Upload
hariza-nur-fitri
View
131
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PENGEMASAN & PENDISTRIBUSIAN MAKANAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Higien Makanan
Oleh :
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Bismillahirrahmaanirrahim
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan seluruh alam, shalawat beserta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW. Karena atas karunia dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Botani Phanerogamae yang telah
membimbing dan mencurahkan ilmu kepada Penulis, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, walaupun dalam proses penyusunannya mengalami
berbagai kesulitan. Makalah ini akan membahas tentang sub kelas Zingiberidae.
Tetapi sangat dimungkinkan dalam penyusunannya masih banyak
kekurangan, baik dalam penyajian materi maupun dalam penulisan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan, demi
lebih baiknya karya yang selanjutnya.
Kami berharap, mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Amiin.
Wassalamualaikum, wr. wb
Bandung, September 2011
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. SUBKELAS ZINGIBERIDAE..................................................................3
1. Karakteristik subkelas Zingiberidae ...................................................3
2. Klasifikasi subkelas Zingiberidae........................................................3
3. Contoh-contoh subkelas Zingiberidae ...............................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia moderen seperti sekarang ini, masalah kemasan menjadi
bagian kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam hubungannya dengan
produk pangan. Sejalan dengan itu pengemasan telah berkembang dengan pesat
menjadi bidang ilmu dan teknologi yang makin canggih. Ruang lingkup bidang
pengemasan saat ini juga sudah semakin luas, dari mulai bahan yang sangat
bervariasi hingga model atau bentuk dan teknologi pengemasan yang semakin
canggih dan menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari bahan
kertas, plastik, gelas, logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi. Namun
demikian pemakaian bahan-bahan seperti papan kayu, karung goni, kain, kulit
kayu , daun-daunan dan pelepah dan bahkan sampai barang-barang bekas seperti
koran dan plastik bekas yang tidak etis dan hiegenis juga digunakan sebagai bahan
pengemasproduk pangan.
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan,
dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena
pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Sebelum dibuat oleh
manusia, alam juga telah menyediakan kemasan untuk bahan pangan, seperti
jagung dengan kelobotnya, buah-buahan dengan kulitnya, buah kelapa dengan
sabut dan tempurung, polong-polongan dengan kulit polong dan lainlain. Manusia
juga menggunakan kemasan untuk pelindung tubuh dari gangguan cuaca, serta
agar tampak anggun dan menarik.
Bentuk dan teknologi kemasan juga bervariasi dari kemasan botol, kaleng,
tetrapak, corrugated box, kemasan vakum, kemasan aseptik, kaleng bertekanan,
kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pintar (active and intelligent
packaging) yang dapat menyesuaikan kondisi lingkungan di dalam kemasan
dengan kebutuhan produk yang dikemas. Minuman teh dalam kantong plastik,
nasi bungkus dalam daun pisang, sekarang juga sudah berkembang menjadi
1
kotak-kotak katering sampai minuman anggur dalam botol dan kemasan yang
cantik berpita merah. Setelah kemasan sudah rapid an cantik lalu dilakukan
pemasaran. Dalam mengembangkan suatu pemasaran, setiap langkah yang
dilakukan dalam memformulasikan strategi pemasaran harus diorientasikan pada
upaya untuk mencapai kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan
kunci utama dari konsep pemasaran dan strategi pemasaran.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana ciri-ciri umum dari sub kelas Zingiberidae.
2. Bagaimana morfologi dari sub kelas Zingiberidae
3. Bagaimana jenis-jenis dari sub kelas Zingiberidae
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kemasan
Selama berabad-abad, fungsi sebuah kemasan hanyalah sebatas untuk
melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa. Seiring dengan
perkembangan jaman yang semakin kompleks, barulah terjadi penambahan nilai-
nilai fungsional dan peranan kemasan dalam pemasaran mulai diakui sebagai satu
kekuatan utama dalam persaingan pasar.
Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan kemasan terbuat dari kulit,
kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada jaman itu, kemasan masih
terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk melindungi barang terhadap
pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang. Selain itu,
kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang mudah dibawa selama dalam
perjalanan.
Baru pada tahun 1980-an di mana persaingan dalam dunia usaha semakin
tajam dan kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon
konsumen, bentuk dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya
dalam strategi pemasaran. Di sini kemasan harus mampu menarik perhatian,
menggambarkan keistimewaan produk, dan “membujuk” konsumen. Pada saat
inilah kemasan mengambil alih tugas penjualan pada saat jual beli terjadi.
B. Pengertian Kemasan
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan,
dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena
pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengemasan adalah
wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi
terjadinya kerusakankerusakan pada bahan yang dikemas / dibungkusnya.
Kemasan produk pangan/makanan selain berfungsi untuk melindungi
produk, juga berfungsi sebagai penyimpanan, informasi dan promosi produk serta
pelayanan kepada konsumen. Mutu dan keamanan pangan/makanan dalam
kemasan sangat tergantung dari mutu kemasan yang digunakan, baik kemasan
primer, sekunder maupun tertier. Olehkarena itu diperlukan adanya peraturan-
3
peraturan mengenai kemasan pangan/makanan, yang bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen. Peraturan tentang Kemasan pangan/makanan ini
tertuang dalam UNDANG-UNDANG RI NO.7 TAHUN 1996, Undang-undang
ini mengamanatkan peraturan pengemasan berkaitan dengankeamanan
pangan/makanan dalam rangka melindungi konsumen. Pada bagian ke IV pasal 16
-19 dari undang-undang ini membahas tentang kemasan bahan pangan,
sedangkanbagian ke V pasal 30-35 membahas tentang pelabelan dan periklanan
produk pangan. Isi dari pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut :
Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau
pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk
yang ada di dalamnya bisa tertampung dan terlindungi. Sedangkan kemasan
produk adalah bagian pembungkus dari suatu produk yang ada di dalamnya.
Pengemasan ini merupakan salah satu cara untuk mengawetkan atau
memperpanjang umur dari produk-produk pangan atau makanan yang terdapat
didalamnya.
Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mutlak
diperlukan dalam persaingan dunia usaha seperti saat ini. Saat ini kemasan
merupakan faktor yang sangat penting karena fungsin dan kegunaanya dalam
meningkatkan mutu produk dan daya jual dari produk.
Kemasan produk dan labelnya selain berfungsi sebagai pengaman produk
yang terdapat di dalamnya juga berfungsi sebagai media promosi dan informasi
dari produk yang bersangkutan. Kemasan produk yang baik dan menarik akan
memberikan nilai tersendiri sebagai daya tarik bagi konsumen. Namun demikian,
sampai saat ini kemasan produk masih merupakan masalah bagi para pengelola
usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
C. Fungsi dan Peranan Kemasan
Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan
melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan,
diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan
adalah :
4
- Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen,
agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran
- Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar
ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari
kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
- Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai
alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang
terdapat pada kemasan.
- Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu
kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan
pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan..
- Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari
produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk
yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun
dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas
produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.
- Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap
dan syrup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan
kemasan botol plastik.
- Menambah daya tarik calon pembeli, sarana informasi dan iklan dan
emberi kenyamanan bagi pemakai.
D. Permasalahan Kemasan
Permasalahan tentang kemasan produk dan labelnya kadang-kadang
menjadi kendala bagi perkembangan atau kemajuan suatu usaha. Banyak
persoalan yang muncul ketika suatu usaha ingin memiliki suatau kemasan produk
yang baik, berkualitas dan memenuhi standar nasional yang ada. Persoalan-
persoalan yang sering dihadapi seperti bahan pengemas, desain bentuk kemasan,
5
desain label, sampai pada persoalan yang paling utama yaitu biaya pembuatan
kemasan itu sendiri.
Permasalahan pada kemasan salah satunya yaitu pencemaran lingkungan
dengan penggunaan bahan kemasan sintetik yang tidak ramah lingkungan, harga
kemasan mahal, kurang ekonomis (kemasan sekali pakai) dan labelisasi
(kurangnya informasi).
E.Jenis-Jenis Kemasan
Berdasarkan bahan dasar pembuatannya maka jenis kemasan pangan yang
tersedia saat ini adalah kemasan kertas, gelas, kaleng/logam, plastik dan kemasan
komposit atau kemasan yang merupakan gabungan dari beberapa jenis bahan
kemasan, misalnya gabungan antara kertas dan plastik atau plastik, kertas dan
logam. Masing-masing jenis bahan kemasan ini mempunyai karakteristik
tersendiri, dan ini menjadi dasar untuk pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk
produk pangan. Karakteristik dari berbagai jenis bahan kemasan adalah sebagai
berikut :
a. Kemasan Kertas
Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelum
ditemukannya plastik dan aluminium foil. Saat ini kemasan kertas masih banyak
digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam
karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas.
Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator dan
media cetak. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah
sifanya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara
lingkungan.Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan
dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya.
Kemasan kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku.
Beberapa jenis kertas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah
kertas kraft, kertastahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas lilin (waxed
6
paper) atau kertas yang dibuat dari modifikasi kertas-kertas ini. Wadah-wadah
kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton, kotak, kaleng fiber, drum, cawan-
cawan yang tahan air, kemasan tetrahedral dan lain-lain, yang dapat dibuat dari
paper board, kertas laminasi, corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas
khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan bahan-bahan kemasan lain
seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif. Beberapa gambar di
bawah ini adalah contoh-contoh kemasan kertas,
Jenis-jenis kertas ada dua jenis kertas utama yang digunakan, yaitu kertas
kasar dan kertas lunak. Kertas yang digunakan sebagai kemasan adalah jenis
kertas kasar, sedangkan kertas halus digunakan untuk kertas tulis berupa buku dan
kertas sampul. Berikut beberapa jenis kertas kasar yang dapat digunakan untuk
kemasan:
- Kertas glasin dan kertas tahan minyak (grease proof). Kertas glasin dan
kertas tahan minyak dibuat dengan cara memperpanjang waktu
pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin pembuat kertas.
Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer bertujuan untuk
7
menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga dapat digunakan
untuk mengemas bahan-bahan yang lengket. Penambahan antioksidan
bertujuan unttuk memperlambat ketengikan dan menghambat
pertumbuhan jamur atau khamir. Kedua jenis kertas ini mempunyai
permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang
tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun
permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin. Kertas
glasin digunakan sebagai bahan dasar laminat.
- Kertas Perkamen Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan
pangan seperti mentega, margarine, biskuit yang berkadar lemak tinggi,
keju, ikan (basah, kering atau digoreng), daging (segar, kering, diasap atau
dimasak), hasil ternak lain, the dan kopi. Sifat-sifat kertas perkamen
adalah :
1) mempunyai ketahanan lemak yang baik,
2) mempunyai kekuatan basah (wet strength) yang baik walaupun
dalam air mendidih,
3) permukaannya bebas serat,
4) tidak berbau dan tidak berasa,
5) transparan dan translusid, sehingga sering disebut kertas glasin, dan
6) tidak mempunyai daya hambat yang baik terhadap gas, kecuali jika
dilapisi dengan bahan tertentu.
- Kertas lilin Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang
bahan dasarnya adalah lilin parafin dengan titik cair 46-74oC dan dicampur
polietilen (titik cair 100-124oC) atau petrolatum (titik cair 40 - 52 oC).
Kertas ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak/oli dan daya rekat
panasnya baik. Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan pangan,
sabun, tembakau dan lain-lain.
8
- Kertas Container board Kertas daluang banyak digunakan dalam
pembuatan kartun beralur. Ada dua jenis kertas daluang, yaitu, line board
disebut juga kertas kraft yang berasal dari kayu cemara dan corrugated
medium yang berasal dari kayu keras dengan proses sulfat.
- Kertas Tyvek Kertas tyvek adalah kertas yang terikat dengan HDPE (high
density polyethylene). Dibuat pertama sekali oleh Du Pont dengan nama
dagang Tyvek. Kertas tyvek mempunyai permukaan yang licin dengan
derajat keputihan yang baik dan kuat, dan sering digunakan untuk kertas
foto. Kertas ini bersifat :
1) no grain yaitu tidak menyusut atau mengembang bila terjadi perubahan
kelembaban,
2) tahan terhadap kotoran, bahan kimia,
3) bebas dari kontaminasi kapang, dan
4) mempunyai kemampuan untuk menghambat bakteri ke dalam kemasan
b. Kemasan Gelas
Kemasan gelas yang berat, mudah pecah, mahal, non biodegradable, dapat
dipanaskan, transparan/translusid, bentuk tetap (rigid), proses massal (padat/cair),
dapat didaur ulang.
c. Kemasan logam (kaleng)
Kemasan logam (kaleng) yang mempunyai bentuk tetap, ringan, dapat
dipanaskan, proses massal (bahan padat atau cair), tidak transparan, dapat
bermigrasi ke dalam makanan yang dikemas, non biodegradable, tidak dapat
didaur ulang
9
d. Kemasan plastik
Kemasan plastik yang mempunyai bentuk fleksibel, transparan, mudah
pecah, non biodegradable, ada yang tahan panas, monomernya dapat
mengkontaminasi produk
e. Komposit (kertas/plastik)
Kemasan yang bahan dari komposit yaitu lebih kuat, tidak transparan,
proses missal, pengisian aseptis, khusus cairan, non biodegradable.
Selain jenis-jenis kemasan di atas saat ini juga dikenal kemasan edible
dankemasan biodegradable. Kemasan edible adalah kemasan yang dapat dimakan
karena terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan seperti pati, protein atau
lemak, sedangkan kemasan biodegradable adalah kemasan yang jika dibuang
dapat didegradasi melalui proses fotokimia atau dengan menggunakan mikroba
penghancur.
Saat ini penggunaan plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai
persoalan lingkungan, yaitu tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat diuraikan
secara alami oleh mikroba di dalam tanah, sehingga terjadi penumpukan sampah
palstik yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan.
Kelemahan lain adalah bahan utama pembuat plastik yang berasal dari minyak
bumi, yang keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui. Seiring
dengan kesadaran manusia akan persoalan ini, maka penelitian bahan kemasan
diarahkan pada bahan-bahan organik, yang dapat dihancurkan secara alami dan
mudah diperoleh. Kemasan ini disebut dengan kemasan masa depan (future
packaging). Sifat-sifat kemasan masa depan diharapkan mempunyai bentuk yang
fleksibel namun kuat, transparan, tidak berbau, tidak mengkontaminasi bahan
yang dikemas dan tidak beracun, tahan panas, biodegradable dan berasal dari
bahan-bahan yang terbarukan. Bahan-bahan ini berupa bahan-bahan hasil
pertanian sepertikarbohidrat, protein dan lemak.
10
Pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk bahan pangan, harus
mempertimbangkan syarat-syarat kemasan yang baik untuk produk tersebut, juga
karakteristik produk yang akan dikemas. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
suatu kemasan agar dapat berfungsi dengan baik adalah :
1. Harus dapat melindungi produk dari kotoran dan kontaminasi sehingga
produk tetap bersih.
2. Harus dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air , gas,
dan penyinaran (cahaya).
3. Mudah untuk dibuka/ditutup, mudah ditangani serta mudah dalam
pengangkutan dan distribusi.
4. Efisien dan ekonomis khususnya selama proses pengisian produk ke
dalam kemasan.
F. Faktor-faktor Desain Kemasan
Bicara masalah kemasan ternyata tidak sesederhana yang dilihat. Menurut
DR. Dudy Wiyancoko, Staf Pengajar Desain Produk Industri, Fakultas Seni Rupa
Desain ITB mengatakan, “Desain Kemasan” adalah suatu proses mulai dari
mendesain sampai produksi. Ada tiga kategori untuk menentukan desain kemasan.
Pertama, soal makna kemasan. Kemasan sebaiknya bermakna personal, sosial, dan
publik. Personal yaitu hanya untuk diketahui sendiri isi yang ada dalam kemasan.
Bermakna sosial, biasanya untuk penghargaan atau penghormatan atas prestasi
atau hasil yang dicapai. Sementara kemasan yang bernilai publik, biasanya untuk
produk untukkomersial, jadi pesan kemasannya harus dapat dimengerti oleh
semua orangyang membacanya. Kedua, kemasan dalam bentuk fisik. Terdiri dari
kemasanprimer melekat pada produknya), kemasan sekunder (melindungi
produk), kemasan tersier (fungsi kemudahan dan praktis pembawaannya),
kemudiankemasan transport dan sebagainya.
Ketiga, mendesain kemasan yang baik harus mencakup 5 fungsi yaitu
fungsi protektif, fungsi praktis, fungsi informasi,fungsi komunikasi dan fungsi
11
lingkungan. Kemasan seringkali disebut sebagai “the silent sales-man/girl” karena
mewakili ketidak hadiran pelayan dalam menunjukkan kualitas produk. Untuk
itukemasan harus mampu menyampaikan pesan lewat komunikasi informatif,
seperti halnya komunikasi antara penjual dengan pembeli. “Para pakar13
pemasaran menyebut desain kemasan sebagai pesona produk (the product charm),
sebab kemasan memang berada di tingkat akhir suatu proses alur produksi yang
tidak saja untuk memikat mata (eye-cathing) tetapi juga untuk memikat
pemakaian (usage attractiveness). Desain kemasan mempunyai 5 prinsip
fungsional, pertama kemasan(packaging). Pada kemasan ini harus disampaikan
tentang jenis produk, dankegunaannya. Disini kejujuran jadi hal penting. Kedua,
kemasan secara fisik. Fungsinya sebagai pelindung produk dari benturan, gesekan,
guncangan, hentakan dan lain-lain. Disini kekuatan menjadi prinsip utama.
Ketiga, kemasanyang nyaman dipakai. Maksudnya kemasan disini memberikan
rasa nyamanjika disentuh, permukaannya tidak melukai, lentur saat digenggam,
mudah dibersihkan, disimpan, stabil bila diletakkan. Kemasan yang dapat didaur
ulang sangat diutamakan.
Keempat, kemasan yang mampu menampilkan citra produk dan
segmentasi pasar pemakainya. Disini melibatkan banyak unsur terutama yang
berkaitan dengan imajinasi, selera, dan fantasi sipemakai. Kemasan disini harus
mampu menerjemahkan siapa pemakainya, status sosial, dimana dan jenis
perilaku seperti apa produk mainan tersebut dipakai. Keunikan menjadi nilai
penting. Kelima, kemasan yang berprinsip mendukung keselarasanlingkungan.
Kemasan yang baik adalah yang; mudah didaur ulang (recycle) keproduk baru dan
tidak terkontaminasi, bisa dilebur dan dibuat kembali ke produk(re-use) asal.
Kemasan yang baik harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor pengamanan Kemasan harus melindungi produk terhadap
berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan
barang, misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan
12
lain-lain. Contohnya, kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar
kerenyahannya tahan lama.
2. Faktor ekonomi Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk
pemilihanbahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. Contohnya,
produk-produk refill atau isi ulang, produk-produk susu atau makanan bayi dalam
karton, dan lain-lain.
3. Faktor pendistribusian Kemasan harus mudah didistribusikan dari
pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat
distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan.
Bentuk14 dan ukuran kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian
rupasehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan.
4. Faktor komunikasi Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan
dan mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan
pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya, karena bentuk
kemasan yang aneh sehingga produk tidak dapat “diberdirikan”, harus diletakkan
pada posisi “tidur” sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik;
maka fungsi kemasan sebagai media komunikasi sudah gagal.
5. Faktor ergonomi Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau
dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain
mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan
pemakai produk atau konsumen. Contohnya, bentuk botol minyak goreng
Tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan tekstur agar mudah
dipegang dan tidak licin bila tangan pemakainya terkena minyak.
6. Faktor estetika Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual
yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo,
ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot . Tujuannya adalah untuk
mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.
13
7. Faktor identitas Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan
kemasan lain, memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan
dengan produk-produk yang lain.
8. Faktor promosi Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang
promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan
kemasan dapat efektif untuk menarik perhatian konsumen- konsumen baru.
9. Faktor lingkungan Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang
berpikiran kritis. Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak
dapat terlepas dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir- akhir ini
adalah kekhawatiran mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah
satunya yang pernah menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990
organisasi-organisasi lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc Donalds
untuk mendaur ulang kemasan- kemasan mereka. Sekarang ini banyak perusahaan
yang menggunakan kemasan-kemasan yang ramah lingkungan (environmentally
friendly ), dapat didaur ulang (recyclable) atau dapat dipakai ulang (reusable).
F. Daya Tarik Kemasan
Kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik adalah
kemasan tersebut harus simple (sederhana), fungsional dan menciptakan respons
emosional positif yang secara tidak langsung “berkata”, “Belilah saya.” Kemasan
harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional dan rasional. Sebuah
desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk
yang dikemasnya. Menurut penelitian, dari seluruh kegiatan penginderaan
manusia, 80 % adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasatmata (visual).
Karena itulah, unsur-unsur grafis dari kemasan antara lain: warna, bentuk, merek,
ilustrasi, huruf dan tata letak merupakan unsur visual yang mempunyai peran
terbesar dalam proses penyampaian pesan secara kasatmata (visual
communication). Agar berhasil, maka penampilan sebuah kemasan harus
mempunyai daya tarik.
14
Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya tarik
visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional). Daya tarik visual (estetika)
Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-
unsur grafis yang telah disebutkan di atas. Semua unsur grafis tersebut
dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan untuk memberikan daya tarik
visual secara optimal. Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor emosi
dan psikologis yang terletak pada bawah sadar manusia. Sebuah desain yang baik
harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respons positif tanpa
disadarinya. Sering terjadi konsumen membeli suatu produk yang tidak lebih baik
dari produk lainnya walaupun harganya lebih mahal.
Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang
mempengaruhi konsumen secara psikologis tanpa disadarinya. Misalnya produk-
produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki komposisi yang tidak jauh
berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat menampilkan kelembutan yang
divisualkan dengan baik pada desain kemasannya, di antaranya menggunakan
warna- warna lembut (pastel) dan merek dengan font Script atau Italic (miring)
dan memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak dipilih oleh
konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis bahwa
konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun
mandi tersebut.
G. Bahasa Desain Kemasan
Bahasa dalam kemasan adalah berbagai unsur yang ada pada kemasan
sebagai alat komunikasinya. Bentuk bahasa pada desain kemasan dapat berupa
verbal dan visual. Bahasa verbal berupa tulisan pada permukaan kemasan. Berisi
informasi dasar yang ditampilkan pada bagian muka meliputi identitas perusahaan
atau merk, nama produk dan deskripsinya, manfaat untuk konsumen, dan
keperluan-keperluan hukum.
Kata-kata dan kalimatnya harus singkat agar mudah dipahami. Bentuk
huruf dan tipografi tidak saja berfungsi sebagai media komunikasi, tapi juga
15
merupakan dekorasi kemasan. Oleh karena itu huruf-huruf yang digunakan harus
serasi. Sedangkan bahasa visual berupa ilustrasi, warna, dan symbol-simbol yang
digunakan. Fungsi utama ilustrasi adalah untuk informasi visual tentang produk
yang dikemas, pendukung teks, penekanan suatu kesan tertentu dan penangkap
mata untuk menarik calon pembeli. Gambar tersebut dapat berupa gambar produk
secara penuh atau terinci, serta dapat juga merupakan hiasan (dekorasi) disertai
penggunaan bahasa yang umum yang dengan cepat dapat dimengerti oleh setiap
orang.
Ilustrasi kemasan biasanya merupakan hal pertama yang diingat konsumen
sebelum membaca tulisannya. Disamping ilustrasi dan symbol, warna juga dapat
menjadi identitas dari produk. Warna kemasan merupakan hal pertama yang
dilihat konsumen (eye catching) dan mungkin mempunyai pengaruh yang terbesar
untuk menarik konsumen. Pengaruh utama dari warna adalah menciptakan reaksi
psikologis dan fisiologis tertentu, yang dapat digunakan sebagai daya tarik dari
desain kemasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Subkelas Zingiberidae sebagian besar berupa herba. Daun pada
umumnya roset batang. Bunga dalam karangan, seringkali ada braktea yang
berwarna. Bunga ada yang biseksual ada yang uniseksual, ada hipogyn tetapi
sebagian besar Epigyn. Stamen berjumlah 6 dalam dua lingkaran, tetapi
serikngkali hanya 5 atau 1 stamen saja yang fungsional sedangkakn sisanya
steril atau berubah menjadi stamenodium yang petaloid. Gynoecium tersusun
dari 3 karpel, beruang 3 atau kadang-kadang beruang 1. Subkelas
Zingiberidae terdiri atas 2 ordo, 9 familia, dan kurang lebih 3800 spesies.
Subkelas Zingiberidae terdiri atas 2 ordo, 9 familia, dan kurang lebih
3800 spesies. Kedua ordo anggota Zingiberidae yaitu ordo Bromeliales dan
ordo Zingiberales. Kedua ordo kurang lebih mempunyai jumlah spesies yang
16
sama akan tetapi ordo Bromeliales hanya terdiri atas satu familia yaitu
Bromeliaceae. Ordo Zingiberales mempunyai 8 familia yaitu : Strelitziaceae,
Heliconiaceae, Musaceae, Lowiaceae, Zingiberaceae, Costaceae, Cannaceae,
dan Marantaceae.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini
dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.
17
DAFTAR PUSTAKA
www.botany.hawaii.edu
www.botitbotany.wisc.edu
http://translate.google.co.id/?hl=id&tab=wT
Prawirosujanto, 1997, Materia Medika Indonesia, jilid I, 47–52, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Dasuki, Undang Ahmad. 1992. Penuntun Praktikum Sistematik Tumbuhan Tinggi.
Bandung: ITB.
Prawirosujanto, 1997, Materia Medika Indonesia, jilid I, 47–52. Jakarta Departemen Kesehatan RI.
Rustaman. 2007. Botani Phanerogamae. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung : UPI Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Gadjah Mada
University.
18