54
MAKALAH GERONTIK KELOMPOK ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN Disusun Oleh : 1. Hendra Zainuddin 2. Ismi Rumsyi Fathonah 3. Novi Andrianto 4. Samsul Arif JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA 2013

MAKALAH GERONTIK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: MAKALAH GERONTIK

MAKALAH GERONTIK KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN MASALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Disusun Oleh :

1. Hendra Zainuddin

2. Ismi Rumsyi Fathonah

3. Novi Andrianto

4. Samsul Arif

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

2013

KATA PENGANTAR

Page 2: MAKALAH GERONTIK

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

makalah berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Lansia Terkait Keselamatan dan Keamanan ”

ini sebagai salah satu tugas matakuliah Keperawatan Gerontik semester 5 tahun ajaran

2013/2014.

Dengan tersusunnya makalah ini, penulis mengucapakan terima kasih kepada :

1. Bapak Addi Mardi, MN selaku Ketua Prody D4 Keperawatan Politeknik Kesehatan

Surakarta.

2. Ibu Sri Lestari DA, M.Kes selaku dosen pengampu Keperawatan Gerontik semester 5

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.

3. Bapak/ibu Dosen DIII Berlanjut DIV Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta.

Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan

kita tentang cara melakukan asuhan keperawatan pada lansia terkait keselamatan dan

keamanannya mengingatnya semakin mundurnya panca ndera dan fungsi organnya sehingga

beresiko jatuh dan cidera. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa “tiada gading yang

retak” begitupun dengan makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

kritik serta masukan yang membangun selalu diharapkan guna menunjang langkah

selanjutnya.

Terima kasih.

Surakarta, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: MAKALAH GERONTIK

HALAMAN COVER............................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................

B. Saran......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: MAKALAH GERONTIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keamanan merupakan keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis yang

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan klien

mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat

terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Keamanan yang ada didalam

lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cidera, memperpendek

lama tindakan dan hospitalisasi, meningkatkan kesejahteraan klien.

Jatuh merupakan salah satu bahaya yang mengancam keamanan dan keselamatan

terhadap manusia. Selain itu, 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan dan seluruh

kecelakaan yang terjadi di RS adalah jatuh. Dalam makalah ini penyusun akan mencoba

membahas tentang asuhan keperawatan apa yang bisa dilaksanakan untuk mencegah

resiko jatuh terhadap lansia.

Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan

didalamnya, baik faktor intrinsik dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya

berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkoppe dan dizzines,

serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda,

penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya. Jatuh adalah kejadian

yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih

rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Berdasarkan survei di

masyarakat AS, Tinetti (1992) mendapatkan seitar 30% lansia lebih dari umur 65 tahun

jatuh setipa tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang.

Page 5: MAKALAH GERONTIK

Reuben dkk (1996) mendapatkan insiden jatuh di masyarakat AS pada umum lebih

dari 65 tahun berkisar 1/3 populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0.6/orang.

Insiden di rumah-rumah perawatan 3 kali lebih banyak. Lima persen dari penderita jatuh

ini mengalami patah tulang atau memerlukan perawatan di rumah sakit. Kecelakaan

merupakan penyebab kematian no.6 di Amerika Serikat tahun 1992. kematian akibat

jatuh sangat sulit didefinisikan karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter

pemeriksanya, sebaliknya jatuh juga merpakan akibat penyakit lain misalnya serangan

jantung mendadak.

Fraktur kolum femoris merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada lansia.

Fraktur kolum femoris merupakan fraktur yang berhubungan dengan proses menua dan

osteoporosis. Wanita mempunyai resiko tinggi dibanding laki-laki untuk terjadinya

fraktur dan perlukaan akibat jatuh. Lansia yang sehat juga mempunyai resiko lebih tinggi

dibanding lansia yang lemah atau cacat untuk terjadinya fraktur dan perlukaan akibat

jatuh.resiko untuk terjadinya perlikaan akibat jatuh merupakan efek gabungan dari

penurunan respon perlindungan diri ketika jatuh dan besar kekuatan terbantingnya.

Sehingga dalam mencegah jatuh pada lansia perlu dianjurkan untuk melakukan aktivitas

fisik meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik

yang dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat

menurunkan risiko jatuh.

Page 6: MAKALAH GERONTIK

BAB II

LANDASAN TEORI

A. JATUH

1. Pengertian

Pengertian Jatuh Menurut Reuben (1996), jatuh merupakan suatu masalah yang sering

terjadi pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang mengakibatkan seseorag mendadak

terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan

kesadaran atau luka. Banyak faktor yang berperan didalamnya, kelemahan otot

ekstremitas bawah kekakuan sendi, sinkope dan dizziness, serta faktor ekstrinsik meliputi

lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan kurang terang dan

sebagainya. Jatuh merupakan factor risiko patah tulang pada orang dengan kepadatan

mineral tulang (Bone Mineral Density) rendah. Keadaan inilah penyebab terbesar untuk

patah tulang meliputi punggung, pinggang, pergelangan tangan, pinggul dan lengan

bagian atas (Watson, 2003).

2. Faktor Resiko Jatuh Pada Lansia

Untuk dapat mengetahui faktor resiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas

badan ditentukan atau dibentuk oleh :

a. Sistem sensorik : visus (penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler, dan

proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan

gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan

pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena

adanya perubahan fungsi vestibulerakibat proses menua. Neuropati perifer dan

penyakit degenaratif leher akan mengganggu fungsi proprioseptif. Gangguan

Page 7: MAKALAH GERONTIK

sensorik tersebut mebnyebabkan hampir sepertiga penderita lansia mengalami

sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.

b. Sistem saraf pusat (SSP). SSP akan memberikan respon motorik untuk

mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, sering

diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak

baik terhadap input sensorik (Tinetti, 1992 dalam Watson, 2003).

c. Kognitif. Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan meningkatnya

resiko jatuh. Dengan adanya penurunan kemampuan kognitif, maka kewaspadaan,

status mental, dan emosional akan menurun, sehingga akan mempengaruhi

kesadaran, penilaian, gaya berjalan, keseimbangan, dan proses informasi yang

diperlukan untuk berpindah atau mobilisasi secara aman.

d. Muskuloskeletal. Faktor ini berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan

muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan. Hal ini berhubungan dengan

proses menua yang fisiologis. Gangguan musculoskeletal yang terjadi akibat proses

menua tersebut antara lain disebabkan oleh kekakuan jaringan penghubung,

berkurangnya massa otot, perlambatan konduksi saraf, penurunan visus/lapang

pandang, kerusakan proprioseptif sehingga menyebabkan penurunan range of motin

(ROM) sendi, penurunan kekuatan otot terutama menyebabkan kelemahan

ekstremitas bawah, perpanjangan waktu reaksi, kerusakan persepsi dalam dan

peningkatan postural sway (goyangan badan) (Watson, 2003).

Secara umum faktor resiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

1) Faktor Intrinsik, dibagi menjadi 3 faktor yaitu :

a) Faktor host (diri lansia). Diantaranya adanya disability, penyakit yang

sedang diderita, perubahan neuromuskuler, gangguan keseimbangan,

Page 8: MAKALAH GERONTIK

gangguan musculoskeletal (berjalan) dan reflek postural, perubahan akibat

proses penuaan (penurunan pendengaran, penurunan visus/penglihatan

lainnya (katarak), penurunan mental, penurunan fungsi indra yang lain,

lambatnya pergerakan, hidup sendiri), neuropati perifer dan berbagai

penyakit seperti stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh

sebagian, arthritis, Parkinson, kekakuan alat gerak, depresi, gangguan

sistem kardiovaskuler (syncope).

b) Faktor aktifitas. Laki-laki dengan mobilitas tinggi, postur yang tidak stabil,

mempunyai risiko jatuh sebesar 4,5 kali dibandingkan dengan yang tidak

aktif atau aktif, tetapi dengan postur yang stabil. Penelitian terhadap 4.862

penderita yang dirawat di rumah sakit atau panti jompo, didapatkan

penderita dengan risiko jatuh paling tinggi adalah penderita aktif, dengan

sedikit gangguan keseimbangan.

c) Faktor obat-obatan. Jumlah obat yang diminum merupakan faktor yang

bermakna terhadap penderita. 4 obat atau lebih meningkatkan risiko jatuh.

Jatuh akibat terapi obat dinamakan jatuh iatrogenik. Obat-obatan yang

meningkatkan risiko jatuh, di antaranya obat golongan sedatif dan hipnotik

yang dapat mengganggu stabilitas postur tubuh, yang mengakibatkan efek

samping menyerupai sindroma parkinson. Golongan Transquilizer mayor

(misalnya phenothiazine), antidepresan trisiklik, barbiturat, dan

benzodiazepin juga meningkatkan risiko jatuh.

d) Faktor Ekstrinsik. Misalnya faktor lingkungan terutama yang belum

dikenal karena mempunyai risiko terhadap jatuh 22%, sedangkan pada

lingkungan yang sudah dikenal (di rumah) lebih banyak disebabkan oleh

faktor host (dirinya). Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang

Page 9: MAKALAH GERONTIK

kurang, peralatan rumah yang tidak stabil, tangga tanpa pagar, tempat tidur

atau toilet yang terlalu rendah, alat-alat atau perlengkapan rumah tangga

yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur tidak stabil, tempat

berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar,

licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang

tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda di lantai yang licin atau

mudah tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik

(kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat,

maupun cara penggunaannya, obat-obat yang diminum (Kane, 1994 dalam

Nugroho, 2000).

3. Pathway Jatuh

(Terlampir)

4. Penyebab Jatuh Pada Lansia

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan dari beberapa factor antara

lain :

a. Kecelakaan. Merupakan penyabab jatuh yang utama (30 - 50% kasus jatuh lansia)

misalnya terpelesat, tersandung. Gabungan antara lingkungan yang kurang baik

dengan kelainan-kelainan akibat proses menua misalnya karena penglihatan kabur.

b. Nyeri kepala atau vertigo, Penyakit vestibular, penyakit sistem sistem saraf pusat.

c. Sinkop, hilang kesadaran mendadak.

d. Drop attacks, Kelemahan tungkai bawah mendadak yang menybabkan jatuh tanpa

kehilangan kesadaran.

Page 10: MAKALAH GERONTIK

e. Hipotensi orthostatic, Hipovolemia atau cardiak output yang rendah, disfungsi

otonom, gangguan aliran darah balik vena, tirah baring lama, hipotensi akibat obat–

obatan, hipotensi postprandial (sesudah makan).

f. Obat-obatan, missal Diuretik, antihipertensi, antidepresi golongan trisiklik, sedatif,

antipsikotik, hipoglikemia, alcohol.

g. Proses penyakit, misal penyakit akut : Kardiovaskular : aritmia, penyakit katup

jantung (stenosis aorta), sinkop sinus carotid, Neurologis : TIA, strok akut, gangguan

kejang, penyakit parkinson, spondilosis lumbar atau servikal (dengan kompresi pada

korda spinalis atau cabang saraf), penyakit serebelum, hidrosefalus tekanan normal

(gangguan gaya berjalan), lesisitem saraf pusat (tumor, hematomi subduraal).

h. Idiopatik, tak ada penyebab yang dapat diidentifikasi (Watson, 2003).

5. Manifestasi Klinis

a. Cedera dan kerusakan fisik

b. Fraktur

c. Ansietas

d. Hilangnya rasa percaya diri

e. Depresi

f. Hilangnya kemandirian (Nugroho, 2000)

6. Komplikasi

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi sebagai berikut :

a. Perlukaan (injury) : rusaknya jaringan lunak yang terasa sngat sakit berupa robek atau

tertariknya jaringan otot, robeknya arteri atau vena, Patah tulang (fraktur), pelvis,

femur, humerus, lengan bawah, tungkai bawah, kista, Hematoma subdural.

Page 11: MAKALAH GERONTIK

b. Disabilitas

c. Kematian (Watson, 2003)

7. Pencegahan

Ada tiga usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain :

a. Identifikasi faktor resiko. Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk

mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan

sensorik, neurologik, muskuloskeletal, dan penyakit sistemik yang sering mendasari

atau menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat

menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tapi jangan

menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, dan bersih dari benda-benda kecil yang

susah dilihat. Peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapt bergeser

sendiri). Peralatan rumah tangga sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu jalan atau tempat aktivitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin,

sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya

dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding. Obat-obatan yang menyebabkan

hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat

selektif. Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau

walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan aman tidak mudah bergeser

serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.

b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan. Lansia harus dievaluasi bagaimana

keseimbangan badannyadalam melakukan gerakan pindah tempat, pidah

posisi.penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh

pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka

diperlukan bantuan latihan rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan juga harus

Page 12: MAKALAH GERONTIK

dilakukan dengan cermat, apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak

mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan,

apakah kekuatan otot ekstermitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa batuan.

c. Mangatur / mengatasi faktor situasional. Faktor situasional yang bersifat serangan

akut yang diderita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia

secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan

mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang

berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita. Perlu

diberitahukan pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita,

aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai

hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik,

maka dianjurkan lansia tidak melakuakn aktifitas fisik yang sangat melemahkan atau

beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh (Watson, 2003).

Menurut Watson (2003) Beberapa metode pencegahan jatuh pada lansia diantaranya :

a. Latihan fisik. Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan

kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan

meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi

kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan

tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.

b. Managemen obat-obatan. Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik dengan

memperhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat, gunakan alat bantu berjalan

jika memang diperlukan selama pengobatan, kurangi pemberian obat-obatan yang

sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan tranquilisers, hindari pemberian obat

multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis kuat, hentikan obat

yang tidak terlalu diperlukan.

Page 13: MAKALAH GERONTIK

c. Modifikasi lingkungan. Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin

untuk menghindari pusing akibat suhu di antara :

1) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam

jangkauan tanpa harus berjalan dulu

2) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.

3) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.

4) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.

5) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk

daerah tangga.

6) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa

untuk melintas.

7) Gunakan lantai yang tidak licin.

8) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung.

9) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di kamar

mandi.

d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :

1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.

2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.

3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.

4) Hindari olahraga berlebihan.

e. Alas kaki. Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:

1) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar

2) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan

3) Pakai sepatu yang antislip

Page 14: MAKALAH GERONTIK

f. Alat bantu jalan. Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan

difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang

mendasarinya.

1) Penggunaannya alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan,

namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh

untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu

penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual.

2) Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan

obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan

alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika

hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan

cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi

menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang

paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan

untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka

pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat

badan.

g. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.

h. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

i. Memelihara kekuatan tulang

1) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas

tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua

2) Berhenti merokok

3) Hindari konsumsi alkohol

Page 15: MAKALAH GERONTIK

4) Latihan fisik

5) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen

6) Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

8. Pendekatan Diagnostik

Setiap penderita lansia jatuh, harus dilakukan assesment seperti dibawah ini : (Kane,

1994; Fischer, 1982)

a. Riwayat Penyakit ( Jatuh ). Anamnesis dilakukan baik terhadap penderita ataupun

saksi mata jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini meliputi :

a. Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung, berjalan,

perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok, sedang makan, sedang

buang air kecil atau besar, sedang batuk atau bersin, sedang menoleh tiba – tiba

atau aktivitas lain

b. Gejala yang menyertai : nyeri dada, berdebar – debar, nyeri kepala tiba-tiba,

vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak nafas.

c. Kondisi komorbid yang relevan : pernah stroke, Parkinsonism, osteoporosis, sering

kejang, penyakit jantung, rematik, depresi, defisit sensorik.

d. Review obat – obatan yang diminum : antihipertensi, diuretik, autonomik bloker,

antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik.

e. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh, rumah maupun tempat – tempat

kegiatannya.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda vital : nadi, tensi, respirasi, suhu badan ( panas / hipotermi )

2) Kepala dan leher : penurunan visus, penurunan pendengaran, nistagmus, gerakan

yang menginduksi ketidakseimbangan, bising

Page 16: MAKALAH GERONTIK

3) Jantung : aritmia, kelainan katup

4) Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer, kelemahan

otot, instabilitas, kekakuan, tremor.

5) Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi problem kaki

( podiatrik ), deformitas.

c. Assesmen Fungsional. Dilakukan observasi atau pencarian terhadap :

1) Fungsi muskuloskeletal dan keseimbangan : observasi pasien ketika dari bangku

langsung duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan,

ketika mau duduk dibawah.

2) Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat bantu,

memakai kursi roda atau dibantu

3) Aktifitas kehidupan sehari – hari : mandi, berpakaian, bepergian, kontinens.

9. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan seperti the timed up-and-go test (TUG), uji mengapai

fungsional (functional reach test), dan uji keseimbangan Berg (the Berg balance sub-

scale of the mobility index) dapat untuk mengevaluasi fungsi mobilitas sehingga dapat

mendeteksi perubahan klinis bermakna yang menyebabkan seseorang beresiko untuk

jatuh atau timbul disabilitas dalam mobilitas. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk

membantu mengidentifikasi faktor risiko dan menemukan penyebab/pencetus :

a. Lakukan pemeriksaan neurologis untuk medeteksi defisit neurologis fokal, adakah

cerebro vascular disease atau transient ischemic attack; lakukan brain CT scan jika

ada indikasi

b. Darah perifer lengkap

c. Elektrolit (terutama natrium dan kalium), ureum, kreatinin, dan glukosa darah

Page 17: MAKALAH GERONTIK

d. Analisis agas darah

e. Urin lengkap dan kultur resistensi urin

f. Hemostase darah dan agregasi trombisit

g. Foto toraks, vertebra dan pergelangan kaki (sesuai indikasi)

h. EKG

i. Identifikasi faktor domisili (lingkungan tempat tinggal) (Stockslager, 2007).

10. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan mengatasi

komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik, mengembalikan

kepercayaan diri penderita. Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau

mengeliminasi faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.

Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena

perbedaan factor – factor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab

merupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, sederhana, dan langsung

bisa menghilangkan penyebab jatuh serta efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena

kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat

rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia. Pada kasus lain

intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan

bepergian/aktifitas fisik, penggunaan alat bantu gerak. Pada penderita dengan kelemahan

otot ekstremitas bawah dan penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan

kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sedangkan terapi

untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan seperti stroke, fraktur kolum

femoris, arthitis, parkinson difokuskan untuk mengatasi / mengeliminasi

penyebabnya/faktor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait

Page 18: MAKALAH GERONTIK

training, latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan. Penderita dengan dissines

sindrom, terapi ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan

obat yang menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti depresan.

Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah/ tempat

kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh.

Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh

adalah identifikasi faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik, mengkaji dan mengobati trauma

fisik akibat jatuh; mengobati bebagai kondisi yang mendasari instibilitas  dan jatuh;

memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot,

alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai; mengubah lingkungan agar lebih aman seperti

pencahayaan yang cukup; peganga; lantai yang tidak licin, dan sebagainya.

Latihan desensitisasi faal keseimbangan, latihan fisik (penguatan otot, fleksibilitas

sendi, dan keseimbangan), latihan Tai Chi, adaptasi perilaku (bangun dari duduk

perlahan menggunakan pegangan atau perabot untuk mencegah morbiditas akibat

instabilitas dan jatuh berikutnya (Stockslager, 2007).

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi : pengkajian resiko (Risk assessment

tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). Pengkajian

Resiko meliputi:

a. Jatuh

1) Usia klien lebih dari 65 tahun

2) Riwayat jatuh di rumah atau RS

Page 19: MAKALAH GERONTIK

3) Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

4) Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas

5) Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)

6) Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)

7) Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics,

diuretics, or laxatives)

b. Riwayat kecelakaan. Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami

kecelakaan berulang, oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk

memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang kembali

c. Keracunan. Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap

keracunan. Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko

bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.

d. Kebakaran. Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang

sejauh mana klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan

klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.

e. Pengkajian Bahaya. Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga,

kamar mandi, dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik,

dll apakah dalam keadaan aman atau dapat mengakibatkan kecelakaan.

f. Keamanan (spesifik pada lansia di rumah). Gangguan keamanan berupa jatuh di

rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi, banyak diantara lansia

tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang menyebabkan

jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu

diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur.

Selain diatas kaji juga sebagai berikut ini :

Page 20: MAKALAH GERONTIK

a. Kaji adanya kerusakan jaringan, misalnya robeknya arteri atau vena, atau

tertariknya jaringan otot.

b. Kaji adanya fraktur atau patah tulang.

c. Kaji adanya hematom subdural.

d. Kaji apakah terjadi disabiliti.

e. Tanyakan pada keluarga riwayat jatuh.

f. Penggunaan alat bantu (misalnya: tongkat, walker)

g. Kaji apakah ada gangguan penglihatan dan pendengaran.

h. Kaji adanya penyakit kekuatan ektremitas bawah.

i. Kaji penurunan status mental.

j. Tanyakan pada keluarga apakah menggunakan medikasi tertentu.

k. Tanyakan pada keluarga kondisi lingkungan.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko tinggi cedera/jatuh yang berhubungan dengan perubahan mobilisasi,

penataan lingkungan fisik di rumah, penurunan sensori.

Tujuan : Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera

(jatuh) tidak terjadi, Bahaya yang dapat dimodifikasi dalam lingkungan rumah

akan berkurang.

Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi

lingkungan dan pendidikan kesehatan diharapkan klien mampu :

1) Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan

cidera

2) Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu

3) Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera

Page 21: MAKALAH GERONTIK

Intervensi :

1) Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.

2) Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko

3) Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat

tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh

4) Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah

5) Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan

yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya

ditempat yang aman)

6) Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan

penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.

b. Potensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh.

Tujuan : terjadi peningkatan keamanan pada lansia dan cedera fisik terhindarkan

KH : cedera fisik berkurang, cidera fisik dapat dicegah

Intervensi :

1) Biarkan lansia menggunakan alat Bantu untuk meningkatkan keselamatan

2) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi

3) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur

4) Bila mengalami masalah fisik, misalnya rematik, latih klien untuk menggunakan

alat Bantu untuk berjalan

5) Bantu ke kamar mandi terutama untuk lansia yang menggunakan obat penenang

/diuretic

6) Menggunakan kacamata bila berjalan atau melakukan sesuatu

7) Usahakan ada yang menemani, jika berpergian

c. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan sendi.

Page 22: MAKALAH GERONTIK

Tujuan : mobilisasi fisik terpenuhi

KH : lansia dapat berakrivitas secara mandiri, kekuatan sendi stabil

Intervensi :

1) Orientasikan klien pada tempat yang ditinggalinya saat ini

2) Kaji klien keterbatasan gerak lansia

3) Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan

4) Berikan alas kaki yang tidak licin

5) Berikan pencahayaan yang adekuat

6) Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran

dan gangguan mobilitas

7) Anjurkan lansia memakai alat bantu dan sesuaikan ukurannya

8) Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin (Kozier, 2004:679)

Page 23: MAKALAH GERONTIK

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS

Tn.S 65 tahun tinggal berdua dengan seorang istrinya di rumahnya. Klien memiliki

riwayat glaukoma sejak 2 tahun yang lalu, sehingga klien harus menggunakan obat tetes

mata 2x sehari. Klien mengatakan sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan

penglihatan sebelah dan tidak bisa melihat dalam gelap. Dalam berjalan klien dibantu

alat gerak tongkat dan tampak berjalan pelan-pelan. Sehari-hari klien mencari nafkah

dengan berjualan balon gas. 2 minggu yang lalu klien jatuh karena terpeleset di kamar

mandi sehingga menyebabkan pergelangan kaki kanannya terkilir dan bengkak

kemerahan. Klien mengatakan tidak membawanya ke rumah sakit atau pelayanan

kesehatan terdekat karena takut kalau kenapa-napa dan minimnya biaya sehingga hanya

diberi obat gosok. Sampai sekarang kakinya masih bengkak dan kemerahan, nyeri dan

digerakkan sakit.

B. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 25 September 2013

2. Identitas Klien :

Nama : Tn. S

Umur : 65 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Mojosongo, Surakarta

Pekerjaan : Tukang balon

Dx.Medis : Terkilir (Sprain)

Penanggung jawab : Ny. S

Hubungan dengan klien : Istri

3. Riwayat Keperawatan

• Riwayat Keluarga

Klien adalah seorang suami dari Ny.Y, dan mempunyai 2 orang anak yang

sekarang sudah menikah dan tinggal jauh di luar kota. Selama 2 tahun ini kedua

anaknya belum datang ke tempat Tn.X karena masih sibuk bekerja. Tn.X

Page 24: MAKALAH GERONTIK

mengatakan sangat kangen dengan cucunya dan ingin dapat berjalan normal lagi

sehingga bisa ke tempat cucunya.

• Riwayat Pekerjaan

Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan didapat dari hasil

jualan balon di sekolah-sekolah dan keliling desa-desa. Selama 10 tahun klien

pernah bekerja di pabrik sebagai buruh namun kemudian di PHK, klien juga pernah

bekerja sebagai buruh di sawah dan perkebunan teh, tukang tambal perabot RT.

• Riwayat Lingkungan Hidup (Tipe tempat tinggal)                

Jenis lantai rumah : marmer

Kondisi lantai : Kering

Penerangan : Cukup

Tempat tidur : Aman

Alat dapur : bersih tertata pada rak-rak bambu

Kamar mandi : bersih, sempit, agak licin

Kebersihan lingkungan : bersih

Jarak jamban dan sumur gali : 10 meter

Jumlah orang yang tinggal dalam rumah : 2 orang

• Riwayat Rekreasi

Kebiasaan : Bertanam sayur

Keanggotaan Organisasi : Posyandu lansia

Terakhir kali pada tahun 2011, anak tertua mengunjunginya.

• Sistem Pendukung

Puskesmas : mojosongo

Jarak dari rumah : 1 km

Rumah Sakit : RSUD Dr. Oen Jarak 3 km

• DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat

Yang Lainnya : Mengaji setiap shalat magrib berakhir

• STATUS KESEHATAN

Keluhan utama : klien mengatakannya kakinya terasa nyeri.

Provocative/Paliative : terkilir dan jatuh

Quality/Quantity : panas, ngilu

Region  : di daerah pergelangan kaki kanan

Severity Scale : 6 (dari skala 0-10)

Page 25: MAKALAH GERONTIK

Timing : 5-10 menit kambuh

Status Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan pergelangan kaki kanannya terasa nyeri, kaku digerakkan,

bengkak dan kemerahan. Klien mengatakan hanya diberi obat gosok dan diurut

serta tidak diobatkan ke dokter atau puskesmas.

Status kesehatan dahulu

Klien mengatakan 2 tahun yang lalu mengalami sakit glaukoma menurut dokter

yang memeriksanya di puskesmas dan klien dberi obat tetes serta harus

menggunakan obat tetes mata 2x sehari. Klien mengatakan saat itu sulit

memfokuskan penglihatan, kehilangan penglihatan sebelah dan tidak bisa

melihat dalam gelap. Dalam berjalan klien dibantu alat gerak tongkat dan

tampak berjalan pelan-pelan. Sehari-hari klien mencari nafkah dengan berjualan

balon gas. 2 minggu yang lalu klien jatuh karena terpeleset di kamar mandi

sehingga menyebabkan pergelangan kaki kanannya terkilir dan bengkak

kemerahan. Dan tidak diperiksakan ke mantri atau puskesmas terdekat karena

alasan biaya.

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan

Klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien tergolong

orang yang tidak peduli terhadap kesehatannya, karena jika sakit klien takut

untuk berobat. Dan sampai sekarang klien tidak mengetahui dengan pasti sakit

dimatanya tersebut yang ia tahu hanya penglihatannya berkurang.

Obat-obatan

Obat yang dipakai sehari-hari hanya obat tetes mata jika habis ia ke puskesmas

untuk kontrol.

Alergi

Klien mengatakan tidak alergi terhadap obat maupun obat tertentu.

• Aktivitas Hidup Sehari-Hari (ADL)

Oksigenisasi : Baik, tanpa alat bantu

Cairan & Elektrolit : Klien minum ±4-6 gelas/hari, klien suka minum teh

Nutrisi                      : Baik, menu nasi sayur lauk

Eliminasi                : BAB kadang lancar kadang tidak, BAK dalam sehari 3-5 kali

Aktivitas                  : Terbatas, sejak jatuh kakinya untuk berdiri lama sakit

Istirahat & Tidur      :  Tidur siang kadang, tidur malam dari pukul 21.00-04.00

Personal Hygiene        : Dapat dilakukan secara mandiri

Page 26: MAKALAH GERONTIK

Seksual                        : Sudah tidak memiliki keinginan

Rekreasi                      : Klien tidak pernah rekreasi kecuali berkebun dan nonton tv

• Psikologi, Kognitif dan Perseptual

Konsep Diri : Baik, positif, klien menyadari dirinya sudah lansia

Emosi : stabil

Adaptasi : Baik, klien mudah membaur dengan masyarakat sekitarnya

Mekanisme pertahanan diri : Baik

Tingkat kesadaran : Composmentis

Demensia : Tidak

Orientasi : Normal

Bicara : Normal

Bahasa yang digunakan : jawa

Kemampuan membaca : Bisa

Vertigo : Tidak

Keadaan umum          :    Baik

Tanda-tanda vital        :    TD : 130/70 mmHg                  N : 70 x/m

                                          RR : 20x/m                               T : 36,3oC

                                          TB : 160 cm                             BB : 60 Kg

C. Pengkajian Per Sistem

• Pernafasan (B1: Breathing) :

Bentuk Dada : Simetris

Sekresi Dan Batuk : Tidak Ada

Pola Nafas : RR : 20 X/M Dan Teratur

Bunyi Nafas : Vesikuler Di Semua Lapang Paru

• Cardiovascular (B2: Bleeding)

Nadi : 70 X/M Dan Reguler     

Bunyi Jantung : Normal

Letak Jantung : IC Teraba Pada ICS Ke 5 1 Jari Medial Dari Garis

Midclavicula

Pembesaran Jantung : Tidak

Nyeri Dada : Tidak

Edema : Tidak

Clubbing Finger : Tidak

• Persarafan (B3: Brain)

Page 27: MAKALAH GERONTIK

Tingkat Kesadaran : Composmentis GCS 14

Refleks : Normal

Koordinasi Gerak : Ya

• Penginderaan (Persepsi Sensori)

1) Mata (Penglihatan)

A.       Bentuk                                    :    Normal, Simetris

B.      Visus Dan Lapang Pandang      :  Normal

C.       Pupil                                        :    Isokor

D.      Gerak Bola Mata                      :    Normal

E.       Medan Penglihatan                 :    Menyempit

F.       Buta Warna                              :    Tidak

2) Hidung (Penciuman)

A.       Bentuk                                    :    Normal, Simetris

B.      Gangguan Penciuman             :    Tidak

3) Telinga (Pendengaran)

A.       Aurikel                                    :    Normal

B.      Membran Tympani                   :    Keruh

C.       Otorrhae                                  :    Tidak

D.      Gangguan Pendengaran          :    Ya

E.       Tinitus                                     :    Ya

4) Peraba                                      :    Normal, Kering, Capillary Refiill > 2 Detik

5) Perasa                                      :    Normal

• Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)

Masalah Kandung Kemih                     :    Sering

Produksi Urine                                     :    250 Ml/Hari

Frekuensi                                             :    4-6 X/Hari

Warna                                                  :    Kuning Jernih

Bau                                                      :    Amoniak

• Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)

1) Mulut Dan Tenggorokan

a. Mulut                                      :    Selaput Lendir Mulut Lembab

b. Lidah                                       :    Hiperemik

c. Kebersihan Rongga Mulut      :    Tidak Berbau

d. Tenggorokan                           :    Sakit Menelan

Page 28: MAKALAH GERONTIK

e. Abdomen                                :    Kenyal

f. Pembesaran Hepar                  :    Tidak

2) Masalah Usus Besar Dan Rectum/Anus : BAB1 X/Hari, Lembek, Kuning,

Darah (-)

• Otot, Tulang, Dan Integumen (B6: Bone)

1) Otot Dan Tulang

a. Kemampuan Pergerakan Sendi Lengan Dan Tungkai (ROM) : Terbatas Eks.

Bawah

b. Kemampuan Kekuatan Otot : Terbatas, Ada Sprain Kaki Kanan

2) Integumen

a. Warna Kulit                                   :    Hiperpigmentasi

b. Akral                                             :    Hangat

c. Turgor                                           :    Tidak Elastik

d. Tulang Belakang                            :    Agak Kiposis

• Pengetahuan

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah lansia

dan akan rentan terhadap sakit. 

C. ANALISA DATA

No Symtoms Problem Etiologi

1 DS : klien mengatakan 2 minggu yang

lalu jatuh terpeleset di kamar mandi dan

pergelangan kaki kanannya terkilir serta

terasa nyeri.

DO : pergelangan kaki kanan kien tampak

bengkak, kemerahan, menahan sakit saat

bergerak.

Resti jatuh ulang penurunan sensori :

penglihatan

2 DS : klien mengatakan nyeri pada kakinya

sejak 2 minggu yang lalu.

Provocative/Paliative : terkilir dan jatuh

Quality/Quantity : panas

Region : daerah pergelangan kaki kanan

Severity Scale : 6

Nyeri agen injury fisik :

spasme otot dan

sendi

Page 29: MAKALAH GERONTIK

Timing : 5-10 menit kambuh

DO : kaki klien tampak bengkak,

kemerahan, menahan nyeri saat begerak.

3 DS : klien mengatakan aktivitasnya

tertunda dan terganggu karena setiap

bergerak kakinya terasa sakit, namun

klien berusaha mandiri dalam melakukan

aktivitasnya. Selama 2 minggu ini klien

hanya berjualan di sekitar rumahnya

dengan berjalan pelan-pelan.

DO : -

Gangguan mobilisasi

fisik

penurunan kekuatan

sendi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi jatuh ulang berhubungan dengan penurunan sensori (penglihatan).

2. Nyeri berhubungan dengan spasme/tertariknya sendi dan otot.

3. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan sendi dan otot.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No.Dx Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan gerontik dalam waktu 1

minggu diharapkan resiko jatuh

berulang tidak terjadi dengan kriteria

hasil : klien mampu mengidentifikasi

bahaya lingkungannya, tindakan

untuk mencegah bahaya seperti

berjalan hati-hati, memakai alat

bantu jalan dan penglihatan,

penerangan yang cukup.

a. Observasi faktor-faktor penyebab jatuh

klien.

b. Latih untuk menggunakan alat bantu

secara benar dan sesuai kegunaan alatnya.

c. Penkes tentang resiko jatuh ulang

berkaitan faktor-faktor resiko jatuh,

penyebab jatuh, modifikasi rungan untuk

mencegah jatuh, komplikasi jatuh, cara

menanggani dan mencegah cidera/jatuh

seperti (menggunakan pencahayaan yang

baik, memasang penghalang tempat tidur,

menempatkan benda berbahaya ditempat

yang aman).

d. Kolaborasi dengan dokter untuk

Page 30: MAKALAH GERONTIK

penatalaksanaan glaukoma dan gangguan

penglihatannya, serta kader kesehatan

desa untuk pemantauan secara berkala

keadaan klien.

2 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan gerontik dalam waktu 1

minggu diharapkan nyeri berkurang

dan hilang dengan kriteria hasil :

klien menyatakan nyeri berkurang,

klien tampak rileks, mampu

berpartisipasi aktif dalam aktivitas,

TTV dbn (tidak ada peningkatan

nadi, TD dan RR).

a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan skala

nyeri.

b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit

dengan tirah baring.

c. Berikan lingkungan yang tenang dan

berikan dorongan untuk melakukan

aktivitas secara mandiri.

d. Latihan klien melakukan rentang gerak

pasif/aktif.

e. ajarkan tehnik manajemen stress seperti

relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi

visualisasi, sentuhan.

f. Observasi tanda-tanda vital.

g. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

3 Setelah dilakukan tindakan

keperawatan gerontik dalam waktu 1

minggu diharapkan ggu. mobilisasi

fisik berkurang dengan kriteria

hasil : terdapat peningkatkan

mobilitas fisik, klien mampu

mempertahankan posisi

fungsionalnya dan terdapat

peningkatan kekuatan/fungsi yang

sakit serta mampu melakukan

aktivitasnya secara mandiri.

a. Anjurkan klien mempertahankan tirah

baringnya sampai kondisi kaki mungkin.

b. Tinggikan ekstermitas yang sakit

c. Bantu dalam latihan rentang gerak pada

ekstrimitas yang sakit dan tidak sakit.

d. Berikan dorongan pada pasien untuk

melakukan ADL dalam lingkup

keterbatasan dan beri bantuan sesuai

kebutuhan.

1. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal/jam No.Dx Implementasi Evaluasi

1 a. Mengobservasi faktor DO : dari hasil observasi didapat

Page 31: MAKALAH GERONTIK

3

2

1

2

3

2

3

3

penyebab jatuh klien.

b. Mengobservasi tanda-tanda

vital.

c. Mengobservasi ulang lokasi,

intensitas dan skala nyeri.

d. Memberi penkes tentang

resiko jatuh ulang berkaitan

faktor-faktor resiko jatuh,

penyebab jatuh, modifikasi

rungan untuk mencegah

jatuh.

e. Mengajari tehnik

manajemen stress latihan

nafas dalam.

f. Menganjurkan klien

mempertahankan tirah

baringnya sampai kondisi

kaki memungkinkan.

g. Memberikan analgetik

untuk mengurangi nyeri.

h. Melatih klien dalam

melakukn latihan rentang

gerak aktif dan pasif pada

ekstermitas yang sakit dan

tidak sakit.

i. Memberikan dorongan pada

pasien untuk melakukan adl

dalam lingkup keterbatasan

dan beri bantuan sesuai

kebutuhan.

ada bebrapa faktor yang menyebabkan klien jatuh dan beresiko jatuh lagi diantaranya lantai kamar mandi yang licin, penurunan fungsi penglihatan, penerangan yang kurang/cukup.DO : TD = 130/90 mmHg, RR = 24 x/menit, N = 88 x/menit, S = 37 0 C. DO : nyeri terjadi pada pergelangan kaki kanan, skala 4.DS : klien menyadari dirinya

sudah lansia dan rentan terhadap

sakit sehingga akan berusaha hati-

hati dalam mencegah agar tidak

jatuh.

DS : klien mengatakan nyeri

sedikit berkurang obat dan latihan

relaksasi.

DO : Klien tampak mampu

melakukan latihan rentang gerak

dan ROM aktif 180 0 derajat

kecuali pada bagian pergelangan

kakinya terutam untuk fleksi

ekstensi masih kaku dan klien

mengatakan sakit.

DS : klien mengatakan akan selalu

berusaha melakukan aktivitasnya

secara mandiri dan tidak ingin

merepotkan orang lain agar bisa

bekerja lagi.

Page 32: MAKALAH GERONTIK

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan merupakan kebutuhan dasar bagi lansia.

Di sini perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dapat berperan secara langsung

maupun tidak langsung yaitu sebagai Pemberi Perawatan Langsung (care giver),

Pendidik, Pengawas Kesehatan, Konsultan, dan Kolaborasi. Keselamatan adalah suatu

keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan,

sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram. Masalah yang tersering dialami

pada lansia terkait keselamatan dan keamanan ini umumnya resiko jatuh/cidera. Dimana

jatuh merupakan salah satu geriatric giant yang terjadi pada usia lanjut, penyebab

tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri (gangguan gait, sensorik, kognitif,

sistem syaraf pusat) didukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya (alat

rumah tangga yang tua / tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata). Jatuh sering

mengakibatkan komplikasi dari memar dan keseleo sampai dengan patah tulang bahkan

kematian. Oleh karena itu, hal ini harus dicegah agar jatuh tidak terjadi berulang-ulang

pada lansia dengan cara identifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan gaya

berjalan serta mengatur / mengatasi faktor situasional. Pada prinsipnya mencegah

terjadinya jatuh pada usia lanjut sangat penting dan lebih utama daripada mengobati

akibatnya.

B. SARAN

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling

besar untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan

membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam

pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan. Sehingga sebagai perawat kita bisa

melakukan penkes terkait resiko jatuh kepada para lansia, senam lansia, posyandu lansia

dan pemeriksaan rutin lansia setiap bulannya.

Page 33: MAKALAH GERONTIK

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

http://cinehel.wordpress.com/2012/05/26/asuhan-keperawaan-pada-lansia-dengan-resiko-

jatuh/, diakses 18 September 2013.

http://nsyadi.blogspot.com/2012/01/askep-pencegahan-jatuh-pada-lansia.html, diakses

18 September 2013.

Kozier & Erb. 2004. Pain Management.

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahjudi.1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Jakarta : EGC

Page 34: MAKALAH GERONTIK

SKEMA PATHWAY KEJADIAN JATUH

Page 35: MAKALAH GERONTIK