Upload
ahmad-afiyyuddin
View
489
Download
28
Embed Size (px)
DESCRIPTION
berbagai macam masalah pada gigi dan mulut serta penanganannya
Citation preview
5/27/2018 makalah gigi mulut
1/45
I. KELAINAN GENETIK DAN KONGENITAL
A.
ANODONTIA1. Definisi
Anodontia adalah suatu keadaan di mana semua benih gigi tidak terbentuk
sama sekali. Anodontia dapat terjadi hanya pada periode gigi tetap/permanen,
walaupun semua gigi sulung terbentuk dalam jumlah yang lengkap. Sedangkan
bila yang tidak terbentuk hanya beberapa gigi saja, keadaan tersebut disebut
hypodontia atau oligodontia (Adulgopar, 2009).
Gambar 1. Anodontia gambar 2. Hypodontia Gambar 3. oligodontia
2. EtiologiPenyebab anodontia, baik complete maupun partial anodontia, secara garis
besar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor lingkungan dan genetik. Kegagalan
proliferasi sel basal gigi dari lamina dental dapat disebabkan oleh infeksi (misal:
5/27/2018 makalah gigi mulut
2/45
rubella, osteomielitis), trauma, obat-obatan (misal: thalidomide), kemoterapi atau
radioterapi. Mutasi beberapa gen, seperti Msx1 atau Pax9 diketahui menyebabkan
tidak tumbuhnya gigi permanen. Anodontia sering terlihat sebagai bagian gejala dari
sebuah sindroma, terutama yang melibatkan anomali ektodermal (seperti sindroma
ectodermal dysplasia). Agenesis gigi kemungkinan disebabkan oleh defek beberapa
gen, yang secara sendiri-sendiri atau bersamaan menyebabkan munculnya gejala .
3. Klasifikasia. Anodontia adalah kelainan kongenital dimana semua gigi tidak tumbuh
disebabkan tidak terdapatnya folikel gigi. Anodontia dibagi menjadi:
i. Anodontia total adalah keadaan dimana pada rahang tidak ada gigisusu maupun gigi tetap.
ii.Anodontia parsial adalah keadaan dimana pada rahang terdapat satuatau lebih gigi yang tidak tumbuh dan lebih sering terjadi pada gigi
permanen daripada gigi susu.
b. Hipodontia adalah keadaan dimana benih gigi yang tidak terbentukberjumlah antara 1-6 gigi. Pada hipodontia, gigi-gigi yang paling sering
tidak terbentuk adalah gigi premolar dua rahang bawah, insisif dua rahang
atas, dan premolar dua rahang atas.
c. Oligodontia adalah keadaan dimana benih gigi yang tidak terbentukberjumlah lebih dari 6 gigi.
4. PemeriksaanDiagnosis anodontia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiografik
panoramik untuk memastikan semua benih gigi memang benar-benar tidak
terbentuk.
5. TerapiTatalaksana penderita anodontia adalah dengan pemasangan gigi prostetik.
5/27/2018 makalah gigi mulut
3/45
B. IMPACTED TEETH
1.DefinisiPengertian impacted teeth atau gigi impaksi telah banyak didefinisikan
oleh para ahli. Menurut Grace, gigi impaksi adalah gigi yang mempunyai waktu
erupsi yang terlambat dan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk erupsi secara klinis
dan radiografis. Menurut Londhe, gigi impaksi adalah keadaan dimana terhambatnya
erupsi gigi yang disebabkan karena terhambatnya jalan erupsi gigi atau posisi ektopik
dari gigi tersebut. Menurut Sid Kirchheimer, gigi impaksi adalah gigi yang tidak
dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang, jaringan lunak atau
kedua-duanya.
2. EtiologiTerkadang impaksi terjadi karena kelainan pada jalur erupsi gigi yang
disebabkan oleh letak benih gigi yang abnormal. Ankilosis dan perlekatan gigi
pada tulang merupakan salah satu penyebab impaksi. Penyebab ankilosis sendiri
5/27/2018 makalah gigi mulut
4/45
belum diketahui, tetapi berhubungan dengan inflamasi periapikal dan
penyembuhan tulang yang terjadi kemudian (Susanto, 2009).
3. KlasifikasiAda berbagai macam klasifikasi impaksi gigi. Menurut George Winter, gigi
impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar
kedua. Berikut adalah gambaran impaksi gigi menurut klasifikasi George Winter.
Vertical Impaction Soft Tissue Impaction Bony Vertical Impaction
Distal Impaction Mesial Impaction Horizontal Impaction
Klasifikasi impaksi gigi menurut George Winter
4. PemeriksaanPada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah adanya
pembengkakan, pembesaran limfenode (KGB), dan parastesi. Sedangkan pada
pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah keadaan gigi erupsi atau
tidak; karies, perikoronitis; adanya parastesi; warna mukosa bukal, labial dan
gingival; adanya abses gingival; posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi
tetangga; ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula).
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain dental foto (intra oral),
oblique, dan occlusal foto/ bite wing (Elih dan Salim, 2008).
5/27/2018 makalah gigi mulut
5/45
5. TerapiSecara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar tiga,
caninus, premolar, incisivus. Indikasi pencabutan gigi impaksi antara lain untuk
mencegah terjadinya patologi yang berasal dari folikel atau infeksi, mencegah
perluasan kerusakan oleh gigi impaksi, usia muda, adanya penyimpangan panjang
lengkung rahang dan membantu mempertahankan stabilisasi hasil perawatan
ortodonsi, dan untuk kepentingan prostetik dan restoratif. Kontraindikasi
pencabutan gigi impaksi pasien dengan usia sangat ekstrim, terlalu muda atau
lansia; compromised medical status; kerusakan yang luas dan berdekatan dengan
struktur yang lain; pasien tidak menghendaki giginya dicabut; apabila tulang yang
menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan padat; apabila kemampuan
pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh kondisi fisik atau
mental tertentu.
C. MALOCCLUSSION
1. DefinisiMalocclussion (maloklusi) adalah bentuk oklusi yang menyimpang dari
bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. Maloklusi juga berarti kelainan
ketika gigi-geligi atas dan bawah saling bertemu ketika menggigit atau mengunyah.
Maloklusi dapat berupa kondisi bad bite atau sebagai kontak gigitan menyilang
(crossbite), kontak gigitan yang dalam (overbite), gigi berjejal (crowdeed), adanya
ruang kosong antargigi (spacing) posisi gigi maju ke depan (protusi) (Susanto, 2009)
5/27/2018 makalah gigi mulut
6/45
Crossbite Overbite
Crowded Spacing Prostusi
2. EtiologiEtiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor
umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu
herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah padamasa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan
penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi ke
arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan metabolis,
penyakit-penyakit infeksi. (Susanto, 2009)
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya
gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali
ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi
desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi.
(Susanto, 2009)
3. PemeriksaanTanda yang dapat ditemukan pada pasien maloklusi yaitu: kelengkungan gigi
yang abnormal, tampilan wajah yang terlihat ganjil, kesulitan atau merasa tidak
nyaman ketika menggigit dan mengunyah makanan, susah berbicara/ pengucapan
yang ganjil, dan bernafas lewat mulut karena bibir yang sulit menutup.
5/27/2018 makalah gigi mulut
7/45
Biasanya kelainan oklusi ditemukan saat pemeriksaan rutin gigi. Dokter gigi
akan mengecek seberapa keadaan oklusi dari gigi atas dan bawah. Bila ditemukan
kelainan, akan dirujuk kepada ahli orthodonti untuk mendiagnosis dan
menatalaksana. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah radiografik gigi,
kepala, dan wajah .
4. TerapiUntuk mengatasi maloklusi biasanya melibatkan banyak faktor dan
membutuhkan perawatan khusus dengan menggunakan alat-alat ortodontik seperti
alat cekat atau braces.
D. MIKROGNATIA DAN MAKROGNATIA1. Definisi
Micrognatia adalah suatu kelainan pertumbuhan dari maksila dan atau
mandibula dengan ukuran lebih kecil dari normal. Biasanya ditemukan bersamaan
dengan microglossi (lidah kecil). Jika micronagtia, microglossi dan celah pada
pallatum molle terjadi bersamaan disebut Sindroma Pierre Robin. Kadang-kadang
dapat dijumpai pasien micronagtia pada praktik dokter gigi yang sering diduga
sebagai maloklusi II atau sebaliknya. Sementara macrognatia adalah suatu
kelainan di mana mandibula lebih besar dari pada normal (Morokuma, 2010).
Gambar 1. Micrognatia gambar 2. Macrognatia
2. Etiologi
5/27/2018 makalah gigi mulut
8/45
Penyebab micrognatia dapat terjadi secara kongenital dan didapat.
Micronagthia kongenital berhubungan dengan kelainan kromosom, obat
teratogenik dangenetic syndrome antara lainPierre Robin syndrome,Hallerman-
Streiff syndrome, trisomy 13, trisomy 18, progeria, Teacher-Collins syndrome,
Turner syndrome, Smith-Lemli-Opitz syndrome, Russel-Silver syndrome, Seckel
syndrome, Cri du cat syndrome, dan Marfan syndrome. Micrognathia didapat
disebabkan trauma atau infeksi yang menimbulkan gangguan pada sendi rahang,
dijumpai pada penderita ankilosis yang terjadi pada anak-anak. Etiologi
macrognati berhubungan dengan perkembangan protuberenti yang berlebih yang
dapat bersifat kongenital dan dapat pula bersifat dapat melalui penyakit. Beberapa
kondisi yang berhubungan dengan macrognatia adalah Gigantisme pituitary,
Pagets Disease, dan akromegali.
3. KlasifikasiMicronagthia dibagi menjadi 2, yaitu
a. Micronagthia sejati (true micrognathia), adalah keadaan di mana rahangcukup kecil yang terjadi akibat hipoplasia rahang.
b. Micronagthia palsu (apparent micrognathia), adalah keadaan jika terlihatsalah satu posisi rahang terletak lebih ke posterior atau hubungan abnormal
maksila dan mandibula.
4. DiagnosisBiasanya penderita micronagthia dan macronagthia mengalami masalah
estetika, oklusi, pernapasan, dan pemberian makan pada bayi.
5. TerapiTerapi yang direkomendasikan yakni operasi orthonagtic untuk memperluas
atau mengecilkan maksila dan mandibula.
E. LABIAL DAN PALATE CLEFT1. Definisi
Bibir sumbing (labial cleft) adalah kelainan berupa celah pada bibir atas
yang didapatkan seseorang sejak lahir. Bila celah berada pada bagian langit-langit
5/27/2018 makalah gigi mulut
9/45
rongga mulut (palate), maka kelainan ini disebut cleft palate. Pada cleft palate, celah
akan menghubungkan langit-langit rongga mulut dengan rongga hidung. Sekitar
98,8% dari facial cleft didominasi oleh labial cleft dengan atau tanpa palatecleft,
bilateral maupun unilateral. Sekitar 50-70% kasus labial dan palatal cleft berdiri
sendiri tanpa ada sindrom penyerta. (Naidich, 2003).
Labioschisis Palatoschisis Labiopalatoschisis
Labialdanpalatal cleftdibandingkan dengan kondisi normal.
2. EtiologiSecara garis besar, penyebab labial dan palatal cleft dibagi menjadi dua,
genetik dan lingkungan. Resiko seorang anak terkena labial danpalatal cleft sekitar
4% jika salah satu orang tua atau salah satu saudara juga menderita labial dan
palatal cleft. Namun resiko ini meningkat menjadi 17% apabila keduanya (salah satu
orang tua dan salah satu saudara) terkena. Peningkatan risiko tersebut
5/27/2018 makalah gigi mulut
10/45
mengindikasikan adanya faktor genetik sebagai salah satu komponen etiologi.
(CCA, 2009)
Faktor lingkungan di dalam kandungan juga berperan penting pada kejadian
labial dan palatal cleft. Defisiensi suplemen gizi maupun paparan zat teratogenik
dapat meningkatkan kejadian labial dan palatal cleft. Suplementasi gizi dengan
vitamin B6 dan asam folat selama trimester pertama kehamilan terbukti menurunkan
resiko terjadinya rekurensi pada wanita yang sebelumnya melahirkan anak dengan
labial dan palatal cleft.Teratogen yang dihubungkan dengan kejadian ini termasuk
kortison, antikonvulsan seperti fenitoin, salisilat, aminopterin, organik solvents,
alkohol, merokok, diabetes melitus maternal, rubela, dan usia dari orang tua.
Merokok selama kehamilan merupakan faktor resiko yang paling jelas pada kejadian
labial dan palatal cleft. Merokok dapat menyebabkan polimorfisme gen TGF-alfa
yang kemudian dapat meningkatkan resiko kejadian palatal cleft. Secara statistik,
ditemukan peningkatan signifikan dari laktat dehidrogenase dan kreatin fosfokinase
pada cairan amnion fetus dengan labial/palatal cleft. (CCA, 2009)
3. PemeriksaanTanda yang paling jelas adalah adanya celah pada bibir atas atau langit-langit
rongga mulut. Bayi dengan cleftlipdapat mengalami kesulitan saat menghisap ASI
karena sulitnya melakukan gerakan menghisap. Kesulitan ini dapat diatasi dengan
penggunaan botol khusus yang direkomendasikan oleh dokter gigi spesialis gigi
anak dan dokter spesialis anak, tentunya disesuaikan dengan tingkat keparahan kasus
cleft palate juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Besarnya cleft
bukan indikator seberapa serius gangguan dalam berbicara, bahkan cleftyang kecil
pun dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Anak dapat memperbaiki
kesulitannya dalam berbicara setelah menjalani terapi bicara, walaupun kadang
tindakan operasi tetap diperlukan untuk memperbaiki fungsi langit-langit rongga
mulut. (Naidich, 2003).
Anak dengan cleft kadang memiliki gangguan dalam pendengaran. Hal ini
disebabkan oleh kemungkinan adanya infeksi yang mengenai tuba Eustachia
(saluran yang menghubungkan telinga dengan rongga mulut). Semua telinga anak
normal memproduksi cairan telinga yang kental dan lengket. Cairan ini dapat
menumpuk di belakang gendang telinga. Adanya cleft dapat meningkatkan
kemungkinan terbentuknya cairan telinga ini, sehingga menyebabkan gangguan atau
5/27/2018 makalah gigi mulut
11/45
bahkan kehilangan pendengaran sementara. Biasanya cleft palate dapat
mempengaruhi pertumbuhan rahang anak dan proses tumbuh kembang dari gigi-
geliginya. Susunannya dapat menjadi berjejal karena kurang berkembangnya rahang.
(Naidich, 2003).
4. TerapiTahapan penanganan penderita CLP yang bisa dikerjakan di Rumah Sakit
yaitu cheilonasoraphy, palatoraphy danspeech teraphy yang bisa dikerjakan RS di
daerah.
5/27/2018 makalah gigi mulut
12/45
II. FOKUS INFEKSIA. DEBRIS
1. DefinisiSecara umum, oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas
permukaan gigi yang terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih
kehijau-hijauan dan jingga. Namun, debris lebih banyak mengandung sisamakanan. Debris dibedakan menjadi food retention (sisa makanan yang mudah
dibersihkan dengan air liur, pergerakan otot-otot mulut, berkumur, atau dengan
menyikat gigi) dan food impaction (makanan yang terselip dan tertekan di antara
gigi dan gusi, biasanya hanya dapat dibersihkan dengan dental floss / benang gigi
atau tusuk gigi) (Toothclub, 2011).
2. Kriteria Perhitungan Debris Index (DI-S)Kriteria perhitungan debris index ini sebagai berikut:
a.Nilai 0, jika tidak ada debris pada sonde setelah digoreskan ke permukaansepertiga cervical.
b.Nilai 1, jika terdapat debris pada sepertiga permukaan gigi.c.Nilai 2, jika terdapat debris lebih dari sepertiga tetapi tidak lebih dari dua
pertiga permukaan gigi.
d.Nilai 3, jika terdapat debris di lebih dari dua pertiga permukaan gigi.
3. Terapi dan Pencegahan
5/27/2018 makalah gigi mulut
13/45
Penatalaksaan dan pencegahan debris yakni menjaga kebersihan gigi. Ada
berbagai alat untuk membersihkan gigi. Alat yang utama yaitu sikat gigi. Alat bantu
pembersih gigi selain sikat gigi adalah benang gigi (dental floss). Dental floss
merupakan benang yang terbuat dari silk atau nilon dan dipergunakan untuk
membersihkan bagian gigi yang terletak di bawah kontak dua gigi. (Nurhayani, 2004)
B. CALCULUS1. Definisi
Adalah timbunan plak yang bila dibiarkan mengalami mineralisasi dan
menjadi karang gigi. Kalkulus merupakan suatu endapan amorf atau Kristal lunak
yang terbentuk pada gigi atau protesa dan membentuk lapisan konsentris (Lelyati,
1996).
2. PathogenesisKalkulus terbentuk dari dental plak yang mengeras pada gigi dan menetap
dalam waktu yang lama. Dental plak merupakan tempat ideal bagi
mikroorganisme mulut, karena terlindung dari pembersihan alami oleh lidah
maupun saliva. Akumulasi plak juga dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi
gusi.
3. PemeriksaanKriteria perhitungan Calculus Index (CI) sebagai berikut:
a.Nilai 0: Tidak ada kalkulusb.Nilai 1: Kalkulus supra gingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigic.Nilai 2: Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi
tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena, atau adanya kalkulus sub
gingiva berupa flek di leher gigi
5/27/2018 makalah gigi mulut
14/45
d.Nilai 3: Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yangtekena. Adanya kalkulus sub gingiva berupa pita yang tidak terputus di
sekeliling leher gigi.
Skor kalkulus diperoleh dari jumlah skor permukaan gigi dibagi jumlah gigi
yang diperiksa. Skor indeks oral higiene individu diperoleh dengan
menjumlahkan nilai indeks debris (DI-S) dan indeks kalkulus (CI-S), dengan
interval OHI-S : Sangat baik = 0; Baik = 0,1-1,2; Sedang = 1,3-3,0; Buruk : 3,1-
6,0.
4. TerapiUntuk menghilangkan dental plak dan kalkulus perlu dilakukan scaling atau
root planing, yang merupakan terapi periodontal konvensional atau nonsurgikal.
Terapi ini selain mencegah inflamasi juga membantu periodontium bebas dari
penyakit. Prosedur scaling menghilangkan plak, kalkulus, dan noda dari
permukaan gigi maupun akarnya. Prosedur lain adalah root planing, terapi khusus
yang menghilangkan cementum dan permukaan dentin yang ditumbuhi kalkulus,
mikroorganisme, serta racun-racunnya. Scalling dan root planningdigolongkan
sebagai deep cleaning, dan dilakukan dengan peralatan khusus seperti alat
ultrasonik, seperti periodontal scaler dan kuret.
C. PLAQUE1. Definisi
Plak gigi adalah deposit lunak terakumulasi pada gigi. Plak gigi terdiri dari
biofilm bakteri (> 1010 bakteri/mg), sel epitel, leukosit, makrofag, matriks
ekstraseluler yang terbentuk dari produk bakteri dan saliva, serta komponen
anorganik seperti kalsium dan fosfor yang terdapat pada saliva. Plak yang
mengalami kalsifikasi akan membentuk kalkulus. Plak yang tidak dibersihkan
dapat menyebabkan cavitas (caries) atau gangguan periodontal seperti ginggivitis
dan periodontitis.
5/27/2018 makalah gigi mulut
15/45
2. PathogenesisProses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu
pembentukan pelikel, kolonisasi awal pada permukaan gigi serta kolonisasi
sekunder dan pematangan plak. Pembentukan pelikel pada dasarnya merupakan
proses perlekatan protein dan glikoprotein saliva pada permukaan gigi. Pelikel
tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkular. Pada fase awal permukaan gigi
atau restorasi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Kolonisasi awal pada
pemukaan gigi di permukaan enamel dalam 3-4 jam didominasi oleh
mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Streptokokus sanguins,
Streptokokus mutans, Streptokokus mitis, Streptokokus salivarius,Actinomyces
viscosus dan Actinomyces naeslundii. Pengkoloni awal tersebut melekat ke
pelikel dengan bantuan adhesion, yaitu : molekul spesifik yang berada pada
permukaan bakteri.
Pada tahap kolonisasi sekunder dan pematangan plak, plak akan meningkat
jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi melalui dua mekanismeterpisah, yaitu multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi
dan multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri baru .
3. DiagnosisPenumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual
dapat dideteksi dengan disclosing material. Bahan pewarna (disclosingmaterial)
yang biasa digunakan adalah iodine, mercurochrome, bahan pewarna makanan
seperti gincu kue berwarna merah dan bismarck brown. Ada juga larutan fuschin
dan eritrosin, tapi tidak dianjurkan lagi karena terbukti bersifat karsinogenik.
Bahan pewarna ada yang berbentuk cairan dan tablet. Untuk bahan pewarna
cairan, cairan pewarna diteteskan beberapa tetes ke kapas yang dibulatkan, lalu
dioleskan pada seluruh permukaan gigi, kemudian kumur dengan air atau cairan
pewarna dibiarkan di dalam mulut selama 15-30 detik baru dibuang. Sedangkan
penggunaan bahan pewarna tablet, tablet dikunyah dan kemudian biarkan
bercampur dengan saliva dan biarkan saliva di dalam mulut sekitar 30 detik baru
dibuang.
5/27/2018 makalah gigi mulut
16/45
4. TerapiOleh karena plak tidak dapat dihindari pembentukannya, maka mengurangi
akumulasi plak adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terbentuknya
penyakit gigi dan mulut. Cara yang paling umum dan murah adalah sikat gigi.
Dengan atau tanpa pasta gigi, minimal 2 kali dalam sehari kita harus menyikat
gigi. Pagi dan sebelum tidur malam. Lebih ideal jika kita menggunakan bantuan
disclosing material untuk melihat apakah penyikatan gigi yang kita lakukan
sudah benar-benar sempurna. Gigi yang terbebas dari plak ditandai dengan tidak
adanya pewarnaan oleh disclosing pada gigi. Selain itu perabaan dengan lidah
mengidentifikasikan dalam bentuk gigi terasa kesat bukan licin. Jika masih terasa
licin maka masih terdapat plak.
D. DENTAL DECAY1. Definisi
Dental decay atau lebih sering disebut karies gigi adalah penyakit jaringan
gigi yang mengalami kalsifikasi yang ditandai oleh demineralisasi dari bagian
inorganik dan destruksi dari substansi organik dari gigi, penyakit ini ditandai
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure, daerah
interproksimal) meluas ke arah pulpa.
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya
mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan
sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat
sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi
kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian
yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat
diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini
terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat
yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu (Susanto, 2009).
5/27/2018 makalah gigi mulut
17/45
2. EtiologiKaries gigi disebabkan oleh 4 faktor/komponen yang saling berinteraksi
yaitu:
a. Komponen dari gigi dan air ludah (saliva) yang meliputi : komposisi gigi,morphologi gigi, posisi gigi, pH saliva, kuantitas saliva, kekentalan saliva.
b. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut yang mampu menghasilkanasam melalui peragian yaitu ; Streptococcus, Laktobasilus.
c. Komponen makanan, yang sangat berperan adalah makanan yang mengandungkarbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteritertentu dan membentuk asam.
d. Komponen waktu
3. Stadiuma. Karies Superfisialis, di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin
belum terkena.
b. Karies Media, di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihisetengah dentin.
c. Karies Profunda, di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentindan kadang-kadang sudah mengenai pulpa
4. PathogenesisBeberapa jenis karbohidrat makanan misalnya glukosa dapat diragikan oleh
bakteri tertentu dan dapat membentuk asam sehingga pH plak akan menurun
sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang
5/27/2018 makalah gigi mulut
18/45
dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang
rentan dan proses karies pun terjadi. Karies gigi dimulai dengan trjaadinya
demineralisasi pada lapisan email. Emailmenjadi keropos dan lambat launn akan
terjadi lubang pada permukaan gigi. Tanpa perawatan yang baik, proses karies
terus berlanjut menjalar ke lapisan dentin hingga pulpa, dan lambat laun akan
mati dan membusuk.
5. Diagnosis dan Terapia. Karies Dini/karies email tanpa cavitas yaitu karies yang pertama terlihat secara
klinis, berupa bercak putih setempat pada email.
1)Anamnesis : terdapat bintik putih pada gigi2)Pemeriksaan Objektif : Ekstra oral tidak ada kelainan, Intra oral ; kavitas (-)
, lesi putih (+)
3)Terapi : pembersihan gigi, diulas dengan flour, edukasi pasien/ DentalHealth Education
b. Karies dini/karies email dengan kavitas yaitu karies yang terjadi pada emailsebagai lanjutan dari karies dini.
1)Anamnesa : gigi terasa ngilu2)Pemeriksaan objektif : Ekstra oral tidak ada kelainan, Intra oral ; kavitas (+)
baru mengenai email
3)Terapi : dengan penambalanc. Karies dengan dentin terbuka/dentin Hipersensitif yaitu peningkatan sensitif
akibat terbukanya dentin.
1)Anamnesa :a)kadang-kadang terasa ngilu saat makan, minum air dingin
b) rasa ngilu hilang setelah rangsangan dihilangkan
c) tidak ada rasa sakit spontan
2) Pemeriksaan objektif : Ekstra oral tidak ada kelainan, Intra oral : kavitas
mengenai email
3) Terapi : dengan penambalan.
Penataksanaan karies gigi ditentukan oleh stadium saat karies terdeteksi:
a. Penambalan (filling) dilakukan untuk mencegah progresi karies lebih lanjut.Penambalan biasa yang dilakukan pada karies yang ditemukan pada saat iritasi
atau hiperemia pulpa.
5/27/2018 makalah gigi mulut
19/45
b. Perawatan saluran akar (PSA) atau root canal treatment dilakukan bila sudahterjadi pulpitis atau karies sudah mencapai pulpa. Setelah dilakukan PSA,
dibuat restorasi.
c. Ektraksi gigi merupakan pilihan terakhir dalam penatalaksanaan karies gigi,ekstraksi yang telah diekstraksi perlu diganti dengan pemasangan gigi palsu
(denture), implant atau jembatan (brigde).
E. PULPITIS1. Definisi
Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang pada umumnya merupakan
kelanjutan dari proses karies dan menimbulkan rasa nyeri. Pulpa terdiri dari
pembuluh darah dan jaringan saraf, sehingga peradangan pulpa akan menimbulkan
hiperemia/peningkatan aliran darah ke gigi 35.
2. Etiologi
Penyebab pulpitis dapat diuraikan sebagai berikut :1) Pembusukan gigi, trauma gigi, pengeboran gigi selama proses perawatan gigi.2) Paparan cairan yang mendemineralisasi gigi, pemutih gigi, asam pada makanan
dan minuman.
3) Infeksi, baik yang menyerang ruang pulpa maupun infeksi yang berasal dariabses gigi.
3. Klasifikasi
http://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/irrever.jpghttp://luv2dentisha.files.wordpress.com/2010/05/irrever.jpg5/27/2018 makalah gigi mulut
20/45
1) Pulpitis reversibleadalah radang pulpa ringan sampai sedang akibat rangsang,dapat sembuh bila penyebab pulpitis telah dihapus dan gigi diperbaiki. Obat-
obatan tertentu dapat digunakan selama prosedur restorativedalam upaya untuk
mempertahankan gigi tetap vital (hidup).
2) Pulpitis irreversibel dicirikan oleh kepekaan yang berkepanjangan terhadapdingin atau panas. Radang pulpa yang ringan atau telah berlangsung lama
ditandai nyeri spontan/dirasakan terus menerus. Terjadi kerusakan saraf
sehingga membutuhkan perawatan saluran akar.
4. Diagnosis dan Terapi
1) Pulpitis reversibel/hiperemi pulpitis/pulpitis awal yaitu peradangan pulpa awalsampai sedang akibat rangsangan.
a) Anamnesis:a. Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin
b. Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerusc. Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan
b) Pemeriksaan Objektif:i) Ekstra oral: tidak ada pembengkakan.ii) Intra oral: perkusi tidak sakit, karies mengenai dentin/karies profunda,
pulpa belum terbuka, sondase (+), chloretil(+)
c) Terapi: dengan penambalan/pulpcafingdengan penambalan Ca(OH) 1minggu untuk membentuk dentin sekunder.
2) Pulpitis irreversibelyaitu radang pulpa ringan yang baru dapat juga yang sudahberlangsung lama. Pulpitis irreversibel terbagi :
a) Pulpitis irreversibel akut yaitu peradangan pulpa lama atau baru ditandaidengan rasa nyeri akut yang hebat.
i) Anamnesis: nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerusmenjalar kebelakang telinga dan penderita tidak dapat menunjukkan
gigi yang sakit.
ii) Pemeriksaan Objektif- Ekstra oral: tidak ada kelainan
5/27/2018 makalah gigi mulut
21/45
- Intra oral: kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan, pulpaterbuka bisa juga tidak, sondase (+), Chlorethil(+), perkusi bisa
(+) bisa (-).
iii) Terapi: menghilangkan rasa sakit dan dengan Perawatan Saluran Akar(PSA).
b) Pulpitis irreversibelkronis yaitu peradangan pulpa yang berlangsung lama.i) Anamnesis: gigi sebelumnya pernah sakit, rasa sakit dapat hilang
timbul secara spontan, nyeri tajam menyengat (bila ada rangsangan
seperti panas, dingin, asam, manis), penderita masih bisa
menunjukkan gigi yang sakit.
ii) Pemeriksaan Objektif- Ekstra oral: tidak ada pembengkakan- Intra oral: karies profunda (bisa mencapai pulpa bisa tidak),
sondase (+), perkusi (-)
c) Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat.
i) Anamnesis: nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernahnyeri spontan, bau mulut, gigi berubah warna, lesi radiolusen yang
berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari salah satu atau
beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
ii) Pemeriksaan Objektif:- Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman- Sondase (-), Perkusi (-), dan Palpasi (-)- Terdapat lubang gigi yang dalam
iii) Terapi : perawatan saluran akar dan restorasi. Bila apeks gigi lebar/terbuka dilakukan perawatan apeksifikasi. Setelah preparasi selesai,
saluran akar diisi dengan Ca(OH)2sampai 1-2 mm dari ujung akar
dan ditumpat tetap. Evaluasi secara berkala 3-6 bulan sampai terjadi
penutupan apeks (dengan menggunakan pemeriksaan radiografik).
F. PERIODONTITIS1. Definisi
Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi
yaitu yang melibatkan gingival, ligament periodontal, sementum, dan tulang
5/27/2018 makalah gigi mulut
22/45
alveolar. Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis (peradangan atau infeksi
pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah tulang di
bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan
periodontal (Wijaya, 2010).
2. EtiologiPeriodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Lapisan ini melekat pada
permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang
menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas
garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi
proses peradangan dan terjadilah periodontitis.
3. PathogenesisPeriodontitis dimulai dengan gingivitis dan bila kemungkinan terjadi proses
inflamasi, maka pada kebanyakan pasien, tetapi tidak semua pasien terjadi proses
inflamasi secara bertahap dan akan memasuki jaringan periodontal yang lebih
dalam. Bersama dengan proses inflamasi akan timbul potensi untuk menstimulasi
resorpsi jaringan periodontal dan pembentukan poket periodontal.
Tipe poket periodontal
Poket periodontal merupakan suatu pendalaman sulkus gingiva dengan
migrasi apikal dari apitelium junction dan rusaknya ligamen periodontal serta
tulang alveolar.
Ada dua tipe poket periodontal yang didasarkan pada hubungan antara
epitelium junction dengan tulang alveolar.
5/27/2018 makalah gigi mulut
23/45
a. Poket periodontal suprabony yaitu dasar poket merupakan bagian koronaldari puncak tulang alveolar.
b. Poket periodontal infrabony yaitu dasar poket merupakan bagian apikal daripuncak tulang alveolar.
Pembentukan poket periodontal
Poket periodontal adalah sulkus gingiva yang mengalami pendalaman
karena migrasi apikal junctional epithelium dan kerusakan ligamen periodontal
serta tulang alveolar. Pembesaran gingiva juga berperan dalam meningkatkan
kedalaman poket. Sementara mekanisme yang pasti dari pembentukan poket
belum diketahui secara lengkap. Page dan Schoeder, dua orang ahli patologis
yang terkemuka, membuat klasifikasi tahap patogenesis sebagai berikut:
a. Permulaan terjadinya lesi :Karakteristik dari permulaan lesi adalah vaskulitis pembuluh-pembuluh
darah yang mengarah ke dalam junctional epithelium, meningkatnya aliran
cairan gingiva, gerakan leukosit ke dalam junctional epithelium dan sulkus
gingiva, protein serum ekstraseluler, perubahan aspek koronal dari junctional
epithelium, dan hilangnya serabut-serabut kolagen disekitar pembuluh darah
gingiva.
b. Lesi tingkat awal :Lesi awal terlihat dimulai dengan karakteristik permulaan lesi dalam
jumlah yang besar, munculnya sel-sel limfoit di bawah junctional epithelium
dimana ada konsentrasi akut, perubahan fibroblas, serabut-serabut kolagen
gingiva mengalami kerusakan yang lebih parah, dan proliferasi awal sel-sel
basal pada junctional epithelium.
c. Lesi yang telah terbentuk :Dengan adanya lesi yang telah terbentuk manifestasi inflamasi akut akan
bertahan;didominasi oleh sel-sel plasma; akumulasi immunoglobulin di
bagian ekstravaskular;kerusakan serabut-serabut kolagen terus berlanjut;
proliferasi, migrasi apikal dan terlihat perluasan junctional epithelium ke
lateral; dan ada kemungkinan pembentukan poket periodontal awal, tetapi
tidak terjadi kerusakan tulang yang cukup besar.
5/27/2018 makalah gigi mulut
24/45
d. Lesi tingkat lanjut :Lesi tingkat lanjut adalah tipikal dari periodontitis dan mempunyai
karakteristik sebagai kelanjutan dari gambaran lesi yang telah terbentuk,
penyebaran lesi ke dalam tulang alveolar dan ligamen periodontal yang
mengakibatkan kerusakan tulang, hilangnya serabut-serabut kolagen yang
berdekatan dengan poket epithelium, fibrosis pada daerah yang lebih
periferal, adanya sel-sel plasma yang telah berubah, pembentukan poket
periodontal, periode eksaserbasi dan periode aktifitas patologis yang sangat
kecil, perubahan sumsum tulang menjadi jaringan fibrous, dan secara umum
terlihat adanya reaksi jaringan inflamasi dan immunopatologis (Susanto,
2009).
4. PemeriksaanPada pemeriksaan mulut dan gigi, gusi tampak bengkak dan berwarna
merah keunguan. Akan tampak endapan plak atau karang di dasar gigi disertai
kantong yang melebar di gusi. Dengan kedalaman kantong dalam gusi dengan
suatu alat tipis dan dilakukan rontgen gigi untuk mengetahui jumlah tulang yang
keropos. Semakin banyak tulang yang keropos, maka gigi akan lepas dan berubah
posisinya. Gigi depan seringkali menjadi miring ke luar. Pada pemeriksaan intra
oral dapat dijumpai perkusi yang positif, dalam keadaan biasa, periodontitis tidak
menimbulkan nyeri kecuali jika gigi sangat longgar sehingga ikut bergerak ketika
mengunyah atau jika terbentuk abses (pengumpulan nanah/piore).
Gejala-gejala dari periodontitis adalah:
a. Perdarahan gusib. Perubahan warna gusic. Bau mulut (halitosis)
5. TerapiPerawatan periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a. Fase I : fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkanbeberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan
5/27/2018 makalah gigi mulut
25/45
bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut
ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I :
1)Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.2)Scalingdan root planning3)Perawatan karies dan lesi endodontik4)Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging5)Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)6)Splinting temporer pada gigi yang goyah7)Perawatan ortodontik8)Analisis diet dan evaluasinya9)Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas
b. Fase II : fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikalseperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang
berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor
predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah
bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:
1)Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain:kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal,
rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal
(bone and tissue graft).
2)Penyesuaian oklusi3)Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang
hilang.
c. Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinyakekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa proseduryang dilakukan pada fase ini:
1)Riwayat medis dan riwayat gigi pasien.2)Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat skor
plak,ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi.
3)Melakukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dantulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.
4)Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari efektivitaskontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan calculus.
5/27/2018 makalah gigi mulut
26/45
5)Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies (Orstavik,2007)
G. GINGIVITIS1. Definisi
Gingivitis merupakan penyakit periodontal stadium awal berupa
peradangan pada gingiva, termasuk penyakit paling umum yang sering ditemukan
pada jaringan mulut.
Karakteristik ginggiva yang sehat adalah warnanya merah muda, bagian
tepi ginggiva tipis dan tidak bengkak, permukaan ginggiva tidak rata tapi
stippled, sulkus ginggiva tidak dalam (
5/27/2018 makalah gigi mulut
27/45
Perubahan hormonal pada masa kehamilan, pubertas, dan pada terapi
steroid juga menyebabkan gusilebih rentan terhadap infeksi bakteri. Pemakaian
obat-obatan pada pasien dengan tekanan darah tinggidan paska transplantasi
organ juga dapat menekan sistem imunitas sehingga infeksi pada gusi lebih
mudah terjadi.
3. PathogenesisGingivitis dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya kebersihan mulut
yang buruk,penumpukan karang gigi (kalkulus/tartar), dan efek samping dari
obat-obatan tertentu yangdiminum secara rutin. Sisa-sisa makanan yang tidak
dibersihkan secara seksama menjaditempat pertumbuhan bakteri. Dengan
meningkatnya kandungan mineral dari air liur, plak akanmengeras menjadi
karang gigi (kalkulus). Karang gigi dapat terletak di leher gigi dan terlihatoleh
mata sebagai garis kekuningan atau kecoklatan yang keras dan tidak dapat
dihilangkanhanya dengan menyikat gigi. Kalkulus juga dapat terbentuk di bagian
dalam gusi (sakugusi/poket). Kalkulus adalah tempat pertumbuhan yang baik bagi
bakteri, dan dapatmenyebabkan radang gusi sehingga gusi mudah berdarah.
4. GejalaGusi tampak bengkak, kemerahan, lunak, dan mudah berdarah pada saat
menyikat gigi atau penggunaan dental floss. Gingivitis juga dapat menyebabkan
bau mulut (halitosis).
5. PemeriksaanPada pasien periodontitis akan dilakukan pemeriksaan gusi atau jaringan
periodontal dengan menggunakan alat yang disebut periodontal probe. Alat ini
digunakan untuk mengukur kedalaman sulkus gusi (celah berbentuk V yang
berada di antara gigi dan gusi). Kedalaman sulkus gusi yang normal berkisar
antara 0-3 mm. Gingivitis atau periodontitis akan menyebabkan kedalaman sulkus
bertambah dan membentuk poket. Semakin tinggi derajat keparahan penyakit,
semakin dalam poketyang terbentuk. Periodontal probe juga dapat digunakan
dalam menentukan derajat keparahanperdarahan pada gusi.
6. PerawatanPembersihan plak dan perbaikan kebersihan mulut adalah kunci utama
dalam mengatasi gingivitis. Lakukan sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.Lakukan flossing sekali dalam
5/27/2018 makalah gigi mulut
28/45
sehari untuk membersihkan plak dan sisa makanan di antara celah gigi.Pada
gingivitis yang parah biasanya membutuhkan penggunaan antibiotik, tapi
tentunya ini harusdengan resep dari dokter gigi. Lakukan kunjungan rutin ke
dokter gigi setiap 6 bulan sekali untukmelakukan check up dan pembersihan
seluruh gigi-geligi.
H. CANDIDIASIS1. Definisi
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa
lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Kandida sp, dimana
Kandida albikan merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Candida
adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan, juga selaput mukosa
saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan
kaki. Di tempat-tempat ini ragi dapat menjadi dominan dan menyebabkan
keadaankeadaan patologik ketika daya tahan tubuh menurun baik secara local
maupun sistemik.
2. EtiologiPenyebab kandidiasis oral umumnya adalah jamur Candida albicans.
Dalam rongga mulut, Candida albicans dapat melekat pada mukosa labial,
mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah palatum. Selain Candida albicans,ada
10 spesies Candida yang juga ditemukan yaitu C.tropicalis, C.parapsilosis,
C.krusei, C.kefyr, C. glabrata, dan C.guilliermondii, C.pseudotropicalis,
C.lusitaniae, C.stellatoidea, dan C.dubliniensis.
3. Pathogenesis
5/27/2018 makalah gigi mulut
29/45
Candida menjadi patogenik ketika pada pasien dengan faktor predisposisi
sehingga mempermudah terjadinya infeksi oportunistik. Kondisi khusus penyebab
timbulnya kandidiasis oral:
a. Faktor yang mengubah status kekebalan1)Orang tua / bayi / kehamilan.2)Penyakit keganasan3)Infeksi HIV / gangguan imunodefisiensi lainnya4)Kelainan endokrin (hipotiroid atau hipoparatiroid, diabetes melitus,
hipoadrenalism)
5)Terapi kortikosteroidb. Faktor yang mengubah lingkungan mukosa oral
1) XerostamiaSaliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek
pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat
mencegah pertumbuhan berlebih dari Candida albicans. Itu sebabnya
kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisiSjogren syndrome, radioterapi
kepala dan leher, dan obat-obatanyang dapat mengurangi sekresi saliva.
2)Terapi antibiotika3)Kebersihan mulut dan gigi yang jelek4) Malnutrisi / malabsorpsi (defisiensi besi, asam folat atau vitamin)
5) Acidic saliva / diet kaya karbohidrat
6) Perokok berat
7) Oral epithelial dysplasia
8) Gigi tiruan
Sebanyak 65% orang tua yang menggunakan gigi tiruan penuh rahang
atas menderita infeksi Candida, hal ini dikarenakan pH yang rendah,
lingkungan anaerob dan oksigen yang sedikit mengakibatkan Candida
albicans tumbuh pesat.
4. Gambaran KlinisCandidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok, yaitu:
a. Akut , dibedakan menjadi dua macam, yaitu :1) Candidiasis Pseudomembranosus Akut
Candidiasis ini biasanya disebut juga sebagai thrush. Secara klinis,
pseudomembranosus kandidiasis terlihat sebagai plak mukosa yang putih
5/27/2018 makalah gigi mulut
30/45
atau kuning, seperti cheesy material yang dapat dihilangkan dan
meninggalkan permukaan yang berwarna merah. Candidiasis ini terdiri
atas sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur dan umumnya dijumpai
pada mukosa labial, mukosa bukal, palatum keras, palatum lunak, lidah,
jaringan periodontal dan orofaring. Thrush dijumpai sebesar 5% pada
bayi bayu lahir dan 10% pada orang tua yang kondisi tubuhnya lemah.
Keberadaan candidiasis pseudomembranosus ini sering dihubungkan
dengan penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia, dan pada
pasien dengan sistem imun rendah seperti HIV/AIDS. Diagnosa banding
dari candidiasis pseudomembranosus ini meliputi flek dari susu dan
debris makanan yang tertinggal menempel pada mukosa mulut,
khususnya pada bayi yang masih menyusui atau pada pasien lanjut usia
dengan kondisi tubuh yang lemah akibat penyakit.
2) Candidiasis atrofik akutTipe kandidiasis ini kadang dinamakan sebagai antibiotic sore
tongue atau juga candidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada
mukosa bukal, palatum, dan bagian dorsal lidah dengan permukaan
tampak sebagai bercak kemerahan. Penggunaan antibiotik spektrum luas
maupun kortikosteroid sering dikaitkan dengan timbulnya candidiasis
atrofik akut.Pasien yang menderita candidiasis ini mengeluh adanya rasa
sakit seperti terbakar.
b. Kronik, dibedakan atas tiga jenis, yaitu :1) Candidiasis Atrofik Kronik
Candidiasis atrofik kronik disebut juga denture sore mouth atau
denture related stomatitis dan merupakan bentuk kandidiasis palingumum yang ditemukan pada 60% pemakai gigi tiruan. Gambaran klinis
denture related stomatitis ini berupa daerah eritema pada mukosa yang
berkontak dengan permukaan gigi tiruan. Gigi tiruan yang menutupi
mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah terinfeksi
jamur. Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang
terinflamasi di bawah gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini
dapat diklasifikasikan atas tiga yaitu :
5/27/2018 makalah gigi mulut
31/45
a) Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yangterlokalisir
b) Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontakdengan gigi tiruan
c) Tipe III : tipe granular (inflammatory papillary hyperplasia)yang biasanya tampak pada bagian tengah palatum keras.
2) Candidiasis hiperplastik kronikCandidiasis ini sering disebut juga sebagai Candida leukoplakia
yang terlihat seperti plak putih pada bagian komisura mukosa bukal
atau tepi lateral lidah yang tidak bisa hilang bila dihapus. Kondisi ini
dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Candida
leukoplakia ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok.
3) Median rhomboid glossitisMedian Rhomboid Glositis merupakan bentuk lain dari atrofik
kandidiasis yang tampak sebagai daerah atrofik pada bagian tengah
permukaan dorsal lidah, dan cenderung dihubungkan dengan perokok
dan penggunaan obat steroid yang dihirup.
c. Keilitis angularisKeilitis Angularis atau disebut juga angular stomatitis atau perleche
merupakan infeksi campuran bakteri dan jamur Candida yang umumnya
dijumpai pada sudut mulut baik unilateral maupun bilateral. Sudut mulut yang
terinfeksi tampak merah dan sakit. Keilitis angularis dapat terjadi pada
penderita anemia defisiensi besi, defisiensi vitamin B12, dan pada gigi tiruan
dengan vertikal dimensi oklusi yang tidak tepat.
5. DiagnosaDiagnosa yang tepat diperoleh dari pemeriksaan yang teliti. Diagnosa
kandidiasis oral yang dapat dilakukan meliputi anamnesa, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaaan penunjang seperti pemeriksaan sitologi eksfoliatif, metode kultur
swab, uji saliva, dan biopsi.
Berdasarkan hasil anamnesa dapat diperoleh informasi mengenai keadaan
rongga mulut yang dialami pasien. Pasien yang menderita candidiasis oral bisa
5/27/2018 makalah gigi mulut
32/45
mempunyai keluhan terhadap keadaan rongga mulutnya, namun ada juga yang
tidak menyatakan adanya keluhan pada rongga mulutnya. Keluhan yang bisa
terjadi pada candidiasis oral seperti adanya rasa tidak nyaman, rasa terbakar, rasa
sakit, dan pedih pada rongga mulut. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan melihat
gambaran klinis lesi yang terdapat pada rongga mulut. Gambaran klinis
candidiasis oral yang terlihat bisa berbeda-beda sesuai dengan tipe candidiasis
yang terjadi pada rongga mulut pasien. Di samping itu, pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan sitologi eksfoliatif, kultur swab, uji saliva, dan biopsi sangat
diperlukan dalam mendukung diagnosa candidiasis oral.
6. TerapiPerawatan kandidiasis oral dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan rongga mulut, pemberian obat-obatan antifungal, dan sebisa mungkin
menghilangkan faktor predisposisi penyebab kandidiasis oral.
Kebersihan rongga mulut dapat dijaga dengan membersihkan daerah
mukosa bukal, menyikat gigi, lidah, dan membersihkan gigi tiruan bagi yang
memakainya. Gigi tiruan harus dibersihkan dan direndam dalam larutan
pembersih seperti klorheksidin yang efektif dalam menghilangkan Candida
dibanding dengan hanya menyikat gigi tiruan. Ketika membersihkan mulut
dengan antifungal topikal, gigi tiruan harus dilepaskan sehingga terjadi kontak
antara mukosa dengan antifungal. Di samping itu, pemakai gigi tiruan disarankan
untuk melepas gigi tiruan pada malam hari atau setidaknya enam jam sehari.
Pengobatan farmakologis Candidiasis oral dikelompokkan dalam tiga kelas
agen antifungal yaitu: polyenes, azoles, dan echinocandins. Antifungal Polyenes
mencakup Amphotericin B dan Nystatin. Amphotericin B dihasilkan oleh
Streptomyces nodosus dan memiliki aktivitas antijamur yang luas. Di samping
keuntungannya, antifungal ini dapat menimbulkan efek nefrotoksik. Obat
antifungal lain yang sekarang banyak digunakan adalah Nystatin. Azoles dibagi
dalam dua kelompok yaitu imidazoles dan triazoles. Azoles akan menghambat
ergosterol yang merupakan unsur utama sel membran jamur. Sedangkan,
Caspofungin termasuk golongan antifungal echinocandins yang digunakan untuk
pengobatan terhadap infeksi jamur Candida dan spesies aspergillus.
Umumnya candidiasis oral merupakan infeksi lokal, maka pengobatan
secara topikal merupakan terapi yang pertama kali dilakukan, terutama pada
candidiasis pseudomembranosus dan eritematus.
5/27/2018 makalah gigi mulut
33/45
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, merokok, konsumsi obat
antibiotik dan steroid, penggunaan gigi tiruan, dan penyakit HIV merupakan
faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya candidiasis oral. Oleh
karena itu, mengurangi kebiasaan merokok, meminimalkan penggunaan obat
antibiotik dan steroid, mengurangi konsumsi karbohidrat dan alkohol,
membersihkan gigi tiruan dan merendamnya dalam cairan klorheksidin, dan
menanggulangi penyakit HIV sangatlah disarankan dalam mengatasi candidiasis
oral.
I. Mouth Ulcer
1. DefinisiMouth ulcer adalah menghilangnya atau adanya erosi pada bagian membran
mukosa rongga mulut (pipi atau bibir sebelah dalam, lidah dan bawah lidah, gusi,
langit-langit).
Gambaran sariawan itu sendiri berupa suatu luka yang terdapat pada selaput
lendir atau mukosa rongga mulut (pipi atau bibir sebelah dalam, lidah dan bawah
lidah, gusi, langit-langit) yang terkadang dapat dilapisi dengan suatu lapisan putih.
Terdapat 2 tipe dari mouth ulcer yaitu : aphtous ulcers (canker sores) dan coldsores(yang disebabkan oleh herpes simplex virus).
Terdapat tiga jenis mouth ulcer : minor, mayor, dan herpetiform.Tipe minor
adalah aphtoues yang sering kita jumpai sehari-hari, bisa satu atau multipel berukuran
kurang dari 1 cm dan luka tidak terlalu dalam. Tipe mayor luka lebih besar dan lebih
dalam (biasanya keganasan, gizi buruk). Bentuk herpetiform berupa gelembung-
gelembung bergerombol seperti buah anggur (biasanya pada infeksi herpes simplex
virus).
2. EtiologiPenyebab dari mouth ulcer sendiri sebetulnya belum dapat diketahui secara
pasti. Namun diduga ada beberapa proses yang menyebabkan terjadinya mouth ulcers.
Pada beberapa kasus, mouth ulcer dapat timbul pada saat seseornag mengalami stress.
Perubahan hormonal yang teradi pada menstruasi diduga menjadi penyebab terjadinya
mouth ulcer.
Berikut beberapa faktor yang dapat memicu teradinya mouth ulcer:
5/27/2018 makalah gigi mulut
34/45
a. Trauma1) Minor physical injuryTrauma yang terjadi pada mulut merupakan penyebab yang umum terjadinya
mouth ulcer. Cedera seperti bergesekan dengan ggi palsu atau kawat gigi,
tergores dari sikat gigi yang keras, bergesekan dengan gigi yang tajam, dll.
2) Chemical injuryBahan-bahan kimia seperti aspirin dan alkohol dapat menyebabkan mukosa
oral menjadi nekrosis yang akan menyebabkan mouth ulcer. Sodium lauryl
sulphate, bahan utama yang terdapatpada kebanyakan pasta gigi, juga
meningkatkan insiden terjadinya mouth ulcer.
b. Infeksi1) ViralYang paling umum adalah Herpes simplex virus yang menyebabkan
herpetiform ulcerations yang berulang
2) BakteriBakteri yang dapat menyebabkan terjadinya mouth ulcer antara lain
Mycobacterium tuberculosis (TBC) dan Treponema pallidum (sifilis).
3) JamurCoccidoides immitis (demam lembah), Cryptococcus noformans
(kriptokokosis), Blastomyces dermatitidis diduga menyebabkan teradinya
mouth ulcer.
4) ProtozoaEntamoeba histolytica terkadang menyebabkan mouth ulcer.
c. Imun systemPeneliti menemukan bahwa mouth ulcer merupakan produk akhir dari suatu
penyakit yang diperantarai oleh system imun.
a. ImmunodeficiencyAdanya mouth ulcer yang terjadi secara berulang merupakan indikasi adanya
immunodeficiency. Kemoterapi, HIV, dan mononucleosis adalah penyebab
immunodeficiency pada mouth ulcer yang menjadi manifestai umum.
b. AutoimunAutoimun juga merupakan penyebab mouth ulcer. Pemphigoid membrane
mukosa, reaksi autoimmune epitel membrane basal, menyebabkan
desquamation/ ulserasi dari mukosa oral.
5/27/2018 makalah gigi mulut
35/45
c. Alergid. Diet
Defisiensi vitamin B12, zat besi, dan asam folat diduga penyebab terjadinya mouth
ulcer.
e. Kanker pada mulut
3. Manifestasi KlinisMouth ulcer biasanya didahului oleh adanya sensasi terbakar. Kemudian setelah
beberapa hari membentuk sebuah titik merah atau benjolan, diikuti oleh luka terbuka.
Mouth ulcer muncul dengan lingkaran atau oval berwarna putih atau kuning dengan
tepi merah meradang. Ulkus yang terbentuk sering sekali sangat perih terutama saat
berkumur atau menyikat gigi, atau juga ketika ulkus teriritasi dengan makanan asin,
pedas, atau asam. Selain itu juga bisa ditemukan adanya pembesaran dari kelenjar
getah bening pada submandibula. Berkurangnya nafsu makan biasa ditemukan pada
pasien mouth ulcer.
4. DiagnosisPenting untuk menetapkan penyebab mouth ulcer. Beberapa pemeriksaan meliputi :
a. Pemeriksaan fisik : tergantung pada berat ringannya penyakit tersebut.Sebagai contoh, jika luka besar dan kuning, itu kemungkinan besar
disebabkan oleh trauma. Cold sores di dalam mulut cenderung sangat
banyak dan tersebar di sekitar gusi, lidah, tenggorokan dan bagian dalam
pipi. Demam menandakan jika dapat disebabkan oleh infeksi herpes
simplex virus.
b. Darah turin : untuk memeriksa tanda-tanda infeksic. Biopsi kulit : jaringan dari ulkus diambil dan diperiksa di laboratorium.
5. KlasifikasiKlasifikasi lesi ulkus di mukosa mulut:
a. Lesi Multipel Akut Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
5/27/2018 makalah gigi mulut
36/45
Eritema Multiformis
Stomatitis Alergika
Stomatitis Viral Akut Infeksi virus herpes simpleks primer Infeksi virus coxsackie Infeksi virus varicella zoster
Ulkus oral karena kemoterapi kankerb. Ulkus Oral Rekuren
Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)
5/27/2018 makalah gigi mulut
37/45
o aphtae minor berdiameter kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa disertaipembentukan jaringan parut.
o Aphtae mayor berdiameter lebih dari 1 cm dan membentuk jaringanparut jika sembuh.
o ulkus herpetik formis bermanifestasi sebagai suatu kumpulan ulkuskecil rekuren yang banyak yang timbul di seluruh mulut.
Sindrom Behcets Infeksi virus herpes simpleks rekuren
c. Lesi Multipel Kronik Pemphigus Vulgaris Pemphigus Vegetan Pemphigoid Bulosa Pemphigoid Sikatrik Lichen Planus Bulosa Erosif
d. Ulkus Tunggal Histoplamosis Blastomikosis Mucormikosis Infeksi virus herpes simplex kronis
6. TerapiPada kebanyakan kasus, mouth ulcer dapat sembuh sendiri pada beberapa hari.
Namun ada beberapa cara yang sederhana untuk mengurangi rasa sakit dan kesulitan
makan :
Hindari makanan pedas, asam, keras, atau terlalu panas Hindari minuman soda atau air jeruk Pakai sedotan waktu minum Berkumur dengan air garam Ada yang menganggap bahwa madu dapat mengurangi rasa sakit Mengganti pasta gigi dengan pasta gigi yang tidak mengandung sodium lauryl
sulfat
5/27/2018 makalah gigi mulut
38/45
Obat kumur chlorhexidine dapat mengurangi rasa sakit. Mungkin juga
membantu luka untuk sembuh lebih cepat. Hal ini juga membantu untuk mencegah
luka menjadi terinfeksi.Biasanya digunakan dua kali sehari.
Talidomi sudah dibuktikan sebagai obat yang sangat efektif untuk ulcer. Obat
ini tidak boleh dipakai pada perempuan hamil atau yang akan hamil. Talidomid dapat
menyebabkan cacat lahir yang parah.
Mouth ulcer perlu penanganan lebih serius bila :
a. Berlangsung lebih dari dua minggub. Membuat tidak bisa makan atau minum sama sekalic. Disertai demamd. Terdapat pembesaran kelenjar getah beninge. Gangguan saluran cernaf.Nyeri sendi (arthritis)g. Gangguan membrane mukosa seperti ada peradangan di uvea (mata)
I. GLOSSITIS1. Definisi
Glossitis adalah peradangan atau infeksi pada lidah. Hal ini menyebabkan
lidah membengkak dan perubahan warna. Seperti proyeksi Finger di permukaan
lidah (papila) mungkin hilang, menyebabkan lidah tampil halus.
Glossitis biasanya merupakan respon yang baik terhadap pengobatan jika
penyebab peradangan akan dihapus. Gangguan tersebut mungkin tidak nyeri, atau
dapat menyebabkan ketidaknyamanan lidah dan mulut. Dalam beberapa kasus,glossitis dapat mengakibatkan pembengkakan lidah parah yang menghalangi jalan
napas, sebuah darurat medis yang membutuhkan perhatian segera (Zieye, 2009).
5/27/2018 makalah gigi mulut
39/45
2. EtiologiPenyebab glossitis bermacam-macam, bisa lokal dan sistemik. Penyebab
glossitis dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Penyebab lokal
1)bakteri dan infeksi virus,2)trauma atau iritasi peralatan gigi3) iritasi lokal seperti dari tembakau, alkohol dan makanan yang pedas
ataupun makan yang berbumbu,
4)alergi dari pasta gigi dan obat kumurb. Penyebab sistemik
1)Kelainan nutrisi, penyakit kulit, dan infeksi sistemik2)
keadaan kekurangan gizi (malnutrisi) yaitu kurangnya asupan vitamin B,
3)penyakit kulit seperti oral lichen planus, erythema multiforme, aphthousulcers, andpemphigus vulgaris,
4)infeksi seperti syphilis and human immunodeficiency virus (HIV).
3. DiagnosisPenegakkan diagnosis dimulai dari anamnesis. Dari anamnesis, dapat
ditemukan keluhan nyeri lidah, sulit untuk mengunyah, menelan atau untuk
bercakap cakap. Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaannya akan terlihat
halus (pada anemia pernisiosa), dapat ditemukan beberapa ulserasi atau borok
yang terlihat pada lidah ini, lidah terlihat bengkak serta adanya perubahan warna
lidah, lidah berwarna pucat pada penderita anemia pernisiosa dan berwarna merah
gelap bila penyebab glossitis adalah kekurangan vitamin B yang lain. Penyebab
glossitis secara pasti dicari melalui pemeriksaan yang mendalam, seperti biopsy.
5/27/2018 makalah gigi mulut
40/45
4. TerapiPenanganan glossitis tergantung dari kausanya. Antibiotik diberikan bila
kelainan melibatkan bakteri. Bila penyebabnya adalah defisiensi gizi, maka
diperlukan supplement yang memadai, seperti pemberian zat besi karena ciri
defisiensi utama dari glossitis ini adalah anemia defisiensi besi. Pembengkakan
dan rasa tidak nyaman di mulut diatasi dengan pemberian kortikosteroid. Obat
kumur yaitu campuran setengah teh baking soda dan dicampur dengan air hangat
akan membantu keadaan ini. Kebersihan rongga mulut, dengan penggunaan sikat
gigi, dental floss dan membersihkan lidah selepas makan, harus diusahakan untuk
mencegah kekambuhan. Penggunaan bahan obat atau makanan yang merangsang
iritasi lidah sebaiknya dihindari, termasuk makanan yang panas dan mengandung
alkohol. Berhenti merokok dan penggunaan tembakau dalam jenis apapun.
Indikasi rawat inap pasien glossitis adalah bila lidah sudah menghalangi jalan
napas oleh proses enlargement.
III. KEGANASANLEUKOPLAKIA
1. DefinisiLeukoplakia adalah lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada
mukosa mulut yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut secara usapan atau
kikisan (Patterson, 2004).
5/27/2018 makalah gigi mulut
41/45
2. EtiologiEtiologi leukoplakia belum diketahui dengan pasti sampai saat ini. Namun,
diduga merupakan hasil dari iritasi yang bersifat kronis. Menurut beberapa klinisi,
faktor-faktor predisposisi leukoplakia bersifat multipel, yaitu: faktor lokal, faktor
sistemik, dan malnutrisi vitamin.
a. Faktor lokalFaktor lokal bisanya berhubungan dengan segala macam bentuk iritasi kronis,
antara lain: trauma, bahan kimia, atau termal, infeksi bakteri, penyakit
periodontal, oral higiene yang jelek. Jamur Candida albicans dan human
papiloma virus diidentifikasi ditemukan pada bercak leukoplakia. Namun,
bagaimana mereka menyebabkan leukoplakia atau hanya infeksi sekunder
belum diketahui dengan jelas.
b.Faktor sistemikFaktor sistemik dapat berupa penyakit sistemik seperti sifilis tertier, anemia
sidrofenik, dan xerostomia, dan dapat berupa bahan-bahan yang diberikan
secara sistemik antara lain alkhohol, obat-obat anti metabolit, dan serum
antilimfosit.
c. Defisiensi nutrisiDefisiensi vitamin A diperkirakan meningkatkan metaplasia dan keratinisasi
dari susunan epitel, terutama epitel kelanjar dan epitel mukosa respiratorius.
3. DiagnosisDiagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnese lengkap, pemeriksaan
klinis rutin yang teliti (bentuk morfologi lesi, warna, predileksi tempat dan
5/27/2018 makalah gigi mulut
42/45
perubahan-perubahan serta perbedaan-perbedaan dengan jaringan sekitar) dan
yang terakhir dengan pemeriksaan biopsi.
a. AnamnesisDalam melakukan anamnese perlu diketahui usia, jenis kelamin, pekerjaan,
kesehatan umum, kebiasaan sehari-hari misalnya merokok, minum alkohol,
mengunyah sirih dan menyuntil tembakau. Dahulu penderita leukoplakia
didominasi oleh usia lanjut akibat penurunan daya tahan tubuh. Namun
sekarang lebih didominasi oleh usia muda akibat konsumsi rokok. Frekuensi
penderita pria dan wanita adalah seimbang karena sudah banyak wanita yang
merokok
b. Gambaran klinisPada keadaan awal, lesi tidak terasa pada perabaan, agak bening dan putih
keruh. Selanjutnya plak meninggi dengan tipe yang berkembang tidak teratur.
Lesi berwarna putih kabur. Kemudian lesi menjadi tebal, berwarna putih,
menunjukkan tanda pengerasan, membentuk fisura-fisura dan terakhir adalah
pembentukan ulser. Gambaran klinis leukoplakia bentuk homogen (kecuali
yang didasar mulut) cenderung mempunyai risiko displasia rendah, namun
nodular, speckled dan erosiva mempunyai risiko
tinggi, khususnya jika mempunyai displasia berat. Bentuk-bentuk lesi
leukoplakia yang kemudian berubah menjadi ganas adalah bentuk verukosa
dan bentuk nodular.
c. Pemeriksaan histopatologiPemeriksaan morfologi sel atau jaringan pada sediaan mikroskop dengan
pewarnaan rutin Hematoksilin-Eosin (HE).
d. Pemeriksaan sitologik eksfoliatifDigunakan untuk menegakkan diagnosa keganasan. Pemeriksaan sitologik
eksfoliatif memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi keadaan keganasan
sedini mungkin dan merupakan kontrol pada false negatif biopsi serta
menghindari biopsi yang tidak perlu. Faktor yang mempengaruhi ketepatan
pemeriksaan adalah lokasi dan jenis lesi, ketebalan lapisan keratin atau
keadaan hiperkeratotik akan menyebabkan sel-sel yang mengalami
diskeratosis sulit untuk ikut teridentifikasi karena tersembunyi.
4. Terapi
5/27/2018 makalah gigi mulut
43/45
Langkah pertama menyembuhkan leukoplakia adalah dengan
menghilangkan seluruh iritasi yang ada di sekitar rongga mulut. Bila langkah
pertama tidak menunjukan perbaikan dan atau ada tanda-tanda keganasan, perlu
dilakukan pengangkatan lesi atau bercak putih lewat proses pembedahan.
Pencegahan leukoplakia adalah dengan menghindari faktor predisposisi seperti
rokok dan alkohol, menghindari iritasi kronik seperti akibat paparan kontinu
bagian tajam dari gigi. Biopsi dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Pemberian
beta karoten dapat memperlambat perkembangan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Adulgopar. 2009.Anodontia.http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/anodontia.pdf
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/anodontia.pdfhttp://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/anodontia.pdfhttp://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/anodontia.pdf5/27/2018 makalah gigi mulut
44/45
Childrens Craniofacial Association (CCA) ( 2009). A guide to understanding cleft lip and
palate. http://www.ccakids.com/ Syndrome/CleftLipPalate.pdf9 Diakses tanggal 10
Juni 2013.
Elih dan Salim. 2008. Perawatan Gigi Impaksi 21 Dengan Alat Cekat Standar Edgewise.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/perawatan_gigi_impaksi.pdf
Gallois R (2006). Classification of malocclusion. http://www.columbia.edu/
itc/hs/dental/D5300/Classification%20of%20Malocclusion%20GALLOIS%2006%20
final_BW.pdf. Diakses tanggal 11 Juni 2013
Lelyati. 1996. Kalkulus Hubungannya dengan Penyakit Periodontal dan Penanganannya.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08KalkulusHubungannyadenganPenyakitPeriodo
ntal113.pdf/08KalkulusHubungannyadenganPenyakitPeriodontal113.pdf
Morokuma S., Anami A., Tsukimori K., Fukushima K., Wake N. 2010. Abnormal fetal
movements, micrognathia and pulmonary hypoplasia: a case report abnormal fetal
movements.BMC Pregnancy and Childbirth. 10:46.
Nurhayani (2004). Perbedaan jumlah debris yang terdorong keluar apeks gigi pada preparasi
saluran akar teknik step back dan crown down. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
Naidich T (2003). Section I: sinonasal cavities. Mosby Anatomy Book. Mosby Inc.
Orstavik D., Ford T.P. 2007.Apical Periodontitis: Microbial Infection and Host Responses.
http://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chap
ter/9781405149761/9781405149761_4_001.pdf
Paul, T. 2009. Management of Impacted Teeth.
http://faculty.ksu.edu.sa/Falamri/Presentations/Impacted-teeth.pdf (20 April 2012)
Susanto. 2009. Abnormalitas Pada Gigi.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/9da07198023c4f541871b5fc05e4ffcb0da1
a37a.pdf
Toothclub. 2011. Available fromhttp://www.toothiq.com/dental-diagnoses/dental-diagnosis-
poor-oral-hygiene-overview.html
Wijaya E. 2010.Pengaruh Periodontitis Terhadap Kesehatan Bayi yang Dilahirkan. Medan,
Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/perawatan_gigi_impaksi.pdfhttp://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/9781405149761/9781405149761_4_001.pdfhttp://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/9781405149761/9781405149761_4_001.pdfhttp://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/9781405149761/9781405149761_4_001.pdfhttp://faculty.ksu.edu.sa/Falamri/Presentations/Impacted-teeth.pdf%20(20http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/9da07198023c4f541871b5fc05e4ffcb0da1a37a.pdfhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/9da07198023c4f541871b5fc05e4ffcb0da1a37a.pdfhttp://www.toothiq.com/dental-diagnoses/dental-diagnosis-poor-oral-hygiene-overview.htmlhttp://www.toothiq.com/dental-diagnoses/dental-diagnosis-poor-oral-hygiene-overview.htmlhttp://www.toothiq.com/dental-diagnoses/dental-diagnosis-poor-oral-hygiene-overview.htmlhttp://www.toothiq.com/dental-diagnoses/dental-diagnosis-poor-oral-hygiene-overview.htmlhttp://www.toothiq.com/dental-diagnoses/dental-diagnosis-poor-oral-hygiene-overview.htmlhttp://www.toothiq.com/dental-diagnoses/dental-diagnosis-poor-oral-hygiene-overview.htmlhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/9da07198023c4f541871b5fc05e4ffcb0da1a37a.pdfhttp://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/9da07198023c4f541871b5fc05e4ffcb0da1a37a.pdfhttp://faculty.ksu.edu.sa/Falamri/Presentations/Impacted-teeth.pdf%20(20http://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/9781405149761/9781405149761_4_001.pdfhttp://www.blackwellpublishing.com/content/BPL_Images/Content_store/Sample_chapter/9781405149761/9781405149761_4_001.pdfhttp://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/perawatan_gigi_impaksi.pdf5/27/2018 makalah gigi mulut
45/45
Wu, C.C., Wong, R.W., Hagg, U. A review of hypodontia: the possible etiologies and
orthodontic, surgical and restorative treatment optionsconventional and futuristic.
Hong Kong Dent J. Vol 4 No 2 December 2007
Zieve D., Jun . 2009. Glossitis. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001053.htm
Policresulen