31
INFEKSI NOSOKOMIAL PENDAHULUAN Istilah infeksi pada umumnya digunakan untuk mengartikan penumpukan dan pelipatgandaan bakteri, serta mikro organisme lain dalam jaringan atau pada permukaan tubuh tempat mereka dapat menyebabkan efek merugikan. Jika respon tuan rumah kecil atau tidak ada, biasanya disebut kolonisasi. Sepsis berarti hadirnya radang, pembentukan nanah, dan tanda kesakitan lain dalam luka yang dikolonisasi oleh mikroorganisme serta dalam jaringan yang padanya infeksi itu telah menyebar. Nosokomial berasal dari kata Nosos yang berarti penyakit dan kooeo yang berarti merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat penyakit atau rumah sakit, sehingga nosokomial berarti yang berhubungan dengan rumah sakit dan infeksi nosokomial berarti infeksi yang berasal dari atau terjadi di rumah sakit . Infeksi Nosokomial merupakan infeksi banyak terjadi pada penderita yang dirawat di rumah sakit dan merupakan penyebab penyakit kesakitan dan kematian terutama pada penderita dengan imuno compromise. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang

Makalah Inos

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Inos

Citation preview

Page 1: Makalah Inos

INFEKSI NOSOKOMIAL

PENDAHULUAN

Istilah infeksi pada umumnya digunakan untuk mengartikan penumpukan

dan pelipatgandaan bakteri, serta mikro organisme lain dalam jaringan atau pada

permukaan tubuh tempat mereka dapat menyebabkan efek merugikan. Jika respon

tuan rumah kecil atau tidak ada, biasanya disebut kolonisasi. Sepsis berarti

hadirnya radang, pembentukan nanah, dan tanda kesakitan lain dalam luka yang

dikolonisasi oleh mikroorganisme serta dalam jaringan yang padanya infeksi itu

telah menyebar.

Nosokomial berasal dari kata Nosos yang berarti penyakit dan kooeo yang

berarti merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat penyakit atau rumah

sakit, sehingga nosokomial berarti yang berhubungan dengan rumah sakit dan

infeksi nosokomial berarti infeksi yang berasal dari atau terjadi di rumah sakit .

Infeksi Nosokomial merupakan infeksi banyak terjadi pada penderita yang

dirawat di rumah sakit dan merupakan penyebab penyakit kesakitan dan kematian

terutama pada penderita dengan imuno compromise. Secara umum, pasien yang

masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam

menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk

rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien

berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun

luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula

memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut

dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross

infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari

satu pasien ke pasien lainnya (Siregar, 2004).

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997

diungkapkan seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996

tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 Rumah Sakit di Jawa dan Bali

Page 2: Makalah Inos

menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg pertempat tidur

perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah (Limbah Padat) berupa

limbah domestic sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2

persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah Padat) Rumah

Sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton

per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi Rumah

Sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan 

serta penularan penyakit.

Rumah Sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa

diantaranya membahayakan kesehatan dilingkungannya. Di negara maju,

jumlahnya diperkirakan 0,5-0,6 kg per tempat tidur rumah sakit perhari.

Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan

dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk masing-masing jenis

kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum

pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko

kontaminasi antrauma (Injuri) (KLMNH, 1995).

Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan

menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-

pedoman dan kebijakan-kebijakan yng mengatur pengelolaan dan peningkatan

kesehatan dilingkungan rumah sakit. Disamping peraturan-peraturan tersebut

secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan  terus

mengupayakan dan menyediakan dan untuk  pembangunan insilasi pengelolaan

limbah rumah sakit melalui  anggaran pembangunan maupun dari sumber bantuan

dana lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah

telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limabah, meskipun perlu untuk

disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih

perlu ditingkatkan  permasyarakatan terutama dilingkungan masyarakat rumah

sakit. (Depkes RI, 1992).

DEFINISI

Page 3: Makalah Inos

Infeksi Nosokomial (Nosocomial Infections atau Hospital-Acquired

Infections) adalah suatu infeksi yang diperoleh/dialami pasien selama dia dirawat

di rumah sakit dan infeksi itu tidak ditemukan/diderita pada saat pasien masuk

rumah sakit

Infeksi Nosokomial sangat nyata merupakan penyebab kesakitan dan

kematian. Infeksi nosokomial dapat terjadi oleh karena tindakan instrumenisasi

ataupun intervensi pada saat dirawat di rumah sakit, misalnya pemasangan kateter,

infus, tindakan-tindakan operatif lainnya.

Infeksi oportunistik terjadi pada penderita yang mengalami immuno

compromise yang dirawat di rumah sakit, infeksi biasa berasal dari luar dan dari

dalam penderita sendiri yang disebabkan oleh kerusakan barier mukosa.

Infeksi nosokomial transmisi berasal dari dokter, perawat dan pelayan

medik yang lain bisa berasal dari tangan yang tidak steril, infeksi dari makanan,

minuman atau ventilasi, kateter dan alat endoscope ataupun tindakan invasif yang

lain.

Infeksi Nosokomial mempunyai angka kejadian 2 – 12% (rata-rata 5%)

dari semua penderita yang dirawat di rumah sakit. Angka kematian 1-2 % dari

semua kasus yang dirawat di rumah sakit di USA 1,5 juta pertahun dan meninggal

15.000 orang.

Organisasi utama yang menyebabkan infeksi nosokomial meliputi

Pseudomonas aeruginosa (13%), Staphylococcus aereus (12%), staphylococcus

koagulase-negatif (10%), Candida (10%), enterococci (9%), dan enterobacter

(8%). Di negara berkembang angka kejadian infeksi Nosokomial belum bayak

diketahui dengan pasti (Siregar, 2004).

PENTINGNYA INFEKSI NOSOKOMIAL

Survei prevalensi (jumlah pasien penyakit tertentu) infeksi rumah sakit

pada banyak negara, menunjukkan bahwa kira-kira seorang dalam sepuluh pasien

di rumah sakit telah memperoleh infeksi dan sejumlah infeksi yang serupa yang

diperoleh masyarakat. Infeksi nosokomial utama yang diperoleh adalah saluran

urin, luka bedah, saluran nafas bagian bawah, pneumonia, bakterimia dan kulit.

Page 4: Makalah Inos

Frekuensi dan keparahan beragam dengan umur pasien, jenis operasi dalam kasus

bedah, lama waktu katerisasi (urin dan vaskular), pengobatan imuno supresif

(penghambatan reaksi imunitas, pencegahan atau usaha pengurangan respon

rentan, misalnya dengan penyinaran).

Pentingnya infeksi rumah sakit dapat dipertimbangkan, berkenaan dengan

kesakitan pasien dan dengan perpanjangan hospitalisasi. Kesakitan disebabkan

infeksi rumah sakit dewasa ini jarang menyebabkan kematian, walaupun hal ini

dapat trejadi pada pasien dengan resistensi yang lemah (misalnya, pasien dengan

luka bakar yang luas) atau dari organisme sangat patogen (misalnya, beberapa

strain virus hepatitis B). Biaya suatu perpanjangan tinggal di rumah sakit adalah

suatu ukuran biaya infeksi yang baik, walaupun itu menunjukkan pengurangan

sejumlah tempat tidur yang tersedia bagi pasien daftar tunggu daripada suatu

biaya sebenarnya yang meningkat pada rumah sakit (Siregar, 2004).

Dampak

Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :

1. Meningkatnya lama hari rawat

2. Biaya perawatan semakin besar

3. Morbiditas dan mortalitas semakin tinggi

4. Penurunan mutu pelayanan rumah sakit

5. Adanya tuntutan secara hukum

6. Penurunan citra rumah sakit

Rantai penularan

Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab (di bagian tengah gambar

berikut), yang ada pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui tempat

tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu masuk ke tempat tertentu di

pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan terhadap infeksi

(terutama ODHA yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah), mereka dapat

Page 5: Makalah Inos

tertular dan jatuh sakit ‘tambahan’. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari

pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.

BERBAGAI FAKTOR YANG TERLIBAT DALAM INFEKSI RUMAH

SAKIT

Kejadian dan berbagai efek infeksi rumah sakit, pada dasarya bergantung

pada mikrorganisme, tuan rumah (pasien dan staf), lingkungan dan pengobatan.

1. Mikroorganisme agen infeksi

Walaupun sebenarnya, setiap infeksi dapat diperoleh dari pasien atau staf

rumah sakit, ada beberapa organisme patogen tertentu yang terutama berkaitan

dengan infeksi rumah sakit dan beberapa yang jarang menyebabkan infeksi dalam

lingkungan lain. Peranan mereka sebagai penyebab infeksi rumah sakit,

bergantung pada patogenitas aau virulensi (kemampuan dari spesies atau strain

menyebabkan penyakit), dan pada jumlah mereka, juga bergantung pada

ketahanan pasien, dan karena banyak pasien dalam rumah sakit yang resistensinya

Page 6: Makalah Inos

kurang, disebabkan oleh penyakit atau pengobatan mereka, organisme yang relatif

tidak berbahaya pada orang sehat dapat menyebabkan penyakit dalam rumah

sakit. Organisme oportunistik demikian (misalnya Pseudomonas aeruginosa)

biasanya resisten terhadap banyak antibiotik dan mampu tumbuh dengan subur

dibawah kondisi yang di dalamnya kebanyakan organisme penyebab penyakit

tidak dapat berkembang.

Pada pasien yang sangat rentan, pasien yang menglami transplantasi,

pasien yang terinfeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan pasien

yang memerlukan kemoterapi yang diperpanjang, beberapa mycobacteria, fungi

(misalnya, Candida albicans, Aspergilli, dan Cryptococcus neoformans), virus

(misalnya, Herpes simplex dan cytomegalovirus) dan protozoa (misalnya,

Pneumocystis carinii) adalah penyebab infeksi berat dan sering menimbulkan

kematian. Cryptosporidia adalah penyebab diare berat pada pasien dengan infeksi

HIV.

Perjangkitan infeksi (infeksi epidemik) dapat disebabkan oleh agen (zat,

kekuatan atau prinsip yang dapat menimbulkan efek) penyakit infeksi tertentu,

biasanya disebabkan masuknya pasien terinfeksi atau hadirnya suatu pembawa

dalam ruang perawatan. Perjangkitan infeksi ini dapat juga terjadi melalui

kesalahan luar biasa dalam suplai aseptis atau steril (misalnya kontaminasi tetes

mata atau cairan infus).

Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di

rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak

selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat

menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi

tergantung pada:

karakteristik mikroorganisme

resistensi terhadap zat-zat antibiotika

tingkat virulensi

banyaknya materi infeksius

Page 7: Makalah Inos

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat

menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh

mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan

oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan

infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal,

yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau

bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini

kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada

manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang

normal.

a. Bakteri

Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang

sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari

datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan

infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap

mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai

sebagai penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya

dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya

:

Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangren

Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit

dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan

infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.

Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli,

Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan

di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran

pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung

jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.

Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas

jahitan, paru, dan peritoneum.

Page 8: Makalah Inos

b. Virus

Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam

virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari

transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus

(RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke

mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui

pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus

sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus

respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering

menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza

virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.

c. Parasit dan Jamur

Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke

orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul

selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan,

contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus

neoformans, Cryptosporidium.

d. Infection by direct or indirect contact

Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung

dengan penyebab infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit

dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat juga melalui cairan

yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV. Peralatan dan

instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil

menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya cross infection.

2. Tuan Rumah (Pasien atau Anggota Staf)

Kerentanan tuan rumah dan virulensi (derajat patogenitas suatu

mikroorganisme, diukur dengan derajat kemajuan menimbulkan penyakit).

Seorang pasien dapat memiliki resistensi umum yang lemah, misalnya pada bayi,

sebelum antibodi terbentuk dan apabila jaringan yang menghasilkan antibodi

belum sempurna dikembangkan, atau resistensi lemah mungkin berhubungan

Page 9: Makalah Inos

dengan penyakit (seperti diabetes atau leukemia yang tidak terkendali atau luka

bakar yang parah), atau dengan gizi yang buruk, atau dengan bentuk pengobatan

tertentu, seperti penggunaan obat-obat imunosupresif yang diberikan untuk

mencegah penolakan organ yang ditransplantasi atau kemoterapi kanker.

Resistensi umum juga dapat dikurangi oleh infeksi, contoh ekstrim adalah infeksi

HIV.

Pasien dapat juga mempunyai resistensi lokal yang lemah karena suplai

darah yang tidak sempurna ke jaringan, atau karena kehadiran jaringan mati atau

pembekuan darah dan bakteri dapat hidup tanpa gangguan pertahanan alami,

benda asing termasuk benang bedah dan prosthesis (pengganti alat tubuh yang

hilang dengan alat palsu) juga meningkatkan kerentanan jaringan terhdap sepsis

lokal. Operasi bedah dan operasi instrumentasi (misalnya kateterisasi)

memungkinkan masuknya bakeri ke jaringan yang biasanya dilindungi terhadap

kontaminasi. Beberapa dari ini, terutama dalam rongga mata, meninges, tulang

sendi, endokardium, dan saluran urin, mempunyai resisensi yang rendah terhadap

infeksi dengan organisme oportunistik.

Tidak saja pasien, tetapi staf (termasuk staf laboratorium) dapat terpapar

pada bahaya khusus infeksi dengan organisme virulen. Resiko infeksi diantara

anggota staf melalui kontaminasi dengan darah dan eksudat (campuran serum, sel

atau sel yang rusak yang keluar dari pembuluh darah ke dalam jaringan, biasanya

akibat radang), pasien dengan hepatitis B (HBV) atau HIV telah mendapat

perhatian dalam tahun-tahun terakhir ini. Risiko dalam kebanyakan rumah sakit

sangat rendah, tetapi ketakutan terhadap AIDS telah dikaitkan dengan suatu

respon yang berlebihan.

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh

pasien adalah:

Umur

status imunitas penderita

penyakit yang diderita

Page 10: Makalah Inos

Obesitas dan malnutrisi

Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid

Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan

terapi.

Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh

terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit

kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal dan AIDS.

Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari

kuman yang semula bersifat opportunistik. Obat-obatan yang bersifat

immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Banyaknya

prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi,

intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi.

Tabel 1. Penyebab Infeksi Nosokomial

Bakteri Gram Positif Staphylococcus aureus

Staphylococcus Koagulase

Enterococcus

Bakteri Gram Negatif Escherichia coli

Proteus mirabilis

Klebsiella enterobacter

Pseudomonas sp

Bacteriosies sp

Jamur Cardioda sp

Aspergillus sp

Virus Hepatitis A,B, C

HIV

Sitomegalo

Virus saluran pernafasan

Herpes simplek

3. Lingkungan

Page 11: Makalah Inos

Tempat ketika pasien ditangani mempunyai suatu pengaruh penting pada

kemungkinan infeksi yang diperolehnya serta pada sifat infeksi demikian. Suatu

keragaman mikroorganisme yang luas, termasuk strain virulen, mungkin ditemui

dalam rumah sakit tempat banyak orang, termasuk beberapa dengan infeksi,

dikumpulkan. Organisme ini kemungkinan mencakup sebagian besar bakteri

resisten antibiotika yang dapat tumbuh dengan subur yang penggunaan antibiotika

ditujukan untuk penindasan bakteri yang peka.

Berbagai lokasi rumah sakit yang berbeda mempunyai bahaya infeksi

tersendiri. Dalam meja bedah, terdapat suatu bahaya khusus infeksi luka karena

pemaparan sering dalam beberapa jam dan jaringan yang rentan, dan kehadiran

sejumlah kemungkinan sumber manusia serta benda mati. Dalam ruangan, pasien

dapat terpapar pada kontaminan untuk beberapa minggu, luka bedah terbuka,

biasanya dilindungi oleh suatu bentuk tutup. Walaupun hal ini tidak sempurna

pada banyak pasien, terutama pasien dengan drainase (suatu bahan kasa atau

selang karet untuk mengeluarkan cairan keluar dari suatu luka atau rongga).

Bahaya khusus terdapat dalam ruang neonatus melalui kemungkinan

kontaminasi makanan, alat penyedotan dan resusitasi (usaha menghidupkan

kembali dengan nafas buatan atau pijat dan rangsang jantung), dll., dan karena

penanganan bayi yang sering dan berbagai masalah yang sama terdapat dalam unit

pelayanan intensif dan ruang perawatan luka bakar. Dalam rumah sakit penyakit

infeksi, terdapat suatu bahaya khusus infeksi rumah sakit dengan agen penyakit

menular akut. Suatu tujuan dalam pengendalian infeksi rumah sakit adalah untuk

memaparkan semua pasien kepada lingkungan yang paling sedikit bebas dari

bahaya mikrobia, seperti yang mereka dapati di luar rumah sakit.

PENCEGAHAN TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL

Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencanan yang

terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:

Page 12: Makalah Inos

Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci

tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan dan aseptic, strerilisasi dan

desinfektan.

Mengontrol resiko penularan dari lingkungan

Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang

cukup dan vaksinasi.

Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasive.

Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

1) Dekontaminasi tangan

Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan hiegene dari

tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar,

karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci

tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu

mencuci tangan yang lama. Selain itu, penggunaan sarung tangan sangat

dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien

dengan penyakit-penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah: memakai

sarung tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh,

atau keringat, tinja, urin, membrane mukosa dan bahan yang kita anggap

telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung

tangan.

2) Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit

Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang

dilakukan di Negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung

atau keduanya yang dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang

tidak penting (misalnya penyuntikan antibiotika). Untuk mencegah

penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:

Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan

Pergunakan jarum steril

Penggunaan alat suntik yang disposable.

Page 13: Makalah Inos

Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara.

Begitu pun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus

menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita

Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah,

cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk

tiap pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sarung

tangan harus segera diganti.

Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama

kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh,

urin dan feses.

3) Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit

Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit

sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu

diingat bahwa sekitar 90 % dari kotoran yang terlihat pasti mengandung

kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai,

tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah

dipakai berkali-kali.

Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan.

Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita

dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan

penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan

lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain

itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga

kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya

pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang

terbatas dapat menggunakan panas matahari.

Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien

diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus

selalu bersih dan diberi disinfektan.

Page 14: Makalah Inos

Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar pasien.

Disinfeksi yang dipakai adalah:

Mempunyai kriteria membunuh kuman

Mempunyai efek sebagai detergen

Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan

protein

Tidak sulit digunakan

Tidak mudah menguap

Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas

maupun pasien

Efektif

tidak berbau, atau tidak berbau tak enak

4) Perbaiki ketahanan tubuh

Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula

bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis

tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen

serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada

umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia.

Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat

mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas,

sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut

pada penderita penyakit berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan

bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus

menggunakan antibiotika.

5) Ruangan Isolasi

Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat

suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk

penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan

SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan

virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi

Page 15: Makalah Inos

rendah eperti leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu

diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan

makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting.

Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju

keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi, tetapi bila

sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi kapasitas, beberapa

pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita

penyakit yang sama.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA INFEKSI

NOSOKOMIAL

Secara umum di bagi dua :

1. Faktor endogen antara lain umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, daya tahan

tubuh, dan kondisi-kondisi lokal.

2. Faktor eksogen antara lain lama penderita dirawat, kelompok yang merawat,

alat medis, serta lingkungan.

PRINSIP PENGENDALIAN INFEKSI

Pasien dilindungi terhadap infeksi dalam rumah sakit oleh suatu sistem

berbagai metode, termasuk bedah asepsis dan higienen rumah sakit.

1. Untuk menghilangkan berbagai sumber atau smber infeksi yang mungkin,

hal ini mencakup penanganan pasien yang terinfeksi, demikian juga

mensterilkan, mendisinfeksi dan membersihkan bahan serta permukaan yang

terkontaminasi.

2. Untuk merintangi rute perpindahan bakteri dari sumber dan reservoir,

mungkin pada pasien yang tidak terinfeksi, mencakup mengisolasi pasien

yang terinfeksi atau pasien yang rentan, operasi aseptik dan terutama mencucu

tangan.

3. Untuk meningkatkan resistensi pasien terhadap infeksi (misalnya selama

operasi dengan penanganan jaringanyang teliti serta menghilangkan bagian

Page 16: Makalah Inos

tubuh yang mengelupas dan asing, juga dengan meningkatkan pertahanan

umum, seperti pengendalian diabetes, pemberdayaan imunitas terhadap

tetanus, serta penggunaan profilaksis antibiotik jika dan bila hal ini diusulkan.

Adanya pemahaman yang meningkat, pentingnya faktor pribadi dalam

mencegah infeksi rumah sakit, dan perlunya pengertian yang tepat tentang fakta

itu oleh semua anggota staf rumah sakit. Walaupun subjek itu rumit dan

melibatkan banyak disiplin, pemikiran dasar adalah sederhana dan banyak rincian

asepsis dapat dibuat lebih mudah oleh berbagai bentuk standardisasididasarkan

pada bukti keefektifan dan kepraktisan.

STERILISASI DAN DESINFEKSI FISIK

Kontaminan mikroba dapat dihilangkan oleh pembersihan dengan suatu

detergen dan air, atau dimusnahkan oleh sterilisasi atau desinfeksi. Pembersihan

yang diikuti oleh pengeringan permukaan dapat hampir sama efektif dengan

penggunaan suatu disinfektan.

Sterilisasi adalah perlakuan yang mencapai pembunuhan menyeluruh atau

menghilangkan semua mikroorganisme, termasuk spora tetanus dan basilus

gangren gas yang resisten terhadap kebanyakan disinfektan serta lebih resisten

terhadap panas daripada mikroorganisme nonspora.

Desinfeksi adalah yang mengurangi jumlah mikroorganisme vegetatif

(misalnya, Staphylococci, salmonella) dan virus, tetapi tidak spora bakteri atau

virus ”lambat” sampai tingkat aman atau tingkat relatif aman.

Disinfektan adalah suatu senyawa kimia yang dapat memusnahkan

mikroorganisme vegetatif dan virus; Antiseptik sering digunakan untuk

disinfektan yang digunakan pada kulit atau pada jaringan hidup, tetapi karena

maksud antiseptik adalah untuk mendesinfeksi (disebut desinfeksi kulit) perkataan

antiseptik nampaknya berlebihan; tetapi berguna sebagai suatu petunjuk bahwa

senyawa dapat aman digunakan pada jaringan.

Perkataan sterilan kadang-kadang digunakan rentang kecil senyawa kimia

(etilen oksida, formaldehide dan glutaraldehid) yang dibawah kondisi terkendali

dapat membunuh bakteri berspora. Semua benda (barang) yang akan disterilkan,

Page 17: Makalah Inos

harus secara fisik bersih sebelum menjadi sasaran suatu proses sterilisasi baku.

Semua instrumen bedah, pembalut dan objek lain atau larutan yang dimasukkan

ke dalam luka traumatik (bersifat menimbulkan cedera) atau luka operasi, atau

oleh injeksi harus steril (yakni, disterilkan dan dengan memadai dilindungi

terhadap kontaminasi berikutnya).

Sterilisasi dapat dicapai dengan panas lembab pada tekanan atmosfer yang

ditingkatkan; dengan panas kering pada tekanan biasa; dengan radiasi ionisasi

(radiasi gamma atau sinar elektron); dengan sterilan, seperti etilen oksida, dan

glutaraldehid atau dengan filtrasi. Jika barang yang di sterilkan tidak rusak oleh

panas, metode sterilisasi panas sebaiknya selalu digunakan sebagai pilihan

terhadap metode lain, sebab metode panas lebih andal dan dapat lebih efektif di

pantau.

Desinfeksi

Kebanyakan rumah sakit telah menetapkan suatu kebijakan untuk

menggunakan disinfektan, tetapi masih mungkin menemukan disinfektan yang

tidak tepat digunakan pada konsentrasi yang tidak memadai. Disinfektan mahal

dan tidak efektif masih digunakan, sedang zat yang lebih murah atau lebih efektif

ada tersedia, atau digunakan apabila suatu disinfektan tidak dibutuhkan sama

sekali. Diperlukan suatu standarisasi disinfektan nasional dan suatu kebijakan

disinfektan yang baik, hendaknya sungguh-sungguh meningkatkan keefektifan

biaya disinfektan dalam rumah sakit.

CONTOH INFEKSI NOSOKOMIAL

Terdapat 4 macam infeksi nosokomial yang menonjol yaitu infeksi luka operasi

(ILO), infeksi saluran kencing (ISK), pneumonia dan bakteremia.

1. Infeksi Saluran Kencing / Urinary Tract Infections (ISK/UTI)

Infeksi ini merupakan kejadian tersering, infeksinya dihubungkan

dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya,

tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan

kematian.

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi ini antara lain:

Page 18: Makalah Inos

E. Coli

Enterococcus sp.

Klebsiella sp.

Pseudomonas aeruginosa

Proteus mirabilis

Penyebaran mikroorganisme yang terdapat pada permukaan ujung

kateter yang masuk ke dalam uretra menyebabkan terjadinya infeksi

saluran kencing. Pencegahannya antara lain dengan cara kateterisasi

dengan teknik benar dam hindari jika tidak perlu. Kemudian

pemasangan kateter secara asepsis, pengambilan sampel urin secara

steril, serta alat yang digunakan harus di sterilkan terlebih dahulu.

Dipastikan bahwa alat-alat tersebut steril dan tidak terkontaminasi oleh

alat-alat yang tidak steril. Petugas harus mencuci tangan sebelum dan

sesudah memakai sarung tangan.

2. Infeksi Luka Operasi / Surgical Site Infections (ILO/SSI)

Sebanyak 14-16% dari keseluruhan infeksi nosokomial sehingga

menempati Infeksi Luka Operasi di posisi kedua setelah Infeksi

Saluran Kencing. Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Infeksi Tempat

Pembedahan (ITP)/Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada

luka operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska

operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant.

Sumber bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien, dokter dan

tim, lingkungan, dan termasuk juga instrumentasi.

Prinsip pencegahan ILO adalah dengan :

1. Mengurangi resiko infeksi dari pasien.

2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari petugas, lingkungan,

instrument dan pasien itu sendiri.

Kedua hal di atas dapat dilakukan pada tahap pra operatif,

intra operatif, ataupun paska operatif. Pencegahan ILO pada pasien

dilakukan dengan perawatan praoperasi, pencukuran rambut bila

Page 19: Makalah Inos

mengganggu operasi, cuci dan bersihkan daerah sekitar tempat insisi

dengan antiseptik pada kulit secara sirkuler ke arah perifer yang harus

cukup luas. Antibiotik profilaksis terbukti mengurangi kejadian

ILO dan dianjurkan untuk indakan dengan resiko infeksi yang tinggi

seperti pada infeksi kelas II dan III. Selain itu, antibiotik profilaksis

juga diberikan jika diperkirakan akan terjadi infeksi dengan resiko

yang serius seperti pada pemasangan implan, penggantian sendi, dan

operasi yang lama. Selain itu, pada saat praoperatif harus juga

diperhatikan mengenai tindakan antiseptik pada lengan tim bedah,

gaun operasi dan drapping.

Pada tahap intra operatif, yang harus diperhatikan adalah

bahwa semakin lama operasi, resiko infeksi semakin tinggi,

tindakan yang mengakibatkan terbentuknya jaringan nekrotik harus

dihindarkan, pencucian luka operasi harus dilakukan dengan baik,

dan bahan yang digunakan untk jahitan harus sesuai kebutuhan

seperti bahan yang mudah diserap atau monofilamen.

Paska operasi, hal yang harus diperhatikan adalah perawatan

luka insisi dan edukasi pasien. Perawatan luka insisi berupa

penutupan secara primer dan dressing yang steril selama 24-48 jam

paska operasi. Dressing luka insisi tidak dianjurkan lebih dari 48 jam

pada penutupan primer. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah

penggantian dressing. Jika luka dibiarkan terbuka pada kulit, maka

luka tersebut harus ditutup dengan kassa lembab dengan dressing yang

steril.

3. Pneumonia Nosokomial (PNO)

Bakteri adalah penyebab yang tersering dari Pneumonia

nosokomial. Jenis kuman penyebab ditentukan oleh berbagai faktor

antara lain berdasarkan imunitas pasien, tempat dan cara pasien

terinfeksi. Kuman penyebab PNO sering berbeda jenisnya antara di

ruangan biasa dengan ruangan perawatan intensif (ICU): infeksi

Page 20: Makalah Inos

melalui slang infus sering berupa Staphylococcus aureus sedangkan

melalui ventilator Ps. aeruginosa dan Enterobacter. PNO bakteril

dapat dibagi atas onset awal yaitu 48-72 jam pemasangan intubasi

trakheal, bakteri penyebabnya adalah Staphylococcus aureus,

Haemophylus influenzae, Streptococcus pneumoniae. Onset lebih

lanjut yaitu lebih dari 72 jam sering disebabkan oleh basil gram negatif

seperti Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, escherichia

coli, Serratia marcescens. Penyebab lain PNO diantaranya virus dan

fungus yaitu Candida albicans, Aspergillus fumigatus. Penyebaran

Infeksi karena adanya kolonisasi bakteri pada traktus aerodigestive dan

aspirasi sekret yang terkontaminasi di saluran napas bawah.

Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah:

Tipe dan jenis pernapasan

Perokok berat

Tidak sterilnya alat-alat bantu

Obesitas

Kualitas perawatan

Penyakit jantung kronis

Penyakit paru kronis

Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ

Tingkat penggunaan antibiotika

Penggunaan ventilator dan intubasi

Penurunan kesadaran pasien

4. Bakteremia (CRBSI)

Infeksi ini berisiko tinggi. Karena dapat menyebabkan kematian.

Organisme penyebab infeksi : Terutama disebabkan oleh bakteri

yang resistan antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida.

Penyebaran : Infeksi dapat muncul di tempat masuknya alat-alat

seperti jarum suntik, kateter urin dan infus.

Page 21: Makalah Inos

Penyebab : Panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan

prosedur invasif, dan perawatan dari pemasangan kateter atau

infus.

Page 22: Makalah Inos

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, Charles., 2004. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Buku

kedokteran EGC, Jakarta.

2. Hermawan Guntur, 2004. Perspektif Masa Depan Imunologi-Infeksi.

Sebelas Maret University Press, Surakarta.

3. Soeparman, dkk., 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,

Jakarta

4. Parhusip, 2005. Jurnal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya

Infeksi Nosokomial Serta Pengendalian di BHG. UPF. Paru RS. Dr.

Pirngadi/Lab. Penyakit Paru FK-USU Medan. e-USU Repsoitory.

5. Anonim, 2011. Infeksi Nosokomial dan Kewaspadaan Universal, availalbe

at http://spiritia.or.id/, diakses tanggal 13 Februari 2011