Upload
zhofarini
View
99
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Membran Hyalin Disease, juga dikenal sebagai Respiratory Distress Syndrome
(RDS), adalah penyebab tersering dari gagal nafas pada bayi prematur, khususnya yang
lahir pada usia kehamilan < 36 minggu.
Membran Hyalin Disease, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang
terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernafas, (tipe
pernapasan dispnea / takipnea, dan sianosis) yang menetap atau menjadi progresif
dalam 48 – 96 jam pertama kehidupan atau setelah kelahiran.
Hyaline Membrane Disease merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi
baru lahir. Frekuensinya meningkat pada ibu yang diabetes, kelahiran sebelum usia
kehamilan 37 minggu, kehamilan dengan lebih dari 1 fetus, kelahiran dengan operasi
caesar, kelahiran yang dipercepat, asfiksia, stress dingin, dan riwayat bayi terdahulu
mengalami HMD. Pada ibu diabetes, terjadi penurunan kadar protein surfaktan, yang
menyebabkan terjadinya disfungsi surfaktan. Selain itu dapat juga disebabkan pecahnya
ketuban untuk waktu yang lama serta hal-hal yang menimbulkan stress pada fetus
seperti ibu dengan hipertensi / drug abuse, atau adanya infeksi kongenital kronik.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian HMD atau RDS
2. Untuk mengetahui Penyebab, Tanda dan Gejala HMD atau RDS
3. Untuk mengetahui Patofisiologi HMD atau RDS
4. Untuk mengetahui Klasifikasi HMD atau RDS
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Hyaline Membrane Disease (HMD) atau penyakit membrane hialin, biasanya
terjadi karena pada penyakit ini selalu di temukan di membrane hialin yang melapisi
alveoli. Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama Respiratory distress
syndrome (Sindrom gawat nafas) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. (Surasmi, 2003).
Sindrom gawat nafas atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada neonatus
yang juga disebut sebagai Hyaline Membrane Dosease (HMD), merupakan suatu
penyakit paru-paru akut pada neonatus yang disebabkan karena kekurangan surfaktan,
terutama bayi premature, dimana suatu membran yang tersusun atas protein dan sel-sel
mati melapisi alveoli (kantung udara tipis dalam paru-paru) sehingga membuat
kesulitan untuk terjadinya pertukaran gas (Anik, 2009)
Respiratory Distress Syndrom, (RDS) ialah kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnoe atau hipernoe. dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis,
rintihan dan ekspirasi dan kelainan otot-otot pernafasan pada inspirasi (Arief ZR,2009).
2. ANATOMI
Alveolus adalah yaitu tempat pertukaran udara di dalam paru-paru.
Alveolus tersusun dari jaringan ikat
elastic (sehingga dapat elastic) dan
selapis epitel gepeng (sehingga biss
berguna untuk pertukaran gas.
2
Alveolus mengembang dan menampung udara yang diserap saat pernapasan dan
mentransfer oksigen dari udara tersebut ke dalam peredaran darah. Pemindahan oksigen
ini dimungkinkan karena alveolus menempel pada kapiler-kapiler (pembuluh darah
kecil) yang juga berlapis epitel gepeng.
Dalam alveolus terdapat sel yang bernama makrofag yang berfungsi memakan
benda asing yang berasal dari udara pernapasan (yang tidak berhasil “ditangkap” oleh
silia yang ada di bronkus).
Ket. Gambar sebelah kiri Alveolus Normal dan sebelah kanan Alveolus Collaps
Alveolus mempunyai kecenderungan untuk collapse atau mengkerut
karena surface tension (tegangan permukaan) yang terdapat pada alveolus sehingga
alveolus tidak mengalami collapse. ada 2 faktor yang membuat alveolus tidak collaps :
1. Pertama, Alveolus menghasilkan Surfaktan. Surfaktan adalah zat cair yang
menahan permukaannya agar tidak Collaps. Jika ada bayi yang lahir prematur,
resikonya sangat besar dan bermasalah pada pernapasan karena sel-sel
alveolusnya belum cukup matang untuk menghasilkan surfaktan yang memadai.
2. Kedua, Kantung alveolus (alveolar sac) berbentuk kantung bulat seperti balon,
berkumpul mirip seperti anggur (alveolar duct). Jadi jika kantung alveolus
kekurangan surfaktan dan cenderung mengkerut, Surfaktan akan menarik
kantung alveolus yang lain untuk meregang. Karena yang Surfaktan mempunyai
tegangan permukaan (surface tension) yang cenderung menarik Alveolus
Collaps, jadi Alveolar sac akan meregang dan cenderung menjaga bentuknya.
3
Hal ini yang membuat Surfaktan juga cenderung menahan alveolus yang tadinya
akan Collaps karena kurang surfaktan, tidak jadi Collaps dan bisa tetap terjaga
bentuknya.
3. ETIOLOGI
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu,
faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu
pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus dan lain-
lain.
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit
leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli, prematur, kelainan
kongenital pada neonatus dan lain-lain.
4. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya Respiratory distress syndrome pada
bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang,
pengembangan kurang sempurna karena dinding thorak masih lemah, produksi
surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfakatan mengakibatkan kolaps pada
alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku.
Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan
paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernapasan menjadi berat, shunting
intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang
menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90%
fosfolipid dan 10% protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan
dan menjaga agar alveoli tetap mengembang
4
Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan
seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi
untuk mengembang. Secara histology, adanya Atelektasis yang luas dari rongga udara
bagian distal menyebabkan udem intestisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan dequamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi
surfakatan ini. dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotraumas atau
volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan
epithelial sel jalan nafas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin
yang berasal dari darah.
Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir. Epithelium mulai membaik dan surfakatan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah
lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek, pada bayi yang immature dan
mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis
sering berlanjut menjadi Bronchpulmonal Displasia (BPD). Gambaran radiologi tampak
adanya retikogranular karena atelektasis, dan air bronchogram. Gejala klinis yang
progesif dari Resirasi Dystress Syndroma adalah : Takipnea diatas 60x/menit, Grunting
ekspirator, subcostal dan interkostal retrakasi, Cyanosis, Nasal faring.
Pada Bayi ektremely premature (berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat
berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada Respirasi Dystress Syndroma yang tanpa
komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam.
Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. selainjutnya bila
kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada
akhir minggu pertama.
5. KLASIFIKASI
Sindrom gawat nafas/ Respiratory Distress Syndrome (RDS) dikelompokkan
sebagai berikut:
5
Syndrom gawat nafas Klasik/Clasik Respyratory distress syndrome
Thoraks/dada berbentuk seperti bel disebabkan karena kekurangan aerasi
(underaration). Volume paru-paru menurun, parenkhim paru-paru memiliki pola
retikulogranuler difusi, dan terdapat gambaran broncho gram udara yang meluas
ke perifer.
Sindrom Gawat Nafas Sedang-Berat/Moderately severe Respiratory Distress
Syndrome
Pola retikulogranuler lebih menonjol dan terdisribusi lebih merata. Paru-paru
hypoaerated. Dapat dilihat pada bronkhogram udara meningkat.
Sindrom Gawat Nafas Berat/ Severe Respiratory Distress Syndrome
Terdapat retikulogranuler yang berbentuk opaque pada kedua paru-paru area
cystic pada paru-paru kanan bisa manunjukan alveoli yang berdilatasi atau
empisema interstitial pulmonal dini.
6. GEJALA KLINIS
Bayi penderita penyakit membran hialin biasanya bayi kurang bulan
yang lahir dengan berat badan antara 1200 – 2000 g dengan masa gestasi antara
30 – 36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500
g dan masa gestasi lebih dari 38 minggu. Gejala klinis biasanya mulai terlihat
pada beberapa jam pertama setelah lahir terutama pada umur 6 – 8 jam.
Gejala karakteristik mulai timbul pada usia 24 – 72 jam dan setelah itu
keadaan bayi mungkin memburuk atau mengalami perbaikan. Apabila membaik
gejala biasanya menghilang pada akhir minggu pertama.
Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atalektasis
dan perforasi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan keadaan
klinis seperti :
1.Dispnea atau hiperpnea.
2.Sianosis.
6
3.Retraksi suprasternal, epigastrium, intercostal.
4.Rintihan saat ekspirasi (grunting).
5.Takipnea (frekuensi pernafasan > 60 x/menit).
6.Melemahnya udara napas yang masuk ke dalam paru.
7.Mungkn pula terdengar bising jantung yang menandakan adanya duktur
arteriosus yang paten yang disertai pula timbulnya.
8.Kardiomegali.
9.Bradikardi (pada PMH berat).
10.Hipotensi.
11.Tonus otot menurun.
12.Edem.
7. TANDA DAN GEJALA
1. Pernafasan dangkal (Takipneu)
adalah pernapasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya
didefinisikan lebih dari 60 hembusan per menit
2. Sianosis
Sianosis (cyanosis) adalah warna kulit dan membran mukosa
kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
Kondisi ini terutama mencolok di bibir dan kuku. Sianosis dapat muncul
dalam berbagai kondisi medis di mana konsentrasi oksigen darah rendah,
misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan jantung dan di daerah
geografis yang tinggi.
3. Pucat
4. Kelelahan
5. Apneu dan pernafasan tidak teratur
7
Apnea biasanya terjadi karena adanya sumbatan pada saluran
napas atau karena sistim saraf pusat tempat mengontrol pernapasan
belum berkembang dengan sempurna. Bayiyang mengalami apnea tidak
bernapas spontan. Kulit pada daerah mulut pun tampak
kebiruan. Bayi bisa berhenti bernapas selama 15 detik lalu bernapas lagi.
Apnea lebih sering terjadi pada bayi prematur atau bayi yang memiliki
down syndrome.
6. Penurunan suhu tubuh
7. Pernafasan cuping hidung
8. FAKTOR RESIKO
Meskipun sebagian besar bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD) adalah
bayi premature (Anik,2009). Terdapat faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan
timbulnya penyakit ini, seperti:
Bayi Caucasian atau bayi laki-laki
Bayi yang lahir sebelumnya juga mengalami HMD
Persalinan Sectio Caesaria
Asfiksia perinatal
- Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.
- Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
8
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin
yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan
bayi berikut ini:
A. Faktor ibu
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
B. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
C. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
Kelainan bawaan (kongenital).
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
Stress dingin/ cold stress
- Suatu kondisi yang menekan produksi surfaktaan.
Infeksi perinatal
Kelahiran Kembar
- Bayi-bayi yang dilahirkan kembar biasanya prematur.
Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus
- Terlalu banyak insulin dalam sistem tubuh bayi yang disebabkan karena
diabetes pada ibu dapat memperlambat produksi surfaktan.
9
Bayi dengan kelainan jantung PDA (Patent ductus Arteriosus)
Pada prematuritas :
1) Produksi surfaktan masih sedikit (defisiensi surfaktan). Komponen utama
surfaktan adalah lesitin, yang terdiri dari cytidine diphosphate cholin (C.D.P
cholin) dan phosphatidyldimethy etanolamine (P.M.D.E).
2) Surfaktan diproduksi oleh sel ponemosit tipe II yang dimulai tumbuh pada
gestasi 22-24 minggu, mulai aktif pada gestasi 24-26 minggu.
3) Surfaktan mulai berfungsi pada masa gestasi 32-36 minggu
4) Rasio lesitin/spingomielin dalam cairan amnion.
9. KOMPLIKASI
Bayi-bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD)/ syndrome Gawat Nafas
Kadang-kadang dapat mengalami komplikasi penyakit atau masalah sebagian efek
samping dari tindakan. Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan Penyakit
Membran Hialin (HMD) adalah:
Bocornya udara pada jaringan paru-paru, seperti :
Pneumomediastinum-bocornya udara ke dalam mediatinum (ruang dalam
rongga thorak dibelakang sternum dan antara dua kantung pleura yang melapisi
paru-paru).
Pneumothoraks-bocornya udara ke dalam ruang antara dinding dada dan
jaringan paling luar dari paru-aparu.
Pneumoperikardium-bocornya udara kedalam lambung katung sekitar jantung.
Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE)-bocornya udara sehingga terperangkap
diantara alveoli, suatu kantung udara tipis pada paru-paru.
Penyakit paru-paru kronik, kadang-kadang disebut “Bronhopulmonary
dysplasia”.
10
10. PENCEGAHAN
a. Mencegah kelahiran prematur
Yang terpenting adalah mencegah prematuritas, seperti menghindari
operasi caesar yang tidak perlu, penanganan yang baik dari kehamilan dan
persalinan yang berisiko tinggi.
Menurut Goldenberg, hal-hal yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kelahiran prematur adalah, , ibu yang terlalu lelah selama kehamilan, dan ibu
mengalami anemia.
b. Antibiotik untuk ibu
Pemberian antibiotik untuk prematur preterm rupture of membrane
(ketuban pecah sebelum waktu, usia kehamilan < 37 minggu) dan prematur
rupture of membran (ketuban pecah dini, usia kehamilan sudah 37minggu),
namun tidak berpengaruh terhadap kematian perinatal.
11. PENATALAKSANAAN
Beberapa alasan yang dikemukakan tentang tidak diberikannya surfaktan
pada saat bayi prematur lahir (sebagai profilaksis) karena dianggap memberikan
surfaktan yang tidak perlu pada beberapa bayi yang tidak terkena RDS , disamping
itu harganya mahal sehingga sebaiknya digunakan bila memang benar diperlukan.
Beberapa uji coba klinik menyatakan bahwa pemberian surfaktan dini mungkin
dapat membahayakan sehingga hanya diberikan pada RDS yang berat. Ada juga
yang berpendapat bahwa pemberian surfaktan segera setelah bayi prematur lahir
dapat mempengaruhi resusitasi dan stabilisasi bayi. Bila pemberian surfaktan sama
efektifnya jika diberikan beberapa jam setelah lahir, maka pemberian surfaktan dini
yaitu segera setelah lahir menjadi tidak relevan.33
11
Cochrane meta analysis ( Soll and Morley, 2003 ) menyatakan bahwa
yang disebut terapi profilaksis bila surfaktan diberikan pada waktu pertolongan
pertama pada bayi prematur yang baru lahir melalui endotrakheal tube.
Sedangkan sebagai terapi bila surfaktan diberikan beberapa jam setelah lahir
atau setelah ada gejala RDS . Pemberian surfaktan profilaksis dapat menurunkan
angka kematian, dan pneumothorax tetapi mempunyai efek yang ringan pada
komplikasi yang lain pada bayi prematur. Yost dan Soll, 2003 menyatakan
bahwa ada data yang menunjang tentang pemberian awal (profilaksis) lebih baik
daripada pemberian yang lebih lambat
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
12
Membran Hyalin adalah penyebab yang paling umum dari gangguan
pernapasan pada bayi prematur, Gangguan nafas ini merupakan sindrom yang terdiri dari satu
atau lebih gejala sebagai berikut : pernafasan cepat >60 x/menit, retraksi dinding dada, merintih dengan
atau tanpa sianosis pada udara kamar. Hal ini paling sering terjadi pada bayi yang lahir pada
kurang dari 28 minggu kehamilan dan mempengaruhi sepertiga dari bayi yang lahir
pada minggu ke 28-34 kehamilan, tetapi terjadi kurang dari 5% dari bayi yang lahir
setelah 34 minggu. RDS lebih sering terjadi pada anak laki-laki, dan insidennya sekitar
enam kali lebih tinggi pada bayi yang ibunya menderita diabetes, karena kematangan
paru tertunda meskipun macrosomia (bayi besar).
DAFTAR PUSTAKA
Sadler, T.W. 2013. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta : EGC
Hassan. R, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI :
Jakarta
13
Asril. Aminullah. 1985. Gangguan Pernapasan, dalam Rusepno Hassan & Husein
Alatas (editor), Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Jakarta
Asril Aminullah & Arwin Akib.1991. Penyakit membran Hialin, dalam Markum
(editor), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, Jakarta
14