37
Karbohidrat dan Diabetes Melitus

MAKALAH KARBOHIDRAT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH KARBOHIDRAT

Karbohidrat dan Diabetes Melitus

Oleh :Kelompok 4

Kelas K

Cyntia Indriani L. 110115047

M. Rifani R. 110115059

Kim Stephanie 1120051

Novi Tri A. 1120277

Intan Puspita 1120297

Lia Puji R. 1120299

Dian Perwati 1120352

Laboratorium Biokimia

Departemen Farmasi Klinis dan Komunitas

Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

2016

Page 2: MAKALAH KARBOHIDRAT

BAB I

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengidentifikasi karbohidrat secara kualitatif

2. Mempelajari proses glikolisis

3. Menentukan kadar glukosa darah

4. Menginterpretasi hasil pemeriksaan kadar gula darah bernilai diagnostik

untuk diabetes mellitus

I.1 Uji Benedict

Tujuan : Menentukan gula pereduksi

I.2 Uji Barfoed

Tujuan : Mendeteksi Monosakarida

I.3 Uji Seliwanoff

Tujuan : Identifikasi karbohidrat yang mengandung gugus ketosa

I.4 Uji Iod

Tujuan : Mengetahui adanya polisakarida amilum

I.5 Uji Glikolisis dalam Sel Ragi

Tujuan :

- Mengamati proses glikolisis didalam sel ragi dengan mengukur

kadar glukosa yang tersisa dan tinggi kolom CO2 yang

dihasilkan

- Mengamati pengaruh inhibitor seperti fluoride atau arsenat

terhadap proses glikolisis

I.6 Pemeriksaan kadar gula darah

Tujuan : Menentukan kadar gula darah sewaktu.

2

Page 3: MAKALAH KARBOHIDRAT

BAB II

HASIL PRAKTIKUM

Tabel Hasil Pengamatan Analisis Kualitatif Karbohidrat

Reaksi Uji Benedict

Glukosa

1%terdapat presipitasi berwarna merah (+) mengandung gula pereduksi

Sukrosa

1%

tidak terdapat presipitasi berwarna

merah bata/ hijau/ kuning(-) tidak mengandung gula pereduksi

Fruktosa

1%terdapat presipitasi berwarna merah (+) mengandung gula pereduksi

Laktosa

1%terdapat presipitasi berwarna merah (+) mengandung gula pereduksi

Amilum

1%

tidak terdapat presipitasi berwarna

merah bata/ hijau/ kuning(-) tidak mengandung gula pereduksi

Reaksi Uji Barfoed

Sukrosa 1% tidak berubah warna (-) tidak mengandung monosakarida

Laktosa 1% tidak berubah warna (-) tidak mengandung monosakarida

Maltosa 1%terjadi perubahan warna menjadi

hijau(-) tidak mengandung monosakarida

Glukosa 1%

terjadi perubahan warna menjadi

biru kehijauan dengan endapan

merah bata

(+) mengandung monosakarida

3

Page 4: MAKALAH KARBOHIDRAT

Reaksi Uji Seliwanoff

Glukosa tidak mengalami perubahan warna(-) tidak adanya gugus

ketosa

Fruktosa berwarna merah (+) adanya gugus ketosa

Laktosa tidak mengalami perubahan warna(-) tidak adanya gugus

ketosa

Sukrosa berwarna merah bata (++) adanya gugus ketosa

Reaksi Uji Iod

amilum berwarna biru dongker(+) mengandung

polisakarida amilum

dekstrin berwarna kuning kecoklatan(+) mengandung

polisakarida amilum

gum arab berwarna coklat kehitaman(+) mengandung

polisakarida amilum

Tabel Hasil Uji Peragian

Tabung1

Kontrol +

2

Kontrol -

3

Uji

Tinggi kolom CO2

yang terbentuk (cm)4.4 cm 4.4 cm 4.8 cm

Kadar glukosaBiru

(0%)

Biru tua

(0%)

Biru muda

(0%)

Gelembung Tidak terbentuk Tidak terbentuk Tidak terbentuk

4

Page 5: MAKALAH KARBOHIDRAT

Tabel Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah

No Nama/NRP KelompokKadar Gula Darah

(mmol/L)

1 Nico/110115065 3 114

2 Fandi/110115054 1 154

3 Hendro/110115048 2 78

4 Lisa/110115066 5 154

5 Rifani/110115059 4 138

6 Nurul/1110334 6 154

TUGAS BACA

1. Pemeriksaan gula darah saat ini marak digunakan masyarakat Indonesia.

Pengecekan melalui laboratorium ataupun pemeriksaan mandiri, jarum

dideteksi oleh alat pengukur gula tersebut? Dan mengapa jenis gula

tersebut yang dapat mewakili ‘kadar gula darah’ seseorang?

Jawaban :

Glukometer membantu mendeteksi kadar gula dalam tubuh pada

saat tertentu, yakni pada saat sampel diambil dari tubuh penderita.

Peran glukometer semakin besar dan menjadi fungsi utama adalah

memberdayakan penderita Diabetes Melitus untuk memonitor dirinya

sendiri tanpa perlu berkunjung ke dokter atau ke rumah sakit.

Glukometer adalah salah satu alat yang digunakan untuk

mendapatkan niali kadar glukosa dalam darah perifer atau sentral. Niali-

nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam bentuk satuan, yakni dalam

mg/dL atau mmol/L. Niali tersebut dalah niali klinis yang penting untuk

gangguan metabolisme, seperti Diabetes Melitus, denutrisid an

konsekuensi lainnya seperti koma hiperosmolar, sindrom malabsorbsi, dan

yang paling parah adalah hipoglikemia atau hipoglikemia. Glukometer dan

pengobatan farmasi yang tepat adalah dasar kontrol glikemik pada pasien

diabetes. Dirumah , beberapa glikometer memiliki beberapa jenis strip

untuk memonitor variabel-variabel lain seperti keton yang dihasilkan

5

Page 6: MAKALAH KARBOHIDRAT

ketika seorang pasien mengalami hiperglikemia. Bagia yang paling

penting adalah strip bebentuk persegi panjang yang berfugsi sebagai

sensor untuk menempatkan darah dan mendapatkan pengukuran

ditentukan dengan konverter analo-digital dari mikrokontroler.

Sel darah merah hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan

bakar. Ini kerana sel darah merah tidak memiliki mitokondria, tempat

berlangsungnya sebagian besar reaksi oksidasi bahan seperti asam lemak

dan bahan bakar lain. Sel darah merah memperoleh energi melalui proses

glikolisis yaitu pengubahan glukosa menjadi piruvat. Piruvat akan

dibebaskan ke dalam darah secara langsung atau diubah menjadi laktat

kemudian dilepaskan. Sel darah merah tidak dapat bertahan hidup tanpa

glukosa. Tanpa sel darah merah, sebagian besar jaringan tubuh akan

menderita kekurangan energi karena jaringan memerlukan oksigen agar

dapat sempurna mengubah bahan bakar menjadi CO2 dan H2O (Aswani

V., 2010).

Meskipun disebut gula darah, selain glukosa, juga ditemukan jenis

gula-gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya

tingkatan glukosa yang diatur melalui hormon insulin dan leptin.

2. Tuliskan karakteristik dan nilai normal dari berbagai jenis gula darah

dibawah ini!

Jenis Karakteristik/definisi Nilai normal

Gula darah acak Dilakukan setiap waktu

pada pasien dalam

keadaan tanpa puasa.

Spesimen dapat berupa

serum, plasma, atau darah

kapiler. Pemeriksaan

glukosa darah sewaktu

< 11,1 mmol/L

6

Page 7: MAKALAH KARBOHIDRAT

plasma dapat digunakan

untuk pemeriksaan

penyaring dan

memastikan diagnosa

DM, sedangkan

pemeriksaan gula darah

yang berasal dari darah

kapiler hanya untuk

pemeriksaan penyaring.

Tes ini mengukur glukosa

darah yang diambil kapan

saja tanpa memperhatikan

waktu makan

Gula darah puasa Pada pemeriksaan ini ,

pasien harus puasa 10-12

jam sebelum

pemeriksaan. Spesimen

dapat berupa serum,

plasma, atau kapilar

darah. Pemeriksaan

glukosa darah puasa

plasma dapat digunakan

sebagai pemeriksaan

penyaring,memastikan

diagnosis, dan

pemantauan

pengendalian, sedangkan

pemeriksaan yang berasal

dari kapiler hanya untuk

pemeriksaan penyaring

dan pemantau

<100 mg/dL

Atau

< 5,6 mmol/L

7

Page 8: MAKALAH KARBOHIDRAT

pengendalian

Gula darah 2 jam post

prandial

Tes ini menggunakan

parameter yang paling

sensitif dalam

mendiagnosa Diabetes

Melitus.Kadar gula darah

akan di cek 2 jam setelah

makan. Dilakukan

demikian karena pada

orang normal, gula darah

setelah 2 jam

mengkonsumsi makanan

akan kembali normal.

Namun, tidak demikian

dengan orang yang

mengidap DM

<140 mg/dL

Atau

<7,8 mmol/L

3. Pemantauan kadar glikemik yang ketat diperlukan untuk meningkatkan

keberhasilan terapi diabetes militus. Pasien yang menggunakan terapi obat

antidiabetik oral harus memantau kadar glukosa darah puasa, sedangkan

pasien yang menggunakan insulin harus lebih sering memeriksa kadar

glukosa darah sewaktu. Parameter lain yang sering disarankan adalah

HbA1c. Jelaskan karakteristik dan tujuan pemeriksaan HbA1c!

Jawaban:

Hemoglobin pada manusia terdiri dari HbA1, HbA2, HbF (fetus).

Hemoglobin A (HbA) terdiri atas 91 sampai 95% dari jumlah hemoglobin

total. Molekul glukosa berikatan dengan HbA1 yang merupakan bagian

dari hemoglobin A. Proses pengikatan ini disebut glikolisasi atau

hemoglobin terglikosilasi atau hemoglobin A. Dalam proses ini terdapat

ikatan antara glukosa dan hemoglobin. Pada penyandang DM, glikosilasi

hemoglobin meningkat secara proporsional dengan ladar rata-rata glukosa

8

Page 9: MAKALAH KARBOHIDRAT

darah selama 120 hari terakhir, bila kadar glukosa darah berada dalam

kisaran normal selama 120 terakhir, maka hasil hemoglobin A1c akan

menunjukkan nilai normal.

Hasil pemerikasaan hemoglobin A1c merupakan pemerikaan

tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang

dan berguna pada semua penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfat bagi

pasien yang membutuhkan kendali glikemik (Soewondo P, 2004).

Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu 120 hari, yang

merupakan rentang hidup sel darah merah. HbA1c terdiri atsa 3 molekul,

HbA1a, HbA1b dan HbA1c sebesar 70%, HbA1c dalm bentuk 70%

terglikolisasi (mengabsorbsi glukosa). Jumlah hemoglobin yang

terglikolisasi bergantung pada jumlah glukosa yang tersedia. Jika kadar

glukosa darah meningkat selama waktu yang lama, sel darah merah akan

tersaturasi dengan glukosa menghasilkan glikohemoglobin (Kee KL,

2003). Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang,

menggambarkan kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena waktu paruh

eritrosit 120 hari (Kee JL, 2003), kafrena mencerminkan keadaan glikemik

selama 2-3 bulan maka pemeriksaan HbA1c dianjurkan dilakukan setiap 3

bulan (Darwis Y, 2005).

Peningkatan kadar Hba!c > 8% mengindikasikan DM yang tidak

terkendali dan beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka

panjang seperti nefropati, retinopati, atau kardiopati. Penurunan 1% dari

HbA1c akan menurukan komplikasi sebesar 35% (Soewondo P, 2004).

Pemerikasan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada

pasien DM. Pemerikasaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik

pada tahap awal penanganan, pemerikasaan selanjutnya merupakan

pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian (Kee JL, 2003)

Pada keadaan normal kadar HbA1c adalah 4-6%. Sedangkan, pada

penderita DM kadarnya adalah >6,5%.

9

Page 10: MAKALAH KARBOHIDRAT

Analisi Kasus

Seorang wanita gemuk berusia 50 tahun datang ke klinik kesehatan, dengan

keluhan haus yang berebihan, banyak minum dan sering buang air kecil,

sebelumnya tidak pernah ada keluhan medis dan sudah lama tidak ke dokter. Hasil

pemeriksaan fisik, umumnya normal, dan dokter mengatakan wanita tersebut

tidak dalam sakit akut. Urinalisis menunjukkan glukosa meningkat dan kadar

glukosa serum sewaktu adalah 320 mg/dL.

a. Penyakit apakah yang dialami oleh wanita tersebut?

b. System organ apakah yang terlibat dalam penyakit tersebut?

c. Apakah dasar biokimia dari penyakit tersebut?

Jawaban

a. Menurut kami, penyakit yang dialami oleh wanita tersebut adalah diabetes

melitus. Gejala diabetes melitus berupa:

- Poliuria (banyak berkemih)

- Polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

- Polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)

- Pada penderita obesitas maka gangguan DM dapat dipastikan apabila

terdapat hiperglikemia dan glikosuria secara laboratoris.

Gejala yang dialami oleh wanita tesebut adalah :

- Rasa haus yang berlebihan

- Banyak minum dan sering buang air kecil

Sehingga, kami menduga bahwa wanita tersebut mengalami diabetes

melitus tipe II. Diabetes melitus tipe II atau adult-onset diabetes, obesity-

related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM)

merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio

insulin di dalam sirkulasi darah. DM tipe II ini merupakan penyakit

sindrom metabolik yang diakibatkan hiperglikemia sekunder kronis.

Penyebab hiperglikemia sekunder kronis tersebut adalah resistensi

10

Page 11: MAKALAH KARBOHIDRAT

jaringan terhadap insulin atau disertai dengan defisiensi insulin relatif.

Pada penderita DM Tipe II, jumlah insulin endogen dalam sirkulasi tubuh

mampu mencegah terjadinya ketoasidosis, namun tidak cukup untuk

menekan hiperglikemia yang diakibatkan oleh menurunnya sensitivitas

jaringan terhadap insulin. DM tipe II merupakan sindrom penyakit yang

disebabkan oleh baik penurunan sensitivitas jaringan (resistensi jaringan

pada insulin) atau hilangnya sel pankreas-β. Kedua hal tersebut dapat

disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan seperti obesitas.

Diagnosis DM tidak hanya didasarkan atas ditemukannya glukosa pada

urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah

dari pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil

terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler

dengan glukometer. Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia

mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:

- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu ≥200

mg/dL

- Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa ≥126

mg/dL

- Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

≥200 mg/dL

- Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%

- Kadar serum sewaktu normal 65-110 mg/dL

Dalam kasus ini, kadar glukosa serum sewaktu pada uji urinalisis wanita

tersebut 320 mg/dL. Kadar glukosa serum sudah melebihi batas normal

yaitu <200 mg/dL.

11

Page 12: MAKALAH KARBOHIDRAT

Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan

diagnosis DM

Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar glukosa darah

sewaktu (mg/dL)

Plasma

vena

<100 100-199 ≥200

Darah

kapiler

<90 90-199 ≥200

Kadar glukosa darah

puasa (mg/dL)

Plasma

vena

<100 100-125 ≥126

Darah

kapiler

<90 90-99 ≥100

Secara teori, orang yang memiliki kadar glukosa yang normal, glukosa

tersebut akan digunakan untuk menghasilkan energi bagi tubuh. Glukosa akan

mengalami beberapa tahap hingga pada akhirnya dapat menghasilkan energi

berupa ATP.

b. Pada DM tipe II, penderita mengalami ekses sekresi insulin dan status

nutrisi umumnya obesitas. Hiperinsulinemia dan resistensi insulin di sini

kemungkinan disebabkan oleh penurunan reseptor insulin, reduksi ikatan

insulin dan defek kepekaan signal postreseptor. Berhubung responsivitas

jaringan perifer seperti liver dan otot terhadap insulin menurun, maka

tubuh penderita mensekresi insulin lebih banyak sebagai kompensasi

terhadap penurunan aktivitas insulin dan peningkatan kadar glukosa

plasma. Gangguan sekresi insulin dan peningkatan kadar glukagon

menyebabkan peningkatan output glukosa hepatik, dengan demikian kadar

glukosa puasa akan meningkat.

Sistem organ yang terlibat dalam penyakit diabetes melitus tipe II yang

umumnya terjadi gangguan pada sekresi insulin basal dan penurunan

sensitivitas jaringan terutama jaringan hepar terhadap insulin. Resistensi

12

Page 13: MAKALAH KARBOHIDRAT

jaringan terhadap insulin terutama pada jaringan yang peka terhadap

insulin seperti hepar, otot, dan jaringan lemak adiposa. Gangguan

insensitivitas sel atau jaringan terhadap insulin seperti pada organ liver,

organ skeletal (otot rangka) dan jaringan lemak adiposa akan berakibat

gejala hiperglikemia. Resistensi insulin pada jaringan otot, menyebabkan

penurunan ambilan glukosa ke dalam sel-sel otot dengan demikian, maka

glukosa menjadi tetap eksis di dalam darah, sehingga kadar glukosa

sistemik menjadi tinggi atau hiperglikemia.

c. Resistensi insulin pada jaringan adiposa menyebabkan peningkatan

lipolisis sehingga akan terjadi peningkatan asam lemak bebas. Kadar asam

lemak bebas yang tinggi akan menstimulir konversi asam amino menjadi

glukosa di hepar, sehingga kadar glukosa darah meningkat. Pada orang

yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang dimakan diubah menjadi

energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak atau

glikogen. Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses

glikogenesis ataupun lipogenesis akan terhalang.

Hormon insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara

meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan, termasuk

glukokinase, fosfofruktokinase dan piruvat kinase. Bertambahnya

glikolisis akan meningkatkan penggunaan glukosa sehingga secara tidak

langsung menurunkan pelepasan glukosa ke plasma darah. Insulin juga

menurunkan aktivitas glukosa-6-fosfatase yaitu enzim yang berada di hati

dan berfungsi mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat. Kerja insulin

dilaksanakan dengan mengaktifkan protein kinase, menghambat protein

kinase lain atau merangsang aktivitas fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi

meningkatkan aktivitas sejumlah enzim penting. Modifikasi kovalen ini

memungkinkan terjadinya perubahan yang hampir seketika pada aktivitas

enzim tersebut

13

Page 14: MAKALAH KARBOHIDRAT

Dalam menghambat atau merangsang kerja suatu enzim, insulin

memainkan peran ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga

mengurangi terbentuknya cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap

insulin. Insulin meransang terbentuknya fosfodiesterase-cAMP. Dengan

demikian insulin mengurangi kadar cAMP dalam darah.

Penderita dengan kadar gula yang sangat tinggi maka gula tersebut akan

dikeluarkan melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus ginjal secara

terus menerus, tetapi kemudian akan dikembalikan ke dalam sistem aliran

darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas ginjal

mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika kadar

glukosa amat tinggi, filtrat glomerolus mengandung glukosa di atas batas

ambang untuk direabsorpsi dan glukosa dikeluarkan melalui urine. Gejala

ini disebut glikosuria, yang mrupakan indikasi lain dari penyakit diabetes

mellitus. Glikosuria ini mengakibatkan kehilangan kalori yang sangat

besar.

Kadar glukosa yang amat tinggi pada aliran darah maupun pada ginjal,

mengubah tekanan osmotik tubuh. Secara otomatis, tubuh akan

mengadakan osmosis untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Ginjal

akan menerima lebih banyak air, sehingga penderita akan sering buang air

kecil. Konsekuensi lain dari hal ini adalah, tubuh kekurangan air.

Penderita mengalami dehidrasi (hiperosmolaritas) bertambahnya rasa haus

dan gejala banyak minum (polidipsia).

BAB III

14

Page 15: MAKALAH KARBOHIDRAT

PEMBAHASAN

3.1 Uji Bennedict

Uji benedict bertujuan untuk mengetahuo adanya gula pereduksi dalam

suatu larutan dengan indicator yaitu adanya perubahan warna, khusunya menjadi

merah bata.

Prinsip kerja dari uji benedict semikualitatif ini adalah pereaksi benedict

yang mengandung kuprisulfat dalam suasa basa akan tereduksi oleh gula yang

mempunyai gugus aldehid atau keton bebas (missal oleh glukosa). Dalam suasana

alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua

monosakarida dan diskarida keculai sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif

bila dilakukan uji benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi

oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan

membentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah

bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi.

Reaksi uji Benedict adalah sebagai berikut:

Reaksi Uji Benedict

glukosa 1% terdapat presipitasi berwarna merah(+) mengandung gula

pereduksi

sukrosa 1%tidak terdapat presipitasi berwarna

merah bata/ hijau/ kuning

(-) tidak mengandung gula

pereduksi

fruktosa

1%terdapat presipitasi berwarna merah

(+) mengandung gula

pereduksi

laktosa 1% terdapat presipitasi berwarna merah(+) mengandung gula

pereduksi

amilum 1% tidak terdapat presipitasi berwarna

merah bata/ hijau/ kuning

(-) tidak mengandung gula

pereduksi

15

Page 16: MAKALAH KARBOHIDRAT

Dari hasil pengamatan maka diketahui jenis karbohidrat mana saja yang

menunjukan hasil positif dan negative terhadap uji benedict, yaitu :

a. hasil positif : Glukosa, Fruktosa, dan Laktosa

b. hasil negative : sukrosa dan amilum

Sehingga dapat diketahui bahwa larutan glukosa, fruktosa, dam laktosa

merupakan gula pereduksi. Hal ini dikarenakan glukosa mampu mereduksi

senyawa pengoksisdasi, dimana ujung pereduksinya adalah ujung yang

mengandung aldehida. Sedangkan pada laktosa yang menghasilkan D-Glukosa

dan D-Galaktosa, dimana laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebeas

pada residu gula glukosa, sehingga laktosa adalah disakarida pereduksi.

Pada sukrosa dan amilum tidak menunjukan adanya perubahan sehingga

kedua karbohidrat ini todak merupakan pereduksi. Hal ini dikarenakan sukrosa

tidak mengandung atom karbon anomer bebas, karena atom karbon kedua

anomernya yaitu yang terdapat pada glukosa dan aktosa berikatan satu sama

lainnya. Sedangkan pati tersusun dari D-glukosa yang banyak.

2.2 Uji Barfoed

Uji barfoed merupakan uji biokimia untuk menguji adanya monsakarida

pereduksi dalam larutan Reagan berupa campiran asa, asetat dan tembaga (II)

asetat. Zat yang mengandung gula pereduksi akan mengjasilkan warna merah

tembaga (II) oksida (Cu2O). reaksi ini dirancang oleh seorang dokter asal swedia

(Barfoed). Berbeda dengan pereaksi-pereaksi lain yang digunakan untuk

menunjukan karbohidrat pereduksi, pereaksi barfoed bersifat asam.

Pemanasan karbohidrat dengan pereaksi barfoed terjadi reaksi oksidasi

karbohidrat pereduksi menjadi asam karboksilat dan reduksi pereaksi barfoed

menjadi ion kupri (Cu2+) menjadi endapat kupro oksida> suasa asam pada

pereaksi barfoed dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan Cu2O pada

reaksi dengan monosakarida. Juga dengan mengontrol kondisi percobaan, seperti

pH dan waktu pemasan. Berdasarkan hal uji barfoed dapat digunakan untuk

membedakan disakarida dan monosakarida.

16

Page 17: MAKALAH KARBOHIDRAT

Reaksi uji Barfoed adalah sebagai berikut:

Reaksi Uji Barfoed

sukrosa 1% tidak berubah warna(-) tidak mengandung

monosakarida

laktosa 1% tidak berubah warna(-) tidak mengandung

monosakarida

maltosa 1%Terjadi perubahan warna menjadi

hijau

(-) tidak mengandung

monosakarida

glukosa 1%

terjadi perubahan warna menjadi

biru kehijauan dengan endapan

merah bata

(+) mengandung

monosakarida

Pada hasil pengamatan, hanya glukosa yang menghasilkan endapan merah

bata. Hal terebut dikarenakan glukosa merupakan monosakarida, tersusun dari 6

atom, karbon (heksosa). Struktur glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar

untuk membedakan antara gula reduksi dan non-reduksi. Glukosa merupakan gula

reduksi, hal ini didasarkan pada adanya gugus aldehid (-CHO) yang dapat

meredeksi larutanCu2SO4 membentuk endapan merah bata. Fruktosa merupakan

gula non reduksi dimana gula ini tidak dapat mereduksi akibat tidak adanya gugus

aldehid, gugus yang dimiliki fruktosa adalah gugus keton (C=O). sedangkan,

sukrosa, laktosa dan maltose merupakan oligosakarida (disakarida) sehingga tidak

menghasilkan endapan merah bata. Laktosa dan maltose merupakan gula reduksi.

Sukrosa tidak termasuk gula reduksi (non reducing)

17

Page 18: MAKALAH KARBOHIDRAT

2.3 Uji Seliwanof

Uji seliwanoff dipakai untuk mewujudkan adanya gugus keton

(ketoheksosa), misalnya fruktosa. Pereaksi seliwanoff adalah resorsinol dalam

asam klorida encer. Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan

dengan pereaks seliwanoff akan menunjukkan warna merah bata sebagai reaksi

positifnya. Warna merah bata yang terbentuk merupakan hasil kondensasi dari

resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan hidrosimetil furfural.

Proses pembentukan hidroksimetil furfural berasal dari jonversi fruktosa oleh

HCL panas yang kemudian enghasilkan asam levulenat dan hidroksimetil furfural.

Reaksi uji Seliwanof adalah sebagai berikut:

Reaksi Uji Seliwanoff

glukosa tidak mengalami perubahan warna (-) tidak adanya gugus ketosa

fruktosa berwarna merah (+) adanya gugus ketosa

laktosa tidak mengalami perubahan warna (-) tidak adanya gugus ketosa

sukrosa berwarna merah bata (+) adanya gugus ketosa

Dari hasil percobaan, glukosa dan laktosa memberikan hasil yang negative.

Sedangkan fruktosa dan sukrosa (fruktosa+galaktosa) adalah karbohidrat yang

positif memiliki gugus keton. Sukrosa memberikan hasil yang positif karena

disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan sukrosa cepat

bereaksi karena merupakan jenis karbohidrat yang memiliki gugus keton (ketosa).

Ketosa bila di dehidrasi oleh pereaksi Seliwanoff memberikan turunan fulfural

yang selanjutnya berkondensasi dengan resosinol memberikan warna merah bata.

18

Page 19: MAKALAH KARBOHIDRAT

Pada percobaan terbukti bahwa fruktosa dan sukrosa adalah karbohidrat yang

mengandung gugus keton.

Glukosa dan galaktosa tidak menghasilkan hasil positif karena glukosa dan

galaktosa hanya memiliki gugus aldehid. Hal ini menyebabkan tidak ada gugus

keton yang bereaksi dengan reagen Seliwanoff.

2.4 Uji Iod

Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagen yang

digunakan adalah larutan iodin yang merupakan I2 terlarut dalam potassium

iodida. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida

(berwarna biru/coklat/ kuning). Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks

(melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat

berantai pendek seperti disakarida dan monosakarida tidak membentuk struktur

heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.

1. Amilum

Amilum terindentifikasi mengandung polisakarida

Amilum (disebut juga pati) merupakan karbohidrat kompleks yang tidak

larut dalam air.

Karbohidrat penyusun amilum terdiri dari 2 yaitu: amilopektin dan

amilosa.

2. Dekstrin

Dekstrin teridentifikasi mengandung polisakarida.

19

Reaksi Uji Iod

amilum berwarna biru dongker(+) mengandung polisakarida

amilum

dekstrin berwarna kuning kecoklatan(+) mengandung

polisakarida amilum

gum arab berwarna coklat kehitaman(+) mengandung polisakarida

amilum

Page 20: MAKALAH KARBOHIDRAT

Dekstrin (sejenis tepung/pati) merupakan suatu polisakarida hasil

hidrolisis pati atau glikogen.

Dekstrin adalah bentukan dari polimer D-glukosa yang dihubungkan

dengan ikatan alpha (1->4) atau alpha (1->6) glikosida.

Secara teori, dekstrin dapat mengikat iodin membentuk kompleks

poliiodida.

3. Gum Arab

Gum arab teridentifikasi mengandung polisakarida.

Gum arab merupakan suatu getah yang dihasilkan oleh pohon acacia.

Getah ini mengandung glikoprotein dan polisakarida, dimana

polisakaridanya tersusun dari arabinose dan ribose.

Karena terdapat polisakarida, ketika di tambah iodin akan terbentuk

komplek poliiodida.

BAB IV

20

Page 21: MAKALAH KARBOHIDRAT

KESIMPULAN

a. Uji Benedict

Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif. Pada fruktosa uji positif

terbentuk larutan berwarna merah bata, menandakan bahwa mengandung

gula pereduksi sedangkan glukosa dan sukrosa uji negatif.

b. Uji Barfoed

Hasil dari uji ini bernilai negatif pada sukrosa dan glukosa, sedangkan

pada fruktosa bernilai positif, karena kelompok monosakarida. Uji positif

ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata.

c. Uji Seliwanoff

Hasil dari uji ini bernilai positif pada fruktose dan sucrose, sedangkan

pada glukosa dan laktosa bernilai negatif. Uji positif ditunjukkan dengan

terbentuknya warna merah.

d. Uji Iod

Hasil dari uji iod bernilai positif pada amilum dan gum arab, sedangkan

pada dextrin bernilai negatif. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya

warna biru.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: MAKALAH KARBOHIDRAT

Murray, R.K. 2006. Biokimia Harper edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku

kedokteran EGC.

Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah

Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioesakta. Jakarta:

EGC.

Lehninger, A.L. 2008. Principles of Biochemistry 5th edition. New York:

W.H Freeman Company.

Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI press.

Aswani V., 2010. How Well Do You Understand Blood Glucose Levels?. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/438144 [Accesed 12 April 2010]

LAMPIRAN

22

Page 23: MAKALAH KARBOHIDRAT

Uji Bennedict1. Glukosa 1 % 2. Sukrosa 1%

3.Fruktosa 1 % 4. Laktosa 1 %

5. Amilum 1 %

Uji Barfoed

23

Page 24: MAKALAH KARBOHIDRAT

Laktosa 1 % Sukrosa 1 %

Maltosa 1 % Glukosa 1 %

Uji Seliwanof

1. Glukosa 2. Fruktosa

3.Laktosa 4. Sukrosa

24

Page 25: MAKALAH KARBOHIDRAT

Uji Iod

Uji Glikolisis dalam Sel Ragi

25