19
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara[1] bagaikan suatu organism maksudnya adalah bahwa Negara tidak bisa sendiri tanpa adanya Negara lain. Keberlangsungan hidupnya ikut dipengar negara-negara lain, terutama negara-negara tetangganya atau negara yang berada d kawasan dengannya. Banyak faktor yang melatarbelakangi Negara yang satu sangat bergantung atau memerlukan hubungan kerja sama dengan Negara lainnya. adalah oleh karena faktor kebutuhan Negara itu sendiri. eperti yang sudah di je sebelumnya, bahwa Negara bagaikan suatu organisme, maka dengan adanya k tersebut diharapkan segala kebutuhan itu dapat terpenuhi. !kibatnya nant berpengaruh terhadap hubungan antara negara- negara tersebut kea rah yang lebih lebih harmonis. Namun, terkadang dalam men"apai suatu tujuan tersebut konflik ju dapat terhindarkan. #enyebabyaadalah ada satu negara yang lebihmementingkan kepentingan sepihak dari negaranya. ebagai Negara yang saling berbatasan territorial maka, salah satu masalah yang sangat rentan untuk memi"u terjadinya konflik adalah masalah terit tersebut menjadi sangat sensitif karena menyangkut kedaulatan sebuah negara. %ak persengketaan tersebut meningkatkan ketegangan diantara negara-negara yang terlibat persengketaan dan bahkan memi"u terjadinya konflik bersenjata yang mengakibatkan kerugian pihak-pihak yang bersengketa.[&] 'ndonesia sebagai sebuah bangsa yang besar dan wilayah yang luas baik dara lautan memiliki tantangan tersendiri untuk menjaga keutuhan dan persatuan serta wilayahnya. Berbagai an"aman, hambatan, tantangan dan gangguan baik yang berasal dalam negeri maupun luar negeri dapat mengan"am keutuhan bangsa dan Negara 'ndon (al yang berkaitan dengan konsep wawasan nusantara serta implementasinya salah s mengenai persengketaan berkaitan dengan daerah perbatasan antarNegara. 'ndonesia memiliki wilayah yang sangat luas yaitu tanah sekitar 1,)*+ juta km&, luas laut *,1 juta km&, dan luas laut [*] ona konomi ksklusif/ &,+ juta km&. 0ara ke timur lebih panjang dari pada jarak antara ondon dan iberia sebagaimana yan digambarkan oleh $ultatuli.[2]'ndonesia merupakan kawasan kepulauan terbesar di yang terdiri dari sekitar 13.143 pulau besar dan ke"il. %ermasuk dalam kawasan kepulauan ini adalah pulau-pulau besar seperti uma 0awa, sekitar tiga perempat Borneo, ulawesi, kepulauan $aluku dan pulau-pulau k sekitarnya, dan separoh bagian barat dari pulau #apua dan dihuni oleh ratusan su [5] #ulau-pulau ini terbentang dari timur ke barat sejauh 5.244 km dan sekitar &. antara utara dan selatan. 7aris terluar yang mengelilingi wilayah 'ndonesia adal kurang lebih 31,444 km dan sekitar 34 persen dari kawasan ini adalah laut. [6] 0adi di dalam daerah yang demikian luas ini terkandung keanekaragaman baik se"ara geografis, r kultural yang seringkali menjadi kendala bagi proses integrasi nasional. 8engan kewilayahan yang sema"am itu laut merupakan unsur yang dominan dalam sejarah 'nd Republik Indonesia mempunyai batas maritim dengan 10 negara tetangga yaitu Australia, Ti Leste, Papua New Guinea (PNG), Palau, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indi Dalam penataan batas maritim dengan negara-negara tetangga tersebut, menurut Konvensi Hukum Lau (UNCLOS) 1982, Indonesia berhak untuk menetapkan batas-batas terluar dari berbagai zona maritim dengan batas-batas maksimum (dihitung dari garis pangkal atau garis dasar) yang ditetapkan seba berikut [Agoes, 2002]: laut teritorial (territorial sea), zona yang merupakan bagian dari wilay sebesar 12 mil laut, zona tambahan (contiguous zone), dimana negara memiliki yurisdiksi khusus

Makalah Hk Internasional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hukum Internasional

Citation preview

PENDAHULUANA.Latar BelakangNegara[1]bagaikan suatu organism maksudnya adalah bahwa Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya Negara lain. Keberlangsungan hidupnya ikut dipengaruhi juga oleh negara-negara lain, terutama negara-negara tetangganya atau negara yang berada dalam satu kawasan dengannya. Banyak faktor yang melatarbelakangi Negara yang satu sangat bergantung atau memerlukan hubungan kerja sama dengan Negara lainnya. Salah satunya adalah oleh karena faktor kebutuhan Negara itu sendiri. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, bahwa Negara bagaikan suatu organisme, maka dengan adanya kerja sama tersebut diharapkan segala kebutuhan itu dapat terpenuhi. Akibatnya nanti juga sangat berpengaruh terhadap hubungan antara negara- negara tersebut kea rah yang lebih baik dan lebih harmonis. Namun, terkadang dalam mencapai suatu tujuan tersebut konflik juga tak dapat terhindarkan. Penyebabya adalah ada satu negara yang lebih mementingkan kepentingan sepihak dari negaranya.Sebagai Negara yang saling berbatasan territorial maka, salah satu masalah sentral yang sangat rentan untuk memicu terjadinya konflik adalah masalah teritorial. Masalah tersebut menjadi sangat sensitif karena menyangkut kedaulatan sebuah negara. Tak jarang persengketaan tersebut meningkatkan ketegangan diantara negara-negara yang terlibat persengketaan dan bahkan memicu terjadinya konflik bersenjata yang mengakibatkan kerugian pihak-pihak yang bersengketa.[2]Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar dan wilayah yang luas baik darat maupun lautan memiliki tantangan tersendiri untuk menjaga keutuhan dan persatuan serta kesatuan wilayahnya. Berbagai ancaman, hambatan, tantangan dan gangguan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Hal yang berkaitan dengan konsep wawasan nusantara serta implementasinya salah satunya mengenai persengketaan berkaitan dengan daerah perbatasan antar Negara.Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas yaitu tanah sekitar 1,937 juta km2, luas laut kedaulatan 3,1 juta km2, dan luas laut ZEE[3](Zona Ekonomi Eksklusif) 2,7 juta km2. Jarak dari barat ke timur lebih panjang dari pada jarak antara London dan Siberia sebagaimana yang pernah digambarkan oleh Multatuli.[4]Indonesia merupakan kawasan kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar 18.108 pulau besar dan kecil.Termasuk dalam kawasan kepulauan ini adalah pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa, sekitar tiga perempat Borneo, Sulawesi, kepulauan Maluku dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, dan separoh bagian barat dari pulau Papua dan dihuni oleh ratusan suku bangsa.[5]Pulau-pulau ini terbentang dari timur ke barat sejauh 6.400 km dan sekitar 2.500 km jarak antara utara dan selatan. Garis terluar yang mengelilingi wilayah Indonesia adalah sepanjang kurang lebih 81,000 km dan sekitar 80 persen dari kawasan ini adalah laut.[6]Jadi di dalam daerah yang demikian luas ini terkandung keanekaragaman baik secara geografis, ras maupun kultural yang seringkali menjadi kendala bagi proses integrasi nasional. Dengan konstruksi kewilayahan yang semacam itu laut merupakan unsur yang dominan dalam sejarah Indonesia.Republik Indonesia mempunyai batas maritim dengan 10 negara tetangga yaitu Australia, Timor Leste, Papua New Guinea (PNG), Palau, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan India. Dalam penataan batas maritim dengan negara-negara tetangga tersebut, menurut Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia berhak untuk menetapkan batas-batas terluar dari berbagai zona maritim, dengan batas-batas maksimum (dihitung dari garis pangkal atau garis dasar) yang ditetapkan sebagai berikut [Agoes, 2002]:laut teritorial (territorial sea), zona yang merupakan bagian dari wilayah negara sebesar 12 mil laut,zona tambahan (contiguous zone), dimana negara memiliki yurisdiksi khusussebesar 24 mil laut, zona ekonomi eksklusif (ZEE), zona dimana negara memiliki hak-hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber kekayaan alamnya diatas dasar laut sampai permukaan laut serta pada dasar laut serta tanah di bawahnya sebesar 200 mil laut, danterakhirlandas kontinen (continental shelf), zona dimana negara memiliki hak-hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber kekayaan alampada dasar laut serta tanah di bawahnya (antara 200 - 350 nm atau sampai dengan 100 nm dari isobath (kedalaman) 2500 meter).Garis batas antara Indonesia dan negara-negara tersebut untuk setiap zona maritim yang sudah ada, biasanya akan diberikan berupa daftar koordinat geodetik (lintang,bujur) dari titik-titik batas. Namun demikian untuk informasi koordinat batas yang ada tersebut tidak jelas menyebutkan datum geodetik (sistem referensi koordinat) nya. Ketidakjelasan tentang datum geodetik dari titik-titik batas maritim Indonesia dengan negara-negara tetangga ini perlu secepatnya dikaji dan dievaluasi sebelum timbul permasalahan kelak.Hingga saat ini banyak negara menghadap persoalan perbatasan dengan tetangganya yang belum terselesaikan lewat perundingan. Bahkan kebiasaan menunda penyelesaian masalah justru menambah rumit persoalan. Beberapa persoalan perbatasan dan "dispute territorial" yang cukup mengusik harmonisasi antar negara maupun ke-amanan kawasan.Wilayah nasional suatu negara merupakan modal dasar kodrati yang perlu didaya-gunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan dan keamanan bangsa. Kemajuan teknologi, berkurangnya sumber daya alam serta pertambahan jumlah penduduk telah menjadikan ruang dunia terasa relatif semakin sempit, sedangkan dilain pihak dirasakan pula bahwa politik kekuasaan negara maju sebaliknya semakin bersifat global. Karena itu setiap bangsa berusaha menjadikan wilayah nasionalnya masing - masing suatu ruang hidup yang mampu mendukung kepentingan nasionalnya, dimana perbatasan wilayah nasional tidak hanya mempunyai dimensi politik dan hukum semata - mata tetapi juga mempunyai dimensi ekonomi dan budaya bangsa.[7]Menyempitnya ruang dunia membuat aspek wilayah menjadi faktor yang makin penting didalam pembentukan posisi kekuasaan maupun politik kekuasaan yang mampu menjamin tegaknya kedaulatan, integritas wilayah serta kesatuan dan persatuan bangsa. Wawasan nusantara[8]sebagai cara pandang bangsa Indonesia, merupakan inti dasar budaya bangsa Indonesia yang dilandasi oleh falsafah Pancasila serta kondisi dan posisi geografi wilayah Indonesia yang menentukan pola pikir dan tata laku bangsa dalam mewujudkan kehidupan nasional yang dikembangkan dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab atas pemanfaatan lingkungannya. Dilain pihak Wawasan Nusantara, sebagai konsepsi geo-politik bangsa dan negara Indonesia dikembangkan untuk menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional serta merentangkan hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan ketertiban dunia.

B.RUMUSAN MASALAH1.Bagaimana cara-cara yang dilakukan suatu negarauntuk memperoleh tambahan wilayah Negara.2.Bagaimana cara-cara yang dilakukan Indonesiauntuk memperoleh tambahan wilayah Negara.

C.TUJUAN PENULISAN1.Untuk mengetahui cara-cara yang dilakukan suatu negara untuk memperoleh tambahan wilayah Negara.2.Untuk mengetahui cara-cara yang dilakukan Indonesiauntuk memperoleh tambahan wilayah Negara.

D.MANFAAT PENULISANManfaat yang penulis harapkan dari penulisan makalah ini adalah:1.Manfaat TeoritisPenulisan makalah ini diharapkan memberikan sumbangan pikiran dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan cara cara memperluas wilayah yang dilakukan Indonesia khususnya.2.Manfaat PraktisPenulisan makalahini diharapkan menjadi bahan praktisi hukum dalam mengetahui cara cara yang dilakukan suatu negara dalam memperluas wilayah negaranya

E.RUANG LINGKUP

Untuk memperoleh hasil penulisan makalahyang baik serta untuk mempermudah pengumpulan data dan pembahasannya, maka materi dalam penulisan makalahini memerlukan adanya ruang lingkup. Ruang lingkup dalam penulisan makalah merupakan hal yang penting, yaitu agar pembahasan tidak menyimpang dari tujuan penelitian semula, demikian juga agar bahan yang dicari dan diteliti dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian.Penulisan makalah ini mengkaji masalah cara-cara yang dilakukan Indonesia untuk memperoleh tambahan wilayah negara.

BAB IIPEMBAHASAN

A.Cara Cara Memperoleh Tambahan Wilayah NegaraDalam praktek maupun secara teoritis suatu negara dapat memperoleh tambahan wilayah. Penambahan wilayah suatu negara tersebut dapat terjadi melalui beberapa cara yang secara teoritis dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :[9]1.Pendudukan( Occupation )2.Penambahan Secara Alamiah(Aaccretion )3.Penyerahan( Cession )4.Merebut( Subjugation )5.Daluarsa( Prescription )Berikut ini akan di jelaskan mengenai cara-cara memperoleh tambahan wilayah negara tersebut.1.Pendudukan( Occupation )Penambahan wilayah suatu negara melaluicara pendudukan harus memenuhi 3 (tiga) syarat yaitu:a)Wilayah yang diduduki harus belum berada di bawah kekuasaan suatu negara ( terra nullius );b)Harus ada niat yang serius untuk tetap menguasai wilayah itu;c)Harus ada tindakan pelaksanaan yang efektif.utamaBerdasarkan ketiga syarat diatas sesuai dengan point wilayah yang diduduki harus belum berada di bawah kekuasaan suatu Negara maka, pada saat sekarang ini yang memungkinkan dapat dijadikan objek pendudukan tersebutadalah pulau-pulau karang ( atols ). Hal ini disebabkan pada saat sekarang dapat dikatakan sudah tidak ada lagi wilayah daratan yang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara.2.Penambahan Secara Alamiah( Accretion )Penambahan wilayah suatu negara dengan cara penambahan secara alamiah ini dapat dilakukan melaiui 2( dua ) cara yaitu:a)Sengaja wilayah laut ditimbun sehingga menjadi daratanb)Terjadi karena proses alam sendiri, seperti garis pantai menjadi dangkal dan kering karena penyusutan air laut. Dimana pantai yang semula digenangi oleh laut berubah menjadi daratan.

3.Penyerahan( Cession )Penambahan wilayah suatu Negara dengan cara penyerahan dapat terjadi secara damai atau akibat dari suatu peperangan. Penambahan wilayah dengan cara damai dapat terjadi dengan car penghibahan atau penjualan. Sedangkan penambahan wilayah melalui peperangan, biasanya ditetapkan dalam Perjanjian Perdamaian dengan memenuhi persyaratan yang di cantumkan dalam perjanjian tersebut.4.Merebut( Subjugation )Penambahan wilayah suatu negara dengan cara merebut dapat terjadi dalam suatu peperangan antara dua negara. Dimana suatu wilayah yang semula dikuasaiatau diduduki oleh suatu negarakemudian oleh karena adanya suatau peperangan maka wilayah tersebut diduduki oleh negara yang lain dengan cara direbut dan kemudian tidak dikembalikan kepada pihak pemilik yang semula meskipun sudah ada perdamaian.

5.Daluarsa( Prescription )Mengenaipenambahan wilayah suatu negara berdasarkan daluarsa hukum internasional sendiri tidak atau belum ada kesepakatan tentang jangka waktu dalam daluasa ini. Bahkan ada sarjana yang berpendapat bahwa dalam hukum internasional tidak dikenal lembaga daluarsa tersebut.

Selain kelima cara untuk memperoleh tambahan wilayah suatu negara yang tekah disebutkan di atas, dalam praktek internasional saat ini dikenal juga beberapa cara lain bagi suatu negara untuk memperoleh penambahan wilayah negaranya, yakni :1.Klaim Sepihak ( Tindakan Sepihak )Klaim sepihak ( tindakan sepihak ) maksudnya bahwa suatu negara secara sepihak mengumumkan/memproklamasikanatau ( dalam praktekya sering juga disebut sebagai deklarasi ) penambahan wilayah negaranya kepada masyarakat internasional. Isi dari pengumuman itu adalah memuat pernyataan keinginan dari suatu negara untuk menambah luas wilayah negaranya. Pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu negara untuk menambah luas wilayah negaranya tersebut, tidak hanya terbatas pada wilayah yang tunduk dalam kedaulatannya, akan tetapi juga wilayah yang tunduk di bawah yurisdiksi negara bersangkutan.2.IntegrasiPenambahan wilayah suatu negara dengan cara integrasiadalah dengan cara pernyataan masyarakat dari suatu wilayah untuk menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan suatu negara. Dengan demikian, melalui pernyataanya itu, maka dengan sendirinya wilayah yang menyatu tersebut melebur menjadi satu dengan wilayah negara tempatnya bergabung itu.

B.Cara-Cara Indonesia Memperoleh Tambahan Wilayah NegaraDalam perkembanganya berdasrkan prakteknya Indonesia sejak merdeka sampai sekarang telah memperoleh tambahan wilayah sebanyak 3 ( tiga ) kali, yaitu melalui proses :1.Penyerahan ( Cession )2.Klaim Sepihak3.IntegrasiBerikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai cara-cara memperoleh tambahan wilayah yang dilkukan oleh negara Indonesia.1. Penyerahan ( Cession )Mengenai tambahan wilayah negara Indonesia melalui proses Penyerahan( Cession)tersebut adalah pada waktu Indonesia memeperoleh wilayah Irian Barat yang sekarang adalah Irian Jaya dari Belanda.

a)Latar belakang pengembalian Irian BaratApabila ditinjau darisegi politis, bahwa berdasarkan perjanjian international 1896 yang diperjuangkan oleh Prof. Van Vollen Houven (pakar hukum adat Indonesia) di sepakati bahwa Indonesia adalah bekas Hindia Belanda. Sedangkan Irian Barat walaupun dikatakan oleh Belanda secara kesukuan berbeda dengan bangsa Indonesia, tetapi secara sah merupakan wilayah Hindia Belanda.Apabila ditinjau darisegi antropologi, bahwa bangsa Indonesia yang asli adalah Homo Wajakensis dan Homo Soloensis yang mempunyai ciri-ciri:kulit hitam, rambut keriting (ras austromelanesoid) yang merupakan ciri ciri suku bangsa Aborigin (Australia) dan ras negroid (Papua).Apabila ditinjau darisegi sejarah, bahwa Konferensi Meja Bundar yang dilakukan untuk mengatur penyerahan kedaulatan Indonesia diwarnai dengan usaha licik Belanda yang ingin terus mempertahankan Irian Barat (New Guinea) dengan alasan kesukuan. Akhirnya KMB memutuskan penyelesaian Irian Barat akan ditentukan dalam masa satu tahun setelah penyerahan kedaulatan melalui perundingan antara RIS dengan Kerajaan Belanda.Belanda tetap mempertahankan Irian Barat sebagai jajahannya, dan memasukan wilayah Irian Barat ke dalam Konstitusi nya pada tanggal 19 Pebruari 1952. Dengan demikian Belanda sendiri telah melanggar isiRound Table Conferenceyang telah disepakati dengan RISb)Perjuangan diplomasi;pendekatan diplomasi1)Perundingan BilateralIndonesia BelandaPada tanggal 24 Maret 1950 diselenggarakan perundingan bilateral[13]yaitu Konferensi Tingkat Menteri Uni Belanda - Indonesia. Konferensi memutuskan untuk membentuk suatu komisi yang anggotanya wakil-wakil Indonesia dan Belanda untuk menyelidiki masalah Irian Barat. Hasil kerja Komisi ini harus dilaporkan dalam Konferensi Tingkat Menteri II di Den Haag pada bulan Desember 1950. Ternyata pembicaraan dalam tingkat ini tidak menghasilkan penyelesaian masalah Irian Barat. Pertemuan Bilateral Indonesia Belanda berturut-turut diadakan pada tahun 1952 dan 1954, namun hasilnya tetap sama, yaitu Belanda enggan mengembalikan Irian Barat kepada Indonesia sesuai hasil KMB.

2)Melalui Forum PBBSetelah perundingan bilateral yang dilaksanakan pada tahun 1950, 1952 dan 1954 mengalami kegagalan, Indonesia berupaya mengajukan masalah Irian Barat dalam forum PBB. Sidang Umum PBB yang pertama kali membahas masalah Irian Barat dilaksanakan tanggal 10 Desember 1954. Sidang ini gagal untuk mendapatkan 2/3 suara dukungan yang diperlukan untuk mendesak Belanda.Indonesia secara bertrurut turut mengajukan lagi sengketa Irian Barat dalam Majelis Umum X tahun 1955, Majelis Umum XI tahun 1956, dan Majelis Umum XII tahun 1957. Tetapi hasil pemungutan suara yang diperoleh tidak dapat memperoleh 2/3 suara yang diperlukan.3)Dukungan Negara Negara Asia Afrika (KAA) Gagal melalui cara bilateral, Indonesia juga menempuh jalur diplomasi secara regional dengan mencari dukungan dari negara-negara Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Indonesia tahun 1955 dan dihadiri oleh 29 negara-negara di kawasan Asia Afrika, secara bulat mendukung upaya bangsa Indonesia untuk memperoleh kembali Irian sebagai wilayah yang sah dari RI.Namun suara bangsa-bangsa Asia Afrika di dalam forum PBB tetap tidak dapat menarik dukungan internasional dalam sidang Majelis Umum PBB.c)Perjuangan dengan konfrontasi politik dan ekonomiKegagalan pemerintah Indonesia untuk mengembalikan Irian Barat baik secara bilateral, Forum PBB dan dukungan Asia Afrika, membuat pemerintah RI menempuh jalan lain pengembalian Irian Barat, yaitu jalur konfrontasi. Berikut ini adalah upaya Indonesia mengembalikan Irian melalui jalur konfrontasi, yang dilakukan secara bertahap.1)Pembatalan Uni Indonesia BelandaSetelah menempuh jalur diplomasi sejak tahun 1950, 1952 dan 1954, serta melalui forum PBB tahun 1954 gagal untuk mengembalikan Irian Barat kedalam pangkuan RI, pemerintah RI mulai bertindak tegas dengan tidak lagi mengakui Uni Belanda Indonesia yang dibentuk berdasarkan KMB. Ini berarti bahwa pembatalan Uni Belanda Indonesia secara sepihak oleh pemerintah RI berarti juga merupakan bentuk pembatalan terhadap isi KMB. Tindakan pemerintah RI ini juga didukung oleh kalangan masyarakat luas, partai-partai dan berbagai organisasi politik, yang menganggap bahwa kemerdekaan RI belum lengkap / sempurna selama Indonesia masih menjadi anggota UNI yang dikepalai oleh Ratu Belanda.Pada tanggal 3 Mei 1956 Indonesia membatalkan hubungan Indonesia Belanda, berdasarkan perjanjian KMB. Pembatalan ini dilakukan dengan Undang Undang No. 13 tahun 1956 yang menyatakan, bahwa untuk selanjutnya hubungan Indonesia Belanda adalah hubungan yang lazim antara negara yang berdaulat penuh, berdasarkan hukum internasional.Sementara itu hubungan antara kedua negara semakin memburuk, karena :terlibatnya orang-orang Belanda dalam berbagai pergolakan di Indonesia (APRA, Andi Azis, RMS)Belanda tetap tidak mau menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia.

2)Pembentukan Pemerintahan Sementara Propinsi Irian Barat di Soasiu (Maluku Utara)Sesuai dengan Program Kerja Kabinet, Ali Sastroamidjojo membentuk Propinsi Irian Barat dengan ibu kota Soasiu (Tidore). Pembentukan propinsi itu diresmikan tanggal 17 Agustus 1956. Propinsi ini meliputi wilayah Irian Barat yang masih diduduki Belanda dan daerah Tidore, Oba, Weda, Patrani, serta Wasile di Maluku Utara.

3)Pemogokan Total Buruh IndonesiaSepuluh tahun menempuh jalan damai, tidak menghasilkan apapun. Karena itu, pada tanggal 18 Nopember 1957 dilancarkan aksi-aksi pembebasan Irian Barat di seluruh tanah air. Dalam rapat umum yang diadakan hari itu, segera diikuti pemogokan total oleh buruh-buruh yang bekerja pada perusahaan-perusahaan milik Belanda pada tanggal 2 Desember 1957. Pada hari itu juga pemerintah RI mengeluarkan larangan bagi beredarnya semua terbitan dan film yang menggunakan bahasa Belanda. Kemudian KLM dilarang mendarat dan terbang di seluruh wilayah Indonesia.4)Nasionalisasi Perusahaan Milik BelandaPada tanggal 3 Desember 1957 semua kegiatan perwakilan konsuler Belanda di Indonesia diminta untuk dihentikan. Kemudian terjadi serentetan aksi pengambil alihan modal perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indonesia, yang semula dilakukan secara spontan oleh rakyat dan buruh yang bekerja pada perusahaan-perusahaan Belanda ini. Namun kemudian ditampung dan dilakukan secara teratur oleh pemerintah. Pengambilalihan modal perusahaan perusahaan milik Belanda tersebut oleh pemerintah kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958.d)Pemutusan Hubungan DiplomatikHubungan diplomatik Indonesia Belanda bertambah tegang dan mencapai puncaknya ketika pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Dalam pidato Presiden yang berjudul Jalan Revolusi Kita Bagaikan Malaikat Turun Dari Langit (Jarek)pada peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 15, tanggal 17 Agustus 1960, presiden memaklumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda.Tindakan ini merupakan reaksi atas sikap Belanda yang dianggap tidak menghendaki penyelesaian secara damai pengembalian Irian Barat kepada Indonesia. Bahkan, menjelang bulan Agustus 1960, Belanda mengirimkan kapal induk Karel Doorman ke Irian melalui Jepang. Disamping meningkatkan armada lautnya, Belanda juga memperkuat armada udaranya dan angkutan darat nya di Irian Barat.Karena itulah pemerintah RI mulai menyusun kekuatan bersenjatanya untuk mempersiapkan segala sesuatu kemungkinan. Konfrontasi militer pun dimulai.

e)Tri Komando Rakyat1)Tri Komando RakyatDalam pidatonya Membangun Dunia Kembali di forum PBB tanggal 30 September 1960, Presiden Soekarno berujar, ......Kami telah mengadakan perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap, kesadaran hilang, bahkan toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan Belanda tidak memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.Tindakan konfrontasi politik dan ekonomi yang dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Pada bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua, bahkan dalam Sidang umum PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua. Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal induk Karel Doorman ke Irian Barat.Terdesak oleh persiapan perang Indonesia itu, Belanda dalam sidang Majelis Umum PBB XVI tahun 1961 mengajukan usulan dekolonisasi di Irian Barat, yang dikenal dengan Rencana Luns.Menanggapi rencana licik Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun alun utara Yogyakarta, yang isinya :Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan BelandaKibarkan sang Merah Putih di irian Jaya tanah air IndonesiaBersiap melaksanakan mobilisasi umum

2)Pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian BaratSebagai langkah pertama pelaksanaan Trikora adalah pembentukan suatu komando operasi, yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Sebagai panglima komando adalah Brigjend. Soeharto yang kermudian pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.Panglima Komando : Mayjend. SoehartoWakil Panglima I : Kolonel Laut SubonoWakil Panglima II : Kolonel Udara Leo WattimenaKepala Staf Gabungan : Kolonel Ahmad TahirKomando Mandala yang bermarkas di Makasar ini mempunyai dua tujuan:merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk mengembalikan Irian barat ke dalam kekuasaan Republik Indonesiamengembangkan situasi militer di wilayah Irian barat sesuai dengan perkembangan perjuangan di bidang diplomasi supaya dalam waktu singkat diciptakan daerah daerah bebas de facto atau unsur pemerintah RI di wilayah Irian BaratDalam upaya melaksanakan tujuan tersebut, Komando Mandala membuat strategi dengan membagi operasi pembebasan Irian Barat menjadi tiga fase, yaitu :1.Fase infiltrasiDimulai pada awal Januari tahun 1962 sampai dengan akhir tahun 1962, dengan memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto.2.Fase EksploitasiDimulai pada awal Januari 1964 sampai dengan akhir tahun 1963, dengan mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.3.Fase KonsolidasiDilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1964, dengan menegakkan kekuasaan RI secara mutlak di seluruh Irian Barat.

Sebelum Komando mandala bekerja aktif, unsur militer yang tergabung dalam Motor Boat Torpedo (MTB) telah melakukan penyusupan ke Irian Barat. Namun kedatangan pasukan ini diketahui oleh Belanda, sehingga pecah pertempuran di Laut Arafura. Dalam pertempuran yang sangat dahsyat ini, MTB Macan Tutul berhasil ditenggelamkan oleh Belanda dan mengakibatkan gugurnya komandan MTB Macan Tutul Yoshafat Sudarso (Pahlawan Trikora)Sementara itu Presiden Amerika Serikat yang baru saja terpilih John Fitzgerald Kennedy merasa risau dengan perkembangan yang terjadi di Irian Barat.Dukungan Uni Soviet ( PM. Nikita Kruschev ) kepada perjuangan RI untuk mengembalikan Irian Barat dari tangan Belanda, menimbulkan terjadinya ketegangan politik dunia, terutama pada pihak Sekutu (NATO) pimpinan Amerika Serikat yang semula sangat mendukung Belanda sebagai anggota sekutunya. Apabila Uni Soviet telah terlibat dan Indonesia terpengaruh kelompok ini, maka akan sangat membahayakan posisi Amerika Serikat di Asia dan dikhawatirkan akan menimbulkan masalah Pasifik Barat Daya. Apabila pecah perang Indonesia dengan Belanda maka Amerika akan berada dalam posisi yang sulit. Amerika Serikat sebagai sekutu Belanda akan di cap sebagai negara pendukung penjajah dan Indonesia akan jatuh dalam pengaruh Uni Soviet.Untuk itu, dengan meminjam tangan Sekjend PBB U Than, Kennedy mengirimkan diplomatnya yang bernama Elsworth Bunker untuk mengadakan pendekatan kepada Indonesia Belanda.Sesuai dengan tugas dari Sekjend PBB ( U Than ), Elsworth Bunker pun mengadakan penelitian masalah ini, dan mengajukan usulan yang dikenal denganProposal Bunker.Adapun isi Proposal Bunker tersebut adalah sebagai berikut :Belanda harus menyerahkan kedaulatan atas Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu paling lambat dua tahunUsulan ini menimbulkan reaksi :1.Dari Indonesia : meminta supaya waktu penyerahan diperpendek2. Dari Belanda : setuju melalui PBB, tetapi tetap diserahkan kepada Negara Papua Merdekaf)Operasi Jaya WijayaPelaksanaan Operasi1. Maret - Agustus 1962 dilancarkan operasi pendaratan melalui laut dan udara2. Rencana serangan terbuka untuk merebut Irian Barat sebagai suatu operasi penentuan, yang diberi nama Operasi Jaya wijaya. Pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :Angkatan Laut Mandala dipimpin oleh Kolonel Soedomo membentuk tugas amphibi 17, terdiri dari 7 gugus tugasAngkatan Udara Mandala membentuk enam kesatuan tempur baru.Sementara itu sebelum operasi Jayawijaya dilaksanakan, diadakan perundingan di Markas Besar PBB pada tanggal 15 Agustus 1962, yang menghasilkan suatu resolusi penghentian tembak menembak pada tanggal 18 Agustus 1962.g)Persetujuan New York ( New York Agreement)Setelah operasi-operasi infiltrasi mulai mengepung beberapa kota penting di Irian Barat, sadarlah Belanda dan sekutu-sekutunya, bahwa Indonesia tidak main-main untuk merebut kembali Irian Barat. Atas desakan Amerika Serikat, Belanda bersedia menyerahkan irian Barat kepada Indonesia melalui Persetujuan New York / New York Agreement.Isi Pokok persetujuan :i.Paling lambat 1 Oktober 1962 pemerintahan sementara PBB (UNTEA) akan menerima serah terima pemerintahan dari tangan Belanda dan sejak saat itu bendera merah putih diperbolehkan berkibar di Irian Barat..ii.Pada tanggal 31 Desember 11962 bendera merah putih berkibar disamping bendera PBB.iii.Pemulangan anggota anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai tanggal 1 Mei 1963iv.Selambat lambatnya tanggal 1 Mei 1963 pemerintah RI secara resmi menerima penyerahan pemerintahan Irian Barat dari tangan PBBv.Indonesia harus menerima kewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat rakyat di Irian Barat, paling lambat sebelum akhir tahun 1969.Sesuai dengan perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei 1963 berlangsung upacara serah terima Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah RI. Upacara berlangsung di Hollandia (Jayapura). Dalam peristiwa itu bendera PBB diturunkan dan berkibarlah merah putih yang menandai resminya Irian Barat menjadi propinsi ke 27. Nama Irian Barat diubah menjadi Irian Jaya ( sekarang Papua ) h)Arti penting Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)Sebagai salah satu kewajiban pemerintah Republik Indonesia menurut persetujuan New York, adalah pemerintah RI harus mengadakan penentuan pendapat rakyat di Irian Barat paling lambat akhir tahun 1969. pepera ini untuk menentukan apakah rakyat Irian Barat memilih, ikut RI atau merdeka sendiri. Penentuan pendapat Rakyat akhirnya dilaksanakan pada tanggal 24 Maret sampai dengan 4 Agustus 1969.Mereka diberi dua opsi, yaitu : bergabung dengan RI atau merdeka sendiri.Setelah Pepera dilaksanakan, Dewan Musyawarah Pepera mengumumkan bahwa rakyat Irian dengan suara bulat memutuskan Irian Jaya tetap merupakan bagian dari Republik Indoenesia. Hasil ini dibawa Duta BesarOrtiz Sanzuntuk dilaporkan dalam sidang umum PBB ke 24 bulan Nopember 1969. Sejak saat itu secara de yure Irian Jaya sah menjadi milik RI.Dengan menganalisa fakta-fakta pembebasan Irian Barat sampai kemudian dilaksanakan Pepera, dapat diambil kesimpulan bahwa Pepera mempunyai arti yang sangat penting bagi pemerintah Indonesia, yaitu :1. bukti bahwa pemerintah Indonesia dengan merebut Irian Barat melalui konfrontasi bukan merupakan sebuah tindakan aneksasi / penjajahan kepada bangsa lain, karena secara sah dipandang dari segi de facto dan de jure Irian Barat merupakan bagian dari wilayah RI2. upaya keras pemerintah Ri merebut kembali Irian Barat bukan merupakan tindakan sepihak, tetapi juga mendapat dukungan dari masyarakat Irian Barat. Terbukti hasil Pepera menyatakan rakyat Irian ingin bergabung dengan Republik Indonesia.

2. Klaim SepihakKlaim sepihak ( tindakan sepihak ) maksudnya bahwa suatu negara secara sepihak mengumumkan/memproklamasikanatau ( dalam praktekya sering juga disebut sebagai deklarasi ) penambahan wilayah negaranya kepada masyarakat internasional. Isi dari pengumuman itu adalah memuat pernyataan keinginan dari suatu negara untuk menambah luas wilayah negaranya. Pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu negara untuk menambah luas wilayah negaranya tersebut, tidak hanya terbatas pada wilayah yang tunduk dalam kedaulatannya, akan tetapi juga wilayah yang tunduk di bawah yurisdiksi negara bersangkutan.Mengenai cara Indonesia memeperleh tambahan wilayah dengan kalaim sepihak adalah dengan dikeluarkannya Deklarasi Juanda 1957,yakni Indonesia mendapat tambahan wilayah perairan yang dikenal dengan Perairan Nusantara[19]atau dalam konteks Konvensi Hukum Laut 1982 dikenal dengan istilah Perairan Kepulauan ( Archipelagic Waters ).Setelah Dewan Menteri pada malam tanggal 13 Desember 1957 bersidang untuk memutuskan Pengumuman Pemerintah mengenai Wilayah Perairan Negara Republik Indonesia, maka pada esok harinya pengumuman tersebut disebarluaskan melalui pers dan radio baik di dalam maupun di luar negeri.Reaksi yang keras bisa diduga terutama berasal dari luar negeri. Banyak komentar yang pedas melalui siaran radio dan pers ditujukan kepada pemerintah RI. Bahkan mulai tanggal 30 Desember 1957 mengalir nota protes diplomatik dari negara-negara maritim besar melalui Departemen Luar Negeri RI. Nota protes diplomatik itu bersal dari Amerika Serikat (tanggal 30 Desember 1957), Inggris (3 Januari 1958), Australia (3 Januari 1958), Belanda (3 Januari 1958), Perancis (8 Januari 1958), dan Selandia Baru (11 Januari 1958).Reaksi dan protes keras dari berbagai negara besar tersebut sudah diperhitungkan oleh pemerintah Indonesia. Hal inipun sudah dicantumkan dalam pengumuman bahwa: Pendirian pemerintah tersebut akan diperhatikan dalam konperensi internasional mengenai hak-hak atas lautan yang akan diadakan dalam bulan Februari 1958 di Jenewa. Oleh sebab itu sebetulnya Indonesia sudah siap mental menghadapi kecaman baik lewat media massa maupun lewat nota protes diplomatik. Bahkan pemerintah Indonesia sudah siap berdebat dalam forum internasional dalam Konperensi Hukum LautInternasional di Jenewa tanggal 24 Februari hingga 27 April 1958.Delegasi RI pada waktu itu diketuai oleh Mr. Ahmad Subardjo Djojohadisuryo, S.H. yang pada waktu menjabat sebagai Duta Besar RI di Swiss.Anggota-anggota delegasi antara lain Mr. Mochtar Kusumaatmadja, Goesti Moh. Chariji Kusuma, dan M. Pardi (Ketua Mahkamah Pelayaran) sebagai wakil ketua. Dalam konperensi itu, delegasi Indonesia diberi kesempatan untuk berpidato pada tanggl 7 Maret 1958. Dari pidato delegasi Indonesia inilah untuk pertama kali mayarakat politik dan hukum internasional mendengar uraian mengenai implementasi Archipalagic Principle atau asas archipelago terhadap suatu negara yang melahirkan Archipelagic State Principleyang pada waktu itu masih asing bagi dunia karena belum ada satupun negara di dunia yang mengimplementasikannya.Setelah delegasi Indonesia menyampaikan pidatonya, muncullah reaksi yang keras dari para peserta terutama dari negara-negara yang dulu pernah menyampaikan nota protes diplomatik secara tertulis kepada pemerintah RI. Oleh karena protes ini dilakukan secara terbuka sehingga seluruh peserta yang hadir dalam sidang itu menjadi mengetahui isi pidato yang disampaikan oleh delegasi Indonesia.Salah satu kritikan pedas misalnya berasal dari ketua delegasi Amerika Serikat yang mengatakan:Now, for example, if you lump islands into archipelago and utilize a straight baseline system connecting the outermost points of such islands and then draw a twelve-mile area around the entire archipelago, you unilaterally attempt to convert or possibly even-internal waters, vast area of the high seas formerly freely used for centuries by ships of all countries..by such an act, the freedom of navigation would be seriously restricted. It would amount to the taking of other persons property as the seas are held in common for the benefit of all people.Oleh karena merupakan isu baru maka masih sangat sulit untuk mendapatkan dukungan dari negara-negara para peserta konperensi. Pada waktu itu hanya negara Filipina, Equador dan Yugoslavia saja yang bersimpati terhadap gagasan yang dimunculkan Indonesia. Namun demikian delegasi Indonesia tidak putus asa dan terus melakukan pendekatan-pendekatan terutama terhadap negara Asia dan Afrika dengan menggunakan isu semangat solidaritas konferensi Bandung. Selain itu delegasi Indonesia juga menyebarluaskan naskah The Indonesian Delegation to the Conference on the Law of the Sea yang antara lain berisi terjemahan bahasa Inggris dari Pengumuman Pemerintah tanggal 13 Desember 1957. Sedikit demi sedikit akhirnya banyak Negara yang mulai simpati teradap perjuangan Indonesia.Untuk memperkuat kedudukan Pengumuman Pemerintah tanggal 13 Desember tersebut dalam sistem hukum di Indonesia, maka selanjutnya pemerintah mengupayakan untuk menetapkannya sebagai undang-undang. Pada tahun 1960 pengumuman tersebut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU) No. 4/ 1960. Produk hukum inilah yang kemudian juga disampaikan pada Konverensi Hukum Laut PBB ke dua yang diselenggarakan tahun 1960. Delegasi Indonesia yang kembali diketuai Mr. Ahmad Soebardjo kembali menyampaikan Asas Negara Kepulauan dengan dasar hukum yang telah pasti dalam sidang itu. Namun demikian sidang juga belum mau mengesahkan usulan Indonesia.Sementara itu di dalam negeri Indonesia sendiri konsep dan Asas Negara Kepulauan ini terus digodog. Pada tahun 1962 Mr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H. menyelesaikan disertasi di Universitas Padjadjaran Bandung dengan judulMasalah Lebar laut Territorial pada Konverensi Hukum Laut Jenewa, 1958 dan 1960.Sementara itu pada tanggal 25 Juli 1962 Pemerintah menerbitkan PERPU No. 8/ 1962 mengenai Lalu-lintas Laut Damai(Innocent Passage) Kapal Asing dalam Perairan Indonesia. Jadi dengan demikian meskipun secara internasional implementasi asas kepulauan ke dalam tata hukum di Indonesia belum diakui, tetapi koordinasi dan penyempurnaan di dalam negeri Indonesia terus dilakukan. Bahkan ketika Belanda sudah mau menyerahkan Papua Barat kepada PBB (Perserikatan bangsa-Bangsa) sebagai mediator pada tanggal 15 Agustus 1962 dan selanjutnya PBB menyerahkan kepada RI pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintah RI terus menyempurnakan implementasi asas negara kepulauan dalam sistem hukum di Indonesia.Sejalan dengan semakin pentingnya posisi militer dalam perpolitikan di Indonesia setelah kepemimpinan Orde Baru, maka pengembangan asas negara kepulauan untuk membangun sistem pertahanan di Indonesia semakin jelas. Pada tanggal 12-21 November 1966 diselenggarakan Seminar Hankam (Pertahanan dan Keamanan) I yang berhasil merumuskan Wawasan Nusantara yang merupakan pengembangan lebih rinci dari asas negara kepulauan. Pengembangan Wawasan Nusantara di kalangan militer terus berjalan sehingga dalam Rapat Kerja Hankam pada bulan November 1967 telah disepakati perwujuan Wawasan Nusantara sebagai kesatuan wilayah, politik, ekonomi, sosio-kultural, dan Hankam. Bahkan dalam periode berikutnya Wawasan Nusantara sebaai wawasan pembangunan menjadi salah satu Ketetapam MPR sejak tahun 1973 hingga runtuhnya Orde baru. Dengan demikian kesatuan wilayah tanah-air Indonesia tidak dapat ditawar-tawar lagi, konsep pulau-demi pulau sebagaimana yang dikembangkan pada jaman kolonial Belanda tidak akan dapat dipakai lagi.Dalam tataran internasional, Indonesia terus berjuang untuk memperoleh pengakuan implementasi prinsip negara kepulauan yang diperjuangkan sejak Deklarasi Djuanda tahun 1957. Pada tahun 1971 Indonesia dipercaya menjadi salah satu anggota penuhCommittee of the Peaceful Uses of the Sea-Bed and Ocean Floor beyond the Limit of National Jurisdictionyang merupakan badan PBB untuk mempersiapkan Konperensi Hukum Laut PBB. Dengan menjadi anggota komite ini, Indonesia dapat lebih leluasa untuk menyosialisasikan implementasi prinsip negara kepulauan sehingga secara internasional semakin mendapat pengakuan. Selain itu untuk menunjukkan kepada dunia sikap kooperatif Indonesia dengan negara tetangga maka serangkaian perjanjian bilateral dan multirateral diadakan khususnnya mengenai perbatasan luat dengan negara tetangga seperti Malaysia (1969), Singapura (1973), Thailand (1971), India (1974), dan Australia (1973). Perjanjian-perjanjian itu sebetulnya menunjukkan secara tidak langsung bahwa negara-negara itu telah mengakui prinsip negara kepulauan yang dianut oleh Indonesia.Selanjutnya pda tanggal 12 Maret 1980, dengan menggunakan dasar Hukum Laut Internasional mengenaiEconomic Exclusive ZonePemerintah Indonesia mengumumkan Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE) selebar 200 mil diukur dari garis dasar. Pada tahun 1983, pengumuman ini disahkan menjadi Undang-undang RI No. 5/ 1983. Akhirnya pada Konvensi Hukum Laut Internasional pada tahun 1982 yang dihadiri oleh 160 negara telah menyetujui berbagai konvensi termasuk yang diusulkan oleh Indonesia mengenai ZEE dan prinsip negara kepulauan. Mengenai prinsip negara kepulauan dan ZEE dalam Konvensi Hukum Laut Internasional itu ditetapkan:[20]

The convention set the definition of Archipelagic States in Part IV, which also define how the state can draw its territorial borders. A baseline is drawn between the outermost points of the outermost islands, subject to these points being sufficiently close to one another. All waters inside this baseline is described asArchipelagic Watersand are included as part of the state's territory and territorial waters. This baseline is also used to chart its territorial waters 12 nautical miles from the baseline and EEZ 200 nautical miles from the baseline.

Dengan demikian usaha Indonesia untuk melakukan dekolonisasi sistem hukum laut kolonial sudah dapat tercapai pada tahun 1982. Proses dekolonisasi itu ternyata tidak hanya harus berhadapan dengan kekuatan kolonial Belanda yang masih memiliki kepentingan di sebagian wilayah Indonesia tetapi juga harus berhadapan dengan kekuatan internasional yang memiliki kepentingan yang beragam. Namun demikian berbagai tantangan itu justru memprekondisikan proses dekolonisasi hukum laut Indonesia itu lebih cepat dari hukum-hukum lainnya.

3. IntegrasiProses penambahan wilayah Indonesia yang terakihr adalah melalui integrasi, yakni dengan berintegrasinya Timor Timur ke Indonesia melalui deklarasi Balibo. Adapun proses Berintegrasinya Timor Timur ke Indonesiaakan di uraikan lebih lanjut berikut ini.PendudukanIndonesiadiTimor Timurberlangsung dari Desember 1975 hingga Oktober 1999. Setelah berabad-abaddijajah Portugis,kudeta di Portugaltahun 1974 telah menimbulkan ketidakstabilan di Timor Timur. Setelah perang saudara berskala kecil,FRETILINmenyatakan kemenangan dan mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur pada28 November1975. Dengan persetujuanAmerika Serikatdan desakanAustralia,Indonesia melancarkanOperasi Seroja, sebuah operasi invasi militer ke Timor Timur pada7 Desember1975dengan banyak menggunakan senjata dan perlengkapanAmerika Serikat.Hasilnya, Timor Timur menjadi provinsi Indonesia pada17 Juli1976oleh Presiden Soeharto dan menetapkan Timor-Timur sebagai provinsi termuda R.I. saat itu. Nomor urutnya 27. Hal ini ditandai dengan serah-terima duplikat Sang Saka Merah Putih dan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia kepada dua putra Timor: Arnoldo Dos Reis Araujo dan Francisco Lopes Da Cruz. Melalui UU No. 7/1976, MPR/DPR mengesahkan prosesi pengintegrasian wilayah bekas jajahan Portugal itu ke pangkuan Republik Indonesia.Kedua nama di atas kemudian menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur pertama Timor-Timur. Semenjak awalnya, wilayah ini memang sarat konflik. Ditinggalkan begitu saja tanpa tanggung-jawab oleh Portugal, penduduk di wilayah ini saling bertikai. Sudah sejak lama terjadi friksi antara dua wilayah utama di sana: Timor-Timur Barat dan Timor-Timur Timur. Pertikaian menjurus kepada kekacauan sipil dan perang saudara. Ditambah lagi kekuatiran akan berubahnya negeri itu jadi komunis, pemerintah Amerika Serikat melalui CIA melobby pemerintah Indonesia untuk bertindak cepat. Merasa mendapat angin, pemerintah Soeharto bergerak cukup cepat. Operasi intelijen dilaksanakan untuk menggalang dukungan pro-Indonesia. Operasi militer bertajuk Operasi Seroja pun digelar. Kekuatan ABRI untuk pertama kalinya digelar secara massif oleh pemerintah Orde Baru. Singkat kata, operasi militer berhasil karena Fretilin sebagai partai yang anti Indonesia ternyata tidak sekuat digembar-gemborkan. Operasi intelijen pun berhasil dengan mengupayakan memenangkan hati rakyat. Sayangnya, keberhasilan mengambil hati rakyat tidak berlanjut. Di kemudian hari, upaya melakukan pembangunan di provinsi itu terganjal sikap aparat keamanan yang sewenang-wenang.Konflik di Timor-Timur seolah dipelihara sebagai ajang latihan perang. Pelanggaran HAM terjadi dengan telanjang. Akibatnya rakyat Timor-Timur muak. Dengan lobby internasional yang kuat, didahului dengan penyerahan hadiah Nobel Perdamaian 1996 bagi tokoh pemberontak Fretilin Ramos Horta dan Uskup Dili yang condong ke arah kemerdekaan Mgr.Belo, pamor diplomasi Indonesia merosot drastis. Padahal waktu itu Menlu Indonesia dijabat Ali Alatas yang jago diplomasi dan sempat dinominasikan menjadi Sekjen PBB. Kekacauan koordinasi dan arogansi aparat keamanan menyebabkan upaya diplomasi internasional menjadi sia-sia.Momentum datang ketika Soeharto yang berupaya keras mempertahankan Timor-Timur di pelukan republik tumbang dari kekuasaan. Habibie yang menggantikannya ingin terkesan demokratis dan berupaya meraih simpati. Ia setuju mengadakan jajak pendapat. Laporan intelijen menguatkan keyakinannya bahwa mayoritas masyarakat Timor-Timur masih ingin bergabung dengan Indonesia. Tapi realitas bicara lain. Dalam jajak pendapat yang difasilitasi PBB itu, pro-integrasi dikalahkan pro-kemerdekaan.Meski ada berbagai keanehan dalam proses jajak pendapat, toh dunia internasional mengakuinya. Maka, mau tak mau pemerintah Indonesia pun harus mengakui kalau tidak ingin mendapatkan sanksi internasional. Maka, pada 25 Oktober 1999, Indonesia menyerahkan provinsi itu kepada PBB. TNI secara resmi meninggalkan Timor-Timur pada 30 Oktober 1999 dengan upacara penurunan bendera merah-putih. Timor-Timur berpaling pada Portugal, negeri yang pernah menjajahnya selama 450 tahun dan kemudian menelantarkannya. Nama Republica Democratica da Timor Leste dipilih sebagai nama negeri. Leste adalah Timur dalam bahasa Portugis.

Bahasa Portugis yang asing dan bahasa asli Tetum yang nyaris punah dijadikan bahasa resmi. Tatanan hukum dan pemerintahan Portugal diimpor. Akhirnya pada 20 Mei 2001, pada tanggal yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia, Bumi Pertiwi justru kehilangan saudara mudanya. Dengan upacara mewah yang didanai PBB, negeri baru telah lahir di bumi pertiwi.

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanSebagai Negara yang saling berbatasan territorial maka, salah satu masalah sentral yang sangat rentan untuk memicu terjadinya konflik adalah masalah teritorial. Masalah tersebut menjadi sangat sensitif karena menyangkut kedaulatan sebuah negara.Dalam perkembanganya berdasrkan prakteknya Indonesia sejak merdeka sampai sekarang telah memperoleh tambahan wilayah sebanyak 3 ( tiga ) kali, yaitu melalui proses :1.Penyerahan ( Cession )Penyerahan adalah penambahan wilayah suatu Negara dengan cara penyerahan dapat terjadi secara damai atau akibat dari suatu peperangan. Penambahan wilayah dengan cara damai dapat terjadi dengan car penghibahan atau penjualan. Sedangkan penambahan wilayah melalui peperangan, biasanya ditetapkan dalam Perjanjian Perdamaian dengan memenuhi persyaratan yang di cantumkan dalam perjanjian tersebut. Mengenai tambahan wilayah negara Indonesia melalui proses Penyerahan( Cession)tersebut adalah pada waktu Indonesia memeperoleh wilayah Irian Barat yang sekarang adalah Irian Jaya dari Belanda

2.Klaim SepihakKlaim sepihak ( tindakan sepihak ) maksudnya bahwa suatu negara secara sepihak mengumumkan/memproklamasikanatau ( dalam praktekya sering juga disebut sebagai deklarasi ) penambahan wilayah negaranya kepada masyarakat internasional. Isi dari pengumuman itu adalah memuat pernyataan keinginan dari suatu negara untuk menambah luas wilayah negaranya. Pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu negara untuk menambah luas wilayah negaranya tersebut, tidak hanya terbatas pada wilayah yang tunduk dalam kedaulatannya, akan tetapi juga wilayah yang tunduk di bawah yurisdiksi negara bersangkutan.Mengenai cara Indonesia memeperleh tambahan wilayah dengan kalaim sepihak adalah dengan dikeluarkannya Deklarasi Juanda 1957,yakni Indonesia mendapat tambahan wilayah perairan yang dikenal dengan Perairan Nusantara atau dalam konteks Konvensi Hukum Laut 1982 dikenal dengan istilah Perairan Kepulauan ( Archipelagic Waters ).3.IntegrasiPenambahan wilayah suatu negara dengan cara integrasiadalah dengan cara pernyataan masyarakat dari suatu wilayah untuk menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan suatu negara. Dengan demikian, melalui pernyataanya itu, maka dengan sendirinya wilayah yang menyatu tersebut melebur menjadi satu dengan wilayah negara tempatnya bergabung itu.Proses penambahan wilayah Indonesia melalui integrasi, yakni dengan berintegrasinya Timor Timur ke Indonesia melalui deklarasi Balibo. Adapun proses Berintegrasinya Timor Timur ke Indonesiaakan di uraikan lebih lanjut berikut ini

B.SaranSebagai sebuah bangsa yang besar dan wilayah yang luas baik darat maupun lautan maka bangsa Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk menjaga keutuhan dan persatuan serta kesatuan wilayahnya. Berbagai ancaman, hambatan, tantangan dan gangguan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dapat mengancam keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari semua pihak untuk bersma sama menjaga keutuhan dan persatuan serta kesatuan wilayah tersebut.Sebagai sebuah bangsa yang besar dan wilayah yang luasmaka sebaiknya Indonesia memberikan atau meletakkan garis batas antara Indonesia dan negara-negara lain untuk setiap zona maritim yang sudah ada,( daftar koordinat geodetik (lintang,bujur) dari titik-titik batas ) yang jelas, sehingga wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak mudah diambil oleh negara lain. Selain itu masyarakat Bangsa Indonesia bersama-sama dengan aparat penegak hukumnya tetap bergandengan tangan memberikan dukungan, menjaga dan memelihara wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia supaya wilayah yang sudah menjadi bagian dari Indonesia agar tidak sampai lepas ke tangan negara lain. Selain itutetap memperhatikan atau memberi perhatian khusus terhadap wilayah yang sulit dijangkau ( terutama wilayah yang ada di daerah Timur Indonesia ) baik dari segi sarana dan prasarana, agar wilayah tersebut jangan sampai memisahkan diri dari Indonesia seperti halnya Timor Timur. Kasus pemisahan diri dari Indonesia seperti halnya yang dilakukan Timor Timur beberapa waktu silam sebaiknya di jadikan pelajaran bagi Negara Indonesia, supaya jangan aada lagi wilayah yang terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Usmawadi dan Achmad Romsan,Hukum Internasional 1-Bagian HukumInternasional Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. Palembang.Mei 2004

Mike Head (2000-09-18).Documents reveal that Australia urged Indonesia toinvade East Timor in 1975.World Socialist Web Site

R. Subekti & Tjitrosoedibio. 1989.Kamus Hukum. Jakarta: Praduga Paramita.Peraturan Perundang-Undangan Nomor8 Tahun 1962 tentang Lalu-lintas LautDamai(Innocent Passage) Kapal Asing dalam Perairan Indonesia

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor4Tahun 1960 dandiganti dengan Undang-Undang No.6 Tahun 1996 tentang PerairanIndonesia

http://widhisejarahblog.blogspot.com/2010/09/perjuangan-bangsa-indonesiamerebut.html

http://www.reocities.com/landaratulangi/samrt91b.htmlhttp://ukhtyfillah.blogspot.com/2008/03/sengketa-perbatasan-antar-negara-di.htmlhttp://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perjuangan_Bangsa_Indonesia_Untuk_Merebut_Irian_Barat_9.2_%28BAB_11%29

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendudukan_Indonvealesia_di_Timor_Timurhttp://lifeschool.wordpress.com/2008/07/17/integrasi-timor-timur/

[1]Negaraadalah suatuwilayahdi permukaanbumiyang kekuasaannya baikpolitik,militer,ekonomi,sosialmaupunbudayanyadiatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain. Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.

[2]Law Department ALSA LC Brawijaya[3]Zona Ekonomi Eklusifadalah zona yang luasnya 200 mil dari garis dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa.[4]C. Drake,National Integration in Indonesia: Patterns and Policies(Honolulu: University of Hawaii Press, 1989), hlm.16.[5]W.F. Wetheim,Indonesian Society in Transition: A Study of Social Change(The hague: W. van Hoeve , 1969), hlm.16-37. Lihat jugaA.S. Walcott,Java and her neighbors: A travelers note in Java, Celebes, the Moluccas and Sumatra(New York and London: Knickerbocker Press, 1914), hlm.1.Lihat juga Koninklijke Paketvaart Maatschappij,KPM: Official yearbook 1837-1938(Batavia: De Unie, 1938), hlm.37.Lihat jugaS. Ali, Inter-island shipping,Bulletin of Indonesian Economic Studies3 (1966), hlm.27. Berdasarkansuatupotret satelit yang disiarkan oleh Radio Nederland 19 Februari 2003: jumlah pulau milik Indonesia 18.108 buah bertambah dari selama ini yang diperkirakan antara 13 ribu sampai 17 ribu buah pulau. Hal itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Hatta Rajasa usai bertemu Presiden Megawati Soekarnoputri, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (19/2-2003).Namun demikian perkiraan jumlah pulau milik Indonesia ini masih menjadi bahan perdebatan.[6]T.H. Purwaka,Indonesian interisland shipping: An assessment of the relationship of government policies and quality of shipping services(Ph.D. dissertation, University of Hawaii, 1989) 3-5. Lihat juga Laode M. Kamaluddin,Indonesia sebagai Negara Maritimdari Sudut Pandang Ekonomi(Malang: Universitas Muhamaddiyah Malang, 2005), hlm. 1.[7]Mochtar KusumaAtmadja,disampaikan pada peringatan Sarasehan Syukuran Makassar Serui (SSMS96) di Ujung Pandang , 30 Juli 1996, dalam rangka mengenang 50 tahun pembuangan ketujuh tokoh pergerakan kebangsaan Makassar ke Serui, Yapen, Irian Jaya oleh penjajah Belandahttp://www.reocities.com/landaratulangi/samrt91b.html.kDiakses pada Selasa 11 Oktober 2011 pukul 13.40 WIB[8]Wawasan nusantaraadalah cara pandang dan sikap bangsaIndonesiamengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkanPancasiladanUUD 1945.[1]Dalam pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.[9]Usmawadi SH.,MH dan Achmad Romsan SH.,MH.,LLM, Hukum Internasional-1,Bagian Hukum Internasionl Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang, Mei 2004, hal.42.[10]Ibid, hal.43.[11]Pulau Karangadalahpulau terluar Indonesiayang terletak diLaut Arudan berbatasan dengan negaraAustralia. Pulau Karang ini merupakan bagian dari wilayah pemerintahKabupaten Maluku Tenggara, provinsiMaluku. Pulau ini berada di sebelah selatan dariPulau Arudengan koordinat 7 18 LS, 134 4126 BT. http://google.com.pulau-pulau karang.[12]Ciri-ciri Homo Wajakensis danHomo Soloensissebagai berikut :a. Muka datar dan lebar,b. Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol,c. Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata,d. Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap tengkoraknya dari muka ke belakang, dane. Mukanya lebih Mongoloid karena sangat datar dan pipinya menonjol ke samping.[13]Perjanjian atauHubungan bilateral(Inggris:bilateral relationsataubilateralism) adalah suatu hubungan politik, budaya dan ekonomi di antara 2 Negara. Kebanyakan hubungan internasional dilakukan secara bilateral. Misalnya perjanjian politik-ekonomi, pertukaran kedutaan besar, dan kunjungan antar negara. Alternatif dari hubungan bilateral adalah hubungan multilateral; yang melibatkan banyak negara, dan unilateral; ketika satu negara berlaku semaunya sendiri(freewill)[14]Konferensi Meja Bundaradalah sebuah pertemuan antara pemerintahRepublik IndonesiadanBelandayang dilaksanakan diDen Haag, Belanda dari23 Agustushingga2 November1949.http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar. Diakses pada 12 Oktober 2011 Pukul[15]Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika(KTT Asia-Afrika; kadang juga disebutKonferensi Bandung) adalah sebuahkonferensi tingkat tinggiantara negara-negaraAsiadanAfrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KTT ini diselenggarakan olehIndonesia, Myanmar (dahuluBurma), Sri Lanka (dahuluCeylon),IndiadanPakistandan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri IndonesiaRoeslan Abdulgani. Pertemuan ini berlangsung antara18 April-24 April1955, diGedung Merdeka,Bandung,Indonesiadengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawankolonialismeatauneokolonialismeAmerika Serikat,Uni Soviet, atau negara imperialis lainn[16]Konferensi Meja Bundaradalah sebuah pertemuan antara pemerintahRepublik IndonesiadanBelandayang dilaksanakan diDen Haag, Belanda dari23 Agustushingga2 November1949.[17]http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perjuangan_Bangsa_Indonesia_Untuk_Merebut_Irian_Barat_9.2_%28BAB_11%29. Dikases pada hari Selasa 11 Oktober 2011 Pukul 17.13 WIB.

[18]http://lifeschool.wordpress.com/2008/07/17/integrasi-timor-timur/. Diakses pada hari Rabu 12 Oktober 2011 pukul 11.14 WIB.

[19]Perairan Nusantantara dalan semua perairan yang berupa selat dan laut yang menghubungkan pulau pulau yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia[20]http://en.wikipedia.org/wiki/United_Nations_Convention_on_the_Law_of_the_Sea", diakses pada Rabu 12 Oktober 2011, Pukul 14.28 WIB[21]Mike Head (2000-09-18)."Documents reveal that Australia urged Indonesia to invade East Timor in 1975".World Socialist Web Site[22]The National Security Archive