34
BAB I PENDAHULUAN Kata influenza berasal dari bahasa Italia yang berarti pengaruh” hal ini merujuk pada penyebab penyakit, pada awalnya penyakit ini disebabkan oleh pengaruh astrologis yang kurang baik. Perubahan pendapat medis menyebabkan modifikasi nama menjadi influenza del freddo, yang berarti “pengaruh dingin”. Kata influenza pertama kali dipergunakan dalam bahasa Inggris untuk menyebut penyakit yang kita ketahui saat ini pada tahun 1703 oleh J Hugger dari Universitas Edinburgh dalam thesisnya yang berjudul "De Catarrho epidemio, vel influenza, prout in India occidentali sese ostendit". Istilah lama yang dipergunakan untuk influenza adalah epidemic catarrh, grippe (dari bahasa Perancis, pertama kali dipergunakan oleh Molyneaux pada tahun 1694), sweating sickness, dan demam Spanyol (terutama pada galur flu pandemi 1918). Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza). Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.Virus Influenza merupakan suatu virus RNA beruntai tunggal yang mempunyai envelope dengan delapan segmen, berpolaritas negatif dan berbentuk bulat atau filamen dengan 1

Makalah Influenza

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Influenza

BAB I

PENDAHULUAN

Kata influenza berasal dari bahasa Italia yang berarti “pengaruh” hal ini merujuk pada

penyebab penyakit, pada awalnya penyakit ini disebabkan oleh pengaruh astrologis yang

kurang baik. Perubahan pendapat medis menyebabkan modifikasi nama menjadi influenza del

freddo, yang berarti “pengaruh dingin”. Kata influenza pertama kali dipergunakan dalam

bahasa Inggris untuk menyebut penyakit yang kita ketahui saat ini pada tahun 1703 oleh J

Hugger dari Universitas Edinburgh dalam thesisnya yang berjudul "De Catarrho epidemio,

vel influenza, prout in India occidentali sese ostendit". Istilah lama yang dipergunakan untuk

influenza adalah epidemic catarrh, grippe (dari bahasa Perancis, pertama kali dipergunakan

oleh Molyneaux pada tahun 1694), sweating sickness, dan demam Spanyol (terutama pada

galur flu pandemi 1918).

Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza). Virus adalah

parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat

bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk

hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.Virus

Influenza merupakan suatu virus RNA beruntai tunggal yang mempunyai envelope dengan

delapan segmen, berpolaritas negatif dan berbentuk bulat atau filamen dengan diameter 50 –

120 nm x 200– 300 nm. Berdasarkan perbedaan antigen nukleoprotein dan matrik yang

menyusunnya, virus ini diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu virus Influenza tipe A, B dan

C. Virus Infuenza A ditemukan pada unggas, manusia, babi, kuda dan kadang-kadang pada

mamalia lain, misalnya anjing laut dan ikan paus. Sedangkan virus Influenza B dan C hanya

ditemukan pada manusia (OIE, 2004).

Gejala umum dari penyakit ini adalah menggigil, demam, nyeri tenggorok, nyeri otot,

nyeri kepala berat, batuk, kelemahan dan rasa tidak nyaman. Influenza dapat menimbulkan

mual, dan muntah, terutama pada anak-anak, namun gejala tersebut lebih sering terdapat pada

penyakit gastroenteritis, yang sama sekali tidak berhubungan, yang juga kadangkala secara

tidak tepat disebut sebagai “flu perut.” Flu kadangkala dapat menimbulkan pneumonia viral

secara langsung maupun menimbulkan pneumonia bakterial sekunder. Influenza ditularkan

1

Page 2: Makalah Influenza

melalui udara lewat batuk atau bersin, influenza juga dapat ditularkan melalui kontak

langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah

terkontaminasi.Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari, disinfektan, dan

deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus dapat

diinaktivasi dengan sabun.

Vaksinasi terhadap influenza dengan vaksin influenza sering direkomendasikan pada

kelompok risiko tinggi, seperti anak-anak dan lansia, atau pada penderita asma, diabetes,

penyakit jantung, atau orang-orang yang mengalami gangguan imun. Efektivitas dari vaksin

influenza beragam. Karena tingkat mutasi virus yang sangat tinggi, vaksin influenza tertentu

biasanya memberikan perlindungan selama tidak lebih dari beberapa hari.

Gambar 1. Virus Influenza

2

Page 3: Makalah Influenza

BAB II

ISI

A. EPIDEMIOLOGI

Menurut WHO, influenza mencapai prevalensi puncak pada musim dingin,

terdapat tiga sampai lima juta kasus berat dan sampai 500.000 kematian di seluruh

dunia, yang memenuhi kriteria epidemi influenza tahunan.Walaupun insidensi

influenza dapat sangat beragam dari tahun-ke-tahun, kurang lebih 36.000 kematian

dan lebih dari 200.000 rawat inap berhubungan secara langsung dengan influenza tiap

tahunnya di Amerika Serikat. Kurang lebih tiga kali dalam satu abad, terjadi pandemi,

yang akan menginfeksi sebagian besar populasi dunia dan dapat menyebabkan

kematian jutaan orang.

Nama Pandemi

Waktu Kematian Tingkat

kematian

Subtipe yang

berperan

Flu(Rusia)

Asia

1889–1890 1juta 0,15% H3N8

Flu Spayol 1918–1920 20 hingga

100 juta

2% H1N1

Flu Asia 1957–1958 1 hingga 1,5

juta

0,13% H2N2

Flu

Hongkong

1968–1969 0,75 hingga 1

juta

<0,1% H3N2

Flu 2009 2009-2010 18.000 0,03% H1N1

3

Page 4: Makalah Influenza

Gambar 2. Perkembangan mutasi virus influensa

B. ETIOLOGI

Etiologi influenza, famili virus Orthomyxoviridae, pertama kali ditemukan

pada babi oleh Richard Shope pada tahun 1931. Virus ini diklasifikasikan menjadi

tiga tipe yaitu virus Influenza tipe A, B dan C. Virus Infuenza A ditemukan pada

unggas, manusia, babi, kuda dan kadang-kadang pada mamalia lain, misalnya anjing

laut dan ikan paus. Sedangkan virus Influenza B dan C hanya ditemukan pada

manusia.

Klasifikasi virus influenza :

Virus influenza A

Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga

tipe influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A

dapat dibagi lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda

berdasarkan tanggapan antibodi terhadap virus ini. Serotipe yang telah

dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah kematian pandemi pada

manusia, adalah: H1N1 yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun 1918, dan Flu

Babi pada tahun 2009, H2N2 yang menimbulkan Flu Asia pada tahun 1957, H3N2

yang menimbulkan Flu Hongkong pada tahun 1968, H5N1 menimbulkan Flu

Burung pada tahun 2004, H7N7 yang memiliki potensi zoonotik yang tidak biasa,

4

Page 5: Makalah Influenza

H1N2, endemik pada manusia, babi, dan unggas, H9N2, H7N2, H7N3 dan

H10N7.

Gambar 3. Struktur virus influensa A

Virus influenza B

Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B

hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan

dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi

influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi

2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe A dan oleh karenanya keragaman

genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B.

Virus Influenza C

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi

manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan

epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis

lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.

Sifat Virus Influenza

Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari

pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 60C

selama 30 menit atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam. Virus

5

Page 6: Makalah Influenza

akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung

iodin dan alkohol 70%.

Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa:

antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S

merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini

spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus

dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol

keluar dari selubung virus dan hanya memegang peran yang minim 8 pada imunitas.

Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membran lemak

disebelah luarnya.

Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk

mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak

maupun lambat. Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan

yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift.

Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut

antigenic drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic drift

hanya terjadi pada virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori

yang mendasari terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan kembali dari

gen-gen pada H dan N diantara human dan avian influenza virus melalui perantara

host ketiga. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift

akan memungkinkan terbentuknya virus yang lebih ganas, sehingga keadaan ini

menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena sistem imun host baik

seluler maupun humoral belum sempat terbentuk. Sejak dulu diduga kondisi yang

memudahkan terjadinya antigenic shift adalah adanya penduduk yang bermukim

didekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena babi bersifat rentan terhadap

infeksi baik oleh avian maupun human virus makan hewan tersebut dapat berperan

sebagai lahan pencampur (mixing vesel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang

berasal dari kedua virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya subtiper virus

baru.

6

Page 7: Makalah Influenza

C. PATOGENESIS

Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus

respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa

virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet,

maka 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan

melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil menerobos

masuk kedalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel

virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung

dapat meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain.

Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen

lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif. Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu

hingga empat hari (rata-rata dua hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi

sejak satu hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya

penyakit ini. Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari

dan anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam

hari sebelum tampak gejala pertama penyakit ini. Para penderita imunocompromise

dapat menebarkan virus ini hingga berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.

Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus

dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung

memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya akan melekat

pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel

tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu 10 singkat

virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4

hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang

terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami

piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya

akan terbentuk badan inklusi. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada

membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat

mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.

7

Page 8: Makalah Influenza

D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme bagaimana infeksi influenza dapat menimbulkan gejala pada

manusia telah dipelajari secara intensif. Salah satu mekanismenya adalah dengan

inhibisi hormon adrenokortikotropik (ACTH/Adrenocorticotropic Hormone) yang

menimbulkan penurunan kadar hormon kortisol. Mengetahui gen mana yang

terkandung dalam galur virus tertentu dapat membantu memprediksi bagaimana virus

tersebut dapat menular dan seberat apa infeksi yang akan terjadi (memprediksi

patofisiologi dari suatu galur virus).

Contohnya, bagian dari proses yang memungkinkan virus influenza

menginvasi suatu sel adalah penguraian dari protein hemagglutinin virus oleh salah

satu enzim protease manusia. Pada virus yang infeksinya bersifat ringan dan avirulen,

struktur hemagglutinin yang ada hanya dapat diurai oleh protease yang ditemukan

dalam tenggorok dan paru, sehingga virus ini tidak dapat menginfeksi jaringan lain.

Namun, pada galur yang sangat virulen, seperti H5N1, hemagglutinin yang

terkandung dalam virus dapat diurai oleh varietas protease yang beragam, sehingga

memungkinkan virus menyebar ke seluruh tubuh.

Protein hemagglutinin virus bertanggung jawab baik dalam menentukan

spesies mana yang dapat diinfeksi oleh suatu galur virus maupun lokasi saluran

pernapasan mana yang dapat berikatan dengan suatu galur virus influenza. Galur yang

dapat ditularkan dengan mudah dari manusia-ke-manusia memiliki protein

hemagglutinin yang berikatan dengan reseptor pada saluran pernapasan bagian atas,

seperti pada hidung, tenggorok, dan mulut. Sebaliknya, strain H5N1 yang sangat

berbahaya berikatan dengan reseptor yang paling banyak ditemukan di dalam paru.

Perbedaan pada tempat infeksi ini mungkin merupakan bagian dari alasan mengapa

galur H5N1 menimbulkan pneumonia virus yang berat pada paru, namun tidak

ditularkan dengan mudah melalui batuk dan bersin.

8

Page 9: Makalah Influenza

Gambar 4. Infeksi virus masuk melalui hidung

E. GEJALA KLINIS

Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah infeksi.

Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun demam juga

sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar 38-39 °C (kurang lebih

100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit sehingga mereka tidak dapat bangun dari

tempati tidur selama beberapa hari, dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa

lebih berat pada daerah punggung dan kaki. Gejala influenza dapat meliputi:

Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)

Batuk

Hidung tersumbat

Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok

Kelelahan

Nyeri kepala

Iritasi mata, mata berair

Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok,

dan hidung

9

Page 10: Makalah Influenza

Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen,(dapat menjadi

parah pada anak dengan influenza B).

F. MEKANISME PENULARAN

Shedding virus influenza (waktu di mana seseorang dapat menularkan virus

pada orang lain) dimulai satu hari sebelum gejala muncul dan virus akan dilepaskan

selama antara 5 sampai 7 hari, walaupun sebagian orang mungkin melepaskan virus

selama periode yang lebih lama. Orang yang tertular influenza paling infektif pada

hari kedua dan ketiga setelah infeksi. Jumlah virus yang dilepaskan nampaknya

berhubungan dengan demam, jumlah virus yang dilepaskan lebih besar saat

temperaturnya lebih tinggi. Anak-anak jauh lebih infeksius dibandingkan orang

dewasa dan mereka melepaskan virus sebelum mengalami gejala hingga dua minggu

setelah infeksi.

Influenza dapat disebarkan dalam tiga cara utama, yaitu melalui penularan

langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang masuk secara

langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain), melalui udara (saat seseorang

menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dihasilkan saat orang yang

terinfeksi batuk, bersin, atau meludah) dan melalui penularan tangan-ke-mata, tangan-

ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari permukaan yang terkontaminasi atau dari

kontak personal langsung seperti bersalaman.

Pada rute penularan udara, ukuran droplet yang cukup kecil untuk dihirup

berdiameter 0,5 sampai 5 μm dan inhalasi satu droplet mungkin cukup untuk

menimbulkan infeksi. Seberapa lama virus influenza dapat bertahan dalam droplet

udara nampaknya dipengaruhi oleh kadar kelembaban dan radiasi ultraviolet,

kelembaban rendah dan kurangnya cahaya matahari pada musim dingin membantu

kebertahanan virus ini.

Virus influenza dapat bertahan di luar tubuh, virus ini juga dapat ditularkan

lewat permukaan yang terkontaminasi seperti lembaran uang, gagang pintu, saklar

lampu, dan benda-benda rumah tangga lainnya. Lamanya waktu virus dapat bertahan

10

Page 11: Makalah Influenza

pada suatu permukaan beragam, virus dapat bertahan selama satu atau dua hari pada

permukaan yang keras dan tidak berpori seperti plastik atau metal, selama kurang

lebih lima belas menit pada kertas tissue kering, dan hanya lima menit pada kulit.

Namun, apabila virus terdapat dalam mukus/lendir, lendir tersebut dapat melindungi

virus sehingga bertahan dalam waktu yang lama (sampai 17 hari pada uang kertas).

Virus flu burung dapat bertahan dalam waktu yang belum diketahui saat berada dalam

keadaan beku. Virus mengalami inaktivasi oleh pemanasan sampai 56 °C (133 °F)

selama minimun 60 menit, dan juga oleh asam (pada pH <2).

11

Page 12: Makalah Influenza

BAB III

PENATALAKSANAAN TERAPI

A. TUJUAN DAN SASARAN TERAPI

1. Untuk mengurangi angka kematian akibat virus influensa

2. Mengobati penyakit akibat virus

3. Mencegah penularan penyakit

B. TERAPI

a. Terapi Non Farmakologi

Orang yang menderita flu disarankan untuk banyak beristirahat, meminum

banyak cairan, menghindari penggunaan alkohol dan rokok.

Pengendalian infeksi

Cara yang cukup efektif untuk menurunkan penularan influenza salah

satunya adalah menjaga kesehatan pribadi dan kebiasaan higienis yang baik

seperti; tidak menyentuh mata, hidung dan mulut, sering mencuci tangan

(dengan air dan sabun, atau dengan cairan pencuci berbasis alkohol), menutup

mulut dan hidung saat batuk dan bersin, menghindari kontak dekat dengan

orang yang sakit, tidak meludah sembarangan juga disarankan karena

influenza menyebar melalui aerosol dan kontak dengan permukaan yang

terkontaminasi, pembersihan permukaan tersebut dapat membantu mencegah

sebagian dari infeksi.

Alkohol merupakan bahan sanitasi yang efektif terhadap virus

influenza, sementara senyawa amonium kuarterner dapat dipergunakan

bersamaan dengan alkohol sehingga efek sanitasi tersebut dapat bertahan lebih

lama. Di rumah sakit, senyawa amonium kuarterner dan bahan pemutih

12

Page 13: Makalah Influenza

dipergunakan untuk membersihkan ruangan dan peralatan yang sebelumnya

dipakai oleh pasien dengan gejala influenza. Di rumah, hal tersebut dapat

dilakukan dengan efektif dengan mempergunakan bahan pemutih chlorine

yang diencerkan.

b. Terapi farmakologi

13

Page 14: Makalah Influenza

14

Page 15: Makalah Influenza

Dua kelas obat antivirus yang dipergunakan terhadap influenza adalah

inhibitor neuraminidase dan inhibitor protein M2 (derivat adamantane). Inhibitor

neuraminidase saat ini lebih disukai terhadap infeksi virus karena kurang toksik

dan lebih efektif. Pada Konferensi Pers influenza H1N1 November 2009, WHO

merekomendasikan orang pada kelompok risiko tinggi, termasuk wanita hamil,

anak berusia kurang dari dua tahun dan orang dengan masalah pernapasan, agar

mulai mengkonsumsi obat-obat antivirus segera setelah mereka mengalami gejala

flu.

Inhibitor neuraminidase

Obat-obat antivirus seperti oseltamivir (merek dagang Tamiflu) dan

zanamivir (merek dagang Relenza) merupakan inhibitor neuraminidase yang

didesain untuk menghambat penyebaran virus pada tubuh. Obat-obatan ini

sering efektif terhadap influenza A dan B. Cochrane Collaboration meninjau

kembali obat-obat ini dan menyimpulkan bahwa obat-obat ini dapat

mengurangi gejala dan komplikasi. Strain-strain virus influenza yang berbeda-

beda memiliki tingkat daya tahan terhadap antiviral ini, dan adalah mustahil

bagi kita untuk bisa memprediksi tingkat perlawanan apa yang mungkin akan

muncul pada pandemi strain di masa mendatang.

15

Page 16: Makalah Influenza

Inhibitor M2 (adamantanes)

Obat-obat antivirus amantadine dan rimantadine akan memblokade

kanal ion virus (protein M2) dan mencegah virus untuk menginfeksi sel. Obat-

obatan tersebut kadangkala efektif terhadap influenza apabila diberikan dini

pada infeksi namun selalu tidak efektif terhadap influenza B karena virus

influenza B tidak memiliki molekul M2. Resistensi yang terukur terhadap

amantadine dan rimantadine dari H3N2 telah mengalami peningkatan sampai

91% pada tahun 2005. Tingginya tingkat resistensi ini mungkin disebabkan

oleh ketersediaan luas dari amantadine sebagai obat yang dijual tanpa resep

dokter untuk pengobatan selesma di negara-negara seperti Cina dan Rusia.

Pengobatan simptomatis

Simptomatis (hanya untuk mengatasi keluhan). Pada fase ini penderita

dianjurkan meminum obat flu sebagai pereda dini ketika gejala masih ringan.

Obat flu setidaknya harus mengandung:

1. Anti nyeri dan anti panas (analagetik/anti piretik) untuk mengatasi

gejala demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi.

2. Penurun bengkak (dekongestan) untuk gejala hidung tersumbat.

3. Anti Alergi (anti histamin) untuk gejala bersin dan gatal pada

hidung/tenggorokan.

Asetaminofen (parasetamol) dapat digunakan untuk meredakan gejala

demam dan nyeri otot yang berhubungan dengan flu. Anak-anak dan remaja

dengan gejala flu (terutama demam) sebaiknya menghindari penggunaan

aspirin pada saat infeksi influenza (terutama influenza tipe B), karena hal

tersebut dapat menimbulkan Sindrom Reye, suatu penyakit hati yang langka

namun memiliki potensi menimbulkan kematian.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah: Pneumonia

influenza primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea, dan sianosis

pada awal infeksi. Foto rongten menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral

16

Page 17: Makalah Influenza

tanpa konsolidasi, dimana menyerupai ARDS. Pneumonia bakterial sekunder,

dimana dapat terjadi infeksi beberapa bakteri (seperti Staphylococcus aureus,

Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza).

Pencegahan

• Gunakan vaksinasi flu secara rutin tiap tahun.

Waktu yang tepat untuk vaksinasi adalah saat sebelum masa puncak

dari musim flu. Perlu dua minggu bagi tubuh untuk membangun sistem imun

tubuh mulai dari pemberian vaksin. Tanyakan pada dokter anda waktu yang

tepat.

Tetap ingat bahwa vaksin flu tidak akan menghilangkan risiko terkena

flu, khususnya pada orang dewasa. Tapi vaksin ini dapat mengurangi risiko

terkena flu. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC),

bila saat pemberian vaksin flu dan sirkulasi wabah flu dekat, vaksin flu akan

efektif antara 70% sampai 90% untuk melindungi.

Hal ini lebih sedikit efektivitasnya pada orang dewasa. Para ahli

kesehatan merekomendasikan vaksinasi pada orang di atas 50 tahun karena

vaksin akan mengurangi risiko komplikasi flu, perawatan di RS dan

kematian.

• Cuci tangan

Mencuci tangan adalah cara terbaik dalam mencegah infeksi flu biasa.

Gosok telapak tangan anda sedikitnya 15 detik, sabuni dengan benar dan tutup

keran menggunakan tisu. Atau gunakan jel pembersih tangan berbahan dasar

alkohol paling sedikit berkadar alkohol 60 persen.

• Makan secara benar dan tidur secara teratur

Diet yang salah dan kurang tidur melemahkan imunitas anda dan

menyebabkan anda lebih rentan terinfeksi.Diet seimbang dengan buah segar

dan sayuran, gandum atau nasi, dan makanan yang mengandung protein

17

Page 18: Makalah Influenza

adalah yang terbaik untuk banyak orang. Tidur yang cukup dan teratur juga

perlu untuk kesehatan sistem imun. Secara umum, orang dewasa sangat baik

tidur malam selama 7 sampai 8 jam. Anak-anak dan remaja membutuhkan

tidur malam 9 sampai 10 jam.

• Berolahraga secara teratur

Melatih kardiovaskuler secara teratur – berjalan, bersepeda, aerobik –

meningkatkan sistem imun anda. Olahraga tidak dapat mencegah infeksi,

tetapi jika terkena flu, akan lebih sedikit kemungkinannya terkena dampak

yang parah dan sembuh lebih cepat daripada orang yang tidak fit.

• Hindari kerumunan orang saat musim flu

Flu menyebar dengan mudah dimanapun orang-orang banyak

berkumpul – pada care center, sekolah, kantor, auditorium dan alat

transportasi publik. Menghindari kerumunan orang pada saat musim flu akan

mengurangi kesempatan anda terinfeksi flu ( Kompas.com)

18

Page 19: Makalah Influenza

BAB IV

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB APOTEKER

DALAM PHARMACEUTICAL CARE

Orientasi terhadap kepentingan pasien tanpa mengesampingkan jaminan kualitas

produk dikenal dengan konsep Pharmaceutical Care. Dengan banyak ditemukannya masalah

yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya; semakin meningkatnya keadaan sosio-

ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat; serta adanya tuntutan dari masyarakat terhadap

pelayanan kefarmasian yang bermutu terutama di rumah sakit maupun di komunitas,

Pharmaceutical Care merupakan hal yang mutlak harus diterapkan.

Penekanan Pharmaceutical care terletak pada dua aspek utama, yaitu:

Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan pasien sesuai

dengan kondisi penyakit pasien.

Apoteker membuat komitmen bersama pasien dan/atau yang merawat untuk

melanjutkan secara berkesinambungan sehingga dapat dicapai tujuan pelayanan

kefarmasian yaitu maksimalisasi efek terapi obat, minimalisasi efek obat yang

tidak dikehendaki, efektivitas biaya pengobatan, dan penghargaan atas pilihan

pasien..

Secara prinsip, Pharmaceutical Care atau pelayanan kefarmasian terdiri dari beberapa

tahap yang harus dilaksanakan secara berurutan, yaitu:

1) Penggalian dan penyusunan informasi dasar atau data dasar pasien.

2) Evaluasi atau pengkajian (Assessment) riwayat penggunaan obat oleh pasien.

3) Penyusunan Rencana Pelayanan Kefarmasian (RPK).

4) Implementasi RPK.

5) Monitoring implementasi.

19

Page 20: Makalah Influenza

6) Tindak lanjut terhadap hasil monitoring.

Keseluruhan tahap pelayanan kefarmasian ini dilakukan dalam suatu proses

berkesinambungan yang disertai penyuluhan dan konseling kepada pasien mengenai penyakit

yang diderita dan pengobatannya.

Peran Apoteker

Sebagai seorang tenaga profesional, seorang Apoteker hendaknya berperan dalam

membantu upaya pemerintah dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat dan

mandiri. Apoteker khususnya harus berperan aktif dalam penanganan penyakit-penyakit yang

membutuhkan pengobatan segera maupun jangka panjang, memiliki

prevalensi yang tinggi atau juga yang membahayakan jiwa. Penyakit Influenza termasuk

penyakit yang sangat potensial membawa dampak penyebaran yang cepat dan mengancam

jiwa masyarakat Indonesia, kemampuan penyebarannya bisa sangat cepat, kemungkinan

penularan antar manusia sangat dikhawatirkan dan oleh karena itu membutuhkan penanganan

yang tepat dan segera. Peran serta Apoteker ini didasari dengan pengetahuan yang dimiliki

Apoteker tentang patofisiologi penyakit; obat-obatan yang diperlukan atau harus dihindari

oleh pasien dan hal-hal yang harus dipersiapkan dan dihindari oleh tenaga kesehatan

termasuk apoteker dalam melaksanakan tugasnya. Peran aktif Apoteker di antaranya adalah

sebagai berikut:

1. Memastikan bahwa prosedur pengendalian infeksi berada di tempat di dalam sistem

pelayanan kesehatan dan digunakan oleh semua yang terlibat dalam mengelola

penyakit hewan maupun manusia serta kasus dugaan. Dalam hal ini termasuk

perlindungan terhadap tenaga kesehatan maupun individu yang terlibat dalam

eradikasi virus influenza serta pasien yang terinfeksi dengan virus influenza.

2. Melakukan upaya pencegahan penyakit flu.

3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat proses

penyembuhan, mencegah bertambah parah, atau mencegah kambuhnya penyakit

serta mencegah penularan. Hal ini dilakukan dengan cara:

Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan pengendalian

diri dan lingkungan dalam upaya mencegah penularan.

20

Page 21: Makalah Influenza

Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis,

dan waktu penggunaannya.

Melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan

memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat.

Kompetensi Apoteker

Kompetensi yang diperlukan seorang Apoteker untuk dapat memberikan pelayanan

kefarmasian terhadap pasien di antaranya adalah:

Pemahaman prosedur pengendalian infeksi virus influenza

Pemahaman stratifikasi risiko keterpaparan kelompok individu terhadap virus

influenza

Pemahaman patofisiologi penyakit

Penguasaan farmakoterapi penyakit

Penguasaan farmakologi obat-obat yang digunakan pada pengobatan penyakit

Memiliki kemampuan komunikasi yang baik dalam pemberian konseling

kepada pasien ataupun ketika berdiskusi dengan tenaga kesehatan lain.

Memiliki keterampilan dalam mencari sumber literatur untuk Pelayanan

Informasi Obat penyakit

Monitoring terapi pengobatan yang telah dilakukan dan kemungkinan terjadinya

efek samping obat maupun resistensi.

Memiliki kemampuan menginterprestasikan hasil laboratorium.

Konseling

Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau

perkembangan terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan utama umum (Three Prime

21

Page 22: Makalah Influenza

Questions) yang dapat digunakan oleh Apoteker dalam membuka sesi konseling untuk

pertama kalinya. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?

2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?

3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?

Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi

pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu); mencegah pemberian

informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan oleh dokter (misalnya

menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga pasien tidak akan meragukan

kompetensi dokter atau apoteker; dan juga untuk menggali informasi seluas-luasnya (dengan

tipe open ended question).

Tiga pertanyaan utama tersebut dapat dikembangkan dengan pertanyaan-pertanyaan

berikut sesuai dengan situasi dan kondisi pasien:

1) Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan anda?

Persoalan apa yang harus dibantu?

Apa yang harus dilakukan?

Persoalan apa yang menyebabkan anda ke dokter?

2) Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda?

Berapa kali menurut dokter anda harus menggunakan obat tersebut?

Berapa banyak anda harus menggunakannya?

Berapa lama anda terus menggunakannya?

Apa yang dikatakan dokter bila anda lupa minum obat?

Bagaimana anda harus menyimpan obatnya?

22

Page 23: Makalah Influenza

Apa artinya ‘tiga kali sehari’ bagi anda?

3) Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan anda?

Pengaruh apa yang anda harapkan tampak?

Bagaimana anda tahu bahwa obatnya bekerja?

Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter kepada anda untuk diwaspadai?

Perhatian apa yang harus anda berikan selama dalam pengobatan ini?

Apa yang dikatakan dokter apabila anda merasa makin parah/buruk?

Bagaimana anda bisa tahu bila obatnya tidak bekerja?

Pada akhir konseling perlu dilakukan verifikasi akhir (tunjukkan dan katakan)

untuk lebih memastikan bahwa hal-hal yang dikonselingkan dipahami oleh pasien

terutama dalam hal penggunaan obatnya dapat dilakukan dengan menyampaikan

pernyataan sebagai berikut: “ sekedar untuk meyakinkan saya supaya tidak ada yang

kelupaan, silakan diulangi bagaimana Anda menggunakan obat Anda”. Salah satu ciri

khas konseling adalah lebih dari satu kali pertemuan. Pertemuan-pertemuan

selanjutnya dalam konseling dapat dimanfaatkan Apoteker dalam memonitoring

kondisi pasien. Pemantauan terhadap kondisi pasien dapat dilakukan Apoteker pada

saat pertemuan konsultasi rutin atau pada saat pasien menebus obat, atau dengan

melakukan komunikasi melalui telepon atau internet. Pemantauan kondisi pasien

sangat diperlukan untuk menyesuaikan jenis dan dosis terapi obat yang digunakan.

Apoteker harus mendorong pasien untuk melaporkan keluhan ataupun gangguan

kesehatan yang dirasakannya sesegera mungkin.

Penyuluhan

Penyuluhan tentang pencegahan penyebaran virus influenza perlu dilaksanakan secara

berkelanjutan mengingat sebagian besar penyebab penyakit adalah karena kurangnya

pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam melindungi diri mereka terhadap penyakit-

23

Page 24: Makalah Influenza

penyakit virus tersebut. Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok; sedangkan

penyuluhan tidak langsung dapat dilakukan melalui penyampaian pesan-pesan penting dalam

bentuk brosur, leaflet atau tulisan dan gambar di dalam media cetak atau elektronik.

Apoteker diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara personal dengan pasien.

Penyuluhan secara personal dapat meningkatkan upaya pencegahan penularan maupun

ketertularan serta kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya manakala terserang.

Hendaknya Apoteker memastikan bahwa pasien tahu tentang penyakit yang dideritanya,

pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan yang disarankan serta akibat dari ketidakpatuhan

atau kelalaian dalam menjalankan terapi pengobatannya. Keluarga pasien harus diberi

pengertian bahwa penyakit, dapat menimbulkan komplikasi. Swamedikasi tidak disarankan

tanpa keberadaan tenaga kesehatan yang mengerti tentang hal ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO), “WHO Current Phase of Pandemic Alert”,

http://www.who.gov diakses pada tanggal 27 Juni 2013

2. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and

Prevention, “CDC Recommends against the Use of Amantadine and Rimantadine

for the Treatment or Prophylaxis of Influenza in the United States during the

2005–06 Influenza Season”, http://www.cdc.gov/flu/diakses pada tanggal 28 Juni

2013

3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and

Prevention, http://www.cdc.gov/flu/ diakses pada tanggal 20 Juni 2013

4. Kate Farthing,PharmD, BCPS, et al, Drug Facts and Comparisons, Pocket Version

2007, Wolters Kluwer Health, Missouri, USA, 2007, halaman 1054-1058.

5. The Writing Commitee of the World Health Organization (WHO) Consultation on

Human Influenza A/H5. Avian Influenza A (H5N1) Infections in Humans. N Engl

J Med 2005 halaman 353, 1374-1385.

24

Page 25: Makalah Influenza

6. dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

7. J.pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press

8. Rogers,M.A., Wright, J.G., Levy,B.D., The Health Care of Homeless Persons - Part I –

Influenza, hal 67-71

9. Harper, S.A., Bradley,J.S., Englund, J.A., 2009, Seasonal Influenza in Adults and

Children Diagnosis, Treatment, Chemoprophylaxis, and Institutional Outbreak

Management: Clinical Practice Guidelines of the Infectious Diseases Society of

America, New York

25