32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita. Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1). Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease (2,3). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak ii

Makalah ispa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah ispa

BAB I

PENDAHULUAN 

1.1. Latar belakang

Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya

adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia.

Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan

pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti

membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit

yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak,

ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1).

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi

Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan

infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak

diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah

mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.

Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi

kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya

Chronic Obstructive

Pulmonary Disease (2,3).

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.

Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari

kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan

oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena

pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5).

Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian

seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering

disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di

Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data

penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah

9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah

penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari

rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan

bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6).

ii

Page 2: Makalah ispa

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan

tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan

anak balita yang disebabkan oleh ISPA (6), namun kelihatannya angka kesakitan dan

kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian

yang telah disebutkan di atas.

1.2 Tujuan

Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA).

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)?

1.4 Manfaat

1. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ISPA

 

ii

Page 3: Makalah ispa

BAB II

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN ISPA

ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Saluran

pernapasan meliputi organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ

disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. ISPA meliputi saluran

pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk pilek dan

tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian jangan dianggap enteng,

bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan anak menderita

pneumoni yang dapat berujung pada kematian.

Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua

golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.  Pneumonia dibedakan atas derajat

beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek

seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan

sebagai bukan pneumonia.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada

sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro

kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area pediatri. Infeksi saluran pernapasan

bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan

masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

II.    KLASIFIKASI

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest

indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa

tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis

tergolong bukan pneumonia.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan

umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi

penyakit yaitu :

a. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian

bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60

kali per menit atau lebih.

ii

Page 4: Makalah ispa

b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding

dada bagian bawah atau napas cepat.

c. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

d. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian

bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam

keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

e. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan

adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit

atau lebih.

f. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian

bawah dan tidak ada napas cepat.

III. ETIOLOGI

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan

heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan

akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis

bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus,

Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium

Diffteria (Achmadi dkk., 2004).

Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan

bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini menyerang anak-anak yang

kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD

PERSI, 2002).

Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di

dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus

para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan

penyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar

terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada

bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak

penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan

Maulany, 95).

IV. PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan

tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang

terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau

dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus

merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

ii

Page 5: Makalah ispa

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,

1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas

kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi

pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan

tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal

gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.Akibat

infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme

perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan

bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus

pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak

tersebut (Kending dan Chernick, 1983).

Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat

menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang

produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan

malnutrisi.Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan

infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak

(Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain

dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke

saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang

saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran

pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga

menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis

saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar

terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun

saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas

system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada

saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori

IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar,

1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap,

yaitu:

Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-

apa

Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah

apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

ii

Page 6: Makalah ispa

Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan

batuk.

Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh

dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

V. MANIFESTASI KLINIS

a)      Tanda-tanda ISPA

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda

laboratoris.

Tanda-tanda klinis :

a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi

dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,

grunting expiratoir dan wheezing.

b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest.

c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,

papil bendung, kejang dan coma.

d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :

a. Hypoxemia,

b. Hypercapnia dan

c. Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik).

d. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:

tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,

sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:

kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari

setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,

stridor, Wheezing, demam dan dingin.

b)     Gejala ISPA

·  Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang  dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala

sebagai berikut :

1. Batuk

2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu

berbicara atau menangis)

3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung

4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC

ii

Page 7: Makalah ispa

·   Gejala dari ISPA Sedang

Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan

disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

1. Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang dari 2

bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun

: frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau

lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.

2. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)

3. Tenggorokan berwarna merah

4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak

5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

·  Gejala dari ISPA Berat

Seseorang  dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA ringan atau

ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

1. Bibir atau kulit membiru

2. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

3. Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah

4. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas

5. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

6. Tenggorokan berwarna merah

VI.    PENATALAKSANAAN

a)      Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan:

a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

b. Immunisasi.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

b)     Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain:

a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

b. Meningkatkan makanan bergizi

c. Bila demam beri kompres dan banyak minum

d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan

yang bersih

e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.

ii

Page 8: Makalah ispa

f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih

menetek

Pengobatan antara lain:

·    Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi

dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam

untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian

digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es).

·     Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½

sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

VII. KOMPLIKASI

Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika

tidak terjadi invasi kuman lainnya.

a.       Sinusitis paranasal

Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus

paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri

dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan

pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.

Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar

berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala

hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun

bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap

tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis

paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.

b.      Penutupan tuba eusthachii

Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung

kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada anak

kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan

kejang demam.

Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya

yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi

akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada

telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang

demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika

setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan

ii

Page 9: Makalah ispa

selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis

media perforata (OMP).

Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :

Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.

Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga

merintangi penyaluran sekret.

Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat

berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).

c.  Penyebaran infeksi

Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis,

bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi

meningitis purulenta.

VIII Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a.  Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau

kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis

simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan

penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus,

Coxsackie, dan Echo.

b.  Manusia

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun

mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih

tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan

lumen saluran nafasnya masih sempit.

2. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan

perempuan.

3. Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian

terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena

penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan.

Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat

berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

ii

Page 10: Makalah ispa

4. Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram.

Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari

pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya.

Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.

5. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi

untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari)

payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan

(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting

untuk melindungi bayi dari infeksi.

6. Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu

agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada

pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan

kesehatan anak.

c. Lingkungan

1. Kelembaban Ruangan

Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross

sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada

balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai

exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.

2. Suhu Ruangan

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini

berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut

tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor

risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

3. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara

di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh

penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

4. Kepadatan Hunian Rumah

Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian

pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat

dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil

ii

Page 11: Makalah ispa

penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya

ISPA sebesar 9 kali.

5. Penggunaan Anti Nyamuk

Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat

menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.

Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-

paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.

6. Bahan Bakar Untuk Memasak

Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara

menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar

nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan

penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.

7. Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari

4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO),

Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian

Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur

di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.

8. Status Ekonomi dan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran

makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang

membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik

didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke

pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.

IX Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit

masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk

golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan

yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian

besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak

jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang

mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab

ii

Page 12: Makalah ispa

B.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA ISPA

1.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a)      Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi

b)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia

c)      Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

d)     Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya

infeksi penekanan  imun)

2.      INTERVENSI DAN RASIONAL

1)      Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi

Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 50

Intervensi Rasionalisasi

Observasi tanda – tanda vital Pemantauan tanda vital yang teratur dapat

menentukan perkembangan perawatan selanjutnya

Anjurkan pada klien/keluarga umtuk

melakukan kompres dingin (air biasa) pada

kepala / axial.

Degan menberikan kompres maka aakan terjadi

proses konduksi / perpindahan panas dengan

bahan perantara

Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian

yang tipis dan yang dapat menyerap keringat

seperti terbuat dari katun

Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk

pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap

keringat.

Atur sirkulasi udara. Penyedian udara bersih

Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 –

2500 ml/hr.

Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan

tubuh meningkat.

Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama

fase febris penyakit

Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan

panas

Kolaborasi dengan dokter :

·   Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial

·   Antipiretika

Untuk mengontrol infeksi pernapasan

Menurunkan panas

2)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia

Tujuan:

·   Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.

·   Klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.

·   Tidak menunujukan tanda malnutrisi.

Intervensi Rasional

Kaji kebiasaan diet, input-output dan

timbang BB setiap hari

Berguna untuk menentukan kebutuhan

kalori menyusun tujuan berat badan, dan

evaluasi keadekuatan rencana nutrisi

ii

Page 13: Makalah ispa

Berikan makan porsi kecil tapi sering dan

dalam keadaan hangat

Untuk menjamin nutrisi adekuat/

meningkatkan kalori total

Berikan oral sering, buang secret berikan

wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu

dan ciptakan lingkungan bersih dan

menyenangkan.

Nafsu makan dapat dirangsang pada

situasi rileks, bersih dan menyenangkan.

Tingkatkan tirai baring. Untuk mengurangi kebutuhahan

metabolic

Kolaborasi:

·   Konsul ahli gizi untuk memberikan diet

sesuai kebutuhan klien

Metode makan dan kebutuhan kalori

didasarkan pada situasi atau kebutuhan

individu untuk memberikan nutrisi

maksimal

3)      Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol

Intervensi Rasional

Teliti keluhan nyeri ,catat

intensitasnya (dengan skala 0 – 10),

factor memperburuk atau meredakan

lokasinya, lamanya, dan

karakteristiknya.

Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang

berhubungan merupakan suatu hal yang amat

penting untuk memilih intervensi yang cocok &

untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang

diberikan.

Anjurkan klien untuk menghindari

allergen / iritan terhadap debu, bahan

kimia, asap,rokok

Mengurangi bertambah beratnya penyakit

Dan mengistirahatkan/meminimalkan

berbicara bila suara serak

Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan

serta mengurangi nyeri tenggorokan

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi

·   Steroid oral, iv, & inhalasi

·   Analgesic

·  Kortikosteroid digunakan untuk mencegah

reaksi alergi / menghambat pengeluaran

histamine dalam inflamadi pernapasan

·  Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri

ii

Page 14: Makalah ispa

4)      Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya

infeksi penekanan imun)

Tujuan : tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikasi

Intervensi Rasional

Batasi pengunjung sesuai indikasi Menurunkan potensial terpajan pada

penyakit infeksius

Jaga keseimbangan antara istirahat dan

aktifitas

Menurunkan konsumsi /kebutuhan

keseimbangan O2 dan memperbaiki

pertahanan klien terhadap infeksi,

meningkatkan penyembuhan.

Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin,

jika ditutup dengan tisu buang segera

ketempat sampah

Mencegah penyebaran pathogen

melalui cairan

Daya tahan tubuh, terutama anak usia

dibawah 2 tahun, lansia dan penderita

penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A

dan mineral seng atau anti oksidan jika

kondisi tubuh menurun / asupan makanan

berkurang

Malnutrisi dapat mempengaruhi

kesehatan umum dan menurunkan

tahanan terhadap infeksi

Kolaborasi

Pemberian obat sesuai hasil kultur

Dapat diberikan untuk organisme

khusus yang teridentifikasi dengan

kultur dan sensitifitas / atau di berikan

secara profilatik karena resiko tinggi

C.    CONTOH KASUS

Keluarga Tn.N terdiri dari dari istri dan dua orang anak. Anak pertamanya berusia 7 tahun

dan anak keduanya berusia 4 tahun. Anak kedua Tn.N bernama Selly, sudah 5 hari yang lalu

selly mengeluh sekujur tubuhnya demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir

berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang. Saat dipaksa memakan

makanan lunak, Selly tetap memuntahkannya dan merasakan mual pada perutnya. Selly juga

mengalami diare. Menurut pernyataan dari keluarga, Selly tidak mendapatkan imunisasi yang

lengkap, disekitar lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang

mencukupi ventilasinya. Keluarganya menganggap Selly hanya sakit flu biasa dan gejala

asma biasa. Namun sudah 5 hari tidak kunjung sembuh, lalu keluarga membawanya ke klinik.

Hasil pemeriksaan diketahui bahwa Selly menderita Pneumonia, frekuensi pernafasan > 40

x/menit, suhu tubuh mencapai 39,5o C.  Dokter pun menyarankan agar Selly rawat inap di RS

untuk ditangani lebih lanjut.

ii

Page 15: Makalah ispa

PENGKAJIAN

1.   Indentitas klien

Nama : An. I

Umur : 1 Tahun 7 Bulan

Jenis kelamin : perempuan

2.   Riwayat keperawatan

a.    Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengalami gejala asma biasa sudah 5hari tidak

kunjung sembuh, demam, menggigil, pilek, anoreksia, batuk berdahak dengan lendir

berwarna kehijauan, susah bernafas, nyeri dada, riwayat penyakit pernapasan, dan diare.

b.   Riwayat kesehatan masa lalu : Sering mengalami batuk pilek yang tidak kunjung sembuh.

3.   Koping keluarga

Koping keluarga dalam menghadapi masalah efektif.

4.   Riwayat tumbuh kembang

a.    BB lahir abnormal

b.   Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah

mengalami trauma saat sakit

c.    Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal

d.   Sakit kehamilan tidak keluar mekonium

5.   Riwayat social

Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan sosial dengan lingkungan sekitar dan aktif

bermain dengan teman sebayanya.

6.   Pemeriksaan fisik

a.    Tanda fisik: sekujur tubuh demam, sering menggigil, batuk berdahak dengan lendir

berwarna kehijauan, susah nafas, nyeri dada, nafsu makan berkurang, mual, diare

b.   Faktor perkembangan: sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya

c.    Pengetahuan pasien/keluarga: belum begitu mengetahui tentang penyakit pernafasan

serta tindakan yang akan dilakukan.

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

1 Napas tidak

efektif b.d

penurunan

ekspansi paru

Pola  nafas

kembali efektif

dengan kriteria:

usaha nafas

kembali normal

dan meningkatnya

suplai oksigen ke

·   Berikan posisi

yang nyaman 

sekaligus dapat

mengeluarkan

sekret dengan

mudah.

·   Ciptakan dan

·   Membantu

dalam

memberikan

posisi yang

nyaman

sekaligus dapat

mengeluarkan

Pola napas

klien

kembali

efektif

ii

Page 16: Makalah ispa

paru-paru. pertahankan

jalan nafas

yang bebas.

·   Anjurkan

pada keluarga

untuk

membawakan

baju yang lebih

longgar, tipis

serta menyerap

keringat.

·   Berikan O2

dan nebulizer

sesuai dengan

instruksi

dokter.

·   Berikan obat

sesuai dengan

instruksi

dokter

(bronchodilato

r)

·  

Observasi tand

a vital,adanya 

cyanosis,serta 

pola

kedalaman  

dalam

pernafasan.

sekret dengan

mudah.

·   Menciptakan

dan pertahankan

jalan nafas yang

bebas.

·   Menganjurkan

pada keluarga

untuk

membawakan

baju yang lebih

longgar, tipis

serta menyerap

keringat.

·   Membantu

dalam

pemberian O2

dan nebulizer

sesuai dengan

instruksi dokter.

·   Membantu

dalam

pemberian obat

sesuai dengan

instruksi dokter

(bronchodilator)

·   Mengobservasi

tanda vital,

adanya cyanosis,

serta pola,

kedalaman

dalam

pernafasan.

ii

Page 17: Makalah ispa

BAB III

PENUTUP

3. Kesimpulan

Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,

penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA

tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita,

Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu

peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk

menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan

pembangunan nasional.

3.2. Saran

Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia,

maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan.

Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan

dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus

ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

ii

Page 18: Makalah ispa

DAFTAR PUSTAKA

http://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html

http://dokterkecil.wordpress.com/2011/03/31/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut/

http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-ispa.html

http://sunuykayai.blogspot.com/2012/06/pengertian-ispa.html

http://ners-binahusada.blogspot.com/2011/12/askep-ispa-infeksi-saluran-

pernafasan.html

http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-ispa-

anak.html

ii

Page 19: Makalah ispa

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,

rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna

memenuhi tugas dari dosen.

Makalah ini membahas tentang “ INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT”, semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa Akper Pemda Muna dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari

itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen

pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun

kami dari yang salah menjadi benar.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir

kata kami mengucapkan terima kasih.

Raha, Februari 2014

Penyusun

ii

Page 20: Makalah ispa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………….....…........ i

DAFTAR ISI ………………………………………………………...... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………….. ………....................... 1

B. Tujuan..................................................................................................... 2

C. Rumusan masalah................................................................................... 2

D. mafaat................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

I. Pengertian ispa................................................................................... 3

Ii.    Klasifikasi.................................................................................... 3

Iii. Etiologi.......................................................................................... 4

Iv. Patofisiologi................................................................................... 4

V. Manifestasi klinis................................................................................... 6

Vi.    Penatalaksanaan................................................................................... 7

Vii. Komplikasi................................................................................... 8

Viii faktor yang mempengaruhi penyakit ispa...................................... 9

Ix cara penularan penyakit ispa..................................................................... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………….........……….................... 17

B. Saran....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18

ii

Page 21: Makalah ispa

MAKALAH ISPA

DISUSUN OLEH :

NAMA : WA ODE GUSNAWATI KADIR

NIM : 11.11.941

TINGKAT : II. A

AKADEMI KEPERAWATAN

ii

Page 22: Makalah ispa

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2014

ii