27
MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT “IMUNISASI” Disusun Oleh : ANGGRAINI CHAIRUNNISA (23131130) EVANGELINE PAULIN (23131133) HANY PERTIWI (23131128) OKKY OCTAVIANI (23131061) YUSI ANWAR (23131060) PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III (2FA2) SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG 2013-2014

Makalah ilmu kesehatan masyarakat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“IMUNISASI”

Disusun Oleh :

ANGGRAINI CHAIRUNNISA (23131130)

EVANGELINE PAULIN (23131133)

HANY PERTIWI (23131128)

OKKY OCTAVIANI (23131061)

YUSI ANWAR (23131060)

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III (2FA2)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

2013-2014

Jalan Raya Soekarno Hatta no. 754 Cibiru Bandung 40617

Telp./Fax.022-7830760

Page 2: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia yang telah

diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “IMUNISASI”.

Pembuatan makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa di

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung dalam mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat. Mungkin

dalam pembuatannya masih banyak kekurangan tetapi kami telah berusaha dengan maksimal dan

sebaik-baiknya untuk menyusun makalah ini karena kekurangan milik kami pribadi dan

kelebihan milik Allah SWT.

Dalam penyusunan makalah ini banyak pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik

secara moriil maupun materiil, pengarahan, motivasi serta petunjuk sehingga sepatutnya pada

kesempatan ini dengan rasa tulus kami menyampaikan terima kasih.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mendapat imbalan kebaikan

yang setimpal bahkan lebih dari Allah SWT dan semoga makalah ini dapat bermanfaat, Aamin..

Bandung, Juli 2015

Penulis

Page 3: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah. ........................................................................................5

1.3 Tujuan...……………................................

………………………………………………..............5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi dari Promosi Kesehatan...................................................................6

2.2 Faktor Anak Tidak Diberikan Imunisasi…………..…..………….................

…………...9

BAB III PENUTUP

3.1 Metode Evaluasi ............................................................................................12

3.2

Hasil…………………………………………………………………....................................

………...12

3.3

Kesimpulan……………………………………………………………................................

……....17

DAFTAR PUSTAKA……………….

…………………………………………...........................................18

Page 4: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta

disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan penyakit tersebut

akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun

yang pertama (WHO dan UNICEF dalam Utomo, 2008). Berdasarkan estimasi global yang

dilakukan WHO tahun 2007 pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta

kematian balita tiap tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak. Di

seluruh dunia, cakupan imunisasi polio yang diterima bayi dengan 3 dosis vaksin polio tahun

2007 adalah 82% dan cakupan imunisasi Hepatitis B dengan 3 dosis vaksin adalah 65%.

Sedangkan cakupan imunisasi DPT dan campak masing-masing sebesar 81% dan 82% (WHO,

2008).

Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak diimunisasi enam macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio, campak. Tahun 1991/1992 Departemen Kesehatan RI telah mulai mengembangkan program imunisasi hepatitis B dengan mengintegrasikannya ke dalam program imunisasi rutin yang telah ada di empat propinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, yang terus dikembangkan ke propinsi lainnya dan akhirnya pada tahun 1997/1998 imunisasi hepatitis B sudah dapat menjangkau seluruh bayi di Indonesia (Depkes RI, 2000). Salah satu target keberhasilan kegiatan imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi, secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Indikator

Page 5: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

imunisasi lengkap adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT I) sebesar 90%, dan cakupan imunisasi kontak lengkap (campak) sebesar 80%. Indikator lainnya yang digunakan untuk kontak lengkap adalah cakupan imunisasi DPT 3 sebesar 80%. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan tahun 2004-2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004 menjadi 76,23% tahun 2005 (Profil Kesehatan Indonesia, 2006).

Hasil cakupan imunisasi nasional tahun 2007 BCG (86,9%), DPT 3 (67,7%), Polio 3 (71,0%), HB 3 (62,8), Campak (81,6%). Hasil cakupan tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil survei cakupan imunisasi nasional yang dilakukan Pusat Riset Epidemiologi dan Surveilens Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia yaitu BCG, DPT I dan Campak >80% sedangkan DPT 3 dan HB 3 <80% (Immunization Coverage Survey, 2007). Imunisasi lengkap yaitu 1 (satu) dosis vaksin BCG, 3 (tiga) dosis vaksin DPT, 4 (empat) dosis vaksin Polio dan 1 (satu) vaksin Campak serta ditambah 3 (dosis) vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-11 bulan) (Immunization Coverage Survey, 2007). Pembangunan kesehatan salah satu prioritasnya adalah pada program yang berdampak besar terhadap penurunan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997 dan turun lagi menjadi 44 pada tahun 1999 tetapi pada tahun 2000 terjadi peningkatan menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Surkesnas/Susenas pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup dan dari hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan cukup besar menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2006).

Menurut data dari WHO Health Report 2006 pada tahun 2004 di Indonesia terdapat 38 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup sedangkan data yang didapat dari Immunization Summary 2007 terlihat penurunan angka kematian balita untuk tahun 2005 yaitu sebesar 36 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2006). Selama lebih dari lima belas tahun, ditengarai tingkat kematian anak balita di Indonesia menurun sebesar 42%, tingkat kematian bayi 31%, dan tingkat kematian pascaneonatal 50% (BPS, 2005). Di balik kemajuan tersebut, ternyata Indonesia masih memiliki masalah tertingginya angka kematian bayi dan kematian ibu di wilayah ASEAN

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan. (Depkes RI, 2005). Keberhasilan Pembangunan Kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli serta disusun dalam satu program Kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.[1] Pembangunan kesehatan menitik beratkan pada program-program penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu indicator penting dalam kesehatan masyarakat. AKB telah menurun dari 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005, dan diproyeksikan terus menurun menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. AKB ini sangat penting, karena tingginya

Page 6: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

AKB menunjukkan rendahnya kualitas perawatan selama masa kehamilan, saat persalinan, masa nifas, status gizi dan penyakit infeksi.[2]

WHO (Global Immunization Data) tahun 2010 menyebutkan 1.5 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan hampir 17% kematian pada anak < 5 tahun dapat dicegah dengan imunisasi.[4]

Diperkirakan 2-3 juta kematian per tahun secara global berhasil dicegah dari penyakit difteri, campak, pertusis, pneumonia, polio, rotavirus diare, rubella, dan tetanus melalui imunisasi. Namun, masih ada sekitar 22 juta bayi di dunia yang belum mendapat imunisasi lengkap dan sebesar 9,5 juta ada di Asia Tenggara termasuk anak-anak di Indonesia. Situasi ini mendorong langkah global dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dunia melalui pelaksanaan Pekan Imunisasi Dunia.[3]

Dalam pencegahan penyakit menular ini harus dilakukan pencegahan, salah satunya dengan melakukan imunisasi terutama pada bayi.Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin merangsang system kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap infeksi berikutnya atau penyakit.Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan menghilangkan penyakit menular yang mengancam jiwa dan diperkirakan untuk mencegah antara 2 dan 3 juta kematian setiap tahun. Ini adalah salah satu investasi kesehatan yang paling hemat biaya, dengan strategi yang telah terbukti yang membuatnya dapat diakses oleh bahkan yang paling sulit dijangkau dan populasi rentan. Hal ini telah jelas kelompok sasaran; dapat disampaikan secara efektif melalui kegiatan penjangkauan; dan vaksinasi tidak memerlukan perubahan gaya hidup utama.[4]

Program Imunisasi sudah terbukti berhasil mengeradikasi penyakit cacar di Indonesia sejak 1976 dan kasus polio liar sudah tidak pernah ditemukan lagi di Indonesia sejak 2006. Kematian akibat campak juga mengalami penurunan yang tajam, yaitu sebesar 87%, dari sekitar 10.300 kasus (2000) menjadi < 2.000 kasus (2012).Imunisasi juga berhasil menekan angka kematian ibu dan anak yang diakibatkan oleh tetanus menjadi kurang dari 1 per 1.000 kelahiran hidup.Sejak tahun 1956, Indonesia telah memberikan imunisasi dalam rangka eradikasi cacar, BCG dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan teknologi semakin banyak ditemukan vaksin-vaksin yang dapat mencegah penyakit berbahaya yang menimbulkan wabah, kecacatan atau pun kematian, diantaranya yaitu penyakit tuberkulosis, polio, difteri, pertusis atau batuk rejan, tetanus, hepatitis, campak, pneumonia, meningitis dan lain-lain.[5]

Ada 5 imunisasi yang wajib didapatkan, yaitu:

1. BCG

Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit TBC.

Page 7: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

2. POLIO

Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit polio.Polio adalah sejenis penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan.

3. DPT

Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk melindungi anak dari 3 penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis dan tetanus.

4. HEPATITIS B

Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit yang mengakibatkan kerusakan pada hati.

5. CAMPAK

Adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus.Penyakit ini sangat menular,yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah pada seluruh tubuh. Pemberian vaksin ini saat bayi berusia 9 bulan.

Jadwal Imunisasi

Umur Jenis Imunisasi

0-7 hari HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3

4 bulan DPT/HB, Polio 4

9bulan Campak

(Sumber :Kementerian Kesehatan RI)

Imunisasi BCG (Bacillus of Calmette and Guerin) adalah salah satu dari lima imunisasi rutin yang diberikan. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang terbuat dari Mycobacterium bovisyang telahdilemahkan, vaksin ini melindungi anak-anak dari penyakit tuberculosis dan vaksin BCG ini diberikan pada bayi yang berumur 0-12 bulan.

Page 8: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

Menurut data WHO (2009), bahwa Tuberkulosis disebabkan Mycrobacterium Tuberculosis dan Mycrobacterium Bovis. Tuberkulosis paling sering mengenai paruparu, tetapi dapat juga mengenai organ-organ lain seperti selaput otak, tulang, dan kelenjar superfisialis.Pencegahan dengan imunisasi atau merupakan tindakan yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik, sehingga mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman dari luar (Roitt, 2003).

Menurut data WHO (2009), bahwa pengontrolan TBC melalui imunisasi akan memberikan kekebalan aktif terhadap TBC. Vaksin TBC biasa di kenal dengan nama Bacillus Calmette Guerin (BCG). Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang hidup karena dapat berkembang biak didalam tubuh dan diharapkan bisa menghidupkan antibodi seumur hidup. Di Eropa dan Jepang adalah Negara yang menganggap perlunya imunisasi.Bahkan Jepang telah memutuskan untuk melakukan vaksinasi BCG terhadap semua bayi yang lahir tanpa melakukan tes tuberculin.Karena jarangnya kasus TBC di Jepang, maka dianggap semua anak tidak terinfeksi kuman TBC, sehingga diputuskan bahwa tes tuberculin tidak perlu lagi dilaksanakan.[4]

Jadi imunisasi sangat dianjurkan untuk diberikan terutama bagi bayi yang baru lahir. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan terganggu atau mungkin dapat mengakibatkan cacat fisik hingga terjadi kematian.Karena dari itu imunisasi dari bayi yang baru lahir sangat di perlukan agar jika terserang penyakit menyerang tubuh maka tubuh sudah siap melawan atau tidak terlalu parah. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi. “Lebih baik mencegah dari pada mengobati”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu imunisasi?

2. Bagaimana jika tidak di berikan imunisasi BCG?

3. Ciri-ciri penyakit TBC?

4. Faktor-faktor anak tidak diberikan imunisasi?

1.3 Tujuan

a. Tujuan jangka pendek

Ialah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat.

Page 9: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

b. Tujuan jangka panjang

eradikasi (pemusnahan) atau eliminasi (mengurangi) suatu penyakit. Peningkatan bayi yang mendapatkan imunisasi setiap tahunnya yaitu sekitar 10%

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi dari Promosi Kesehatan

a. Pengertian imunisisai

Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi.[6]

Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum (oral). Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan membentuk imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.[6]

b. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG atau Bacillus Calmette Guerin merupakan upaya pencegahan penyakit TBC (Tuberculosis).Vaksin BCG itu sendiri merupakan kuman TB hidup yang sudah dilemahkan dan diharapkan ini dapat menciptakan antibodi pada tubuh bayi untuk melawan penyakit TBC. Penyuntikan BCG ini dilakukan saat bayi berumur 1-3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil negatif. [7]

c. Penyakit TBC

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya

Page 10: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun). Depkes kamis 24 maret 2011http://www.depkes.go.id/article/view/1444/tbc-masalah-kesehatan-dunia.html#sthash.QIBZMmRh.dpuf

d. Gejala dan Jenis Tuberkulosis

Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru dengan gejala utama berupa batuk berdahak yang berlangsung selama lebih dari 21 hari. Batuk juga terkadang dapat mengeluarkan darah. Selain batuk, pengidap TB biasanya juga akan kehilangan nafsu makan sehingga mengalami penurunan berat badan yang disertai demam dan kelelahan.

Ketika bakteri TB masuk ke dalam tubuh, bakteri tersebut bisa bersifat tidak aktif untuk beberapa waktu sebelum kemudian menyebabkan gejala-gejala TB. Pada kasus ini, kondisi tersebut dikenal sebagai tuberkulosis laten. Sedangkan TB yang langsung memicu gejala dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif.

e. Penyebab dan Faktor Risiko Tuberkulosis

Penyebab tuberkulosis adalah bakteri yang menyebar di udara melalui semburan air liur dari batuk atau bersin pengidap TB. Nama bakteri TB adalah mycobacterium tuberculosis.

Berikut ini adalah beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular TB :

Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya pengidap HIV/AIDS, diabetes atau orang yang sedang menjalani kemoterapi.

Orang yang mengalami malanutrisi atau kekurangan gizi. Pecandu narkoba. Para perokok. Para petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB.

f. Diagnosis dan Pengobatan TuberkulosisTuberkulosis termasuk penyakit yang sulit untuk dideteksi, terutama pada anak-anak.

Dokter biasanya menggunakan beberapa cara untuk mendiagnosis penyakit ini, antara lain :

Rontgen dada.

Tes Mantoux. Tes darah. Tes dahak.

Penyakit yang tergolong serius ini dapat disembuhkan jika diobati dengan benar. Langkah pengobatan yang dibutuhkan adalah dengan mengonsumsi beberapa jenis antibiotik

Page 11: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

yang harus diminum selama jangka waktu tertentu.

g. Langkah Pencegahan Tuberkulosis

Langkah utama dalam pencegahan TB adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan.

Vaksin BCG juga dianjurkan bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang belum pernah menerimanya pada waktu bayi. Tetapi harap diingat bahwa keefektifan vaksin ini akan berkurang pada orang dewasa.

Selain gejala utama berupa batuk berdahak yang berlangsung lebih dari 21 hari, tuberkulosis juga memiliki gejala-gejala lain. Di antaranya:

Batuk yang mengeluarkan darah.

Dada yang terasa sakit saat bernapas atau batuk. Tidak nafsu makan. Penurunan berat badan. Demam dan menggigil. Berkeringat secara berlebihan pada malam hari.

Tidak semua bakteri TB yang masuk ke dalam tubuh langsung menyebabkan infeksi aktif atau tuberkulosis aktif. Ada kasus yang mana bakteri TB bersembunyi tanpa menyebabkan gejala apa pun sampai suatu hari nanti menjadi aktif dan gejala pun muncul. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis laten. Selain tidak mengalami gejala, pengidap tuberkulosis laten juga tidak menular.

Sedangkan TB yang langsung memicu gejala karena bakteri penyebabnya tidak bisa dibunuh oleh sistem kekebalan tubuh dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif. Sangat penting agar tuberkulosis aktif diobati karena jika dibiarkan, bakteri TB dapat menyebar dan menyerang organ tubuh lain seperti otak, ginjal dan hati.

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri bernama mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar di udara melalui semburan air liur dari batuk atau bersin pengidap tuberkulosis aktif.

Penularan TB tidak terjadi semudah penularan flu. Penularan TB biasanya membutuhkan beberapa waktu. Makin lama seseorang terpajan atau berinteraksi dengan penderita TB, risikonya untuk tertular akan makin tinggi juga. Misalnya, anak yang tinggal serumah dengan pengidap TB akan memiliki risiko tinggi untuk tertular.

Risiko penularan TB juga dapat meningkat bagi kelompok-kelompok orang tertentu, antara lain:

Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.

Page 12: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

Para petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap. Manula serta anak-anak. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya pengidap diabetes,

kanker, HIV, pengidap penyakit ginjal stadium lanjut serta orang yang kekurangan gizi. Para pengguna obat-obatan terlarang. Orang yang kecanduan minuman keras.

Selain paru-paru, bakteri TB juga bisa menyerang tulang, otak, sistem pencernaan, kelenjar getah bening, sistem saluran kemih dan sistem saraf.

Langkah utama dalam pencegahan TB adalah dengan menerima vaksin TB yaitu vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasiwajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan. Vaksin BCG juga dianjurkan bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang belum pernah menerimanya pada waktu bayi. Tetapi harap diingat bahwa keefektifan vaksin ini akan berkurang pada orang dewasa.

Selain vaksinasi, Anda juga dapat mencegah TB dengan senantiasa mengenakan masker saat berada di tempat umum yang ramai, jika berinteraksi dengan pengidap TB, serta mencuci tangan secara teratur (khususnya pekerja medis).

Pengidap TB dapat menularkan penyakit ini jika belum menjalani pengobatan sepenuhnya. Jika Anda mengidap TB, langkah-langkah berikut akan sangat berguna untuk mencegah penyebarannya kepada keluarga.

Tutupi mulut Anda saat bersin, batuk, dan tertawa atau kenakanlah masker.

Pastikan rumah Anda memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya sering membuka pintu dan jendela agar udara segar dapat masuk.

Tetaplah di rumah dan jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai setidaknya beberapa minggu setelah menjalani pengobatan.http://www.alodokter.com/tuberkulosis/pencegahan/

h. Dampak tidak diberikan imunisasi bcg : [8]

1. Penyakit akan mudah menyerangPenyakit berbahaya TB akan sangat mudah dan beresiko menyerang anak.

Penyakit akan lebih cepat menyerang kepada anak yang tidak diimunisasi, dibandingkan dengan anak yang mendapatkan imunisasi BCG.

2. Mudah tertular orang yang sakitSudah pasti anak Anda akan mudah terserang penyakit berbahaya yang menular

apabila di tubuh anak Anda tidak ada system pertahanan yang menjaganya dengan penuh.

Page 13: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

2.2 FAKTOR ANAK TIDAK DIBERIKAN IMUNISASI

1. PengetahuanFaktor pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam

berprilaku, dikatakanya juga bahwa perubahan pengetahuan tidak akan menyebabkan perubahan prilaku, namun hubungna positif antara dua variabel ini telah banyak diperhatikan. bahwa pengetahuan yang dapat mempengaruhi sikap, niat dan prilaku adalah pengetahuan Ibu tentang pentingnya pemberian imunisasi BCG Bagi Bayinya. Ibu yang pempunyai pengehuan tentag pentingnya pemberian imunisasi akan mempunyai kesadaran untuk memberikan imunisasi BCG kapada anaknya.

Semakin tinggi tingkat pemahaman atau pengetahuan seorang ibu maka makin besar peluang untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan anaknya salah satunya memberikan imunisasi pada anaknya.

Tingkat pengetahuan ibu yang di teliti meliputi informasi tentang pemberian imunisasi BCG pada bayinya, dan kapan waktu pemberian yang tepat untuk pemberian imunisasi BCG. Pengetahuan adalah cara-cara pandang seorang terhadap objek pengetahuan tersebut.

2. Pekerjaan Ibu

Batas ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari penghasilan baik di sektor formal maupun informal yang dilakukan secara reguler diluar rumah.tentang aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang di miliki ibu untuk memberi pelayanan atau kasih sayang terhadap anaknya.

Ibu yang bekerja mempunyai resiko mengimunisasikan anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja di sebabkan kurangnya informasi yang di terima ibu rumah tangga di bandingkan ibu yang berkerja.

Manurut penelitian, ibu yang berkerja tidak mempunyai peluang untuk mengimunisasikan bayinya di bandingkan dengan ibu yang tidak berkerja .

3. Sikap Ibu

Sikap adalah suatu determinasi dari perilaku, suatu kecenderungan untuk merespon apabila seseorang yang mempunyai sikap, umumnya mengetahui apa yang akan dilakukan apabila bertemu dengan objeknya. Ibu yang mempunyai sikap setuju terhadap program imunisasi BCG akan lebih mempunyai kesadsaran untuk memberikan imunisasi BCG pada anaknya.

4. Status ekonomi

Status ekonomi sangat mepengarui kesehatan diantaranya imunisasi dan kesehatan anak,

Page 14: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

karena tingkat status ekonomi yang rendah akan mempengarui kemampuan dan kemauan untuk melakukan pemberian imunisasi anaknya kepada petugas kesehatan. Makin tinggi tingkatan ekonomi semakin tinggi daya beli masyarakat terhadap palayanan kesehatan anak.

5. Pendidikan Ibu

Semakin tinggi pendidikan ibu, maka cakupan imunisasi anaknya semakin lengkap. Ini di sebabkan pendidikan lebih tinggi mempengarui banyaknya informasi mengenai imunisasi dari lingkungan pendidikanya sehingga mempermudah menerima informasi imunisasi

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat di perlukan untuk kalangan tersebut. Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat di pengarui oleh tingkat pendidikan ibu.

Maka dari itu sasaran Promosi Kesehatan yang kami lakukan adalah kepada orangtua terutama ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga dapat diberikan pengarahan atau pengetahuan tentang cara mencegah penyakit TBC dengan imunisasi BCG.

Promosi kesehatan yang dilakukan dengan cara memberikan informasi serta mengajak para ibu untuk membawa buah hatinya agar mendapatkan imunisasi secara lengkap sebelum terlambat. Hasil yang kami dapat mendaptakan dari jurnal penelitan

6. Pola kegiatan

Kegiatan promosi kesehatan yang kita lakukan yaitu dengan tidak terjun langsung kelapangan untuk memberikan promosi kesehatan atau penyuluhan mengenai imunisasi, tetapi melalui media social berupa video. Karena perkembangan teknologi semakin canggih dan orang-orang pun menggunakan internet juga media social. Tujuan penggunaan media social ini berguna untuk menambah pengetahuan juga mendapatkan informasi-informasi yang terpecaya.

Kegiatan promosi kesehatan yang kita hasilkan berupa video, dimana didalam video tersebut menjelaskan petingnya imunisasi, imunisasi yang wajib didapatkan, dan cara mendapatkan imunisasi.

Page 15: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

BAB III

PENUTUP

3.1 Metode Evaluasi

Promosi Kesehatan pencegahan TBC dengan imunisasi BCG yang kami buat dalam bentuk audio video dengan durasi ± 2 menit akan di tampilkan melalui media sosial ( youtube ) dengan jangka waktu yang tidak ada batasnya, kemudian di lakukan Promosi Kesehatan dengan mendapat kan data hasil penelitian dari junal resmi.

3.2 Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu terbanyak adalah SD sederajat yang berjumlah 28 orang (49,1%), tingkat pendidikan SMP sederajat sebanyak 20 orang (35,1%), sedangkan tingkat pendidikan SMA sederajat berjumlah 9 orang (15,8%). Penelitian di Amerika Serikat dan Turki menemukan bahwa ibu dengan pendidikan yang tinggi tidak khawatir terhadap keamanan imunisasi dan memiliki keyakinan yang besar terhadap imunisasi sebaliknya penelitian di Swiss dan Jerman ibu yang berpendidikan tinggi memiliki probabilitas kurang terhadap imunisasi dari pada ibu dengan pendidikan tingkat rendah.16,17 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Breiman di Bangladesh menyatakan bahwa ibu dengan pendidikan tinggi tidak memiliki kepedulian yang besar terhadap pemberian imunisasi sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih memiliki kepedulian yang besar terhadap pentingnya imunisasi.18 Penelitian oleh Babirye at al bahwa pendidikan ibu bukan merupakan independen kuat dalam pemberian imunisasi melainkan kemiskinan yang menjadi peranan penting dalam pemberian imunisasi. 19Distribusi pekerjaan ibu di Desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan .

Hasil penelitian mendapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja atau merupakan ibu rumah

Page 16: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

tangga yang berjumlah 40 orang (70,2%), ibu yang bekerja sebagai petani sebanyak 15 orang (26,3%), bekerja sebagai swasta sebanyak 2 orang (3,5%), dan tidak ditemukan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri. Penelitian oleh Antai Diddy di Nigeria menyatakan bahwa Ibu yang tidak bekerja memiliki kepedulian yang kurang terhadap imunisasi.14 Menurut Purwati pada tahun 2008 menyebutkan, bahwa pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian imunisasi karena semakin sibuk seorang ibu maka semakin banyak waktu yang tersita sehingga tidak dapat memberikan imunisasi kepada anak mereka, sedangkan ibu yang tidak bekerja cenderung memberikan imunisasi kepada anaknya. 21 Distribusi pemberian imunisasi BCG pada balita di Desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan Penelitian menunjukkan balita yang mendapatkan imunisasi BCG berjumlah 51 orang balita (89,5%) sedangkan balita yang tidak mendapatkan imunisasi BCG berjumlah 6 orang (10,5%). Menurut Babirye Juliet sebagian besar ibu percaya terhadap manfaat dan efek samping dari imunisasi BCG namun masih ada sebagian ibu yang tidak percaya dan menunjukan sikap keragu-raguan terhadap imunisasi BCG. 22 Penelitian di Nigeria masih terdapat banyak kesalahpahaman tentang imunisasi, banyak ibu-ibu beranggapan bahwa bayi yang sehat tidak perlu diberikan imunisasi dan masih banyak kekeliruan bahwa imunisasi dapat digantikan dengan herbal dan perlindungan dengan anugrah sang pencipta, mereka juga beranggapan bahwa imunisasi dapat menyebabkan infertilitas.23 Dalam penelitian ini hampir semua balita telah mendapatkan imunisasi BCG. Lingkungan pergaulan merupakan salah satu bentuk rangsangan dari luar individu, apabila rangsangan bersifat baik biasanya akan menimbulkan respon yang baik dan begitu sebaliknya sehingga seorang ibu memutuskan untuk memberikan imunisasi BCG kepada anaknya.8 Distribusi usia balita saat pemberian imunisasi BCG di Desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan Jumlah balita terbanyak yang mendapat imunisasi BCG pada usia 2 bulan yaitu 21 orang (36,9%), balita yang mendapat imunisasi BCG pada usia 1 bulan sebanyak 11 orang (19,3%), sedangkan yang mendapat imunisasi BCG pada usia 3 bulan sebanyak 19 orang (33,3%). Pada penelitian Olusanya, 68,9% ibu memberikan imunisasi BCG dalam tiga bulan pertama kehidupan.24 Hasil penelitian ini pemberian imunisasi terbanyak adalah pada usia 2 bulan. Di Indonesia pemberian imunisasi BCG dilakukan pada usia 0-3 bulan, namun untuk mencapai cakupan yang luas Departemen Kesehatan menganjurkan pemberian umunisasi BCG dilakukan pada usia 0-12 bulan.

Distribusi tingkat pengetahuan ibu di Desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan ibu di desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan terbanyak memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 34 orang ibu (59,6%), diikuti tingkat pengetahuan baik sebanyak 19 orang ibu (33,4%), serta tingkat pengetahuan buruk berjumlah 4 orang (7%). Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka akan semakin luas pengetahuan orang tersebut, namun ibu dengan tingkat pendidikan formal yang rendah belum tentu berpengetahuan buruk, karena pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal melalui berbagai media seperti surat kabar, tevisi, radio, dan penyuluhan dari kader posyandu yang ada dilingkungan masyarakat.21 Penelitian Muula et al pada tahun 2009 menyatakan, selain pengetahuan, pemberian imunisasi BCG juga dipengaruhi oleh sikap

Page 17: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

dan perilaku ibu.26 Distribusi tingkat pengetahuan ibu berdasarkan pemberian imunisasi BCG di Desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan Hasil penelitian didapatkan ibu yang memberikan imunisasi BCG dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 18 orang (35,3%/), ibu dengan pengetahuan cukup sebanyak 30 orang (58,82%) dan ibu dengan pengetahuan buruk sebanyak 3 orang (5,88%) sedangkan ibu yang tidak memberikan imunisasi BCG dengan tingkat pengetahuan baik ada berjumlah 1 orang (16,67%), ibu dengan pengetahuan cukup berjumlah 4 orang (66,66%) dan ibu dengan pengetahuan buruk berjumlah 1 orang (16,67%). Penelitian oleh Bernsen et al mengungkapkan pengetahuan tidak menjadi faktor yang terkait dalam pemberian imunisasi BCG kerena ibu dengan pengetahuan cukup lebih memperhatikan pemberian imunisasi BCG terhadap anak mereka.9 Hal yang sama diungkapkan oleh Asim Muhammad dalam penelitianya bahwa pengetahuan ibu yang baik tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap pemberian imunisasi BCG, kurangnya kesadaran dan sikap negatif serta pertimbangan nilai sosial yang tinggi secara signifikan mempengaruhi pemberian imunisasi BCG.

27 Menurut Furaha bahwa pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian imunisasiBCG. 28 penelitian Hamil Shamila pada tahun 2012 menyakan bahwa, meskipun seorang ibu memiliki pengetahuan yang cukup tentang imunisasi BCG dan peran perlindungannya namun mereka lebih menunjukakan sikap positif dan kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pemberian imunisasi BCG dengan melalui peran petugas kesehatan dan keder-kader posyandu berupa ajakan dan informasi tentang imunisasi BCG.29

Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi BCG di Desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan hasil uji statistik menggunakan Kolmogorov-smirnov Z didapatkan nilai significancy adalah 0,992 artinya tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi BCG di Desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan

3.3 Kesimpulan

Dapat di ambil kesimpulan masih banyak anak-anak belum mendapatkan imunisasi secara menyeluruh, disebabkan olah factor kurangnya pengetahuan dari ibu. Sehingga ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah akan berpengaruh dalam pemberian imunisasi BCG. Tetapi masih ada yang ibu yang berpengetahuan yang cukup sehingga ibu akan memperhatikan anaknya untuk diberika imunisasi BCG.

Ibu yang pepengetauan rendah ini yang berfikir bahwa anaknya akan aman-aman saja jika tidak diimunisasi BCG. Sebenarnya penyakit infeksi dapat dihindari dengan cara salah satunya memberikan imunisasi, tetapi masih banyak sang ibu tidak memberi imunisasi kepada anaknya akibat tidak taunya imunisasi itu bagai mana serta manfaatnya dan biasanya banyak melanda ibu-ibu yang berpengetahuan rendah tersebut.

Page 18: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

Maka dari ini promosi kesehatan ini untuk memberikan informasi kesehatan dan mengajak para ibu untuk membawa anaknya ke posyandu untuk dimunisasi sebelum terlambat. Promosi kesehatan ini ingin mengurangi jumlah penderita atau angka kematian anak akibat tidak mendapatkan imunisasi. Marilah bawa anak anda ke posyandu, karena mendapatkan imunisasi itu hak semua anak.

DaftarPustaka

1. Depatermen Kesehatan Republik Indonesia , 2005 Jakarta.

2. Departemen kesehatan republik indonesia, 2014 jakarta 9 mei 2014 http://www.depkes.go.id/article/view/201405300001/imunisasi-untuk-masa-depan-lebih-sehat.html

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006 Jakarta.

4. World Health Organization World Immunization, 2009, 2010 dan 2015.

5. Depatermen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 18 april 2013.

6. Media Kesehatan. Pengertian imunisasi dan tujuan, 2014.

7. Ranuh IGN, Suyinto H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Isometdijanto, Soedjamiko. Pedoman Imunisasi Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Satga Imunisasi, 2008.

8. Radis Virna Da Gusta, Suyanto, Afriyan Wahyudhi. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi BCG Di Desa Sungai Perak Kecamatan Tembilahan. Ilmu Kesehatan Masyarakat Falkutas Kedokteran Riau

Page 19: Makalah ilmu kesehatan masyarakat

.