29
BAB I Pendahuluan 1.1 Judul Perancangan Iklan Layanan Masyarakat “Lindungi Hutan” 1.2 Latar Belakang A. Hutan Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan cerminan bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan pepohonan

makalah Ilegal Logging

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah Ilegal Logging

Citation preview

Page 1: makalah Ilegal Logging

BAB IPendahuluan

1.1 JudulPerancangan Iklan Layanan Masyarakat

“Lindungi Hutan”

1.2 Latar Belakang

A. Hutan

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan

tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang

luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink),

habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan

salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.

Hutan cerminan bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat

menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran

rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan

merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau

tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun.

Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja.

Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu

yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan

pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang

khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan

hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap,

yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun

berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya),

serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak

terpisahkan dari hutan.

Page 2: makalah Ilegal Logging

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa

kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh

masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi

ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,

penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang

lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air

bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini

dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. Berbagai tumbuhan

dan satwa bertahan hidup akan memengaruhi lingkungan fisik mereka, terutama tanah,

walaupun secara terbatas. Tumbuhan dan satwa yang berbagi tempat hidup yang sama

justru lebih banyak saling memengaruhi di antara mereka. Agar mampu bertahan hidup

di lingkungan tertentu, berbagai tumbuhan dan hewan memang harus memilih antara

bersaing dan bersekutu.

Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas,

rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan

diri akan menghasilkan suatu bentuk khusus, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan

dan satwa yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita

melihat hutan dalam beragam wujud , misalnya: hutan sabana, hutan meranggas, hutan

hujan tropis, dan lain-lain.

Macam – macam hutan :

1. Hutan menurut asalnya kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta

campuran antara biji dan tunas :

- Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan yang

tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai umur

lebih lanjut.

- Hutan yang berasal dari tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya.

- Hutan campuran, oleh karenanya, disebut ‘hutan sedang’.

Page 3: makalah Ilegal Logging

Penggolongan lain menurut asal adalah :

- Hutan perawan (primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum

pernah dibuka oleh manusia.

- Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah

ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan

sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil.

2. Hutan menurut cara permudaan (tumbuh kembali)

- Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan

buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti

bunga pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan

oleh angin, air, atau hewan.

- Hutan dengan permudaan buatan berarti manusia sengaja menyerbukkan

bunga serta menyebar biji atau menanam bibit npohon untuk menumbuhkan

kembali hutan.

- Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua jenis

sebelumnya. Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu

singkat, sering tidak berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih

banyak melalui angin. Di daerah tropis, perbungaan terjadi hampir sepanjang

tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan pohon-

pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan dan Sumatera terjadi secara

berkala.

3. Hutan menurut susunan jenis

Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran.

- Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian besar

berasal dari satu jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu.

Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami baik karena sifat iklim dan tanah yang

sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam

(pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah

terjadi dan hanya satu jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat

Page 4: makalah Ilegal Logging

juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama

yang sengaja ditanam seperti itu oleh manusia. Penggolongan lain berdasarkan

pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer) dan hutan daun lebar.

Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah

beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa

ditemui di daerah tropis.

- Hutan campuran yaitu dalam satu hutan terdapat bermacam-macam jenis

pohon yang dapat hidup dan mampu bertahan dalam waktu yang lama.

4. Hutan menurut umur

Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur sama)

dan hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya

merupakan hutan tidak seumur.

5. Hutan berdasarkan letak geografisnya:

- Hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa

- Hutan temperate, hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis lintang

23,5º - 66º).

- Hutan boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub.

6. Hutan berdasarkan sifat-sifat musimannya:

- Hutan hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan.

- Hutan selalu hijau (evergreen forest)

- Hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest)

- Hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim kemaraunya

panjang.

7. Hutan berdasarkan ketinggian tempatnya:

- Hutan pantai (beach forest)

- Hutan dataran rendah (lowland forest)

- Hutan pegunungan bawah (sub-mountain forest)

- Hutan pegunungan atas (mountain forest)

- Hutan kabut (mist forest)

- Hutan elfin (alpine forest)

Page 5: makalah Ilegal Logging

8. Hutan berdasarkan keadaan tanahnya:

- Hutan rawa air tawar atau hutan rawa (freshwater swamp-forest)

- Hutan rawa gambut (peat swam-forest)

- Hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest)

- Hutan kerangas (heath forest)

- Hutan tanah kapur (limestone forest), dan lainnya

Hutan berdasarkan jenis pohon yang dominan:

- Hutan jati (teak forest), misalnya di Jawa Timur.

- Hutan pinus (pine forest), di Aceh.

- Hutan dipterokarpa (dipterocarp forest), di Sumatra dan Kalimantan.

- Hutan ekaliptus (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara. Dll.

Hutan berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:

- Hutan alam (natural forest)

- Hutan buatan (man-made forest), misalnya:

o Hutan rakyat (community forest)

o Hutan kota (urban forest)

o Hutan tanaman industri (timber estates atau timber plantation)

Hutan berdasarkan tujuan pengelolaannya:

- Hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan

bukan kayu.

- Hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air seperti taman

nasional.

- Hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati

atau keindahan alam seperti : Cagar alam, Suaka alam

- Hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat

dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.

Page 6: makalah Ilegal Logging

B. Jenis-jenis hutan di Indonesia

Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan

antara tiga lempeng bumi. Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi

dinegeri kepulauan ini. Jenis-jenis hutan di Indonesia antara lain :

- Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur

Sumatera, sepanjang pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar

pantai selatan Papua.

- Hutan hujan tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini

menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara,

dan Papua.

- Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah,

Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan

sebagian pantai selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati

(Tectona grandis), walikukun (Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus

alba), cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca leucadendron).

- Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai,

seperti di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia

catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan

pandan (Pandanus tectorius).

- Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang

pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan

pantai selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia,

Sonneratia, dan Rhizopheria.

- Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan,

dan Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium

leiocarpum), kempas (Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).

Page 7: makalah Ilegal Logging

C. Sumber Daya Hutan di Provinsi Sumatera Selatan

Luas hutan di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan rencana tata ruang

Wilayah Provinsi ( RTRWP ) tahun 1994 adalah 4.255.843 ha, sedangkan berdasarkan

penunjukkan Menteri Kehutanan sesuai surat keputusan Nomor : 76/kpts-II/2001

tanggal 15 Maret 2001 adalah seluas 4.416.837 ha, dalam perkembangannya luas

kawasan hutan tersebut saat ini telah banyak mengalami perubahan. Luas kawasan

hutan di Provinsi Sumatera Selatan adalah 3.670.957 Hektar dan berdasarkan

fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Konservasi : 792.907 Ha

Suaka Margasatwa : 267.772 Ha

Taman Nasional : 466.060 Ha

Taman Wisata Alam : 223 Ha

Taman Hutan Raya : 607 Ha

Kawasan Konservasi Perairan : 58.245 Ha

2. Hutan Lindung : 591.832 Ha

3. Hutan Produksi : 2.286.218 Ha

Hutan Produksi Terbatas : 236.893 Ha

Hutan Produksi Tetap : 1.688.445 Ha

Hutan Produksi Konversi : 360.881 Ha

Sumber : BPKH Wilayah II Palembang, Juli 2012

Luas Kawasan hutan 3.670.957 Ha atau sekitar 42.24% dari luas wilayah

Sumatera Selatan 8.689.937,00 Ha, merupakan cakupan wilayah yang sangat

signifikan terhadap pembangunan wilayah Provinsi, yang memerlukan penguatan

kelembagaan dalam penyelenggaraan pengurusan kawasan hutan dan tata

pemerintahan di bidang kehutanan pada tingkat Provinsi.

Selama tiga decade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal utama

pembangunan ekonomi nasional yang member dampak positif antara lain terhadap

peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, mendorong pengembangan wilayah

dan pertumbuhan ekonomi, namun demikian, pemanfaatan hasil hutan kayu secara

berlebihan dan besarnnya perubahan kawasan hutan untuk kepentingan non

Page 8: makalah Ilegal Logging

kehutanan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan lingkungan, ekonomi

dan social, Data menunjukkan bahwa jika ditinjau dari vegetasi yang menutupi

kawasan hutan, luas kawasan yang berhutan saat ini tinggal 1.234.481 ha (33,63%)

sedangkan sisanya berupa kawasa hutan yang bertumbuhan lain ( perladangan,

pertanian, kebun dan semak belukar).

Penurunan luas dan potensi sumber daya hutan ini antara lain disebabkan

oleh pengelolaan hutan yang tidak tepat, perubahan lahan kawasan hutan dalam

skala besar untuk berbagai kepentingan pembangunan, okupasi lahan, perambahan,

over cutting dan illegal Logging serta kebakaran hutan.

D. Ilegal Logging di Indonesia

Illegal logging atau pembalakan liar atau penebangan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.[1] Secara praktek, illegal logging dilakukan terhadap areal hutan yang secara prinsip dilarang. Di samping itu, praktek illegal logging dapat pula terjadi selama pengangkutan, termasuk proses ekpor dengan memberikan informasi salah ke bea cukai, sampai sebelum kayu dijual di pasar legal.

Penyebab Ilegal Logging, antara lain :

Illegal logging dapat disebabkan oleh beberapa hal, pertama, tingginya permintaan kebutuhan kayu yang berbanding terbalik dengan persediaannya. Dalam kontek demikian dapat terjadi bahwa permintaan kebutuhan kayu sah (legal logging) tidak mampu mencukupi tingginya permintaan kebutuhan kayu. Hal ini terkait dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional dan besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri/konsumsi lokal. Tingginya permintaan terhadap kayu di dalam dan luar negeri ini tidak sebanding dengan kemampuan penyediaan industri perkayuan (legal logging). Ketimpangan antara persediaan dan permintaan kebutuhan kayu ini mendorong praktek illegal logging di taman nasional dan hutan konservasi.

Kedua, tidak adanya kesinambungan antara Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 yang mengatur tentang Hak Pengusahaan Hutan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 309/Kpts-II/1999 yang mengatur tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanaman Pokok Dalam Pengelolaan Hutan Produksi. Ketidaksinambungan kedua peraturan perundang-undangan tersebut terletak pada ketentuan mengenai jangka waktu konsesi hutan, yaitu 20 tahun dengan jangka waktu siklus Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), khususnya untuk hutan produksi yangditetapkan 35 tahun.Hal demikian menyebabkan pemegang HPH tidak menaati ketentuan TPTI. Pemegang HPH tetap melakukan penebangan meskipun usia pohon belum mencapai batas usia yang telah

Page 9: makalah Ilegal Logging

ditetapkan dalam TPTI. Akibatnya, kelestarian hutan menjadi tidak terjaga akibat illegal logging.

Ketiga, lemahnya penegakan dan pengawasan hukum bagi pelaku tindak pidana illegal logging. Selama ini, praktekillegal logging dikaitkan dengan lemahnya penegakan hukum, di mana penegak hukum hanya berurusan dengan masyarakat lokal atau pemilik alat transportasi kayu. Sedangkan untuk para cukong kelas kakap yang beroperasi di dalam dan di luar daerah tebangan, masih sulit untuk dijerat dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Bahkan beberapa pihak menyatakan bahwa Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (UU Kehutanan) dianggap tidak memiliki “taring” untuk menjerat pelaku utama illegal logging, melainkan hanya menangkap pelaku lapangan. Di samping itu, disinyalir adanya pejabat pemerintah yang korup yang justru memiliki peran penting dalam melegalisasi praktek illegal logging.

Keempat, tumpang tindih kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hak Pegusahaan Hutan selama ini berada di bawah wewenang pemerintah pusat, tetapi di sisi lain, -sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan- pemerintah daerah harus mengupayakan pemenuhan kebutuhan daerahnya secara mandiri. Kondisi ini menyebabkan pemerintah daerah melirik untuk mengeksplorasi berbagai potensi daerah yang memiliki nilai ekonomis yang tersedia di daerahnya, termasuk potensi ekonomis hutan. Dalam kontek inilah terjadi tumpang tindih kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pemerintah pusat menguasai kewenangan pemberian HPH, di sisi lain pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan untuk mengeksplorasi kekayaan alam daerahnya, -termasuk hutan- guna memenuhi kebutuhan daerahnya. Tumpang tindih kebijakan ini telah mendorong eksploitasi sumber daya alam kehutanan. Tekanan hidup yang dialami masyarakat daerah yang tinggal di dalam dan sekitar hutan mendorong mereka untuk menebang kayu, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan pasar melalui tangan para pemodal.

Dampak yang ditimbulkan dari Ilegal Logging antara lain:

Praktek illegal logging sudah barang tentu memiliki ekses negatif yang sangat besar. Secara kasat mata ekses negatifillegal logging dapat diketahui dari rusaknya ekosistem hutan. Rusaknya ekosistem hutan ini berdampak pada menurunnya atau bahkan hilangnya fungsi hutan sebagai penyimpan air, pengendali air yang dapat mencegah banjir juga tanah longsor. Sehingga rentan terhadap bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Di samping itu,illegal logging juga menghilangkan keanekaragaman hayati, berkurangnya kualitas dan kuantitas ekosistem danbiodiversity, dan bahkan illegal logging dapat berperan dalam kepunahan satwa alam hutan Indonesia.

Page 10: makalah Ilegal Logging

Dari sisi ekonomis, illegal logging telah menyebabkan hilangnya devisa negara. Menurut Walhi, hasil illegal logging di Indonesia pertahunnya mencapai 67 juta meter kubik dengan nilai kerugian sebesar Rp 4 triliun bagi negara. Di samping itu, data Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1998 hingga 2004, kerugian Indonesia akibat illegal logging mencapai 180 triliun.

1.3 Rumusan Masalah

Sekarang ini, Pembalakan liar di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera

Selatan sudah semakin parah yang di sebabkan oleh ulah tangan manusia.

Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan pemeliharaan hutan, salah satunya

dengan cara melakukan sosialisasi iklan layanan masyarakat tentang betapa

pentingnya menjaga dan memelihara hutan sebagai paru-paru dimuka bumi ini.

Adapun rumusan masalah yang terdapat pada sebab dan akibat dari Ilegal Logging

atau Pembalakan Liar di Provinsi Sumatera Selatan adalah :

1. Bagaimana membuat iklan layanan masyarakat yang mampu memberikan

pengetahuan dan kesadaran kepada masyarakat tentang menjaga kelestarian

hutan.

2. Bagaimana menjadikan iklan layanan masyarakat yang dapat memberikan

pengetahuan tentang dampak dari Pembalakan Liar.

3. Membuat iklan layanan masyarakat yang mampu memberikan seruan untuk

menjaga hutan serta ajakan tersendiri untuk masyarakat, agar ikut bergerak

dalam penanam pohon di lingkungan sekitarnya.

4. Menampilkan iklan layanan masyarakat yang komunikatif sehingga mudah

dimengerti dan diterima masyarakat umum, namun tetap memiliki nilai seni atau

estetika yang baik.

Page 11: makalah Ilegal Logging

1.4 Tujuan Perancangan

Dari perumusan tentang hutan, jenis hutan, penyebab Pembalakan hutan dan

dampak dari pembalakan hutan, maka didapatlah sebuah tujuan perancangan agar

nantinya tepat sasaran. Adapun tujuan perancangan dari iklan layanan masyarakat

tentang Lindungi Hutan yaitu :

1. Memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk melindungi hutan yang sangat

penting demi kehidupan manusia.

2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang dampak kebakaran hutan.

3. Dapat memberikan dampak keasadaran berupa melakukan penanaman pohon

walaupun dalam sekala kecil.

4. Menjadikan sebuah karya desain iklan layanan masyarakat yang memiliki cirri

khas, diterima masyarakat serta mempunyai nilai seni yang komunikatif.

1.5 Metode Pengumpulan Data

1.5.1 Tahap Eksplorasi

Proses perancangan iklan layanan masyarakat, tentang pentingnya

menjaga atau Melindungi Hutan di muka bumi dari Pembalakan liar pada

hutan dan dampaknya, dilakukan eksplorasi data guna menghasilkan sebuah

desain iklan layanan masyarakat yang baik dan tepat sasaran.

Tahapan ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mencari

informasi di internet seperti http://dep.blogspot.com/2011/12/illegal-logging-

sebab-akibat-dan.html , dan http://www.wbh.or.id/ selain itu, dilakukan juga

eksplorasi data dengan mencar informasi melalui buku serta melakukan

interview kepada dinas atau instansi terkait yaitu Dinas Kehutanan Provinsi

Sumsel yang beralamat di Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu Palembang

Po.Box 340 dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel yang

beralamat di Jl. Kol. H. Burlian Km.6 N0. 79 Palembang 30153.

Page 12: makalah Ilegal Logging

1.5.2 Tahap Survey

Setelah mendapatkan data-data tentang hutan dan Pembalakan Liar

maka dilakukan survey ke lapangan, guna mencari data secara langsung Survey

yang dilakukan adalah dengan mengamati hutan dan lahan yang berada di

sekitar wilayah Sumsel Muara Merang yang hingga kini masih banyak terjadi

kasus illegal logging.

1.5.3 Tahap Pengolahan Data

Setelah mempelajari bebeapa data yang didapat, mulai dari latar

belakang hutan, rumusan masalah, tujuan perancangan, hutan yang ada di

daerah Sumatera Selatan, eksplorasi data dan fakta serta survey yang

dilakukan di lapangan maka dilakukan tahap pengolahan data lebih lanjut yang

nantinya akan dipergunakan sebagai pedoman dalam melakukan perancangan

iklan layanan masyarakat ini.

1.5.4 Tahap Konsep Kreatif

Untuk memunculkan konsep kreatif iklan layanan masyarakat tentang

Melindungi Hutan yang akan dirancang adalah dengan membuat konsep

desain yang sederhana dengan memunculkan ide-ide yang berhubungan

dengan hutan seperti pohon yang tumbang, lahan yang tandus, pohon yang

ditanam diatas gedung, setelah penentuan ide kreatif, memulai beberapa

sketsa gambaran media iklan layanan masyarakat yang menarik, komunikatif

serta dapat diterima masyarakat.

Page 13: makalah Ilegal Logging

BAB II

Analisa Data

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan

dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah

yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon

dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan

merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan sebagai

suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi

masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat

melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem

hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil

oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan,

serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi

kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini

dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. Berbagai

tumbuhan dan satwa bertahan hidup akan memengaruhi lingkungan fisik mereka,

terutama tanah, walaupun secara terbatas.

Luas hutan di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan rencana tata ruang

Wilayah Provinsi ( RTRWP ) tahun 1994 adalah 4.255.843 ha, sedangkan berdasarkan

penunjukkan Menteri Kehutanan sesuai surat keputusan Nomor : 76/kpts-II/2001

tanggal 15 Maret 2001 adalah seluas 4.416.837 ha, dalam perkembangannya luas

kawasan hutan tersebut saat ini telah banyak mengalami perubahan. Luas kawasan

hutan di Provinsi Sumatera Selatan adalah 3.670.957 Hektar dan berdasarkan

fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Konservasi : 792.907 Ha

Suaka Margasatwa : 267.772 Ha

Taman Nasional : 466.060 Ha

Taman Wisata Alam : 223 Ha

Page 14: makalah Ilegal Logging

Taman Hutan Raya : 607 Ha

Kawasan Konservasi Perairan : 58.245 Ha

2. Hutan Lindung : 591.832 Ha

3. Hutan Produksi : 2.286.218 Ha

Hutan Produksi Terbatas : 236.893 Ha

Hutan Produksi Tetap : 1.688.445 Ha

Hutan Produksi Konversi : 360.881 Ha

Sumber : BPKH Wilayah II Palembang, Juli 2012

Luas Kawasan hutan 3.670.957 Ha atau sekitar 42.24% dari luas wilayah

Sumatera Selatan 8.689.937,00 Ha, merupakan cakupan wilayah yang sangat

signifikan terhadap pembangunan wilayah Provinsi, yang memerlukan penguatan

kelembagaan dalam penyelenggaraan pengurusan kawasan hutan dan tata

pemerintahan di bidang kehutanan pada tingkat Provinsi.

Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal utama

pembangunan ekonomi nasional yang member dampak positif antara lain terhadap

peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, mendorong pengembangan wilayah

dan pertumbuhan ekonomi, namun demikian, pemanfaatan hasil hutan kayu secara

berlebihan dan besarnnya perubahan kawasan hutan untuk kepentingan non

kehutanan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan lingkungan, ekonomi

dan social, Data menunjukkan bahwa jika ditinjau dari vegetasi yang menutupi

kawasan hutan, luas kawasan yang berhutan saat ini tinggal 1.234.481 ha (33,63%)

sedangkan sisanya berupa kawasa hutan yang bertumbuhan lain ( perladangan,

pertanian, kebun dan semak belukar).

Penurunan luas dan potensi sumber daya hutan ini antara lain disebabkan

oleh pengelolaan hutan yang tidak tepat, perubahan lahan kawasan hutan dalam

skala besar untuk berbagai kepentingan pembangunan, okupasi lahan, perambahan,

over cutting dan illegal Logging serta kebakaran hutan.

Page 15: makalah Ilegal Logging

2.1. Data Topik Sosial

Illegal Logging di Sumatera Selatan

Jumlah Kasus, barang bukti Illegal Logging dan penanganannya

No TahunJumlah Jumlah Penanganan LelangKasus Barang Bukti (m3) Vol ( m3) Jumlah Paket Pokok Lelang ( Rp.)

1 2005 26 3.349.8782 12.305.4260 16 301.973.5002 2006 17 1.723.1220 1.826.7259 14 634.703.634

Sumber : Data s.d. Triwulan II , Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan

Untuk mencegah, membatasi dan mempertahankan serta menjaga hutan yang

disebabkan oleh perbuatan manusia, maka Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan

melakukan.

1. Sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan dibidang

kehutanan.

2. Fasilitas terbentuknya kelembagaan masyarakat.

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan.

4. Kerjasama dengan pemegang hak atau izin

5. Operasi pengamanan hutan

6. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran hukum.

2.2. Sifat Topik Sosial

Penurunan luas dan potensi sumber daya hutan ini antara lain disebabkan

oleh pengelolaan hutan yang tidak tepat, perubahan lahan kawasan hutan dalam

skala besar untuk berbagai kepentingan pembangunan, okupasi lahan, perambahan,

over cutting dan illegal Logging, pemerintah khususnya Dinas Kehutanan Provinsi

Sumatera Selatan membentuk unit kerja untuk pengamanan hutan dari Pembalakan

Liar dan pelanggaran hutan di Sumatera Selatan seperti Badan Konservasi Sumber

Daya Alam (BKSDA) karena masalah Pembalakan liar dan pelanggarannya setiap

Page 16: makalah Ilegal Logging

tahunnya pasti terjadi. Dan kejadian semacam ini masih terus berlangsung setiap

tahunnya, karena faktor alami maupun faktor manusia.

2.3. Data Publikasi

media publikasi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan berupa media:

Leaflet, Booklet, Stiker, Poster, Kalender, x-Banner serta spanduk. Media yang

digunakan dirancang setiap tahunnya, terhitung dari tahun 2009 hingga 2012 sudah

aktif menggunakan beberapa media komunikasi tersebut. Dengan media publikasi

seperti ini hasil yang dicapai sangat efektif karena dapat memberi pengarahan,

memberikan kesadaran, pengetahuan tentang dampak Pembalakan hutan serta

pentingnya memelihara hutan serta alam sekitar kita.

Gambar 1. Media Iklan Layanan Masyarakat : X- banner

Gambar 1. Media Iklan Layanan Masyarakat : Kalender

Page 17: makalah Ilegal Logging

2.4. Segmentasi Pasar

a) Aspek Geografis

Berdasarkan letak geografis Provinsi Sumatera Selatan dengan

perbandingan persentase antara luas hutan dan luas wilayah adalah

3.670.957,00 ha berbanding 8.689.937,00 ha. Tersebar di 15 Kabupaten

/Kota di Sumatera Selatan. Sumatera Selatan salah satu Provinsi yang

kaya akan Sumber Daya Alam dari hutan berupa kayu dan non kayu.

Didukung oleh kemajuan Provinsi serta beberapa Kab/Kota di Sumsel serta

letak strategis yaitu berada di jalur lintas yang menghubungkan beberapa

Provinsi di kepulauan Sumatera serta Kepulauan Jawa. Didukung dengan

lancarnya sarana transportasi darat, laut dan udara Sumsel adalah salah

satu provinsi yang perekonomiannya berkembang dengan baik di

Indonesia.

b) Aspek Demografis

Menjaga serta melestarikan hutan di lingkungan sekitar kita

khususnya Sumatera Selatan sudah menjadi tanggung jawab serta

kewajiban kita semua, baik anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, petani,

nelayan, buruh, pejabat, pegawai negeri/swasta, pengagguran, pekerja,

laki-laki maupun perempuan, pemerintah serta masyarakat yang berada di

Gambar 1. Media Iklan Layanan Masyarakat : Poster

Page 18: makalah Ilegal Logging

kawasan Sumatera Selatan wajib untuk menjaga dan melestarikan

lingkungannya.

c) Aspek Psikologis

Biasanya rakyat biasa atau masyarakat pada umumnya tidak peduli

dengan dampak dari bahaya Pembalakan Liar , Hal ini biasanya lebih

diserahkan kepada pemerintah atau aparat yang berwenang saja, akan

tetapi apabila ada keuntungan yang dapat dieksploitasi baru merasa

peduli dan bertanggung jawab. Ini yang menyebabkan kesadaran

masyarakat sangat kurang hanya tertuju kepada dinas yang terkait saja.

d) Aspek Behavioristik

Pemeliharaan Hutan serta menjaga kawasan hutan hendaknya

dilakukan setiap waktu dan berkala, Karena sangat rawannya terjadi

Pembalakan liar di hutan tanpa diketahui oleh pihak berwajib yang

berdampak buruk kepada masyarakat luas.

2.5. Metode SWOT

a. Strength / Kekuatan

Rancangan iklan layanan masyarakat yang selama ini sudah

dipublikasikan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, baru

sebatas hanya sebagai media publikasi saja, belum adanya sentuhan –

sentuhan desain-desain yang memunculkan ide – ide kreatif serta belum

mempertimbangkan unsur desain yang baik dan menarik. Dalam

perancangan media iklan layanan masyarakat tentang Pengendalian

Pembalakan Liar serta menjaga hutan dan lingkungan, perancang

memunculkan ide – ide serta gagasan yang menarik secara visulisasi dan

komunikatif berbeda dari yang biasanya seperti media Note,leaflet dan

stiker dibuat lebih menarik, poster tidak hanya menggambarkan

Kerusakan hutan akibat Pembalakan Liar saja tetapi kita perlu juga

Page 19: makalah Ilegal Logging

menggambarkan manfaat hutan untuk manusia, sehingga dapat menjadi

media edukasi bagi masyarakat luas.

b. Weakness / Kelemahan

Sudah menjadi masalah umum tentang kepedulian serta partisipasi

masyarakat sangat begitu kurang peduli terhadap hal – hal yang bukan

menyangkut masalah pribadinya. Biasanya masyarakat menganggap

himbauan serta peraturan – peraturan hanya menjadi tanggung jawab

sekelompok orang saja, dan masyarakat hanya peduli saat bencana serta

kerugian menimpa baru sadar akan himbaun – himbauan, larangan –

larangan yang sifatnya demi kenyamanan untuk kepentingan bersama.

Yang menjadi kelemahan lagi adalah iklan – iklan, himbauan

serta ajakan yang dipublikasikan dianggap hanya sebagai media pajangan,

media penghias baik dipinggir jalan, diruangan maupun di media-media

lain, dianggap itu hal yang membosankan apalagi dengan gaya serta

tampilan yang terkesan kaku.

Sulitnya mensosialisasikan iklan layanan masyarakat di pedesaan

sulit dijangkau seperti di daerah terpencil akan menyebabkan

pengetahuan warga pedesaan sangatlah minim pengetahuan.

c. Oppurtunity / Peluang

Iklan layanan masyarakat jika ditampilkan secara menarik, kreatif

dan memunculkan ide – ide baru tentu akan menggugah serta menarik

perhatian publik inilah yang menjadi peluang untuk menggugah serta

memberikan kesadaran kepada masyarakat luas, karena masih banyak

peluang dan kesempatan untuk memberikan perubahan perilaku,

kesadaran serta kepedulian secara bertahap kepada masyarakat. Hal

semacam ini tentu akan lebih efektif dan memberikan sedikit kesadaran

ketika iklan tersebut sampai pada target yang kita inginkan.

d. Threat / Ancaman

Yang menjadi ancaman paling serius adalah ketika tingkat

kesadaran serta kepedulian masyarakat sudah hilang biasanya faktor

ekonomi yang menjadi penyebabnya.

Page 20: makalah Ilegal Logging

Ketidak pedulian masyarakat menjadi ancaman besar gagalnya

iklan layanan masyarakat, peranan dari suatu instansi atau dinas terkait

kurang begitu menjalankan tugasnya juga menjadi ancaman gagalnya

memberikan kesadaran kepada publik.

Kemudian hal yang terpenting adalah isi pesan iklan itu sendiri

yang tidak dapat dimengerti oleh masyarakat serta terdapat simbol, tanda

– tanda yang masih asing bagi masyarakat, visualisasi yang tidak sesuai

dapat menyebabkan iklan layanan masyarakat tersebut menjadi gagal.

Kurangnya Dukungan dari pemerintah untuk mensosialisasikan

dampak dari Pembalakan Liar tersebut.

2.6. Kesimpulan

Setelah kita mengetahui sangat pentingnya menjaga kelestarian

hutan baik di alam luas, maupun di lingkungan sekitar kita, apalagi di

Sumatera Selatan hutan sebagai tempat dari segala sumber daya alam yang

dapat memberikan keuntungan serta manfaat bagi kehidupan manusia.

Mencegah pembalakan liar serta hal yang bersifat pelanggaran hutan lainnya

adalah tanggung jawab kita bersama. Kita dapat memberikan solusi atau jalan

terbaik adalah sebagai berikut :

a. Pemerintah melalui Dinas kehutanan sebaiknya menjalankan

kewajibannya secara baik dan benar serta terus berjuang untuk

mempertahankan kawasan hutan di Sumsel, dengan berpegang kepada

peraturan tentang kehutanan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan

Republik indonesia. Memberikan sanksi hukuman kepada yang melanggar

baik dinas itu sendiri maupun diluar seperti masyarakat luas.

Hukum harus benar – benar ditegakkan dan dijalankan baik di dalam

kedinasan maupun diluar kedinasan.

b. Kesadaran serta nilai moral yang tinggi yang diutamakan antara

masyarakat dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan saling

Page 21: makalah Ilegal Logging

bahu membahu dalam mengatasi Pembalakan Liar yang sering terjadi di

Sumatera Selatan.

c. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sebaiknya melakukan

sosialisasi Secara Berkala baik di daerah perkotaan maupun daerah

terpencil yang rawan terjadinya Pembalakan Hutan.

d. Media iklan layanan masyarakat serta media publikasi lainnya sebaiknya

disebarluaskan sampai kepada daerah terpencil atau ke pedesaan secara

merata yang populasi hutannya tergolong padat.

e. Media iklan sebaiknya dirancang semenarik mungkin agar masyarakat

yang melihat tidak bosan dan jenuh serta komunikatif.

Perancangan Iklan layanan masyarakat ini semua data data yang

diperoleh bersumber dari :

a. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan

Jl. Kol. H. Burlian Punti Kayu Km. 6,5 Po.Box 340 Tlp. (0711)

410476 Palembang.

b. UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Jl. Jenderal Sudirman Km. 3 Palembang.

c. BKSDA Provinsi Sumatera Selatan

Jl. Kol. H. Burlian Km. 6 Palembang