Upload
dwi-prayitno
View
5.221
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah klompok 11 plajaran usul fiqh smester 3
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yangh mana atas berkat dan
rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ISTIMBAT
HUKUM ISLAM” ini dengan baik meskipun masih banyak terdapat kesalahan di sana
sini.
Dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu atas terselesaikanya makalah yang berjudul “ISTIMBAT HUKUM
ISLAM” ini dengan baik.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada para pembaca makalah ini
khususnya mahsiswa dan mahasiswi yang mempelajari makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Bangko, 12 Desember 2009
Penulis
Kelompok
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................ 1
Daftar isi......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 3
A. latar belakang....................................................................... 3
B. Rumusan masalah................................................................. 3
B. Tujuan.................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................4
A. pengertian istimbat hukum................................................. 5
B. pembagian metode istimbat hukum.................................... 5
C. sejarah istimbat hukum alquran.......................................... 6
D. metode dan kaedah istimbat hukum................................ 9
BAB III PENUTUP...................................................................... 11
A. Kesinpuan................ ......................................................... 11
B. Saran.................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur'an adalah kitab petunjuk bagi kemaslahatan hidup manusia, baik
secara individual maupun sosial. Syari'at dan hukum merupakan bagian dari
bentuk petunjuk-petunjuk yang ada di dalam Al-Qur'an. Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), Karena (membela) orang-orang yang khianat" (QS. Annisa': 105).
Untuk mengambil petunjuk hukum dari Al-Qur'an diperlukan pemahaman
yang benar terhadap makna dan pesan yang dikandung ayat. Namun
memahaminya tidaklah semudah memahami kandungan Hadits. Sebab ayat-ayat
dan surat-surat yang ada di dalam mushaf Al-Qur'an tidak berurutan berdasarkan
sejarah turunnya. Selain itu Al-Qur'an juga memakai bahasa dan sastra Arab yang
tinggi. yang tidak mungkin bisa dipahami dengan baik kecuali dengan penguasaan
bahasa Arab dan tata bahasanya, ilmu Balagah dan sastra Arab Jahiliyah.
Oleh karena itu, seseorang yang ingin mengambil istinbath hukum dari Al-Qur'an
dituntut untuk memenuhi beberapa persyaratan dan memakai metode dan kaedah
yang tepat dan benar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. apakah yang di maksud dengan istimbathukum?
2. bagaimanakah sejarah istimbat?
3
3. apakah metode yang di gunakan dalam beristimbat?
C. TUJUAN
Adapun tujuan atas terselesaikannya makalah yang berjudul “ISTIMBAT
HUKUM ISLAM “ ini adalah untuk menambah wawasan serta pengetahuan
pembaca khususnya maha siswa dan maha siswi yang mempelajari makalah ini
tentang tentang istimbat hokum islam dan metodenya serta sejarahnya. Selain dari
pada itu terselesaikannya makalah yang berjudul “ISTIMBAT HUKUM ISLAM “
ini adalah untuk memenuhi USHUL FIQH
4
BAB II
PEMBAHASAN
Istimbat hukum islam
A. Pengertian Istimbat
Secara etimologi istinbath berarti penemuan, penggalian, pengeluaran (dari
asal). Sedangkan hukum mempunyai arti hukum, peraturan dan kekuasaan.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa istinbath hukum Al-Qur'an adalah
menemukan dan mengambil hukum dari Al-Qur'an.
Adapun tafsir, Dr. Muhammad Husein Adz-Dzahaby mengutip dari Imam
Zarkasyi: "Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad Saw, menjelaskan makna-maknanya
serta menemukan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya."
B. Pembagian Metode Istimbat
Dari pengertian tafsir di atas dapat diketahui bahwa istinbath hukum
merupakan bagian dari objek pembahasan ilmu tafsir. Karena itu metode umum
yang dipakai untuk tafsir Al-Qur'an juga mencakup metode istinbath hukum. Di
dalam ilmu tafsir, secara umum ada dua metode yang dipakai dalam memahami
makna dan isi kandungan ayat Al-Qur'an, yaitu metode tafsir bi an-Naql dan
metode tafsir selain Naql.
Metode naqly adalah metode tafsir bi al-ma'tsur atau disebut juga dengan
tafsir bi ar-riwayat yang meliputi tafsir Al-Qur'an dengan Al-Qur'an, tafsir Al-
Qur'an dengan sunnah nabi Muhammad Saw., tafsir Al-Qur'an dengan riwayat
yang bersumber dari para sahabat dan tafsir Al-Qur'an dengan riwayat dari para
tabi'in.
5
Metode Naqly inilah yang umumnya dipakai oleh para shahabat dan tabi'in.
dan inilah metode yang terbaik dalam memahami pesan-pesan dan kandungan Al-
Qur'an, termasuk di dalamnya istinbat hukum.
Adapun yang dimaksud dengan metode selain naql adalah tafsir al-aqly yang
mengandalkan ijtihad dalam memahami nash-nash Al-Qur'an, maksud, tujuan, dan
petunjuk-petunjuknya setelah menguasai ilmu-ilmu yang dibutuhkan oleh seorang
mufassir. Para ulama juga menyebut metode tafsir al-aqly ini dengan tafsir bi ar-
ra'yi. Adapun mashdarnya adalah Ijma' dan qiyas.
Perlu diingat bahwa dua metode ini bukanlah metode yang saling bertolak
belakang. Karena kalau ditinjau dari sejarah dan syarat-syaratnya, metode tafsir
al-aqly merupakan pengembangan dari metode tafsir bi al-ma'tsur.
C. Sejarah Istimbat Hukum Al Quran
1. Sebelum Masa Kodifikasi (qabla ashri at-tadwin)
a. Di Periode Nabi Muhammad Saw
Para shahabat pada masa hidup rasulullah Saw. belum membutuhkan
kaedah dan metode istinbath hukum. Sebab hukum di masa itu mereka
pelajari langsung dari penjelasan Rasulullah Saw. Di dalam
Muqaddimahnya, Ibnu Khaldun – sebagaimana dikutip oleh Dr. Ajil Jasim
– mengatakan: "Di masa Nabi Saw., hukum-hukum Al-Qur'an yang
diwahyukan dipelajari dari beliau secara langsung, beliau menjelaskannya
dengan kata-kata dan perbuatan yang tidak membutuhkan naql,
pertimbangan dan qiyas."
b. Periode Shahabat
Setelah Rasulullah Saw., wafat kebutuhan para shahabat terhadap
ushul fiqh (untuk keperluan istinbath hukum) belum kelihatan juga.
6
Karena pengetahuan mereka terhadap kaedah, manhaj dan metode istinbat
berkat fitrah dan kecertdasan otak yang dimiliki membuat mereka mudah
memahami hukum syar'i. Mereka mampu membedakan antara 'am dan
khass, muthlaq dan muqayyad, dan sebagainya. Kebersamaan mereka
dengan Nabi Saw (sebelumnya) juga membantu mereka menguasai asbab
an-nuzul, ayat nasikh dan mansukh, serta 'illat ayat dan hukumnya. Selain
itu, pemahaman yang mendalam terhadap sunnah Rasulullah Saw beserta
penguasaan terhadap bahasa Al-Qur'an yang juga merupakan bahasa
sehari-hari mereka turut mempermudah pemahaman mereka terhadap
hukum-hukum yang dikandung oleh Al-Qur'an.
Di dalam memahami pesan-pesan yang di kandung Al-Qur'an, baik
dari segi hukum maupun lainnya, para sahabat biasanya mencari
maknanya dari Al-Qur'an sendiri dan riwayat shahih dari Rasulullah Saw.
Karena riwayat yang berkaitan dengan tafsir Al-Qur'an belum dibukukan,
para shahabat mengambilnya secara lisan. Kalau pada keduanya tidak
ditemukan baru mereka melakukan ijtihad.
Dr. Muhammad Qasim di dalam bukunya Dirasat fi Manahij Al-
Mufassirin menyebutkan sarana-sarana ijtihad shahabat sebagai berikut:
1. Penguasaan kaedah-kaedah bahasa dan asal-usulnya, serta kefashihan
mereka.
2. Pengetahuan terhadap tradisi-tradisi Arab.
3. Pengetahuan mulabasat Al-Qur'an dan asbab an-nuzul
4. Pemahaman yang mantap dan wawasan yang luas
5. Pengetahuan terhadap keadaan ummat Yahudi dan Nasrani di Jazirah
Arab.
7
Namun demikian, hingga akhir periode shahabat belum ada keadaan
yang menuntut untuk menjadikan metode dan kaedah tersebut sebagai
sebuah disiplin ilmu.
c. Periode Tabi'in
Metode dan kaedah yang dipakai sahabat dalam mengambil istinbat
hukum masih berlaku hingga masa tabi'in. Namun di masa ini – terutama
pada abad kedua dan ketiga – para mujtahid islam semakin banyak
menemukan permasalahan baru akibat percampuran antara kaum muslimin
bangsa Arab dengan bangsa-bangsa non-Arab di berbagai wilayah ummat
Islam. Ini semakin diperparah oleh lahirnya firqah-firqah di dalam tubuh
Islam yang menafsirkan dalil-dalil syar'i untuk mempertahankan eksistensi
kelompoknya.Keadaan seperti ini menuntut adanya sebuah referensi
metode istinbat hukum yang dikodifikasi dan diakui oleh semua kalangan.
2. Masa Kodifikasi (Ashri At-Tadwin) dan Sesudahnya
Setelah masa tabi'in, pada abad kedua Hijriyah terjadi gerakan kodifikasi
Hadits. Para ulama tafsir – semisal Sufyan bin Uyainah (w.198 H), Waki' bin
Jarrah (w.197) dan lainnya – mengumpulkan riwayat-riwayat yang berkaitan
dengan tafsir Al-Qur'an ke dalam buku-buku tafsir. Saat itu riwayat-riwayat
tafsir ayat ahkam dan lainnya masih bercampur aduk, dan itu pun masih
terbatas pada kumpulan sanad yang berasal dari para shahabat, tabi'in dan
tabi'in tabi'in.
Kemudian Imam Thabari (w. 310 H) muncul dan melengkapi sanad-
sanad tersebut dengan aqwal (ulama'), melakukan tarjih, menyebutkan i'rab
dan membuat istinbath hukum.
8
Metode istinbath hukum yang dipakai oleh para mufassirin di saat ini
umumnya masih mengikuti cara generasi sebelumnya.
Adapun yang pertama kali mengkodifikasikan metode istinbath hukum Al-
Qur'an tersebut adalah Imam Syafi'i rahimahullah (150-204 H). Metode yang
beliau rangkumkan dalam kitab "Ar-Risalah" ini kemudian dikenal dengan
ilmu ushul fiqh. Para ulama' – juga dari kalangan mufassirin – di masanya
telah mengkaji kitab tersebut dan menjadikannya sebagai rujukan istinbath
hukum hingga sekarang ini.
D. Metode dan kaedah istimbat hukum
Pada dasarnya, metode dan kaedah istinbath hukum yang dipakai oleh para
ulama tafsir sama dengan yang dipakai oleh para ulama fiqih. Dalam hal ini para
ulama Islam sepakat bahwa Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah Saw. adalah
referensi paling utama.
Dalam mengambil istinbath hukum dari Al-Qur'an, pemahaman merupakan
modal yang paling utama. Untuk itu para ulama sepakat agar seseorang yang ingin
menafsirkan Al-Qur'an – termasuk di dalamnya mengambil istinbat hukum –
untuk terlebih dahulu mempelajari ilmu-ilmu berikut:
1. Bahasa Arab.
2. Nahwu
3. Sharaf
4. Asal-usul kata (Al-Isytiqaq) bahasa Arab
5, 6, 7. Balagah beserta 3 cabangnya (Ma'ani, Bayan dan Badi')
8. Ilmu Qira'at
9. Ilmu Tauhid
9
10. Ushul Fiqih
11. Asbab an-Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat)
12. Kisah-kisah (orang terdahulu)
13. Nasikh dan Mansukh
14. Hadits-hadits yang menjelaskan tafsir Al-Qur'an
15. Ilmu mauhibah
Mengingat pembahasan metode dan kaedah istinbath hukum sangat luas,
penulis disini hanya menggambarkannya secara ijmaly. Secara garis besar, hal-
hal yang harus diperhatikan sebelum mengambil istinbath hukum adalah sebagai
berikut:
1. Kaedah ushuliyah lugahwiyah, yang mencakup
a. Lafaz menurut makna yang dikandungnya:
- 'am; yang tetap pada keumumannya, yang mempunyai maksud
khushush, yang dikhususkan
- khashsh; muthlaq, muqayyad, amr dan nahy
- musytarak
b. lafazh menurut pemakaian makna; haqiqah dan majaz
c. lafazh pada kondisi zhuhur ad-dalalah atau mubham ad-dalalah
beserta pembagian-pembagiannya.
2. Maqashid at-tasyri' al-'ammah
3. Ilmu nasikh wa mansukh dan at-ta'arudh wa at-tarjih.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istinbat hukum secara metode
dan praktek telah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw., kemudian dilanjutkan
oleh para shahabat dan tabi'in. Hanya saja belum dikodifikasi sebagai sebuah
disiplin ilmu. Para sahabat dan tabi'in mengambil istinbat istinbath hukum selalu
dari dalil-dalil naqly kecuali jika ada keadaaan yang menuntut mereka untuk
berijtihad. Metode dan kaedah shahabat inilah yang kemudian diambil dan
dikembangkan oleh para ulama fuqaha dan ulama mufassirin.
Wallahu a'lam…
B. SARAN
Terima kasih kami ucapakan kepada para pembaca makalah ini khususnya
maha siswa dan maha siswi yang mempelajari makalah ini semoga makalah ini
dapat bermampa’at bagi kita semua. Mungkin makalah ini masih banyak di
temukan kesalahan dan mungkin masih jauh dari sempurna. untuk itu kami
memohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun
11
DAFTAR PUSTAKA
12