiga hukum yang sama untuk aljabar Boolean

    seperti aljabar biasa ini:

    1. Hukum Pertukaran (Commulative)

    Contohnya penambahan A+B = B+A, dan perkalian AB = BA. Hukum ini

    berarti menghubungkan beberapa variable OR atau AND tidak bermasalah.

    2. Hukum Pengelompokkan (Associative)

    Contohnya penambahan A+(B+C) = (A+B)+C dan perkalian A(BC) = (AB)C.

    hukum ini berarti menggabungkan beberapa variable OR atau AND

    bersamaan tidak masalah.

    3. Hukum Distribusi (Distributive)

    Contohnya A(B+C) = AB + AC, dan (A+B)(C+D) = AC+AD+BC+BD. Hukum ini

    menampilkan metode untuk mengembangkan persamaan yang mengandung

    OR dan AND.

  • 12

    Tiga hukum ini mempunyai kebenaran untuk beberapa variable. Sebagai

    contoh hukum penambahan dapat dipakai pada X = A+BC+D untuk persamaan

    X = BC+ A+D.

    Hukum Aljabar Boolean.

    Hukum aljabar Boolean Peraturan Aljabar Boolean

    1. A+B = B+A

    AB = BA

    2. A+(B+C) = (A+B)+C

    A(BC) = (AB)C

    3. A(B+C) = AB+AC

    (A+B) (C+D) = AC+AD +BC+BD

    1. A . 0 = 0

    2. A . 1 = 0

    3. A + 0 = A

    4. A + 1 = 1

    5. A + A = A

    6. A . A = A

    7. A . A = 0

    8. A + A = 1

    9. A = A

    10. a. A + A B = A + B

    b. A + AB = A + B

    Aljabar Boolean menyediakan operasi dan aturan untuk bekerja dengan

    himpunan {0, 1}. Akan dibahas 3 buah operasi :

    komplemen Boolean,

    penjumlahan Boolean , dan

    perkalian Boolean

    Komplemen Boolean dituliskan dengan bar/garis atas dengan aturan sebagai

    berikut : 01= dan 10=

  • 13

    Penjumlahan Boolean dituliskan dengan + atau OR, mempunyai aturan sbb : 1 +

    1 = 1, 1 + 0 = 1, 0 + 1 = 1, 0 + 0 = 0

    Sedangkan perkalian Boolean yang dituliskan dengan atau AND, mempunyai

    aturan sbb: 1 1 = 1, 1 0 = 0, 0 1 = 0, 0 0 = 0

  • 14

    BAB III

    SISTEM BILANGAN

    Untuk memahami cara kerja komputer, kita membutuhkan konsep

    mengenai sistem bilangan dan sistem pengkodean (coding systems). Hal ini

    dikarenakan ada perbedaan antar sistem bilangan desimal yang umum

    digunakan oleh manusia dengan sistem bilangan yang dikenal oleh komputer,

    yaitu sistem bilangan biner. Bilangan biner yang direpresentasikan dalam logika 0

    dan 1 itulah yang akan dikenal rangkaian digital. Rangkaian digital mempunyai

    peranan yang sangat penting untuk menciptakan sebuah komputer, dan

    tentunya hampir semua rangkaian dalam komputer adalah rangkaian digital.

    Dengan memahami teknologi digital dan analog kita dapat mengembangkan

    desain digital dan mikroprosesor dengan baik.

    Banyak sistem bilangan yang dapat dan telah dipakai dalam melaksanakan

    perhitungan. Tetapi ada sistem bilangan yang sudah jarang dipakai ataupun tidak

    dipakai lagi sama sekali dan ada pula sistem bilangan yang hanya dipakai pada

    hal-hal tertentu saja. Sistem bilangan limaan (quinary) dipergunakan oleh orang

    Eskimo dan orang Indian di Amerika Utara zaman dahulu. Sistem bilangan

    Romawi yang sangat umum dipakai pada zaman kuno, kini pemakaiannya

    terbatas pada pemberian nomor urut seperti I untuk pertama, II untuk kedua, V

    untuk kelima dan seterusnya; kadang-kadang dipakai juga untuk penulisan tahun

    seperti MDCCCIV untuk menyatakan tahun 1804.

    Sistem bilangan dua belasan (duodecimal) sampai kini masih banyak

    dipakai seperti 1kaki = 12 Inci, 1 lusin = 12 buah dan sebagainya. Namun yang

    paling umum dipakai kini adalah sistem bilangan puluhan (decimal) yang kita

    pakai dalam kehidupan sehari-hari. Karena komponen-komponen komputer

    digital yang merupakan sistem digital bersifat saklar (switch), sistem bilangan

  • 15

    yang paling sesuai untuk komputer digital adalah sistem bilangan biner (binary).

    Keserdehanaan pengubahan bilangan biner ke bilangan oktal atau heksadesimal

    dan sebaliknya, membuat bilangan oktal dan heksadesimal juga banyak dipakai

    dalam dunia komputer, terutama dalam hubungan pengkodean. Bilangan Biner,

    Oktal dan Heksadesimal akan dibahas dalam bab ini didahului dengan

    pembahasan singkat tentang bilangandesimal sebagai pengantar

    Sistem Bilangan Puluhan

    Sistem bilangan puluhan atau desimal (decimal system) adalah sistem

    bilanganyang kita pergunakan sehari-hari. Sistem bilangan ini disusun oleh

    sepuluh simbol angka yang mempunyai nilai yang berbeda satu sama lain dan

    karena itu dikatakan bahwa dasar/basis atau akar (base, radix) dari pada sistem

    bilangan ini adalah sepuluh. Kesepuluh angka dasar tersebut, sebagaimana telah

    kita ketahui, adalah: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Nilai yang terkandung dalam setiap

    simbol angka secara terpisah (berdiri sendiri) disebut nilai mutlak (absolute

    value). Jelaslah bahwa harga maksimum yang dapat dinyatakan oleh hanya satu

    angka adalah 9. Harga-harga yang lebih besar dapat dinyatakan hanya dengan

    memakai lebih dari satu angka secara bersama-sama. Nilai yang dikandung oleh

    setiap angka di dalam suatu bilangan demikian ditentukan oleh letak angka itu di

    dalam deretan di samping oleh nilai mutlaknya. Cara penulisan ini disebut

    sebagai sistem nilai (berdasarkan) letak/posisi (positional value system). Angka

    yang berada paling kanan dari suatu bilangan bulat tanpa bagian pecahan

    disebut berada pada letak ke 0 dan yang di kirinya adalah ke 1, ke 2 dan

    seterusnya sampai dengan ke (n-1) jika bilangan itu terdiri dari n angka. Nilai

    letak dari pada angka paling kanan, yaitu kedudukan ke 0, adalah terkecil, yaitu

    100 = 1. Nilai letak ke 1 adalah 101, nilai letak ke 2 adalah 102 = 100, dan

    seterusnya nilai letak ke n-1 adalah 10n-1.

  • 16

    Untuk bilangan yang mengandung bagian pecahan, bagian bulat dan

    pecahannya dipisahkan oleh tanda koma (tanda titik di Inggris, Amerika, dan lain-

    lain).Angka di kanan tanda koma puluhan (decimal point) disebut pada

    kedudukan negatif, yaitu letak ke -1, ke -2 dan seterusnya dan nilai letaknya

    adalah 10-1, 10-2, dan seterusnya 10-m untuk kedudukan ke (-m) di kanan koma

    puluhan. Nilai yang diberikan oleh suatu angka pada suatu bilangan adalah

    hasil1kali dari pada nilai mutlak dan nilai letaknya. Jadi, nilai yang diberikan oleh

    angka 5 pada bilangan 1253,476 adalah5x101 = 50 dan yang diberikan oleh

    angka 7 adalah 7x10-2 = 0,07.Secara umum, suatu bilangan puluhan yang terdiri

    atas n angka di kiri tanda koma puluhan dan m angkadi kanantanda koma

    puluhan, yang dapat dinyatakan dalam bentuk:N = an-1 an-2 ... a1 a0, a-1 a-2 ...

    a-m,mempunyai harga yang dapat dinyatakan dalam bentuk:N = an-1 10n-1 +

    an-2 10n-2 +...+ a1 101 + a0 100 + a-1 10-1 + a-2 10-2 + ...+ a-m 10-m

    Sistem Bilangan Biner

    Sistem Bilangan Biner (Binary Numbering System) dengan basis 2,

    menggunakan 2 macam symbol bilangan. Menggunakan 2 macam simbol

    bilangan berbentuk 2 digit angka, yaitu 0 dan 1.

    Komputer memproses data atau program dari memori komputer berupa

    sejumlah bilangan biner uang menyatakan dalam keadaan hidup atau mati (on or

    off) dengan angka 1 dan 0. Sehingga semua yang diproses komputer hanya

    angka 0 dan 1, sehingga sistem biner (bilangan berdasar 2) sangatlah penting.

    Cara mengkonversi bilangan biner ke bilangan desimal adalah dengan

    mengalikan dua dengan pangkat N (suku ke-N).

    Contoh :

    Angka 11010 bilangan desimalnya adalah :

    ( 1 x 24 ) + ( 1 x 23 ) + ( 0 x 22 ) + ( 1 x 21 ) + ( 0 x 20 ) = 26

  • 17

    16 + 8 + 0 + 2 + 0

    Angka 110111 bilangan desimalnya adalah :

    ( 1 x 25 ) + ( 1 x 24 ) + ( 0 x 23 ) + ( 1 x 22 ) + ( 1 x 21 ) + ( 1 x 20 ) = 55

    32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 1

    Operasi tambah pada sistem biner

    Aturan operasi tambah :

    Bilangan pertama Bilangan kedua Hasil

    0 0 00

    1 0 01

    0 1 01

    1 1 11

    Contoh :

    Biner 1110001 + 1011000 = 11001001

    Desimal 113 + 89 = 201

    Biner 1010100 + 1111100 = 11010000

    Desimal 84 + 124 = 208

    Hal-hal penting :

    Setiap digit bilangan biner disebut satu bit

    Setiap empat digit bilangan biner disebut satu nibble

    Setiap delapan digit bilangan biner disebut satu byte

    Setiap enambleas digit bilangan biner disebut satu word

    Setiap tiga puluh dua digit bilangan biner disebut satu double word

    Setiap 128 digit bilangan biner disebut satu para

    Setiap 256 byte (2048 bit) disebut satu page (halaman).

  • 18

    Sistem Bilangan Oktal

    Sistem Bilangan Octal (Octenary Numbering System) dengan basis 8

    menggunakan 8 macam simbol bilangan yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.

    Position value sistem bilangan oktal merupakan perpangkatan dari nilai 8.

    Konversi bilangan oktal ke desimal mempunyai cara yang sama bila anda

    melakukan konversi bilangan biner ke desimal, hanya saja menggunakan dasar

    delapan.

    Contoh :

    355 bilangan oktal ke desimal :

    ( 3 x 82 ) + ( 5 x 81 ) + ( 5 x 80 )

    192 + 40 + 5 = 237 Desimal

    204 bilangan oktal ke desimal :

    (2 x 82 ) + ( 0 x 81 ) + ( 4 x 80 )

    128 + 0 + 4 = 132 Desimal

    Sistem Bilangan Hexadesimal

    Sistem Bilangan Hexadesimal (Hexadenary Numbering System) dengan

    basis 16 menggunakan 16macam simbol bilangan yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9,

    A, B, C, D, E dan F. Digunakan terutama pada komputer2 mini, misalnya : IBM

    System 360, Data Generals Nova, PDP-11 DEC, Honeywell, dan beberapa

    komputer mini lainnya. Merupakan bilangan yang mutlak dipahami dalam

    memakai bahasa Assembler. Hal ini disebabkan berbagai perintah assembler baik

    dalam program yang digunakan dengan utility 'DEBUG' (DOS) dan 'COMPILER

    TURBO ASSEMBLER'.

  • 19

    Cara mengkonversi bilangan desimal ke bilangan hexadesimal :

    3A bilangan desimalnya adalah :

    ( 3 x 161 ) + ( A x 160 )

    48 + 10 = 58 Desimal

    A341 bilangan desimalnya adalah :

    ( 10 x 163 ) + ( 3 x 162 ) + ( 4 x 161 ) + ( 1 x 160 )

    40960 + 768 + 64 + 1 = 41793 Desimal

    Konversi Bilangan

    Konversi bilangan desimal ke sistem biner diperlukan dalam

    menerjemahkan keinginan manusia kedalam kode-kode yang dikenal oleh sistem

    digital, terutama komputer digital. Konversi dari biner ke desimal diperlukan

    untuk menterjemahkan kode hasil pengolahan sistem digital ke informasi yang

    dikenal oleh manusia. Pengubahan (konversi) dari biner ke oktal dan

    heksadesimal dan sebaliknya merupakan pengantara konversi dari/ke biner

    ke/dari desimal.

    Konversi ini banyak dilakukan karena disamping cacah angka biner yang

    disebut juga "bit", singkatan dari "binary digit", jauh lebih besar dibandingkan

    dengan angka-angka pada sistem oktal dan heksadesimal, juga karena konversi

    itu sangat mudah. Konversi dari biner, oktal dan heksadesimal ke sistem bilangan

    desimal, seperti telah dijelaskan di bagian depan dapat dilakukan dengan

    memakai persamaan. Konversi sebaliknya akan diterangkan berikut ini.

    Konversi Desimal-Biner

    Kalau kita perhatikan konversi dari biner ke desimal, maka dapat dilihat

    bahwa untuk bagian bulat (di kiri tanda koma) kita peroleh dengan melakukan

  • 20

    perkalian dengan 2 setiap kita bergerak ke kiri.Untuk bagian pecahan, kita

    melakukan pembagian dengan 2 setiap kita bergerak ke kanan.

    Untuk melakukan konversi dari desimal ke biner kita melakukan

    sebaliknya, yaitu untuk bagian bulat bilangan desimal kita bagi dengan 2 secara

    berturut-turut dan sisa pembagian pertama sampai yang terakhir merupakan

    angka-angka biner paling kanan ke paling kiri. Untuk bagian pecahan, bilangan

    desimal dikalikan2 secara berturut-turut dan angka di kiri koma desimal hasil

    setiap perkalian merupakanangka biner yang dicari, berturut-turut dari kiri ke

    kanan. Contoh berikut ini memperjelas proses itu.

    Contoh 1.

    Tentukanlah bilangan biner yang berharga sama dengan bilangan desimal

    118. Pembagian secara berturut-turut akan menghasilkan:

    118 : 2 = 59 sisa 0 7 : 2 = 3 sisa 1

    59 : 2 = 29 sisa 1 3 : 2 = 1 sisa 1

    29 : 2 = 14 sisa 1 1 : 2 = 0 sisa 1

    14 : 2 = 7 sisa 0 0 : 2 = 0 sisa 0

    Jadi, (118)10 = (01110110)2

    Perhatikan bahwa walaupun pembagian diteruskan, hasil berikutnya akan

    tetap 0 dan sisanya juga tetap 0. Ini benar karena penambahan angka 0 di kiri

    bilangan tidak mengubah harganya.

    Konversi Biner-Oktal-Heksadesimal

    Kemudahan konversi biner-oktal-heksadesimal secara timbal balik terletak

    pada kenyataan bahwa 3 bit tepat dapat menyatakan angka terbesar dalam oktal,

    yaitu 7, dan 4 bit tepat dapat menyatakan angka terbesar dalam heksadesimal,

    yaitu F=(15)10.

  • 21

    Ini berarti bahwa untuk mengubah bilangan biner ke oktal, bilangan biner

    dapat dikelompokkan atas 3 bit setiap kelompok dan untuk mengubah biner ke

    heksadesimal, bilangan biner dikelompokkan atas 4 bit setiap kelompok.

    Pengelompokan harus dimulai dari kanan bergerak ke kiri. Sebagai contoh, untuk

    memperoleh setara dalam oktal dan heksadesimal, bilangan biner

    1011001111dapat dikelompokkan sebagai berikut:

    1 011 001 111 10 1100 1111

    (1 3 1 7)8 (2 C F )16

    Konversi sebaliknya, dari oktal dan heksadesimal ke biner juga dapat

    dilakukan dengan mudah dengan menggantikan setiap angka dalam oktal dan

    heksadesimal dengan setaranya dalam biner.

    Contoh 1.

    (3456)8 = (011 100 101 110)2

    (72E)16 = (0111 0010 1110)2

    Dari contoh ini dapat dilihat bahwa konversi dari oktal ke heksadesimal

    dan sebaliknya akan lebih mudah dilakukan dengan mengubahnya terlebih

    dahulu ke biner.

    Konversi Desimal-Oktal dan Heksadesimal

    Konversi desimal ke oktal dan desimal ke heksadesimal dapat dilakukan

    dengan melakukan pembagian berulang-ulang untuk bagian bulat dan perkalian

    berulang-ulang untuk bagian pecahan seperti yang dilakukan pada konversi

    desimal-biner di bagian depan. Sebenarnya cara ini berlaku untuk semua dasar

    sistem bilangan.

    Contoh : Untuk (205,05)10

    Oktal: Heksadesimal:

  • 22

    205 : 8 = 25 sisa 5 205 : 16 = 12 sisa 13 = D

    25 : 8 = 3 sisa 1 12 : 16 = 0 sisa 12 = C

    3 : 8 = 0 sisa 3

    0,05 x 8 = 0,4 0,05 x 16 = 0,8

    0,40 x 8 = 3,2 0,80 x 16 = 12,8 (12 = C)

    0,20 x 8 = 1,6 0,80 x 16 = 12,8

    0,60 x 8 = 4,8

    0,80 x 8 = 6,4

    0,40 x 8 = 3,2

    0,20 x 8 = 1,6

    Jadi, (205,05)10 = (315,031463146...)8 = (CD,0CCCC..)16

  • 23

    BAB VI

    MULTIPLEXER

    Multiplexer adalah kombinasi sirkuit yang diberikan nomor tertentu

    (biasanya satu kuasa dua) masukan data. Mari kita berkata 2n dan n alamat

    digunakan sebagai masukan nomor binari untuk memilih salah satu masukan

    data. Multiplexer yang memiliki satu output, yang memiliki nilai sama yang

    dipilih sebagai masukan data.

    Dengan kata lain, yang bekerja seperti multiplexer input selector rumah

    musik dari sistem. Hanya satu masukan dipilih sekaligus, dan masukan yang

    dipilih adalah dikirim ke satu output. Sedangkan pada sistem musik, pemilihan

    input dibuat secara manual, yang multiplexer dengan memilih masukan

    berdasarkan nomor binari, masukan alamat.

    Dalam elektronik, telekomunikasi, dan jaringan komputer, multipleksing

    adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk ke sebuah proses di mana

    beberapa sinyal pesan analog atau aliran data digital digabungkan menjadi satu

    sinyal. Tujuannya adalah untuk berbagi sumber daya yang mahal. Contohnya,

    dalam elektronik, multipleksing mengijinkan beberapa sinyal analog untuk

    diproses oleh satu analog-to-digital converter (ADC), dan dalam telekomunikasi,

    beberapa panggilan telepon dapat disalurkan menggunakan satu kabel.

    Dalam komunikasi, sinyal yang telah dimultipleks disalurkan ke sebuah

    saluran komunikasi, yang mungkn juga merupakan medium transmisi fisik.

    Multipleksing membagi kapasitas saluran komunikasi tingkat-rendah menjadi

    beberapa saluran logik tingkat-tinggi, masing-masing satu untuk setiap sinyal

  • 24

    pesan atau aliran data yang ingin disalurkan. Sebuah proses kebalikannya, dikenal

    dengan demultipleksing, dapat mengubah data asli di sisi penerima.

    Sebuah alat yang melakukan multipleksing disebut multiplekser (MUX)

    dan alat yang melakukan proses yang berlawanan disebut demultiplekser,

    (DEMUX). Bentuk paling dasar dari multipleksing adalah time-division

    multipleksing (TDM) dan frequency-division multiplexing (FDM). Dalam

    komunikasi optik, FDM sering disebut sebagai wavelength-division multiplexing

    (WDM).

    Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (:banyak)

    informasi melalui satu saluran. Istilah ini adalah istilah dalam dunia

    telekomunikasi. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik

    misalnya kabel, pemancar & penerima (transceiver), atau kabel optik. Contoh

    aplikasi dari teknik multiplexing ini adalah pada jaringan transmisi jarak jauh, baik

    yang menggunakan kabel maupun yang menggunakan media udara (wireless

    atau radio). Sebagai contoh, satu helai kabel optik Surabaya-Jakarta bisa dipakai

    untuk menyalurkan ribuan percakapan telepon. Idenya adalah bagaimana

    menggabungkan ribuan informasi percakapan (voice) yang berasal dari ribuan

    pelanggan telepon tanpa saling bercampur satu sama lain.

    Teknik multiplexing ada beberapa cara. Yang pertama, multiplexing

    dengan cara menata tiap informasi (suara percakapan 1 pelanggan) sedemikian

    rupa sehingga menempati satu alokasi frekuensi selebar sekitar 4 kHz. Teknik ini

    dinamakan Frequency Division Multiplexing (FDM). Teknologi ini digunakan di

    Indonesia hingga tahun 90-an pada jaringan telepon analog dan sistem satelit

    analog sebelum digantikan dengan teknologi digital.

  • 25

    Pada tahun 2000-an ini, ide dasar FDM digunakan dalam teknologi saluran

    pelanggan digital yang dikenal dengan modem ADSL (asymetric digital

    subscriber loop).

    Yang kedua adalah multiplexing dengan cara tiap pelanggan

    menggunakan saluran secara bergantian. Teknik ini dinamakan Time Division

    Multiplexing (TDM). Tiap pelanggan diberi jatah waktu (time slot) tertentu

    sedemikian rupa sehingga semua informasi percakapan bisa dikirim melalui satu

    saluran secara bersama-sama tanpa disadari oleh pelanggan bahwa mereka

    sebenarnya bergantian menggunakan saluran. Kenapa si pelanggan tidak

    merasakan pergantian itu? Karena pergantiannya terjadi setiap 125 microsecond;

    berapapun jumlah pelanggan atau informasi yang ingin di-multiplex, setiap

    pelanggan akan mendapatkan giliran setiap 125 microsecond, hanya jatah

    waktunya semakin cepat.

    Teknik multiplexing yang ketiga adalah yang digunakan dalam saluran

    kabel optik yang disebut Wavelength Division Multiplexing (WDM), yaitu satu

    kabel optik dipakai untuk menyalurkan lebih dari satu sumber sinar dimana satu

    sinar dengan lamda tertentu mewakili satu sumber informasi.

  • 26

    BAB V

    MULTIVIBRATOR

    Multivibrator adalah suatu rangkaian elektronika yang pada waktu tertentu

    hanya mempunyai satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali selama masa

    transisi. Peralihan (switching) di antara kedua tingkat tegangan keluaran tersebut

    terjadi secara cepat. Dua keadaan tingkat tegangan keluaran multivibrator

    tersebut, yaitu stabil (stable) dan Quasistable. Disebut stabil apabila rangkaian

    multivibrator tidak akan mengubah tingkat tegangan keluarannya ke tingkat lain

    jika tidak ada pemicu (trigger) dari luar rangkaian. Disebut quasistable apabila

    rangkaian multivibrator membentuk suatu pulsa tegangan keluaran sebelum

    terjadi peralihan tingkat tegangan keluaran ke tingkat lainnya tanpa satupun

    pemicu dari luar. Pulsa tegangan itu terjadi selama 1 periode (T1), yang lamanya

    ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian multivibrator

    tersebut. Ketika rangkaian multivibrator mengalami peralihan di antara dua

    tingkat keadaan tegangan keluarannya maka keadaan tersebut disebut sebagai

    keadaan unstable atau kondisi transisi. Selain definisi-definisi tentang tingkat

    keadaan atau kondisi tegangan keluaran rangkaian multivibrator, juga terdapat

    definisi-definisi tentang rangkaian multivibrator itu sendiri, yaitu:

    a. Multivibrator bistable (flip-flop)

    Disebut sebagai multivibrator bistable apabila kedua tingkat tegangan

    keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah stabil dan

    rangkaian multivibrator hanya akan mengubah kondisi tingkat tegangan

    keluarannya pada saat dipicu.

  • 27

    b. Multivibrator monostable (one-shot)

    Disebut sebagai multivibrator monostable apabila satu tingkat tegangan

    keluaran-nya adalah stabil sedangkan tingkat tegangan keluaran yang lain adalah

    quasistable. Rangkaian tersebut akan beristirahat pada saat tingkat tegangan

    keluarannya dalam keadaan stabil sampai dipicu menjadi keadaan quasistable.

    Keadaan quasistable dibentuk oleh rangkaian multivibrator untuk suatu periode

    T1 yang telah ditentukan sebelum berubah kembali ke keadaan stabil. Sebagai

    catatan bahwa selama periode T1 adalah tetap, waktu antara pulsa-pulsa tersebut

    tergantung pada pemicu.

    c. Multivibrator astable

    Disebut sebagai multivibrator astable apabila kedua tingkat tegangan

    keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah

    quasistable. Rangkaian tersebut hanya mengubah keadaan tingkat tegangan

    keluarannya di antara 2 keadaan, masing-masing keadaan memiliki periode yang

    tetap. Rangkaian multivibrator tersebut akan bekerja secara bebas dan tidak lagi

    memerlukan pemicu. Tegangan keluaran multivibrator ini ditunjukkan dalam

    Gambar 1c. Periode waktu masing-masing level tegangan keluarannya ditentukan

    oleh komponen-komponen penyusun rangkaian tersebut. Banyak metode

    digunakan untuk membentuk rangkaian multivibrator astabil, di antaranya adalah

    dengan menggunakan Operational Amplifier, menggunakan IC 555, atau

    transistor NPN.

    Rangkaian multivibrator astabil yang dibuat dengan teknologi film tebal ini

    memanfaatkan kombinasi dua buah transistor NPN, dua buah kapasitor, dan

    empat buah resistor. Pada rangkaian multivibrator astabil ini. Dua buah transistor

    yang digunakan akan dioperasikan sebagai suatu saklar (switch). Nilai-nilai 4

  • 28

    buah resistor yang digunakan, yaitu 2 buah digunakan sebagai resistansi kolektor

    dan 2 buah digunakan sebagai resistansi basis haruslah memiliki nilai resistansi

    yang tepat untuk memastikan transistor akan on pada saat transistor berada

    dalam keadaan saturasi (on) dan akan off pada saat berada dalam keadaan cutoff

    (tersumbat). Resistor-resistor tersebut akan menentukan besarnya arus basis

    transistor, nilai arus basis ini yang akan menentukan apakah transistor akan

    berada dalam keadaan saturasi atau berada dalam keadaan tersumbat. Untuk

    menentukan periode masing-masing level tegangan keluaran, digunakan resistor

    dan kapasitor dengan nilai tertentu.

    Rangkaian multivibrator astabil tersebut disusun dengan menggunakan

    sepasang transistor NPN yang disusun secara menyilang sebagai common

    emitter amplifier. Apabila satu dari dua transistor tersebut memulai untuk

    menghantar, maka sinyal umpan balik kepada basis transistor akan meningkat

    dan transistor tersebut akan secepat mungkin berubah menjadi on. Dengan

    proses yang sama, transistor kedua akan secepat mungkin berubah menjadi off.

    Multivibrator (MV) adalah rangkaian pembangkit pulsa yang menghasilkan

    keluran gelombang segi empat. Multivibrator diklasifikasikan menjadi

    multivibrator astabil, bisatabil, dan monostabil. Suatu multivibrator astabil juga

    disebut dengan multivibrator bergerak bebas. Multivibrator astabil menghasilkan

    aliran kontinu pulsa-pulsa

  • 29

    BAB VI

    FLIP-FLOP

    Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan

    stabil atau disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat

    sekuensial karena sistem kerjanya diatur dengan jam atau pulsa, yaitu sistem-

    sistem tersebut bekerja secara sinkron dengan deretan pulsa berperiode T yang

    disebut jam sistem (System Clock atau disingkat menjadi CK).

    Flip-flop adalah rangkaian yang mempunyai fungsi pengingat (memory).

    Artinya rangkaian ini mampu melakukan proses penyimpanan data sesuai

    dengan kombinasi masukan yang diberikan kepadanya. Data yang tersimpan itu

    dapat dikeluarkan sesuai dengan kombinasi masukan yang diberikan.

    Ada beberapa macam flip-flop yang akan dibahas, yaitu flip-flop R-S, flip-

    flop J-K, dan flip-flop D. Sebagai tambahan akan dibahas pula masalah pemicuan

    yang akan mengaktifkan kerja flip-flop.

    Hubungan input-output ideal yang dapat terjadi pada flip-flop adalah:

    1) Set, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q)

    bernilai logika positif (1) saat dipicu, apapun kondisi sebelumnya.

    2) Reset, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q)

    bernilai logika negatif (0) saat dipicu, apapun kondisi sebelumnya.

    3) Tetap, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q)

    tidak berubah dari kondisi sebelumnya saat dipicu.

    4) Toggle, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan logika

    keluaran (Q) berkebalikan dari kondisi sebelumnya saat dipicu.

    Secara ideal berdasar perancangan kondisi keluaran Q selalu berkebalikan

    dari kondisi keluaran Q.

  • 30

    Pemicuan Flip-Flop

    Pada flip-flop untuk menyerempakkan masukan yang diberikan pada

    kedua masukannya maka diperlukan sebuah clock untuk memungkinkan hal itu

    terjadi. Clock yang dimaksud di sini adalah sinyal pulsa yang beberapa

    kondisinya dapat digunakan untuk memicu flip-flop untuk bekerja. Ada beberapa

    kondisi clock yang biasa digunakan untuk menyerempakkan kerja flip-flop yaitu :

    1) Tepi naik : yaitu saat perubahan sinyal clock dari logika rendah (0) ke

    logika tinggi.

    2) Tepi turun : yaitu saat perubahan sinyal clock dari logika tinggi (1) ke

    logika rendah (0).

    3) Logika tinggi : yaitu saat sinyal clock berada dalam logika 1.

    Logika rendah : yaitu saat sinyal clock berada dalam logika 0.

    Gambar 1.1. Kondisi Pemicuan Clock

    Gambar 1.2. Simbol-simbol Pemicuan

  • 31

    Selanjutnya cara pengujian pemicuan suatu flip-flop akan dijelaskan dalam

    Tabel 3.2. Pada tabel tersebut, kita gunakan penerapan logika positif. Kondisi

    Clock High, yaitu saat clock ditekan sama artinya dengan logika 1, sedangkan

    saat clock dilepas sama artinya dengan logika 0. Jika pada langkah pengujian

    pertama keadaan sudah sesuai dengan tabel, pengujian dapat dihentikan,

    demikian seterusnya.

    Tabel 1.3. Pengujian Pemicuan Clock

    Langkah

    Pengujian Clock Input Output Jenis Pemicuan

    1. 1 Diubah-

    ubah

    Beruba

    h Logika Tinggi

    2. 0 Diubah-

    ubah

    Beruba

    h Logika rendah

    3.

    0 Diubah-

    ubah Tetap

    Tepi naik 0 ke 1

    (ditekan)

    Diubah-

    ubah

    Beruba

    h

    1 Diubah-

    ubah Tetap

    4.

    1 Diubah-

    ubah Tetap

    Tepi turun 1 ke 0

    (dilepas)

    Diubah-

    ubah

    Beruba

    h

    0 Diubah-

    ubah Tetap

  • 32

    Flip-Flop R-S

    Flip-flop R-S adalah rangkaian dasar dari semua jenis flip-flop yang ada.

    Terdapat berbagai macam rangkaian flip-flop R-S, pada percobaan ini flip-flop R-

    S disusun dari empat buah gerbang NAND 2 masukan. Dua masukan flip-flop ini

    adalah S (set) dan R (reset), serta dua keluarannya adalah Q dan Q.

    Kondisi keluaran akan tetap ketika kedua masukan R dan S berlogika 0.

    Sedangkan pada kondisi masukan R dan S berlogika 1 maka kedua keluaran akan

    berlogika 1, hal ini sangat dihindari karena bila kondisi masukan diubah menjadi

    berlogika 0 kondisi kelurannya tidak dapat diprediksi (bisa 1 atau 0). Keadaan ini

    disebut kondisi terlarang. Selanjutnya kondisi terlarang, pacu, dan tak tentu akan

    dijelaskan melalui Tabel 3.1.

    Gambar 1.4. Rangkaian Percobaan Flip-Flop R-S

  • 33

    Gambar 1.4.a. rangkaian internal flip flop R-S

    Tabel 1.4.b. Kondisi terlarang, pacu, dan tak tentu, karena perubahan clock

    No. S R Clock Keterangan

    1. 1 1 Aktif (1) Kondisi

    terlarang

    2. 1 1 Tepi turun

    (Berubah dari 1 ke

    0)

    Kondisi pacu

    3. 1 1 Tidak aktif (0) Kondisi tak

    tentu

    Tabel 1.4.c. Kondisi terlarang, pacu, dan tak tentu, karena perubahan clock dan

    masukan yang serempak

    No. S R Clock Keterangan

    1. 1 1 Aktif (1) Kondisi

    terlarang

    2. 0 0 Tepi turun Kondisi pacu

    3. 0 0 Tidak aktif (0) Kondisi tak

    tentu

    Flip-flop D

    Flip-flop D dapat disusun dari flip-flop S-R atau flip-flop J-K yang

    masukannya saling berkebalikan. Hal ini dimungkinkan dengan menambahkan

    salah satu masukannya dengan inverter agar kedua masukan flip-flop selalu

    dalam kondisi berlawanan. Flip-flop ini dinamakan dengan flip-flop data karena

  • 34

    keluarannya selalu sama dengan masukan yang diberikan. Saat flip-flop pada

    keadaan aktif, masukan akan diteruskan ke saluran keluaran.

    Gambar 1.5. Contoh rangkaian Flip-flop D (Picu logika tinggi)

    Gambar 1.5. Contoh rangkaian internal Flip-flop D

    Flip-flop J-K

    Flip-flop J-K merupakan penyempurnaan dari flip-flop R-S terutama untuk

    mengatasi masalah osilasi, yaitu dengan adanya umpan balik, serta masalah

    kondisi terlarang seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu pada kondisi

    masukan J dan K berlogika 1 yang akan membuat kondisi keluaran menjadi

  • 35

    berlawanan dengan kondisi keluaran sebelumnya atau dikenal dengan istilah

    toggle. Sementara untuk keluaran berdasarkan kondisi-kondisi masukan yang lain

    semua sama dengan flip-flop R-S.

    Gambar 1.6. Flip-flop J-K

    Gambar 1.5. Contoh rangkaian internal Flip-flop J-K

    4. Flip-flop T

    T Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang dibangun dengan

    menggunakan flip-flop J-K yang kedua inputnya dihubungkan menjadi satu maka

    akan diperoleh flip-flop yang memiliki watak membalik output sebelumnya jika

    inputannya tinggi dan outputnya akan tetap jika inputnya rendah.

    Flip flop T atau flip flop toggle adalah flip flop J-K yang kedua masukannya

    (J dan K) digabungkan menjadi satu sehingga hanya ada satu jalan masuk.

  • 36

    Karakteristik dari flip flop ini adalah kondisi dari keluaran akan selalu toogle atau

    selalu berlawanan dengan kondisi sebelumnya apabila diberikan masukan logika

    1. Sementara itu kondisi keluaran akan tetap atau akan sama dengan kondisi

    keluaran sebelumnya bila diberi masukan logika 0.

    Gambar 1.6. Contoh rangkaian internal Flip-flop T

  • 37

    DAFTAR PUSTAKA

    Firmansyah, sigit, Elektronika digital dan mikroprosesor, Penerbit ANDI,

    Yogyakarta, 2005.

    Tokheim, Roger L, Elektronika Digital edisi kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990.

    www.ilmukomputer.com

    www.id.wikipedia.org