Upload
nadia-tannia
View
598
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ABSTRAK
Total Quality Management (TQM) adalah sebuah konsep manajemen strategi pencapaian sukses jangka panjang yang berorientasi pada kepuasan konsumen. Organisasi atau perusahaan yang menggunakan filosofi Total Quality Management (TQM) pasti akan selalu mengutamakan kepuasaan pelanggan. Kebijakan pemasaran yang efektif juga harus mendasarkan pada prinsip Total Quality Management (TQM) dan berfokus pada pelanggan, sehingga secara terus-menerus dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
Quality Function Deployment (QFD) adalah salah satu alat perencanaan yang dapat menerjemahkan kebutuhan konsumen ke dalam spesifikasi produk. Oleh karena kepuasaan konsumen merupakan salah satu tujuan TQM, maka QFD dapat dijadikan alat bagi penerapan TQM dan program perbaikan mutu (quality improvement). Konsep dasar Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu cara pendekatan untuk mendesain produk agar dapat memenuhi keinginan konsumen. Tujuan dari prinsip QFD adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi dalam proses penurunan suatu produk atau jasa.
Quality Function Deployment (QFD) digunakan untuk memperbaiki proses, perencanaan, mengatasi permasalahan dalam suatu tim, serta membantu mengadakan perbaikan terhadap budaya perusahaan atau organisasi. QFD terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan produk (House of Quality), tahap perencanaan komponen (Part Deployment), tahap perencanaan proses (Proces Deployment), dan tahap perencanaan produksi (Manufacturing/Production Planning).
Tahapan perencanaan dari QFD melibatkan tim yang terdiri dari 8-15 orang. Tahapan tersebut merupakan kunci kesuksesan pengembangan QFD. Manfaat utama dari penerapan QFD adalah mengurangi biaya produksi, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi waktu produksi
Kata Kunci : TQM, QFD, tahapan, perencanaan
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
The American Society For Quality (ASQ) menggambarkan mutu
sebagai suatu kondisi hubungan antara dua belah pihak (produsen dan
konsumen) yang memiliki karakteristik masing-masing. Secara garis besar
dalam pandangan teknis, konsep mutu menurut ASQ terbagi menjadi dua
prinsip sebagai berikut :
Karakteristik produk maupun jasa pelayanan dilihat dari seberapa besar
kemampuan produk maupun jasa pelayanan memberikan nilai pada
kebutuhan, harapan, dan kepuasan konsumen.
Suatu produk atau jasa pelayanan yang bebas dari nilai-nilai
defisiensi. Bebas defisiensi dimaksudkan sebagai pemberian layanan total
kepada konsumen secara konsisten yang dimulai dari prapenjualan sampai
dengan pascapenjualan.
Menurut James R. Evans yang dikutip dalam Hidayat (2007)
peningkatan mutu pada mulanya berfokus pada pengurangan cacat dan
kesalahan pada barang dan jasa, perbaikan yang bertahan lama tidak dapat
tercapai tanpa perhatian yang sungguh-sungguh terhadap suara konsumen,
serta keterlibatan partisipasi para karyawan. Kesadaran ini menjadi konsep
Manajemen Mutu Total (Total Quality Management/TQM) yang didasarkan
pada tiga prinsip utama yaitu fokus pada pelanggan, perbaikan berkelanjutan,
dan partisipasi serta pendayagunaan karyawan. Pada dasarnya TQM adalah
sebuah konsep manajemen strategi pencapaian sukses jangka panjang yang
berorientasi pada kepuasan konsumen, dengan dukungan dan partisipasi dari
seluruh anggota organisasi kerja internal maupun eksternal, peningkatan
proses, kinerja produk, kinerja pelayanan, dan faktor-faktor kultural (Evans
dan Lindsay, 2007). Organisasi atau perusahaan yang menggunakan filosofi
Total Quality Management (TQM) pasti akan selalu mengutamakan
kepuasaan pelanggan.
1
Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu metode yang
digunakan dalam mendukung dan melaksanakan filosofi TQM. QFD
digunakan dalam berbagai perencanaan, dimana semua anggota tim dapat
mengambil keputusan secara sistematik untuk memprioritaskan berbagai
tanggapan yang mungkin terhadap sekelompok tujuan tertentu. QFD
digunakan untuk memperbaiki proses, perencanaan, mengatasi permasalahan
dalam suatu tim, serta membantu mengadakan perbaikan terhadap budaya
perusahaan atau organisasi.
Kebijakan pemasaran yang efektif juga harus mendasarkan pada prinsip
Total Quality Management (TQM) dan berfokus pada pelanggan, sehingga
secara terus-menerus dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
Quality Function Deployment (QFD) merupakan alat atau kendaraan bagi
penerapan TQM dan program perbaikan mutu (quality improvement).
B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu mengetahui konsep dasar
Quality Function Deployment (QFD) dan tahapan penyusunannya
2
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) telah diakui sejak tahun 1960-an di
dunia sebagai salah satu alat perencanaan yang sesuai untuk menerjemahkan
kebutuhan konsumen ke dalam spesifikasi produk. Beberapa definisi dari
QFD, yaitu :
1. Nasution (2001) yang dikutip oleh Rahmatika (2008)
QFD merupakan suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk
memenuhi kebutuhan konsumen dan menerjemahkannya ke dalam
kebutuhan teknis yang relevan dimana masing-masing area fungsional
dan tingkat organisasi dapat mengerti dan bertindak.
2. Garvin (1988) yang dikutip oleh Zairi dan Youssef (1995)
QFD dapat didefinisikan sebagai suatu matriks kompleks yang
menerjemahkan persepsi mutu ke dalam karakteristik produk lalu ke
dalam pabrikasi dan kebutuhan produksi.
3. Mazur (2003) yang dikutip oleh Rahmatika (2008)
QFD merupakan satu-satunya sistem mutu bersifat komprehensif yang
bertujuan secara spesifik, yaitu memaksimalkan kepuasaan konsumen
dengan mencari kebutuhan konsumen, baik yang jelas maupun yang
terucap oleh konsumen. Kebutuhan konsumen tersebut diterjemahkan ke
dalam tindakan dan rancangan dalam perusahaan.
Konsep dasar Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu cara
pendekatan untuk mendesain produk agar dapat memenuhi keinginan
konsumen. Tujuan dari prinsip QFD adalah untuk memastikan bahwa
kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi dalam proses penurunan
suatu produk atau jasa, karena QFD bermula dari suara pelanggan (VOC/
Voice of Customer) dan sering disebut sebagai customer-driven product
development atau customer-fucosed design. Sasaran pertama dari QFD adalah
selalu menghindari market misses produk, jatuh di pasaran akibat kalah
3
bersaing. Sasaran kedua QFD adalah untuk meningkatkan laju dan efisiensi
dari proses pengembangan produk.
Dalam desain produk atau jasa, alat optimasi yang terpenting adalah
Taguchi’s Robust Design Method. QFD dapat membantu mengidentifikasi
produk atau proses yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Kemampuan
prioritasi QFD akan membantu dalam pengembangan untuk memutuskan
dimanakah penerapan Taguchi yang terbaik. Model QFD dapat diterapkan
untuk pengembangan tipe produk atau jasa dan membantu kelompok
pelayanan internal untuk mengembangkan strategi untuk mencapai kepuasaan
pelanggan.
B. HIERARKHI MATRIK QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)
Metodologi QFD dalam proses perancangan dan pengembangan produk
terdapat empat jenis tahapan yang disebut oleh Cohen (1995) sebagai empat
fase model QFD, yaitu :
1. Tahap Perencanaan Produk (House of Quality). Tahapan ini menjelaskan
tentang customer needs, technical requirements, co-relationship,
relationship, customer competitive evaluation, competitive technical
assement, dan targets.
2. Tahap Perencanaan Komponen (Part Deployment). Tahap ini merupakan
faktor-faktor teknis yang critical terhadap pengembangan produk.
3. Tahap Perencanaan Proses (Proces Deployment). Tahap ini merupakan
matriks proses pembuatan pengembangan suatu produk.
4. Tahap Perencanaan Produksi (Manufacturing/Production Planning).
Tahap ini memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan
kualitas produk.
4
Gambar 1. Tahapan QFD.
House of Quality
House of Quality (HOQ) merupakan tahap pertama QFD. Secara garis besar,
matriks ini adalah upaya untuk mengkonversi voice of costumer secara
langsung terhadap persyaratan spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang
dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai persyaratan teknis yang
sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan
benchmarking terhadap produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk
mengetahui posisi-posisi relatif produk kompetitor yang ada di pasaran.
Matriks dari HOQ dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur matrik House of Quality
5
a. Bagian A
Berisikan data atau informasi yang diperoleh dari penelitian pasar atas
kebutuhan dan keinginan konsumen. “Suara konsumen” ini merupakan
input dalam HOQ. Metode identifikasi kebutuhan konsumen yang biasa
digunakan dalam suatu penelitian adalah wawancara, baik secara grup atau
perorangan. Melalui wawancara, perancang dapat dengan bebas mengetahui
lebih jauh kebutuhan konsumen. Wawancara secara perorangan dapat
dianggap mencukupi, dalam arti cukup menggambarkan kebutuhan
konsumen sampai sekitar 90% adalah sebanyak 30 wawancara. Ini
berdasarkan pada penelitian untuk suatu produk picnic coolers oleh Griffin
dan Houser (Ulrich & Eppinger, 1995 yang dikutip dalam Maulana, 2008).
b. Bagian B
Berisikan tiga jenis data yaitu :
1) Tingkat kepentingan dari tiap kebutuhan konsumen.
2) Data tingkat kepuasan konsumen terhadap produk-produk
yang dibandingkan.
3) Tujuan strategis untuk produk atau jasa baru yang akan
dikembangkan.
c. Bagian C
Berisikan persyaratan-persyaratan teknis terhadap produk atau jasa baru
yang akan kembangkan. Data persyaratan teknis ini diturunkan berdasarkan
“suara konsumen” yang telah diperoleh pada bagian A. Untuk setiap
persyaratan teknis ditentukan satuan pengukuran, Direction of Goodness
dan target yang harus dicapai. Direction of Goodness terdiri dari 3, yaitu:
1) The More the Better, target maksimal tidak terbatas.
2) The Less the Better, target maksimal adalah nol.
3) Target is Best atau target maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan
suatu nilai nominal dimana tidak terdapat variasi disekitar nilai tersebut
d. Bagian D
Berisikan kekuatan hubungan antara persyaratan teknis dari produk atau
jasa yang dikembangkan (bagian C) dengan “suara konsumen” (bagian A)
yang mempengaruhinya. Kekuatan hubungan ditunjukkan dengan symbol
6
tertentu atau angka tertentu. Berikut ini hubungan antara kepuasan
pelanggan dengan persyaratan teknis, ada empat kemungkinan korelasi
yaitu :
1) Not linked (Blank) diberi nilai nol. Perubahan pada persyaratan teknis,
menurut direction of goodness-nya, tidak akan berpengaruh terhadap
kepuasan pelanggan.2.
2) Possibly linked, diberi nilai 1. Perubahan yang relatif besar pada
persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya akan memberi
sedikit perubahan pada kepuasan pelanggan.
3) Moderate linked, diberi nilai 3. Perubahan yang relatif besar pada
persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, akan
memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan.
4) Strongly linked, diberi nilai 9. Perubahan yang relatif kecil pada
persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, akan
memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan.
e. Bagian E
Berisikan keterkaitan antar persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan
teknis yang lain yang terdapat pada bagian C. Korelasi antar persyaratan
teknis tergantung pada direction of goodness dari setiap persyaratan teknis,
ada lima kemungkinan :
1) Strong Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah
direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif kuat
terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.
2) Moderate Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke
arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif
yang sedang terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.
3) No Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of
goodness-nya, tidak akan menimbulkan pengaruh terhadap direction of
goodness persyaratan teknis 2.
4) Moderate Negative Impact (x) : perubahan pada persyaratan teknis 1
kearah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif
yang sedang terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.
7
5) Strong Negative Impact (xx) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke
arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif
kuat terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.
f. Bagian F
Beriskan tiga macam jenis data, yaitu:
1) Tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis.
2) Technical benchmarking dari produk yang dibandingkan.
3) Target kinerja persyaratan teknis dari produk yang dikembangkan.
Ada beberapa langkah dalam mempersiapkan pelaksanaan HOQ, antara lain :
1. Menentuan karakteristik produk atau jasa
Karakteristik produk atau jasa yang dimaksud adalah karakteristik
yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, yang meliputi
antara lain desain, komposisi, proses pemberian produk atau jasa, mutu,
dan sebagainya.
2. Mengadakan penilaian atas karakteristik produk yang telah ditetapkan
pada langkah pertama
Penilaian ini digunakan untuk dapat menterjemahkan apa yang
diinginkan pelanggan menjadi suatu rangkaian pemrosesan terhadap
produk atau jasa yang dimaksud.
3. Menentukan variabel performansi para pemasok
Pemasok yang dimaksud adalah para pemasok bahan baku bagi
perusahaan untuk perusahaan manufaktur dan pemberi jasa bagi
perusahaan jasa. Selain variabel performansi pemasok, variabel
performansi perusahaan atau organisasi juga harus ditentukan, misalnya
ketepatan penyerahan produk atau jasa, pembuatan desain produk atau
proses pemberian jasa, dan sebagainya.
4. Mengadakan penilaian terhadap performansi pemasok maupun perusahaan
atau organisasi kita, apa saja yang merupakan kekuatan maupun
kelemahan perusahaan atau organisasi kita dan apa yang dapat kita
andalkan dari pemasok perusahaan atau organisasi kita.
5. Menentukan hubungan antar variabel-variabel performansi tersebut
6. Menyusun target performansi yang akan dicapai.
8
Part Deployment
Part Deployment merupakan tahapan kedua dalam metode QFD. Gambar 3
menunjukkan struktur matrik pada Part Deployment
Gambar 3. Struktur matrik Part Deploymenta. Bagian A
Bagian ini berisi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD tahapan 1.
b. Bagian B
Bagian ini berisi hasil normalisasi kontribusi persyaratan teknis yang
diperoleh dari QFD tahapan 1.
c. Bagian C
Bagian ini berisi:
1) Persyaratan part yang berhubungan dan bersesuaian dengan
persyaratan teknis yang diperoleh pada QFD tahapan 1.
2) Direction of goodness dari masing-masing persyaratan part.
d. Bagian D
Bagian ini menggambarkan hubungan diantara persyaratan part dan
persyaratan teknis. Sehingga hubungan ini didasarkan pada dampak
persyaratan part terhadap persyaratan teknis.
e. Bagian E
Bagian ini berisi;
1) Part spesification merupakan satuan dari persyaratan part.
2) Column weight merupakan kontribusi dari persyaratan part
3) Target. Spesifikasi yang ingin dicapai oleh masing-masing persyaratan
part dalam rangka pengembangan.
9
Process Deployment
Bentuk dari matrik ini tidak berbeda jauh dengan matrik part
deployment. Namun, lebih ringkas dan mendalam karena menjelaskan proses-
proses yang kritis untuk membuat karakteristik produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen. Terdapat 4 bagian utama di dalam matriks ini, yaitu :
a. The “whats” (Critical part requirement and target spesification)
Bagian ini terletak pada sisi kiri matriks kedua dan akan diisi oleh
technical descriptor yang ada pada matriks pertama. Setiap elemen
technical descriptor ini akan didata beserta dengan target pencapaian dan
derajat kepentingan.
b. The “hows” (Critical process requirement)
c. “Relationship”
Merupakan matriks hubungan antara process requirement dan critical part
requirement yang sesuai dengan matriks kedua. Simbol-simbol yang
digunakan dalam matriks hubungan ini sama dengan yang ada dalam
matriks hubungan House of Quality dan Part Deployment.
d. “How much”
Bagian ini menjelaskan mengenai spesifikasi dari setiap critical process
requirement. Pengisian bagian ini sangat bergantung pada pengetahuan
dan pengalaman teknis yang dimiliki oleh perusahaan.
C. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT (QFD)
Perencanaan yang baik dalam proyek QFD merupakan kunci
kesuksesan dalam pengembangan The House of Quality. Perencanaan tersebut
yang memerlukan informasi dari para pelanggan dan melibatkan antara 8-15
orang anggota. Langkah-langkah perencanaan yang diperlukan antara lain :
1. Menyusun dukungan organisasi
Dukungan organisasi merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan QFD.
Elemen kunci yang menunjukkan dukungan organisasi antara lain :
Dukungan manajemen, yang menunjukkan komitmen oleh top
10
management dalam organisasi yang menyediakan dan mengalokasikan
sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan QFD.
Dukungan fungsional, yang menunjukkan komitmen dari kelompok
fungsional untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan QFD dan
menghormati semua keputusan tim QFD.
Dukungan teknik, yang menunjukkan sumbangan keahlian yang penting
dalam menerapkan QFD.
2. Menentukan tujuan atau sasaran pelaksanaan QFD
QFD memberikan petunjuk mengenai keunntungan yang dapat diperoleh
anggota tim yang menggunakannya.
3. Menentukan pelanggan mana yang akan diuji
Selama proses pelaksanaan QFD, tim akan membuat berbagai
pertimbangan. Mereka akan memperkirakan hubungan antara
kemampuan produk dan jasa dengan kebutuhan pelanggan. Beberapa
orang beranggapan bahwa pelanggan addalah orang yang membuat
keputusan untuk membeli atau tidak membeli. Namun, ada beberapa
orang yang beranggapan bahwa pelanggan adalah orang yang
menyebarkan isu mengenai produk atau jasa yang ditawarkan dan akan
mempengaruhi pelanggan lain untuk membeli atau tidak membeli.oleh
karena itu, tim QFD harus jeli dalam menilai pelanggan mana yang perlu
dijadikan responden atau tidak.
4. Menentukan waktu atau penjadwalan
Penentuan waktu atau penjadwalan pelaksanaan QFD akan membantu
proses perencanaan tersebut lebih baik dan mampu membantu
mengkomunikasikan hasilnya dengan baik pula.
5. Menentukan lingkup produk atau lingkup pengujian
Sebelum pelaksanaan QFD, perlu ditentukan terlebih dahulu sampai
seberapa jauh kebutuhan dan harapan pelanggan terhadap produk atau
jasa yang ditawarkan. Apakah hanya produk atau jada yang sesuai
dengan harapan pelanggan atau sampai dengan pelayanannya atau sampai
dengan purna jualnya.
6. Menentukan tim proyek pelaksaan QFD.
11
Tim yang ideal harus mampu menggambarkan semua fungsi penting
yang meliputi perencanaan, pengembangan, pembuatan, penyampaian
atau penyerahan, dan reparasi atau perbaikan produk yang ditawarkan.
7. Melatih tim proyek QFD
Sebelum memulai pelaksanaan QFD, terlebih dahulu seluruh anggota tim
diberi penjelasan dan pelatihan mengenai asas-asas atau dasar QFD.
Anggota tim juga harus mengetahui berbagai alat dan teknik yang
digunakan dalam membantu pelaksanaan QFD serta cara kerja QFD.
Pelaksanaan langkah-langkah perencanaan yang telah disebutkan
sebelumnya, harus memperhatikan beberapa hal, yaitu orientasi pada kerja
tim, sistematik, adanya semangat keterbukaan, kesabaran, dan dapat
berkomunikasi.
Inti pelaksanaan QFD yang paling penting adalah mengadaptasikannya
sebagai budaya organisasi. Dalam pelaksanaan QFD diperlukan teknik-teknik
lain sebagai alat bantu, yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan
Benchmarking. AHP digunakan untuk pembuatan keputusan dengan banyak
kriteria (multi-criteria decision making) dengan membuat berbagai prioritas
variabel alternatif. QFD digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan dan
harapan pelanggan ke dalam kegiatan atau proses-proses organisasi. input
yang kreatif, kesepakatan atau konsensus manajemen, dan komitmen dari
semua anggota merupakan tiga faktor utama dalam menggunakan teknik AHP
dan QFD. Benchmarking merupakan proses belajar dari yang tebaik dalam
hal strategi, proses, dan operasi bisnis. Benchmarking digunakan untuk
membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kondisi pasar dan
kondisi para pesaingnya, sehingga perusahaan dapat memberikan yang terbaik
bagi pelanggannya.
D. MANFAAT PENGGUNAAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
(QFD)
Manfaat utama yang dapat diperoleh perusahaan apabila menggunakan
metode QFD, yaitu :
1. Mengurangi biaya
12
Hal ini dapat terjadi karena produk yang dihasilkan benar-benar
sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga tidak ada
pengurangan pekerjaan atau pembuangan bahan baku, pengurangan biaya
yang overhead atau pengurangan upah, penyederhaan proses produksi,
dan pengurangi pemborosan (waste).
2. Meningkatkan pendapatan
Dengan pengurangan biaya, maka hasil yang kita terima akan lebih
meningkat. Dengan QFD produk dan jasa yang dihasilkan akan lebih
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
3. Mengurangi waktu produksi
Adapun manfaat lainnya yang dapat diperoleh dari penerapan QFD meliputi :
1. Costumer-focused, yaitu mendapatkan input dan umpan balik dari
pelanggan mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan. Hal ini penting
karena performasi suatu organisasi tidak akan terlepas dari pelanggan,
apalagi bila para pesaing juga melakukan hal yang sama.
Time-efficient, yaitu mengurangi waktu pengembangan produk. Dengan
menerapan QFD maka proses pengembangan produk akan memfokuskan
pada kebutuhan dan harapan pelanggan.
Time-oriented. QFD menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
kelompok. Semua keputusan didasarkan pada konsensus dan keterlibatan
semua orang dalam diskusi dan pengambilan keputusan dengan teknik
brainstorming.
Documentation-oriented. QFD menggunakan data dan dokumentasi yang
berisi semua proses dan seluruh kebutuhan dan harapan pelanggan.
13
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep dasar Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu cara
pendekatan untuk mendesain produk agar dapat memenuhi keinginan
konsumen. Tujuan dari prinsip QFD adalah untuk memastikan bahwa
kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat terpenuhi dalam proses penurunan
suatu produk atau jasa. Penerapan utama QFD adalah pada perencanaan,
pengelolaan, dan pengembangan produk. Dengan menggunakan metodologi
QFD dalam proses perancangan dan pengembangan produk, maka terdapat
empat jenis tahapan yang disebut oleh Cohen (1995) sebagai empat fase model
QFD. Keempat tahapan tersebut yaitu tahap Perencanaan Produk (House of
Quality), tahap Perencanaan Komponen (Part Deployment), tahap
Perencanaan Proses (Proces Deployment), tahap Perencanaan Produksi
(Manufacturing/Production Planning).
Perencanaan yang baik dalam proyek QFD merupakan kunci
kesuksesan dalam pengembangan The House of Quality yang memerlukan
informasi dari para pelanggan. Perencanaan proyek QFD melibatkan antara 8-
15 orang anggota tim pelaksana QFD.
B. SARAN
Perencanaan QFD dilakukan sebaik mungkin karena seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa perencanaan merupakan kunci kesuksesan
proyek QFD. Selain itu, Fokus kepada pelanggan merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan, karena pelanggan yang puas terhadap produk
dapat menjadi salah satu produk tersebut berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
14
Ariani, D.W. 1999. Manajemen Kualitas. Universitas Atmajaya, Yogyakarta.
Evans dan Lindsay. 2007. An Introduction to Six Sigma and Process Improvement. Salemba Empat, Jakarta.
Hidayat, Anang. 2007. Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Karuniawati, Fardiana. 2009. Desain layanan IPTV dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk wilayah Bandung. Di dalam http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article& catid=25%3Aindustri&id=444%3Aquality-function-deployment-qfd&option=com_content&Itemid=15. [15 Desember 2009].
Lou Cohen. 1995. Quality Function Deployment. Prentice Hall PTR
Maulana, Dwi. 2008. Usulan pengembangan kualitas layanan pos express dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk wilayah Bandung . Di dalam http://www.ittelkom.ac.id/library /index.php ?option=com_content&view=article&id=247:quality- function-deploymen&catid=25:industri&Itemid=15. [15 Desember 2009].
Rahmatika, N.H. 2008. Penerapan quality function deployment (QFD) untuk mengetahui tingkat kepuasaan konsumen produk biskuit di PT. Arnott’s Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Zairi, M. dan M.A. Youssef. 1995. Quality function deployment. The International Journal of Qulaity & Reliability Management. 12: 9-23.
15