18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan manusia lain untuk melanjutkan hidup mereka. Dengan kata lain mereka memiliki keterikatan saling membutuhkan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Dalam kehidupan sosial masyarakat dikenal berbagai gejal-gejala sosial seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan. Tidak semua gejala sosial tersebut berjalan secara normal, kadang-kadang-kadang timbul gejala sosial yang tidak dikehendaki yang kemudian sering disebut masalah sosial. Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Terkadang berbagai permasalahan sosial tersebut dapat berdampak kurang menguntungkan bagi masyarakat umum sehingga disini diperlukan adanya upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan sosial tersebut Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh

Makalah HIV

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan manusia lain untuk

melanjutkan hidup mereka. Dengan kata lain mereka memiliki keterikatan saling

membutuhkan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Dalam kehidupan sosial

masyarakat dikenal berbagai gejal-gejala sosial seperti norma-norma, kelompok sosial,

lapisan masyarakat, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan. Tidak semua gejala

sosial tersebut berjalan secara normal, kadang-kadang-kadang timbul gejala sosial yang tidak

dikehendaki yang kemudian sering disebut masalah sosial.

Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara

unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.

Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan

sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul

akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita

yang ada. Terkadang berbagai permasalahan sosial tersebut dapat berdampak kurang

menguntungkan bagi masyarakat umum sehingga disini diperlukan adanya upaya-upaya

untuk mengatasi permasalahan sosial tersebut Adanya masalah sosial dalam masyarakat

ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat,

pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Masalah-masalah sosial umum yang terjadi di masyarakat misalnya kemiskinan,

kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda dalam masyarakat modern,

kenakalan remaja, pelacuran, homoseksualitas dan masalah lingkungan hidup. Masalah

sosial-masalah sosial yang sedang marak terjadi saat ini adalah pergaulan bebas remaja dan

pelacuran yang berujung pada terinfeksinya seseorang dengan virus HIV. Kasus-kasus HIV

tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi di desa-desa juga sudah ditemukan penderita

HIV/AIDS. Menurut data KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) kabupaten Buleleng jumlah

kasus HIV/AIDS terhitung dari tahun 1999-Maret 2010 berjumlah 798 kasus yang tersebar di

seluruh kecamatan di kabupaten buleleng.

Sejak tahun 1987 ketika penderita AIDS ditemukan pertama kali di Indonesia

tepatnya di RS Sanglah Bali, pemerintah Indonesia bersama dengan civil society yang

dimotori oleh NGO mengembangkan gerakan-gerakan penanggulangan. Dalam dua

dasawarsa ini, upaya penanggulangan tersebut, belum dapat menyaingi kecepatan penularan

virus HIV di masyarakat. Jumlah kasus yang ditemukan dari waktu ke waktu mengalami

peningkatan yang signifikan.

Stigma (cap buruk) sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan pada

gilirannya mendorong munculnya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) bagi orang yang

dengan HIV dan AIDS  dan keluarganya. Namun hal ini masih terus berlangsung. Salah satu

cara untuk mengatasinya adalah dengan peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS

dikalangan masyarakat termasuk mereka yang bekerja di unit-unit pelayanan

kesehatan.Dilihat dari adanya permasalahan sosial tersebut maka hal inilah yang mendasari

penulisan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat masalah yang dapat dirumuskan

sebagai berikut.

1.2.1 Apakah pengertian HIV/AIDS?

1.2.2 Berapakah jumlah kasus HIV/AIDS yang terjadi di Kabupaten Buleleng?

1.2.3 Masalah sosial apakah yang dapat ditimbulkan oleh HIV/AIDS?

1.2.4 Bagaimakah peranan pemerintah, pelajar/mahasiswa, Keluarga dan LSM dalam

menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS yang terjadi di kabupaten Buleleng?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian darai HIV/AIDS.

1.3.2 Untuk mengetahui jumlah kasus HIV/AIDS yang terjadi di Kabupaten Buleleng.

1.3.3 Untuk mengetahui masalah sosial yang dapat ditimbulkan oleh HIV/AIDS.

1.3.4 Untuk mengetahui peranan pemerintah, pelajar/mahasiswa, Keluarga dan LSM

dalam menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS yang terjadi di kabupaten

Buleleng.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari adanya penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut.

1.4.1 Bagi Penulis

Penulis dapat melatih kemampuan dalam penulisan makalah, khususnya yang

berkaitan dengan masalah sosial serta dapat menambah wawasan penulis terkait

dengan peningkatan pemahaman mengenai HIV/AIDS serta peran pemerintah,

pelajar/mahasiswa, Keluarga dan LSM dalam menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS.

1.4.2 Bagi Pembaca

Pembaca dapat memperoleh tambahan wawasan terkait dengan peningkatan

pemahaman mengenai HIV/AIDS serta peran pemerintah, pelajar/mahasiswa,

Keluarga dan LSM dalam menanggulangi kasus-kasus HIV/AIDS.

1.5 Metode

Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam pengumpulan informasi terkait

penulisan makalah yaitu dengan mengggunakan bebrapa metode antara lain:

1 Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan orang-orang yang berkompeten untuk

mendapat informasi yang diperlukan dalam penulisan makalah ini.

2 Kajian pustaka

Penulis melakukan kajian pustaka dari buku-buku literatur, brosur-brosur maupun

dari makalah-makalah yang relevan.

3 Browsing internet

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS

AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrom. Penyanyakit in adalah

kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.Penyebabnya sendiri

adalah virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).

HIV/AIDS termasuk PMS (Penyakit Menular Seks). PMS adalah penyakit yang dapat

ditularkan seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual.Seseorang beresiko tinggi

terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui

vagina,oral dan anal.Bila tidak diobati dengan benar penyakit ini dapt berakibat serius bagi

kesehatan reproduksi, seperti teradinya kemandulan hingga kematian.

Seperti isu yang telah berkembang di masyarakat mengenai cara penularan HIV/AIDS

sebenarnya terjadi kekeliruan pada pandangan masyarakat tersebut. Sebenarnya HIV/AIDS

hanya dapat menular melalui 4 cairan tubuh yaitu cairan sperma, cairan vagina, darah, dan

yang terbaru ditemukan bahwa virus HIV terdapat pada cairan sumsum tulang belakang.

Penularan HIV itu sendiri dapat terjadi melalui beberapa cara:

1. Melalui hubungan sex yang tidak terlindung (anal, oral, vaginal) dengan pengidap

HIV

2. Melalui transfuse darah atau menggunakan jarum suntik secara bergantian

3. Melalui ibu hamil pengidap HIV pada bayi yang dilahirkan dan dari ibu ke anak

selama menyusui.

2.1.1 Tanda-tanda dan Gejala HIV/AIDS

Usia 20-29 tahun merupakan usia yang peling rentan terhadap virus HIV / AIDS.

Penyakit yang bermula akibat memudarnya nilai moral dan agama dianggap penangkal

berbagai penyimpangan. Generasi muda yang ketergantungan NARKOBA melalui jarum

suntik rawan terkena HIV / AIDS cukup besar.

Dadang Hawari mengutip hasil penelitian Natoinal Centre for Health Statistic (1289)

melihat realitas remaja, antara lain : pertama, satu dari lima remaja putri usia 15-19 tahun

menjadi hamil di luar nikah; kedua, mereka (remaja putri dan putra) beresiko kena HIV 7:1

dan orang dewasanya 12:19; ketiga, remaja putri yang terlibat hubungan seks gelap umumnya

dengan pria dewasa berpengalaman; keempat, 25 persen remaja putri berpenyakit kelamin;

kelima, 65 persen terlibat anal seks; dan keenam, 74 persennya free sex.

Siapapun bisa saja tertular HIV dan gejala yang diltimbulkan tidak dapat di bedakan

dengan orang sehat kebanyakan karena penampilan luar seseorang tidak menjamin mereka

bebas HIV. Orang dengan HIV positif sering terlihat sehat dan merasa sehat sebelum

melakukan tes darah. Apabila melakukan tes HIV barulah seseorang mengetahui dan

menyadari bahwa dirinya tertular HIV. Tes HIV merupakan satu-satunya untuk mendapatkan

kepastian tertular HIV atau tidak. Pelayanan tes darah ini telah disediakan oleh pemerintah di

rumah sakit atau puskesmas dengan tidak dipungut bayaran.

Seseorang apabila sudah terinfeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-

gejala khusus.Baru beberapa minggu sesudah itu, orang yang terinfeksi sering menderita

penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare.Pada periode 3-4 tahun kemudian penderita

tidak memperlihatkan gejala khas atau disebut periode tanpa gejala, pada masa ini penderita

merasa sehat, secara fisik juga tidak terlihat bahwa penderita terserang virus HIV.

Sesudahnya tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secar

mendadak, sering sariawan di mulut dan terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening

hingga akhirnya dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit infeksi, kanker dan bahkan

kematian.

Penting diperhatikan bahwa HIV tidak ditularkan melalui pergaulan seperti berjabat

tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, peralatan makan, gigitan nyamuk, penggunaan jamban

atau tinggal serumah, kontak dengan penderita yang betuk atau bersin. Hal ini menjawab

bahwa isu yang berkembang di masyarakat tidaklah benar.Sehingga diperlukan pemahan

yang benar mengenai penyakit HIV/AIDS serta cara penularannya.

Setelah mengetahui apa itu HIV/AIDS pastilah muncul di pemikiran kita bagaimana

upaya untuk mencegah penularan HIV. Pencegahan HIV sangat mudah, tergantung pada

prilaku kita sendiri. Pencegahannya dapat dilakukan dengan model pencegahan ABCDE

yaitu:

1) Absen Seks yaitu tidak melakukan hubungan seks sama sekali

2) Befaithfull yaitu saling setia dengan pasangan dan tidak berganti-ganti

pasangan seks

3) Condom yaitu selalu menggunakan kondom jika melakukkan hubungan seks

beresiko baik lewat vagina, dubur, ataupum mulut

4) Don’t Inject yaitu tidak menggunakan alat-alat suntik atyau jarum bekas

apalagi menggunakan narkoba suntik

5) Education yaitu selalu mengikuti perkembangan informasi tentanng

HIV/AIDS melalui membaca, berbicara mengenai HIV/AIDS untuk

menambah pengetahuan.

2.2 Jumlah Kasus HIV/AIDS yang Terjadi di Kabupaten Buleleng

Kasus AIDS pertama di Indonesia diidentifikasi di Bali pada seorang laki-laki asing

yang kemudian meninggal pada April 1987. Orang Indonesia pertama yang meninggal karena

AIDS dilaporkan di Bali pada Juni 1988. Sejak itu masalah HIV di Indonesia mulai menjadi

perhatian terutama oleh kalangan tenaga kesehatan. Kasus HIV/AIDS di Bali, khususnya di

Kabupaten Buleleng sudah sangat memperihatinkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Buleleng, dari tahun 2000 sampai Maret

2010 tercatat 798 kasus HIV/AIDS. Menurut informasi dari Asisten koordinator KPA yaitu

Putu Wisada, mengatakan bahwa kebanyakan dari penderita HIV/AIDS disebabkan oleh

perilaku seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik narkoba. Dari 9 kabupaten di Bali,

kasus HIV/AIDS di Denpasar berada pada peringkat pertama, Buleleng berada pada

peringkat kedua, dan Tabanan berada pada peringkat ketiga.

Tabel 1 Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2000-2010 di Kabupaten Buleleng

Tahun Jumlah

2000 2

2001 2

2002 10

2003 21

2004 9

2005 60

2006 125

2007 143

2008 165

2009 65

Maret 2010 196

Total 798 kasus

Kasus HIV AIDS yang ada di kabupaten Buleleng kebanyakan diderita oleh orang-orang

dewasa yang berumur dari 20-29 tahun. Jumlah penderita dari umur ini dapat dikatakan

hampir 99% dari jumlah total kasus HIV/AIDS yang ada di Kabupaten Buleleng. Kasus ini

baru terkuak

2.3 Masalah Sosial Yang Ditimbulkan Oleh HIV/AIDS

Masyarakat masih memberikan stigma dan diskriminasi kepada penderita HIV /

AIDS. Stigma berhubungan dengan kekuasaan dan dominasi dalam masyarakat. Pada

puncaknya, stigma akan berkembang, dan ini didukung oleh, ketidaksetaraan sosial. Stigma

berurat akar di dalam struktur masyarakat dan norma-norma serta nilai-nilai yang mengatur

kehidupan sehari-hari. Ini menyebabkan beberapa kelompok menjadi kurang dihargai dan

merasa malu, sedangkan kelompok lainnya merasa superior.

Diskriminasi terjadi ketika pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk

memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan

status HIV seseorang. Contoh-contoh diskriminasi meliputi :

Para staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan kesehatan

kepada orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

Dalam dunia medis, perlakuan diskriminasi yang terjadi pada ODHA misalnya ketika

seorang penderita yang harus mendapat operasi karena suatu penyakit atau kecelakaan

mendadak harus dibatalkan karena statusnya sebagai pengidap HIV;

Atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan

status HIV mereka, ntuk mencari lapangan pekerjaan juga merupakan hal yang tidak

mudah bagi mereka, banyak perusahaan yang menolak orang-orang dengan HIV

untuk bekerja padahal kalau kita lihat pengidap penyakit ini ada pada tataran usia

produktif kerja. Tentunya pembatasan kerja yang dilakukan sebenarnya akan

mematikan berbagai sektor kerja yang ada.

Keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang hidup, atau dipercayai hidup,

dengan HIV dan AIDS.

Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran HAM. Stigma

dan diskriminasi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Stigma dan diskriminasi yang

dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologis berat tentang bagaimana orang

yang hidup dengan HIV dan AIDS melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong,

dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan keputusasaan.

Faktor-faktor yang menimbulkan stigma dan diskriminasi di masyarakat adalah

karena penyakit HIV / AIDS dapat mengancam jiwa, informasi yang kurang tepat mengenai

penyakit HIV / AIDS dan adanya kepercayaan dimasyarakat bahwa penyakit ini adalah

merupakan suatu “hukuman” atas perbuatan yang melanggar moral atau tidak

bertanggungjawab sehingga penderita HIV / AIDS itu “pantas” untuk menerima perlakuan-

perlakuan yang tidak selayaknya mereka dapatkan. Tindakan penolakan itu bisa berupa

sekedar ucapan hingga berupa penyiksaan psikologis dan fisik yang traumatis. Trauma yang

diterima penderita HIV menjadi bertumpuk-tumpuk, selain trauma karena tahu yang akan

terjadi pada tubuhnya bila menderita HIV, juga trauma karena adanya stigma dan

diskriminasi yang melekat terus sepanjang hidupnya.

Stigma dan diskriminasi juga menghambat upaya pencegahan dengan membuat orang

takut untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi atau tidak. Bisa pula menyebabkan mereka

yang telah terinfeksi meneruskan praktik seksual tidak aman karena takut orang-orang akan

curiga terhadap status HIV mereka. Akhirnya, orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

dilihat sebagai masalah, bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi epidemi ini.

Ketakutan tidak diterima masyarakat dan ditolak dimana-mana bisa menghambat kemauan

para resiko tinggi menderita HIV dan orang yang dicurigai menderita HIV untuk dilakukan

pemeriksaan.

Hak asasi manusia itu di antaranya adalah memiliki dan mendapatkan privasi,

kemerdekaan, keamanan serta kebebasan berpindah, bebas dari kekejaman, penghinaan

(tindakan menurunkan martabat atau pengucilan), bekerja (termasuk terbukanya kesempatan

yang sama), mendapatkan pendidikan serta menjalin mitra jaringan, keamanan sosial dan

pelayanan, kesetaraan perlindungan dalam hukum, menikah dan berkeluarga, mendapatkan

perawatan, dan masih banyak lagi. Selain hak, orang yang hidup dengan HIV dan AIDS  juga

mempunyai kewajiban seperti menjaga kesehatan, tidak menularkan ke orang lain, mencari

informasi dan lain-lain.

Mencari informasi tentang HIV dan AIDS dari sumber yang tepat sebanyak-

banyaknya adalah salah satu cara untuk melindungi diri kita dan orang lain. Misalnya

mencari informasi yang tepat dari lembaga-lembaga yang kompeten di bidangnya seperti

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Kisara PKBI Bali, Yayasan Bali Plus, Yakita,

Yayasan Hatihati, Palang Merah Indonesia (PMI), dan masih banyak organisasi lain.

Paling penting adalah dengan makin banyak informasi yang diserap masyarakat (dari

berbagai lapisan), maka perlahan-lahan stigma dan diskriminasi dapat dilenyapkan, sehingga

mempercepat dan mempermudah usaha pencegahan karena orang tidak takut lagi untuk

mengetahui status HIV-nya, apakah mereka terinfeksi atau tidak.

Penanggulangan masalah ini seharusnya tidak lagi bergantung pada Negara atau

lembaga donor saja. Sudah waktunya digunakan pendekatan yang melibatkan seluruh

komponen masyarakat untuk menanggulangi masalah ini melalui pemberdayaan dan

kemandirian dari segala aspek khususnya kelembagaan dan pendanaan.

2.4 Peran Pemerintah,Pelajar/Mahasiswa, Keluarga dan LSM Dalam Menanggulangani

Kasus-Kasus HIV/AIDS yang Terjadi di Kabupaten Buleleng

a). Peran Pemerintah

Komitmen pemerintah Kabupaten Buleleng dalam penanggulangan HIV/AIDS tidak

diragukan lagi. Program dilaksanakan secara komprehensif artinya adalah pada tempat-

tempat dimana terjadi penularan, dilaksanakan program mulai dari pencegahan, perawatan,

dukungan dan pengobatan serta mitigasi didukung oleh kebijakan yang memberdayakan

masyarakat untuk secara mandiri menanggulangi masalah HIV dan AIDS. Program

komprehensif juga berarti pelibatan seluruh komponen masyarakat termasuk sektor-sektor

pemerintah dan swasta, juga aparat-aparat setempat. Dengan demikian penduduk yang paling

berisiko tertular HIV dapat mengakses informasi dan layanan kesehatan, sementara stigma

dan diskriminasi dapat dihilangkan. Program komprehensif dilaksanakan untuk mengatasi

semua penyebab penularan,baik melalui penggunaan narkoba suntik, transmisi seksual,

maupun penularan dari ibu ke bayi. Pelaksanaan program yang komprehensif menerapkan

prinsip-prinsip kewaspadaan universal dan berorientasi pada integrasi pemberian layanan

kesehatan dalam sistem yang sudah ada.

Melalui Keputusan Bupati Buleleng dibentuklah Komisi Penanggulangan AIDS

(KPA). Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) adalah lembaga yang bertugas merumuskan

kebijakan dan melakukan koordinasi dalam penanggulangan HIV/AIDS di Buleleng. KPA

melakukan koordinasi dengan instansi-intansi pemerintahan yang ada di Buleleng. Dalam

merumuskan kebijakan dalam penanggulangan HIV dan AIDS, Pemerintah Kabupaten

Buleleng mengambil kebijakan untuk mengatur penanggulangan HIV / AIDS dalam suatu

peraturan daerah yaitu Perda No 5 Tahun 2007 tentang Penanggulangan HIV/AIDS, dengan

Perda ini diharapkan mampu melindungi masyarakat dari HIV/AIDS. Berbagai program juga

telah dilaksanakan seperti salah satunya membentuk dan melatih Guru Pembina KSPAN

(Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba) di seluruh sekolah SMP dan SMA/SMK Negeri

dan Swasta se-Kabupaten Buleleng serta pelatihan tutor sebaya KSPAN SMP dan SMA,

pelatihan konselor profesional dan konselor dasar bagi petugas kesehatan. Di sektor fisik

pemerintah Kabupaten Buleleng menyediakan Klinik VCT (Volountary Counseling and

Testing) dan pada tahun ini Pemerintah Kabupaten berencana mengembangkan VCT pada

tiga Puskesmas, Klinik PMTCT (Prevention Mother to Child Tranmission), CST (Care

Support and Treatment), yang berada di RSUD Singaraja, PTRM (Pelayanan Terapi Rumatan

Methadone) di Puskesmas Buleleng I dan Klinik IMS (Infeksi Menular Seksual) di

Puskesmas Sawan I dan Puskesmas Gerokgak II. Tahun 2006, pemerintah Kabupaten

Buleleng menyediakan Sekretariat KPA.

b). Pelajar/Mahasiswa

Kita tentu sepakat untuk mengatakan bahwa sebuah negara akan menjadi kuat

eksistensinya, ketika para pemudanya mampu tampil aktif dan dinamis di tengah masyarakat.

Para pemuda ibarat ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok; baik itu dalam ruang

lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Mereka merupakan motor penggerak akan

kemajuan sebuah negera. Bisa kita banyangkan alangkah hancurnya sebuah negara atau

daerah bila para pemuda yang sebagai harapan negara atau daerah ternyata lunglai, loyo,

karena dihinggapi virus HIV/AIDS.

Adapun peran yang dapat dilakukan selaku pelajar/mahasiswa natara lain:

1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosialisasi tentang HIV/AIDS di sekolah dan

kampus masing-masing.

2. Berpatisifasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan KPA maupun LSM.

3. Mengangkat makalah, tugas, skripsi, dan presentasi tentang HIV/AIDS sehingga dapat

berfungsi sekaligus sebagai media sosialisasi.

4. Berperilaku dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang mengarah pada kenakalan remaja.

c). Peranan Keluarga

1 Memberikan dukungan moril bagi anggota keluarga yang sudah positif terkena HIV

2 Memantau pergaulan anak agar tidak menjurus ke pergaulan bebas antar remaja dan

kenakalan remaja

3 Memberikan edukasi yang cukup mengenai fungsi seksual kepada anak sejak dini

sebagai usaha preventif.

d). Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)Pada saat ini ada tiga LSM di Kabupaten Buleleng yang berkecimpung dibidang

HIV/AIDS, yaitu Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI), Yayasan Kesehatan Bangsa

(Yakeba) dan Yayasan Gaya Dewata. Sedangkan Tiga Kelompok Dukungan Sebaya (KDS)

telah terbentuk di Kabupaten Buleleng yaitu KDS Tali Kasih, KDS Kosala, dan KDS Mitra

Sehati.

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), instansi terkait dan semua komponen

masyarakat termasuk LSM peduli AIDS, secara bersama-sama melakukan langkah-langkah

nyata antara lain :

1. Manajemen Program

1 Pertemuan Lintas Sektor

2 Rapat Rutin KPA

3 Pengolahan & Analisa Data

4 Hari AIDS se-Dunia

5 Jambore KSPAN

2. Pelayanan Kesehatan

1 Pelatihan VCT

2 Pelatihan CST

3 Pelatihan HR

4 Pelatihan Tatalaksana IMS

5 Pelayanan Klinik VCT

6 Pelayanan CST bagi ODHA

7 Pelayanan Klinik PMTCT

8 Pelayanan Terapi Rumatan Methadone (PTRM)

9 Penjangkauan dan Pendampingan

10 Pelayanan Klinik IMS

11 Pengobatan IMS

12 Promosi Kondom

13 Pelatihan Konselor

14 Pelatihan Guru Pembina KS-PAN (Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba)

15 Pelatihan Peer Edukator bagi Siswa KSPAN

16 Pelatihan Peer Edukator bagi Karang Taruna dan KDPA (Kader Desa Peduli AIDS)

3. Komunikasi, Informasi dan Edukasi

1 Penyuluhan bagi Karang Taruna

2 Penyuluhan bagi warga binaan LAPAS

3 Penyuluhan bagi Siswa Sekolah

4 Penyuluhan bagi Dharma Wanita

5 Penyuluhan massa

6 Sosialisasi HIV/AIDS dan PMTCT bagi Bidan

7 Sosialisasi HIV/AIDS dan PMTCT bagi Ibu Hamil

8 Media KIE (Media cetak, Radio Spot, dan Dialog Interaktif