30
BAB I Pendahuluan Latar Belakang Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, khususnya data pola penyebab kematian umum di Indonesia, disebutkan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah dianggap sebagai penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia. Gangguan jantung dan pembuluh darah sering bermula dari hipertensi atau tekanan darah tinggi. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri memberi andil terhadap perubahan pola perubahan sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama yang terlihat di kota-kota besar dimana terdapat stressor yang tinggi, perubahan pola makan ke arah konsumsi tinggi lemak, kebiasaan merokok dan yang lainnya yang berakibat pada perubahan pola penyakit pada masyarakat dan semakin meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu dari PTM itu adalah hipertensi (Bustan, 2000). Penyakit tidak menular disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degeneratif atau ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada lanjut usia, dan karena proses yang lama yang menyebabkan PTM berkaitan dengan proses

Makalah Gerontik Kel 1 Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah gerontik kel 1 fix

Citation preview

Page 1: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,

khususnya data pola penyebab kematian umum di Indonesia, disebutkan bahwa

penyakit jantung dan pembuluh darah dianggap sebagai penyakit pembunuh

nomor satu di Indonesia. Gangguan jantung dan pembuluh darah sering bermula

dari hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri memberi

andil terhadap perubahan pola perubahan sosial ekonomi dan perubahan gaya

hidup terutama yang terlihat di kota-kota besar dimana terdapat stressor yang

tinggi, perubahan pola makan ke arah konsumsi tinggi lemak, kebiasaan merokok

dan yang lainnya yang berakibat pada perubahan pola penyakit pada masyarakat

dan semakin meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu dari PTM

itu adalah hipertensi (Bustan, 2000).

Penyakit tidak menular disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena

kejadiannya bersangkutan dengan proses degeneratif atau ketuaan sehingga PTM

banyak ditemukan pada lanjut usia, dan karena proses yang lama yang

menyebabkan PTM berkaitan dengan proses degeneratif yang berlangsung sesuai

waktu atau umur (Bustan, 2000).

Pada tahun 1971 lalu penduduk Indonesia yang dikategorikan lansia masih

sekitar 4,5%, atau 5,3 juta orang, sementara penduduk kategori usia di bawah lima

tahun (balita) sebesar 16,1%. Namun pada tahun 2000 jumlah lansia Indonesia

sudah mencapai tiga kali lipat yakni menjadi 14,4 juta orang. Pada tahun 2005

kondisi komposisi penduduk Indonesia telah berubah yang menjadikan penduduk

lansia mencapai 7% dan balita 8,2%.

Proses ketuaan akan berkaitan dengan proses degeneratif tubuh dengan

segala penyakit yang terkait. Mulai dari gangguan mobilitas alat gerak sampai

gangguan jantung. Pada kelainan jantung ini mengalami perubahan yang sangat

alamiah seperti arteri yang kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapat menyebabkan

peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah (Waton, 2003).

Page 2: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

Penyebab kematian karena penyakit jantung, pembuluh darah dan

tuberkulosa pada saat ini menduduki urutan pertama pada kelompok lanjut usia,

yang dua diantaranya adalah PTM, salah satu dari penyakit jantung dan pembuluh

darah tersebut adalah hipertensi (Nugroho, 2000).

Di Negara yang telah maju hipertensi merupakan masalah kesehatan yang

memerlukan penanggulangan dengan baik, diperkirakan tahun 2005 saja sebanyak

26% orang dewasa menderita hipertensi, peningkatan ini  terutama terjadi

dinegara-negara berkembang, dan sekitar 80% kenaikan kasus hiprtensi terjadi

(Airiza, 2007).

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan hipertensi seperti usia, jenis

kelamin, stress, riwayat keluarga, obesitas, merokok, konsumsi alkohol

berlebihan, diet garam berlebihan dan kurang aktivitas fisik. Fakta menunjukkan

bahwa lanjut usia sangat rentan terhadap serangan berbagai penyakit satu negara.

Penyakit hipertensi termasuk dalam lima besar penyakit pada lansia (26,5%),

tepatnya urutan keempat setelah penyakit jantung (36,7%), penyakit metabolisme

(33,3%), penyakit tulang dan persendian (31,2%), 40% lanjut usia menderita

penyakit hipertensi dari 50% kematian sesudah usia 65 tahun disebabkan oleh

hipertensi (Depkes 2007).

Tujuan

a. Tujuan umum :

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan hipertensi

pada lansia.

b. Tujuan khusus :

- Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian hipertensi pada

lansia

- Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala hipertensi khususnya pada

lansia

- Mahasiswa dapat memahami faktor pencetus dan etiologi dari hipertensi

lansia

- Mahasiswa dapat memahami perjalanan penyakit terjadinya hipertensi

pada lansia

- Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan hipertensi pada lansia

Page 3: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

BAB II

Tinjauan Teori

1. Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg (Wilson, 2005). Hipertensi

adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90

mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer, dkk, 1999).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada

populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg

dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, 2001).

Hipertensi di defenisikan oleh Joint Nasional Committee on Detection,

Evaluation, and Treatment of higt Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah

yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan di klasifikasikan sesuai derajad

keparahanya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal, sedang, dan tinggi

(Dongoes, 2000).

Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu

1) Hipertensi primer (esensial)

Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan

oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal,

Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90%

dari kasus hipertensi

2) Hipertensi sekunder

Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain

hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini

menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi.

Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu

3) Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)

Peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

Page 4: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

4) Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)

Peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.

5) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)

Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.

Kategori hipertensi

WHO membagi hipertensi sebagai berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal

Borderline

Hipertensi definitif

Hipertensi ringan

140

140-159

160

160-179

90

90-94

95

95-140

JNC/ DETH membuat klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2.2

Klasifikasi Tekanan Darah Usia >18 Tahun

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal

Normal tinggi

Hipertensi:

Stadium 1

Stadium 2

Stadium 3

Stadium 4

<130

130-139

140-159

160-179

180-209

>210

<85

85-89

90-99

100-109

110-119

>120

Page 5: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

2. Etiologi

Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan

denyut jantung, valume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka

peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat

menyebabkan hipertensi.

Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan

abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut

jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.

Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh

penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi.

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi

apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat

gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang

berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran

darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.

Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik

akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.

Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.

Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan

rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan

dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan

penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa

secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,

untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini

disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan

peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama,

maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan

hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga

ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi

kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang

melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan

kontraktilitas dan volume sekuncup.

Page 6: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

3. Faktor Pencetus

Dibawah ini adalah faktor pencetus terjadinya hipertensi lansia:

a. Obesitas / kegemukan

b. Kebiasaan merokok

c. Minuman beralkohol

d. Penyakit kencing manis dan jantung

e. Wanita yang tidak menstruasi

f. Stress

g. Kurang olah raga

h. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak dan tinggi kolesterol

4. Patofisiologi

Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.

TDS meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD

meningkat sampai umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau

sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya

pengakuan pembuluh darah dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini

mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur. Seperti diketahui,

tekanan nadi merupakan predictok terbaik dari adanya perubahan struktural

didalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya

jelas.

Efek utama dari ketuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi

perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan

pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai

umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh

darah besar dan mengakibatkan pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas

pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas

baroreseptor juga berubah dengan umur.

Perubahan mekanisme reflex baroreseptor mungkin dapat menerangkan

adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus.

Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural,

yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik.

Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik, dan vasokonstriksi

Page 7: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

adrenergik-a akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya

mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.

Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga

berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin

plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak

mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia.2,4,9

Perubahanperubahan di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung

(cardiac output), penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard,

hipertrofi ventrikcl kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan

fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus.

5. Tanda dan Gejala

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan

darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti

perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada

kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala

sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler,

dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh

pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan

azotemia peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin. Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien

yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau

gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, 2002).

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul

setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,

akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat

Page 8: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,

muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk

terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laborat.

1. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume

cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :

hipokoagulabilitas, anemia.

2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

3. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)

dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal

danada DM.

CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu

ginjal,perbaikan ginjal.

Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area

katup,pembesaran jantung.

\

Page 9: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

7. Pathway

Page 10: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

8. Pengkajian

Pengkajian Umum adalah :

a. Identitas Klien

Nama, umur, alamat, pendidikan, jenis kelamin, suku bangsa, agama,

status perkawinan, tanggal masuk panti/RS, tanggal pengkajian, orang

yang paling dekat untuk dihubungi

b. Status Kesehatan saat ini

Keluhan-keluhan kesehatan utama (sekarang) dikembangkan secara

PQRST

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Status kesehatan umum selama 1 tahun yang lalu, status kesehatan umum

selama 5 tahun yang lalu, pengetahuan dan pemahaman keluarga atau

klien tentang perawatan kesehatan

d. Riwayat Kesehatan keluarga

Gambaran genogram dari klien dan keluarga, terutama untuk penyakit

DM, hipertensi, penyakit ginjal, atritis, anemia, gangguan jantung, asma,

masalah kesehatan mental

Pengkajian khusus :

a. Aktivitas atau istirahat

Yang dikaji adalah gejala kelemahan, letih, nafas pendek, dan gaya hidup

monoton. Hal ini ditandai dengan frekuensi jantung yang meningkat,

perubahan irama jantung, dan takipnea.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup,penyakit

serebrovaskuler. Yang dikaji adanya peningkatan tekanan darah, denyut

nadi jelas, takikardi, bunyi murmur pada jantung, dan distensi vena

jugularis.

c. Ekstremitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian

kapiler yang lambat.

Page 11: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

d. Integritas Ego

Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor

stress multiple.

e. Eliminasi

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,riwayat penyakit

ginjal)

f. Makanan/ cairan

Makanan yang disukai adalah makanan yang tinggi garam, lemak dan

kolesterol, mual, muntah dan riwayat penggunaan diuretik. Selain itu yang

perlu dikaji juga adalah berat badan klien mengalami obesitas atau tidak,

edema, kongesti vena, peningkatan JVP, dan glikosuria.

g. Neurosensori

Keluhan pusing atau sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia dan

kelemahan pada satu sisi tubuh.

h. Nyeri dan ketidaknyamanan

Nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri

abdomen.

i. Pernafasan

Dispnea, takibnea,ortopnea, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat

merokok.

9. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang mungkin muncul adalah :

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

b. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

c. Resiko perubahan perfusi jaringan serebral, ginjal, jantung berhubungan

dengan tahanan pembuluh darah.

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi

inadekuat

Page 12: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

g. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya

hipertensi yang diderita klien.

10. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Diagnosa : Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan

afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

- Tujuan :

Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam.

- Kriteria hasil :

1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD

2. Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

3. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

- Intervensi :

1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik

yang tepat

2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

5. Catat edema umum

6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah

pengunjung.

7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat

tidur/kursi

8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher,

meninggikan kepala tempat tidur.

10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan

11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi

13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi seperti

klorotiazid, hidroklorotiazid, bumetanic,triamterene,dll

b. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Page 13: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

- Tujuan :

Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam

- Kriteria hasil :

1. Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala

2. Pasien tampak nyaman

3. TTV dalam batas normal

- Intervensi :

o Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit

penerangan

o Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

o Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

o Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin

o Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala

seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi

nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi

o Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan

sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang,

membungkuk

o Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas

(lorazepam, ativan, diazepam, valium )

c. Resiko perubahan perfusi jaringan serebral, ginjal, jantung berhubungan

dengan tahanan pembuluh darah.

- Tujuan :

Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

- Kriteria hasil :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti

ditunjukkan dengan:

TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit

kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

Page 14: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

Haluaran urin 30 ml/ menit

Tanda-tanda vital stabil

- Intervensi :

Pertahankan tirah baring

Tinggikan kepala tempat tidur

Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk

dengan pemantau tekanan

arteri jika tersedia

Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan

Amati adanya hipotensi mendadak

Ukur masukan dan pengeluaran

Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program

Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output

- Tujuan :

Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam

- Kriteria hasil :

Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari

Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas

- Intervensi :

Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika

dapat ditoleransi.

Berikan bantuan sesuai kebutuhan

Instruksikan pasien tentang penghematan energy

Kaji respon pasien terhadap aktifitas

Monitor adanya diaforesis, pusing

Observasi TTV tiap 4 jam

Page 15: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk

memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan

waktu istirahat sepanjang siang atau sore

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala

- Tujuan :

Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam

- Kriteria hasil :

Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari

Tampak dapat istirahat dengan cukup

TTV dalam batas normal

Intervensi :

Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman

Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur

Evaluasi tingkat stress

Monitor keluhan nyeri kepala

Lengkapi jadwal tidur secara teratur

Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat

Lakukan masase punggung

Putarkan musik yang lembut

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi

inadekuat

- Tujuan :

Nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1 x 24 jam

- Kriteria hasil :

Klien menunjukkan peningkatan berat badan ideal

Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat

badan ideal

- Intervensi :

Page 16: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

Bicarakan kepada klien pentingnya menurunkan lemak, garam dan

gula sesuai dengan indikasi.

Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.

Dorong klen untuk mempertahankan masukan makanan harian,

termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, bagaimana

lingkungan dan perasaan klien pada saat makanan dimakan.

Intruksikan dan bantu klien untuk memilih makanan yang tepat,

hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju,

telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning

telur, produk kalengan, jeroan)

g. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya

hipertensi yang diderita klien.

- Tujuan:

Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 Jam

- Kriteria hasil :

Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang

Ekspresi wajah rilek

TTV dalam batas normal

- Intervensi :

Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku

misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,

keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan

Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,

ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah.

Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan

kemungkinan strategi untuk mengatasinya.

Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan

partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup

Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal

Page 17: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

Observasi TTV tiap 4 jam

Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaanya

Berikan support mental pada klien

Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

11. Evaluasi

Kriteria evaluasi adalah :

Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?

Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandir?

Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal ?

12. Pencegahan

a. Pencegahan primer

Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.

Ketika hipertensi dikombinasikan dengan diabetes atau hiperlipidemia,

risiko meningkat secara dramatis. Pencegahan primer dari hipertensi terdiri

atas:

Mempertahankan berat badan ideal

Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan klien diet garam rendah

pada makanannya atau mengurangi garam pada makanan yang

diberikan kepada klien.

Anjurkan kepada keluarga untuk mengurangi atau menghindari klien

dari hal-hal yang dapat menimbulkan stress.

Anjurkan klien untuk melakukan latihan fisik seperti berolahraga lari,

jalan-jalan, berenang, bersepeda, berenang dll.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita

hipertensi berupa:

Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat

maupun dengan

tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara

normal dan stabil mungkin.

Page 18: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

Batasi aktivitas.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ini dilakukan dalam rangka rehabilitasi jantung

dengan merubah gaya hidup. Namun, upaya untuk memaksa perubahan

gaya hidup secara radikal dan multiple biasanya hanya akan menghasilkan

kegagalan. Oleh karena itu hal yang perlu dilakukan perawat adalah

menetapkan prioritas untuk perubahan dan tujuan jangka pendek dengan

memodifikasi perilaku tidak peduli sekecil apapun, harus didukung karena

hal terebut akan menggambarkan perkembangan kearah pencapaian

tujuan jangka panjang. Hal hal tersebut adalah:

Perawat perlu menerima hak klien untuk tidak mengubah kebiasaan

tertentu misalnya kebiasaan merokok atau makanan tinggi lemak.

Perawat memiliki tanggungjawab untuk menjelaskan dan

mengajarkan tujuan dengan suatu cara yang tepat dan mudah

dipahami, kemudian jika pemahaman telah tercapai maka hak

individual setiap orang untuk dapat menerima atau menolak hal-hal

yang diajarkan tersebut.

Perawat meminta klien untuk menggambarkan kegiatan

kesehariannya atau kegiatan tertentu dan pada hari tertentu.

Perawat juga haru mengkaji apakah kebutuhan klien untuk

kebutuhan bantuan AKS dan instrumental AKS. Apakah bantuan

tersedia dari keluarga, teman, atau kelompok masyarakat.

Page 19: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

DAFTAR PUSTAKA

Arizia.  (2007). Tekanan Darah Tinggi. dari http:// www.prodia.co.id. Diakses

tanggal 4 mei 2011

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Doengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC.

Kuswardhani,Tuty,R.A. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal

Penyakit dalam volume 78 nomor 2 mei 2006: Hal 135-140.

Mansjoer. (1999). Kapita Selekta Kedokteran edisi 3.Jilid 1.Jakarta: Media

Aeculapius.

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Stanley.Mickey, Beare.Gauntlet Patricia. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Edisi 2: Jakarta: EGC.

www.Depkes.gov.id

Page 20: Makalah Gerontik Kel 1 Fix

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASKEP HIPERTENSI PADA LANSIA

Disusun oleh :

Dwi Ichsan Supardi G1D008071

Dessy Aprilia Ineko G1D008073

Ahwal Yanuar E. G1D008075

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2011