Upload
deni-perdana
View
271
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah Ilegal Logging
Citation preview
BAB IPendahuluan
1.1 JudulPerancangan Iklan Layanan Masyarakat
“Lindungi Hutan”
1.2 Latar Belakang
A. Hutan
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang
luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink),
habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan
salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan cerminan bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran
rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan
merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau
tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun.
Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja.
Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu
yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan
pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang
khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan
hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembap,
yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun
berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya),
serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak
terpisahkan dari hutan.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa
kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi
ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,
penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air
bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. Berbagai tumbuhan
dan satwa bertahan hidup akan memengaruhi lingkungan fisik mereka, terutama tanah,
walaupun secara terbatas. Tumbuhan dan satwa yang berbagi tempat hidup yang sama
justru lebih banyak saling memengaruhi di antara mereka. Agar mampu bertahan hidup
di lingkungan tertentu, berbagai tumbuhan dan hewan memang harus memilih antara
bersaing dan bersekutu.
Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas,
rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan
diri akan menghasilkan suatu bentuk khusus, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan
dan satwa yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita
melihat hutan dalam beragam wujud , misalnya: hutan sabana, hutan meranggas, hutan
hujan tropis, dan lain-lain.
Macam – macam hutan :
1. Hutan menurut asalnya kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta
campuran antara biji dan tunas :
- Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan yang
tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai umur
lebih lanjut.
- Hutan yang berasal dari tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya.
- Hutan campuran, oleh karenanya, disebut ‘hutan sedang’.
Penggolongan lain menurut asal adalah :
- Hutan perawan (primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum
pernah dibuka oleh manusia.
- Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah
ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan
sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil.
2. Hutan menurut cara permudaan (tumbuh kembali)
- Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan
buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti
bunga pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan
oleh angin, air, atau hewan.
- Hutan dengan permudaan buatan berarti manusia sengaja menyerbukkan
bunga serta menyebar biji atau menanam bibit npohon untuk menumbuhkan
kembali hutan.
- Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua jenis
sebelumnya. Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu
singkat, sering tidak berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih
banyak melalui angin. Di daerah tropis, perbungaan terjadi hampir sepanjang
tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan pohon-
pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan dan Sumatera terjadi secara
berkala.
3. Hutan menurut susunan jenis
Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran.
- Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian besar
berasal dari satu jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu.
Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami baik karena sifat iklim dan tanah yang
sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam
(pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah
terjadi dan hanya satu jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat
juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama
yang sengaja ditanam seperti itu oleh manusia. Penggolongan lain berdasarkan
pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer) dan hutan daun lebar.
Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah
beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa
ditemui di daerah tropis.
- Hutan campuran yaitu dalam satu hutan terdapat bermacam-macam jenis
pohon yang dapat hidup dan mampu bertahan dalam waktu yang lama.
4. Hutan menurut umur
Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur sama)
dan hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya
merupakan hutan tidak seumur.
5. Hutan berdasarkan letak geografisnya:
- Hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa
- Hutan temperate, hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis lintang
23,5º - 66º).
- Hutan boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub.
6. Hutan berdasarkan sifat-sifat musimannya:
- Hutan hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan.
- Hutan selalu hijau (evergreen forest)
- Hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest)
- Hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim kemaraunya
panjang.
7. Hutan berdasarkan ketinggian tempatnya:
- Hutan pantai (beach forest)
- Hutan dataran rendah (lowland forest)
- Hutan pegunungan bawah (sub-mountain forest)
- Hutan pegunungan atas (mountain forest)
- Hutan kabut (mist forest)
- Hutan elfin (alpine forest)
8. Hutan berdasarkan keadaan tanahnya:
- Hutan rawa air tawar atau hutan rawa (freshwater swamp-forest)
- Hutan rawa gambut (peat swam-forest)
- Hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest)
- Hutan kerangas (heath forest)
- Hutan tanah kapur (limestone forest), dan lainnya
Hutan berdasarkan jenis pohon yang dominan:
- Hutan jati (teak forest), misalnya di Jawa Timur.
- Hutan pinus (pine forest), di Aceh.
- Hutan dipterokarpa (dipterocarp forest), di Sumatra dan Kalimantan.
- Hutan ekaliptus (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara. Dll.
Hutan berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:
- Hutan alam (natural forest)
- Hutan buatan (man-made forest), misalnya:
o Hutan rakyat (community forest)
o Hutan kota (urban forest)
o Hutan tanaman industri (timber estates atau timber plantation)
Hutan berdasarkan tujuan pengelolaannya:
- Hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan
bukan kayu.
- Hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air seperti taman
nasional.
- Hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati
atau keindahan alam seperti : Cagar alam, Suaka alam
- Hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat
dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.
B. Jenis-jenis hutan di Indonesia
Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan
antara tiga lempeng bumi. Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi
dinegeri kepulauan ini. Jenis-jenis hutan di Indonesia antara lain :
- Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur
Sumatera, sepanjang pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar
pantai selatan Papua.
- Hutan hujan tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini
menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara,
dan Papua.
- Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan
sebagian pantai selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati
(Tectona grandis), walikukun (Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus
alba), cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca leucadendron).
- Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai,
seperti di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia
catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan
pandan (Pandanus tectorius).
- Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang
pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan
pantai selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia,
Sonneratia, dan Rhizopheria.
- Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan,
dan Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium
leiocarpum), kempas (Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).
C. Sumber Daya Hutan di Provinsi Sumatera Selatan
Luas hutan di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan rencana tata ruang
Wilayah Provinsi ( RTRWP ) tahun 1994 adalah 4.255.843 ha, sedangkan berdasarkan
penunjukkan Menteri Kehutanan sesuai surat keputusan Nomor : 76/kpts-II/2001
tanggal 15 Maret 2001 adalah seluas 4.416.837 ha, dalam perkembangannya luas
kawasan hutan tersebut saat ini telah banyak mengalami perubahan. Luas kawasan
hutan di Provinsi Sumatera Selatan adalah 3.670.957 Hektar dan berdasarkan
fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Konservasi : 792.907 Ha
Suaka Margasatwa : 267.772 Ha
Taman Nasional : 466.060 Ha
Taman Wisata Alam : 223 Ha
Taman Hutan Raya : 607 Ha
Kawasan Konservasi Perairan : 58.245 Ha
2. Hutan Lindung : 591.832 Ha
3. Hutan Produksi : 2.286.218 Ha
Hutan Produksi Terbatas : 236.893 Ha
Hutan Produksi Tetap : 1.688.445 Ha
Hutan Produksi Konversi : 360.881 Ha
Sumber : BPKH Wilayah II Palembang, Juli 2012
Luas Kawasan hutan 3.670.957 Ha atau sekitar 42.24% dari luas wilayah
Sumatera Selatan 8.689.937,00 Ha, merupakan cakupan wilayah yang sangat
signifikan terhadap pembangunan wilayah Provinsi, yang memerlukan penguatan
kelembagaan dalam penyelenggaraan pengurusan kawasan hutan dan tata
pemerintahan di bidang kehutanan pada tingkat Provinsi.
Selama tiga decade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal utama
pembangunan ekonomi nasional yang member dampak positif antara lain terhadap
peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, mendorong pengembangan wilayah
dan pertumbuhan ekonomi, namun demikian, pemanfaatan hasil hutan kayu secara
berlebihan dan besarnnya perubahan kawasan hutan untuk kepentingan non
kehutanan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan lingkungan, ekonomi
dan social, Data menunjukkan bahwa jika ditinjau dari vegetasi yang menutupi
kawasan hutan, luas kawasan yang berhutan saat ini tinggal 1.234.481 ha (33,63%)
sedangkan sisanya berupa kawasa hutan yang bertumbuhan lain ( perladangan,
pertanian, kebun dan semak belukar).
Penurunan luas dan potensi sumber daya hutan ini antara lain disebabkan
oleh pengelolaan hutan yang tidak tepat, perubahan lahan kawasan hutan dalam
skala besar untuk berbagai kepentingan pembangunan, okupasi lahan, perambahan,
over cutting dan illegal Logging serta kebakaran hutan.
D. Ilegal Logging di Indonesia
Illegal logging atau pembalakan liar atau penebangan liar adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.[1] Secara praktek, illegal logging dilakukan terhadap areal hutan yang secara prinsip dilarang. Di samping itu, praktek illegal logging dapat pula terjadi selama pengangkutan, termasuk proses ekpor dengan memberikan informasi salah ke bea cukai, sampai sebelum kayu dijual di pasar legal.
Penyebab Ilegal Logging, antara lain :
Illegal logging dapat disebabkan oleh beberapa hal, pertama, tingginya permintaan kebutuhan kayu yang berbanding terbalik dengan persediaannya. Dalam kontek demikian dapat terjadi bahwa permintaan kebutuhan kayu sah (legal logging) tidak mampu mencukupi tingginya permintaan kebutuhan kayu. Hal ini terkait dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional dan besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri/konsumsi lokal. Tingginya permintaan terhadap kayu di dalam dan luar negeri ini tidak sebanding dengan kemampuan penyediaan industri perkayuan (legal logging). Ketimpangan antara persediaan dan permintaan kebutuhan kayu ini mendorong praktek illegal logging di taman nasional dan hutan konservasi.
Kedua, tidak adanya kesinambungan antara Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 yang mengatur tentang Hak Pengusahaan Hutan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 309/Kpts-II/1999 yang mengatur tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanaman Pokok Dalam Pengelolaan Hutan Produksi. Ketidaksinambungan kedua peraturan perundang-undangan tersebut terletak pada ketentuan mengenai jangka waktu konsesi hutan, yaitu 20 tahun dengan jangka waktu siklus Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), khususnya untuk hutan produksi yangditetapkan 35 tahun.Hal demikian menyebabkan pemegang HPH tidak menaati ketentuan TPTI. Pemegang HPH tetap melakukan penebangan meskipun usia pohon belum mencapai batas usia yang telah
ditetapkan dalam TPTI. Akibatnya, kelestarian hutan menjadi tidak terjaga akibat illegal logging.
Ketiga, lemahnya penegakan dan pengawasan hukum bagi pelaku tindak pidana illegal logging. Selama ini, praktekillegal logging dikaitkan dengan lemahnya penegakan hukum, di mana penegak hukum hanya berurusan dengan masyarakat lokal atau pemilik alat transportasi kayu. Sedangkan untuk para cukong kelas kakap yang beroperasi di dalam dan di luar daerah tebangan, masih sulit untuk dijerat dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Bahkan beberapa pihak menyatakan bahwa Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (UU Kehutanan) dianggap tidak memiliki “taring” untuk menjerat pelaku utama illegal logging, melainkan hanya menangkap pelaku lapangan. Di samping itu, disinyalir adanya pejabat pemerintah yang korup yang justru memiliki peran penting dalam melegalisasi praktek illegal logging.
Keempat, tumpang tindih kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hak Pegusahaan Hutan selama ini berada di bawah wewenang pemerintah pusat, tetapi di sisi lain, -sejak kebijakan otonomi daerah diberlakukan- pemerintah daerah harus mengupayakan pemenuhan kebutuhan daerahnya secara mandiri. Kondisi ini menyebabkan pemerintah daerah melirik untuk mengeksplorasi berbagai potensi daerah yang memiliki nilai ekonomis yang tersedia di daerahnya, termasuk potensi ekonomis hutan. Dalam kontek inilah terjadi tumpang tindih kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pemerintah pusat menguasai kewenangan pemberian HPH, di sisi lain pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan untuk mengeksplorasi kekayaan alam daerahnya, -termasuk hutan- guna memenuhi kebutuhan daerahnya. Tumpang tindih kebijakan ini telah mendorong eksploitasi sumber daya alam kehutanan. Tekanan hidup yang dialami masyarakat daerah yang tinggal di dalam dan sekitar hutan mendorong mereka untuk menebang kayu, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan pasar melalui tangan para pemodal.
Dampak yang ditimbulkan dari Ilegal Logging antara lain:
Praktek illegal logging sudah barang tentu memiliki ekses negatif yang sangat besar. Secara kasat mata ekses negatifillegal logging dapat diketahui dari rusaknya ekosistem hutan. Rusaknya ekosistem hutan ini berdampak pada menurunnya atau bahkan hilangnya fungsi hutan sebagai penyimpan air, pengendali air yang dapat mencegah banjir juga tanah longsor. Sehingga rentan terhadap bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Di samping itu,illegal logging juga menghilangkan keanekaragaman hayati, berkurangnya kualitas dan kuantitas ekosistem danbiodiversity, dan bahkan illegal logging dapat berperan dalam kepunahan satwa alam hutan Indonesia.
Dari sisi ekonomis, illegal logging telah menyebabkan hilangnya devisa negara. Menurut Walhi, hasil illegal logging di Indonesia pertahunnya mencapai 67 juta meter kubik dengan nilai kerugian sebesar Rp 4 triliun bagi negara. Di samping itu, data Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1998 hingga 2004, kerugian Indonesia akibat illegal logging mencapai 180 triliun.
1.3 Rumusan Masalah
Sekarang ini, Pembalakan liar di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera
Selatan sudah semakin parah yang di sebabkan oleh ulah tangan manusia.
Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan pemeliharaan hutan, salah satunya
dengan cara melakukan sosialisasi iklan layanan masyarakat tentang betapa
pentingnya menjaga dan memelihara hutan sebagai paru-paru dimuka bumi ini.
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada sebab dan akibat dari Ilegal Logging
atau Pembalakan Liar di Provinsi Sumatera Selatan adalah :
1. Bagaimana membuat iklan layanan masyarakat yang mampu memberikan
pengetahuan dan kesadaran kepada masyarakat tentang menjaga kelestarian
hutan.
2. Bagaimana menjadikan iklan layanan masyarakat yang dapat memberikan
pengetahuan tentang dampak dari Pembalakan Liar.
3. Membuat iklan layanan masyarakat yang mampu memberikan seruan untuk
menjaga hutan serta ajakan tersendiri untuk masyarakat, agar ikut bergerak
dalam penanam pohon di lingkungan sekitarnya.
4. Menampilkan iklan layanan masyarakat yang komunikatif sehingga mudah
dimengerti dan diterima masyarakat umum, namun tetap memiliki nilai seni atau
estetika yang baik.
1.4 Tujuan Perancangan
Dari perumusan tentang hutan, jenis hutan, penyebab Pembalakan hutan dan
dampak dari pembalakan hutan, maka didapatlah sebuah tujuan perancangan agar
nantinya tepat sasaran. Adapun tujuan perancangan dari iklan layanan masyarakat
tentang Lindungi Hutan yaitu :
1. Memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk melindungi hutan yang sangat
penting demi kehidupan manusia.
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang dampak kebakaran hutan.
3. Dapat memberikan dampak keasadaran berupa melakukan penanaman pohon
walaupun dalam sekala kecil.
4. Menjadikan sebuah karya desain iklan layanan masyarakat yang memiliki cirri
khas, diterima masyarakat serta mempunyai nilai seni yang komunikatif.
1.5 Metode Pengumpulan Data
1.5.1 Tahap Eksplorasi
Proses perancangan iklan layanan masyarakat, tentang pentingnya
menjaga atau Melindungi Hutan di muka bumi dari Pembalakan liar pada
hutan dan dampaknya, dilakukan eksplorasi data guna menghasilkan sebuah
desain iklan layanan masyarakat yang baik dan tepat sasaran.
Tahapan ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mencari
informasi di internet seperti http://dep.blogspot.com/2011/12/illegal-logging-
sebab-akibat-dan.html , dan http://www.wbh.or.id/ selain itu, dilakukan juga
eksplorasi data dengan mencar informasi melalui buku serta melakukan
interview kepada dinas atau instansi terkait yaitu Dinas Kehutanan Provinsi
Sumsel yang beralamat di Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu Palembang
Po.Box 340 dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel yang
beralamat di Jl. Kol. H. Burlian Km.6 N0. 79 Palembang 30153.
1.5.2 Tahap Survey
Setelah mendapatkan data-data tentang hutan dan Pembalakan Liar
maka dilakukan survey ke lapangan, guna mencari data secara langsung Survey
yang dilakukan adalah dengan mengamati hutan dan lahan yang berada di
sekitar wilayah Sumsel Muara Merang yang hingga kini masih banyak terjadi
kasus illegal logging.
1.5.3 Tahap Pengolahan Data
Setelah mempelajari bebeapa data yang didapat, mulai dari latar
belakang hutan, rumusan masalah, tujuan perancangan, hutan yang ada di
daerah Sumatera Selatan, eksplorasi data dan fakta serta survey yang
dilakukan di lapangan maka dilakukan tahap pengolahan data lebih lanjut yang
nantinya akan dipergunakan sebagai pedoman dalam melakukan perancangan
iklan layanan masyarakat ini.
1.5.4 Tahap Konsep Kreatif
Untuk memunculkan konsep kreatif iklan layanan masyarakat tentang
Melindungi Hutan yang akan dirancang adalah dengan membuat konsep
desain yang sederhana dengan memunculkan ide-ide yang berhubungan
dengan hutan seperti pohon yang tumbang, lahan yang tandus, pohon yang
ditanam diatas gedung, setelah penentuan ide kreatif, memulai beberapa
sketsa gambaran media iklan layanan masyarakat yang menarik, komunikatif
serta dapat diterima masyarakat.
BAB II
Analisa Data
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah
yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon
dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting. Hutan sebagai
suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi
masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat
melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem
hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil
oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan,
serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi
kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. Berbagai
tumbuhan dan satwa bertahan hidup akan memengaruhi lingkungan fisik mereka,
terutama tanah, walaupun secara terbatas.
Luas hutan di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan rencana tata ruang
Wilayah Provinsi ( RTRWP ) tahun 1994 adalah 4.255.843 ha, sedangkan berdasarkan
penunjukkan Menteri Kehutanan sesuai surat keputusan Nomor : 76/kpts-II/2001
tanggal 15 Maret 2001 adalah seluas 4.416.837 ha, dalam perkembangannya luas
kawasan hutan tersebut saat ini telah banyak mengalami perubahan. Luas kawasan
hutan di Provinsi Sumatera Selatan adalah 3.670.957 Hektar dan berdasarkan
fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Konservasi : 792.907 Ha
Suaka Margasatwa : 267.772 Ha
Taman Nasional : 466.060 Ha
Taman Wisata Alam : 223 Ha
Taman Hutan Raya : 607 Ha
Kawasan Konservasi Perairan : 58.245 Ha
2. Hutan Lindung : 591.832 Ha
3. Hutan Produksi : 2.286.218 Ha
Hutan Produksi Terbatas : 236.893 Ha
Hutan Produksi Tetap : 1.688.445 Ha
Hutan Produksi Konversi : 360.881 Ha
Sumber : BPKH Wilayah II Palembang, Juli 2012
Luas Kawasan hutan 3.670.957 Ha atau sekitar 42.24% dari luas wilayah
Sumatera Selatan 8.689.937,00 Ha, merupakan cakupan wilayah yang sangat
signifikan terhadap pembangunan wilayah Provinsi, yang memerlukan penguatan
kelembagaan dalam penyelenggaraan pengurusan kawasan hutan dan tata
pemerintahan di bidang kehutanan pada tingkat Provinsi.
Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal utama
pembangunan ekonomi nasional yang member dampak positif antara lain terhadap
peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, mendorong pengembangan wilayah
dan pertumbuhan ekonomi, namun demikian, pemanfaatan hasil hutan kayu secara
berlebihan dan besarnnya perubahan kawasan hutan untuk kepentingan non
kehutanan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan lingkungan, ekonomi
dan social, Data menunjukkan bahwa jika ditinjau dari vegetasi yang menutupi
kawasan hutan, luas kawasan yang berhutan saat ini tinggal 1.234.481 ha (33,63%)
sedangkan sisanya berupa kawasa hutan yang bertumbuhan lain ( perladangan,
pertanian, kebun dan semak belukar).
Penurunan luas dan potensi sumber daya hutan ini antara lain disebabkan
oleh pengelolaan hutan yang tidak tepat, perubahan lahan kawasan hutan dalam
skala besar untuk berbagai kepentingan pembangunan, okupasi lahan, perambahan,
over cutting dan illegal Logging serta kebakaran hutan.
2.1. Data Topik Sosial
Illegal Logging di Sumatera Selatan
Jumlah Kasus, barang bukti Illegal Logging dan penanganannya
No TahunJumlah Jumlah Penanganan LelangKasus Barang Bukti (m3) Vol ( m3) Jumlah Paket Pokok Lelang ( Rp.)
1 2005 26 3.349.8782 12.305.4260 16 301.973.5002 2006 17 1.723.1220 1.826.7259 14 634.703.634
Sumber : Data s.d. Triwulan II , Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Untuk mencegah, membatasi dan mempertahankan serta menjaga hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, maka Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
melakukan.
1. Sosialisasi dan penyuluhan peraturan perundang-undangan dibidang
kehutanan.
2. Fasilitas terbentuknya kelembagaan masyarakat.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan.
4. Kerjasama dengan pemegang hak atau izin
5. Operasi pengamanan hutan
6. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran hukum.
2.2. Sifat Topik Sosial
Penurunan luas dan potensi sumber daya hutan ini antara lain disebabkan
oleh pengelolaan hutan yang tidak tepat, perubahan lahan kawasan hutan dalam
skala besar untuk berbagai kepentingan pembangunan, okupasi lahan, perambahan,
over cutting dan illegal Logging, pemerintah khususnya Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Selatan membentuk unit kerja untuk pengamanan hutan dari Pembalakan
Liar dan pelanggaran hutan di Sumatera Selatan seperti Badan Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) karena masalah Pembalakan liar dan pelanggarannya setiap
tahunnya pasti terjadi. Dan kejadian semacam ini masih terus berlangsung setiap
tahunnya, karena faktor alami maupun faktor manusia.
2.3. Data Publikasi
media publikasi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan berupa media:
Leaflet, Booklet, Stiker, Poster, Kalender, x-Banner serta spanduk. Media yang
digunakan dirancang setiap tahunnya, terhitung dari tahun 2009 hingga 2012 sudah
aktif menggunakan beberapa media komunikasi tersebut. Dengan media publikasi
seperti ini hasil yang dicapai sangat efektif karena dapat memberi pengarahan,
memberikan kesadaran, pengetahuan tentang dampak Pembalakan hutan serta
pentingnya memelihara hutan serta alam sekitar kita.
Gambar 1. Media Iklan Layanan Masyarakat : X- banner
Gambar 1. Media Iklan Layanan Masyarakat : Kalender
2.4. Segmentasi Pasar
a) Aspek Geografis
Berdasarkan letak geografis Provinsi Sumatera Selatan dengan
perbandingan persentase antara luas hutan dan luas wilayah adalah
3.670.957,00 ha berbanding 8.689.937,00 ha. Tersebar di 15 Kabupaten
/Kota di Sumatera Selatan. Sumatera Selatan salah satu Provinsi yang
kaya akan Sumber Daya Alam dari hutan berupa kayu dan non kayu.
Didukung oleh kemajuan Provinsi serta beberapa Kab/Kota di Sumsel serta
letak strategis yaitu berada di jalur lintas yang menghubungkan beberapa
Provinsi di kepulauan Sumatera serta Kepulauan Jawa. Didukung dengan
lancarnya sarana transportasi darat, laut dan udara Sumsel adalah salah
satu provinsi yang perekonomiannya berkembang dengan baik di
Indonesia.
b) Aspek Demografis
Menjaga serta melestarikan hutan di lingkungan sekitar kita
khususnya Sumatera Selatan sudah menjadi tanggung jawab serta
kewajiban kita semua, baik anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, petani,
nelayan, buruh, pejabat, pegawai negeri/swasta, pengagguran, pekerja,
laki-laki maupun perempuan, pemerintah serta masyarakat yang berada di
Gambar 1. Media Iklan Layanan Masyarakat : Poster
kawasan Sumatera Selatan wajib untuk menjaga dan melestarikan
lingkungannya.
c) Aspek Psikologis
Biasanya rakyat biasa atau masyarakat pada umumnya tidak peduli
dengan dampak dari bahaya Pembalakan Liar , Hal ini biasanya lebih
diserahkan kepada pemerintah atau aparat yang berwenang saja, akan
tetapi apabila ada keuntungan yang dapat dieksploitasi baru merasa
peduli dan bertanggung jawab. Ini yang menyebabkan kesadaran
masyarakat sangat kurang hanya tertuju kepada dinas yang terkait saja.
d) Aspek Behavioristik
Pemeliharaan Hutan serta menjaga kawasan hutan hendaknya
dilakukan setiap waktu dan berkala, Karena sangat rawannya terjadi
Pembalakan liar di hutan tanpa diketahui oleh pihak berwajib yang
berdampak buruk kepada masyarakat luas.
2.5. Metode SWOT
a. Strength / Kekuatan
Rancangan iklan layanan masyarakat yang selama ini sudah
dipublikasikan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, baru
sebatas hanya sebagai media publikasi saja, belum adanya sentuhan –
sentuhan desain-desain yang memunculkan ide – ide kreatif serta belum
mempertimbangkan unsur desain yang baik dan menarik. Dalam
perancangan media iklan layanan masyarakat tentang Pengendalian
Pembalakan Liar serta menjaga hutan dan lingkungan, perancang
memunculkan ide – ide serta gagasan yang menarik secara visulisasi dan
komunikatif berbeda dari yang biasanya seperti media Note,leaflet dan
stiker dibuat lebih menarik, poster tidak hanya menggambarkan
Kerusakan hutan akibat Pembalakan Liar saja tetapi kita perlu juga
menggambarkan manfaat hutan untuk manusia, sehingga dapat menjadi
media edukasi bagi masyarakat luas.
b. Weakness / Kelemahan
Sudah menjadi masalah umum tentang kepedulian serta partisipasi
masyarakat sangat begitu kurang peduli terhadap hal – hal yang bukan
menyangkut masalah pribadinya. Biasanya masyarakat menganggap
himbauan serta peraturan – peraturan hanya menjadi tanggung jawab
sekelompok orang saja, dan masyarakat hanya peduli saat bencana serta
kerugian menimpa baru sadar akan himbaun – himbauan, larangan –
larangan yang sifatnya demi kenyamanan untuk kepentingan bersama.
Yang menjadi kelemahan lagi adalah iklan – iklan, himbauan
serta ajakan yang dipublikasikan dianggap hanya sebagai media pajangan,
media penghias baik dipinggir jalan, diruangan maupun di media-media
lain, dianggap itu hal yang membosankan apalagi dengan gaya serta
tampilan yang terkesan kaku.
Sulitnya mensosialisasikan iklan layanan masyarakat di pedesaan
sulit dijangkau seperti di daerah terpencil akan menyebabkan
pengetahuan warga pedesaan sangatlah minim pengetahuan.
c. Oppurtunity / Peluang
Iklan layanan masyarakat jika ditampilkan secara menarik, kreatif
dan memunculkan ide – ide baru tentu akan menggugah serta menarik
perhatian publik inilah yang menjadi peluang untuk menggugah serta
memberikan kesadaran kepada masyarakat luas, karena masih banyak
peluang dan kesempatan untuk memberikan perubahan perilaku,
kesadaran serta kepedulian secara bertahap kepada masyarakat. Hal
semacam ini tentu akan lebih efektif dan memberikan sedikit kesadaran
ketika iklan tersebut sampai pada target yang kita inginkan.
d. Threat / Ancaman
Yang menjadi ancaman paling serius adalah ketika tingkat
kesadaran serta kepedulian masyarakat sudah hilang biasanya faktor
ekonomi yang menjadi penyebabnya.
Ketidak pedulian masyarakat menjadi ancaman besar gagalnya
iklan layanan masyarakat, peranan dari suatu instansi atau dinas terkait
kurang begitu menjalankan tugasnya juga menjadi ancaman gagalnya
memberikan kesadaran kepada publik.
Kemudian hal yang terpenting adalah isi pesan iklan itu sendiri
yang tidak dapat dimengerti oleh masyarakat serta terdapat simbol, tanda
– tanda yang masih asing bagi masyarakat, visualisasi yang tidak sesuai
dapat menyebabkan iklan layanan masyarakat tersebut menjadi gagal.
Kurangnya Dukungan dari pemerintah untuk mensosialisasikan
dampak dari Pembalakan Liar tersebut.
2.6. Kesimpulan
Setelah kita mengetahui sangat pentingnya menjaga kelestarian
hutan baik di alam luas, maupun di lingkungan sekitar kita, apalagi di
Sumatera Selatan hutan sebagai tempat dari segala sumber daya alam yang
dapat memberikan keuntungan serta manfaat bagi kehidupan manusia.
Mencegah pembalakan liar serta hal yang bersifat pelanggaran hutan lainnya
adalah tanggung jawab kita bersama. Kita dapat memberikan solusi atau jalan
terbaik adalah sebagai berikut :
a. Pemerintah melalui Dinas kehutanan sebaiknya menjalankan
kewajibannya secara baik dan benar serta terus berjuang untuk
mempertahankan kawasan hutan di Sumsel, dengan berpegang kepada
peraturan tentang kehutanan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan
Republik indonesia. Memberikan sanksi hukuman kepada yang melanggar
baik dinas itu sendiri maupun diluar seperti masyarakat luas.
Hukum harus benar – benar ditegakkan dan dijalankan baik di dalam
kedinasan maupun diluar kedinasan.
b. Kesadaran serta nilai moral yang tinggi yang diutamakan antara
masyarakat dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan saling
bahu membahu dalam mengatasi Pembalakan Liar yang sering terjadi di
Sumatera Selatan.
c. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sebaiknya melakukan
sosialisasi Secara Berkala baik di daerah perkotaan maupun daerah
terpencil yang rawan terjadinya Pembalakan Hutan.
d. Media iklan layanan masyarakat serta media publikasi lainnya sebaiknya
disebarluaskan sampai kepada daerah terpencil atau ke pedesaan secara
merata yang populasi hutannya tergolong padat.
e. Media iklan sebaiknya dirancang semenarik mungkin agar masyarakat
yang melihat tidak bosan dan jenuh serta komunikatif.
Perancangan Iklan layanan masyarakat ini semua data data yang
diperoleh bersumber dari :
a. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Jl. Kol. H. Burlian Punti Kayu Km. 6,5 Po.Box 340 Tlp. (0711)
410476 Palembang.
b. UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Jl. Jenderal Sudirman Km. 3 Palembang.
c. BKSDA Provinsi Sumatera Selatan
Jl. Kol. H. Burlian Km. 6 Palembang