22
MAKALAH KEWARGANEGARAAN “KASUS PELANGGARAN HAM MARSINAH” DISUSUN OLEH : MUHAMMAD RIDWAN SISWANTO (2013320008)

Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

[email protected]

Citation preview

Page 1: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“KASUS PELANGGARAN HAM MARSINAH”

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD RIDWAN SISWANTO (2013320008)

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN

Page 2: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mengenai HAM di Indonesia.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, oktober 2014

Penyusun

Page 3: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hak Asasi Manusia merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak

manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya sebagai anugrah Tuhan. Di

dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan

HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM

seorang individu terhadap individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

Memperbincangkan marutnya dinamika hak asasi manusia, khususnya perburuhan selama

dekade terakhir nampaknya cukup mengingatkan pada nama ini: Marsinah. Terdapat alasan pasti

untuk menghadirkan kembali ingatan tentang orang tersebut: misteri kematiannya yang tidak

pernah terungkap hingga sekarang. Tidak pernah diketahui secara pasti oleh siapa ia dianiaya dan

dibunuh, kapan dan di mana ia mati pun tak dapat diketahui dengan jelas, apakah pada Rabu

malam 5 Mei 1993 atau beberapa hari sesudahnya. Liputan pers, pencarian fakta, penyidikan

polisi, pengadilan sekalipun nyatanya belum mampu mengungkap kasusnya secara tuntas dan

memuaskan. Kendati hakim telah memvonis siapa yang bersalah dan dihukum, orang tak percaya

begitu saja; sementara kunci kematiannya tetap gelap sampai kini, lebih dari satu dasawarsa

berselang.

Barangkali memang bukan fakta-fakta pembunuhan itu yang menjadi penting di sini, melainkan

jalinan citra yang lantas tersaji melalui serangkaian representasi media yang rumit. Para

pembunuh mengesankan Marsinah diperkosa. Segenap aktivis menyanjungnya sebagai teladan

kaum pejuang buruh. Para aparat pusat dibantu aparat setempat konon merekayasa penyidikan

sekaligus membuat skenario pengadilan, termasuk dilibatkannya tersangka palsu dalam

rangkaian pengungkapan kasus tersebut. Tak ketinggalan, para aktivis hak asasi manusia

menganugerahi Yap Thiam Hien Award  bagi kegigihannya. Termasuk para seniman yang

mengabadikannya dalam monumen, patung, lukisan, panggaung teater dan seni rupa instalasi;

Page 4: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

para feminis mengagungkannya sebagai korban kekerasan terhadap perempuan dan khalayak

awam yang prihatin dan simpati memberi sumbangan bagi keluarganya.

Pada aras citra inilah tulisan ini kemudian mengambil pijakan. Mungkin orang tak akan banyak

tahu siapa Marsinah seandainya ia tidak dibunuh dan kasusnya tidak gencar diberitakan oleh

media massa. Ia tidak hanya dianggap mewakili “nasib malang” jutaan buruh perempuan yang

menggantungkan masa depannya pada pabrik-pabrik padat berupah rendah, berkondisi kerja

buruk sekaligus tak terlindungi hukum. Lebih dari itu, mediasi dan artikulasi pembunuhannya

menyediakan arena diskursif bagi pertarungan berbagai kepentingan dan hubungan kuasa: buruh-

buruh, pengusaha, serikat buruh, lembaga swadaya masyarakat, birokrasi militer, kepolisian dan

sistem peradilan.

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mulai mengalami kemajuan dalam bidang penegakan

HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya

menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini,

pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita karena semakin egoisnya manusia

dalam pemenuhan hak masing-masing. Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul

“Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Indonesia – Marsinah”, untuk memberikan informasi

mengenai apa itu pelanggaran HAM  diikuti seluk beluk kasus Marsinah.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul makalah ini “Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Marsinah”, maka

masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Bagaimana tanggapan serta upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM Marsinah dari

pihak berwenang ?

Tujuan

Tujuan kami mengangkat materi ini tentang kasus hak asasi manusia di Indonesia yaitu :

Mengetahui lebih dalam mengenai terjadinya kasus Marsinah.

Page 5: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

Upaya pemerintah dalam penyelesaian pelanggaran HAM khususnya kasus Marsinah.

Manfaat

Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis dan pembaca.

-    Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan tentang pelanggaran hak asasi

manusia di Indonesia.

-    Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian atau referensi

tambahan bagi ilmu kenegaraan serta memperkaya informasi.

Page 6: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi

manusia adalah  setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik

disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin

oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh

penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap

perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian

yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi

Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak

didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,

berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik

dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi

individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya.

2.2 Klasifikasi Pelanggaran HAM di Indonesia

Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

  Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :

1. Pembunuhan massal (genosida)

Page 7: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau

memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara

melakukan tindakan kekerasan. (UUD No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM).

2. Kejahatan Kemanusiaan

Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa serangan yang ditujukan

secara langsung terhadap penduduk sipil seperti pengusiran penduduk secara paksa,

pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.

  Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :

1. Pemukulan

2. Penganiayaan

3. Pencemaran nama baik

4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

5. Menghilangkan nyawa orang lain

2.3 Contoh Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia

Kasus Marsinah (1993)

Kasus tersebut berawal dari unjuk rasa buruh yang dipicu surat edaran gubernur setempat

mengenai penaikan UMR. Namun PT. CPS, perusahaan tempat Marsinah bekerja memilih

bergeming. Kondisi ini memicu geram para buruh.

Senin 3 Mei 1993, sebagian besar karyawan PT. CPS berunjuk rasa dengan mogok kerja hingga

esok hari. Ternyata menjelang selasa siang, manajemen perusahaan dan pekerja berdialog dan

menyepakati perjanjian. Intinya mengenai pengabulan permintaan karyawan dengan membayar

upah sesuai UMR. Sampai di sini sepertinya permasalahan antara perusahaan dan pekerja telah

beres.

Page 8: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

Namun esoknya 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik

Militer (Kodim) Sidoarjo untuk diminta mengundurkan diri dari CPS. Marsinah marah dan tidak

terima, ia berjanji akan menyelesaikan persoalan tersebut ke pengadilan. Beberapa hari

kemudian, Marsinah dikabarkan tewas secara tidak wajar. Mayat Marsinah ditemukan di gubuk

petani dekat hutan Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Posisi mayat ditemukan tergeletak

dalam posisi melintang dengan kondisi sekujur tubuh penuh luka memar bekas pukulan benda

keras, kedua pergelangannya lecet-lecet, tulang panggul hancur karena pukulan benda keras

berkali-kali, pada sela-sela paha terdapat bercak-bercak darah, diduga karena penganiayaan

dengan benda tumpul dan pada bagian yang sama menempel kain putih yang berlumuran darah.

Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat

pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan

tersebut adalah Anggota TNI. Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di

bagian control CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia

dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan

Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.

Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu

dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan

Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah

Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni).

Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah

pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah “direkayasa”.

Kasus kematian Marsinah menjadi misteri selama bertahun-tahun hingga akhirnya kasusnya

kadaluarsa tepat tahun ini, tahun 2014. Mereka yang tertuduh dan dijadikan kambing hitam

dalam kasus ini pun akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Di zaman Orde Baru, atas

nama stabilitas keamanan dan politik, Negara telah berubah wujud menjadi sosok yang

menyeramkan, siap menculik, mengintimidasi dan bahkan menghilangkan secara paksa siapa

saja yang berani berteriak atas nama kebebasan menyuarakan aspirasi.

Upaya Pemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Page 9: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

1) Periode tahun 1945 – 1950 Di periode ini, pemikiran HAM masih menekankan pada hak

merdeka, hak bebas berserikat, serta hak bebas menyampaikan pendapat. Pemikiran HAM telah

mendapat pengakuan secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk ke dalam

hukum dasar negara, yaitu UUD 1945. Komitmen terhadap HAM pada periode awal kerdekaan

ditunjullam dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Di periode ini (1945-1950)

memberikan keleluasaan terhadap rakyat untuk mendirikan partai politik sebagaimana yang telah

tertera pada Maklumat Pemerintah pada tanggal 3 November 1945 :

1. Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik karena segala aliran paham yang ada

dalam masyarakat dapat dipimpin ke jalan yang teratur dengan adanya partai-partai

tersebut.

2. Pemerintah berharap partai-partai itu telah tersusun sebelum dilangsukannya pemilihan

anggota badan perwakilan rakyat pada Januari 1946. Hal ini berkaitan dengan adanya

perubahan yang signifikan terhadap sistem pemerintahan dari presidensial menjadi sistem

parlementer.

2) Periode tahun 1950 – 1959 Periode ini dalam perjalanan, Indonesia dikenal dengan sebutan

“Periode Demokrasi Parlementer” dimana pemikiran HAM pada periode ini mendapatkan

momentum yang membanggakan. Indikator tentang pemikiran HAM pada periode ini mengalami

“pasang”, menurut ahli hukum tata negara memiliki 5 aspek :

1. Semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan beragam ideologinya masing-

masing.

2. Kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi, betul- betul menikmati kebebasannya.

3. Pemilu sebagai pilar lain dari demokrasi harus bertanggung jawab dalam suasana

kebebasan, fair (adil) dan demokratis.

4. Parlemen/dewan perwakilan rakyat sebagai wakil rakyat semakin efektif mengontrol

terhadapt kinerja eksekutif.

5. Wacana & pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif, sejalan dengan

tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.

Page 10: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

3) Periode tahun 1959 – 1966 Pada periode ini, sistem pemerintahan Indonesia adala sistem

demokrasi terpimpin diamana kekuasaan terpusat dan berada di tangan presiden. Dalam

kaitannya dengan HAM yaitu telah terjadinya sikap restriktif (pembatasan yang ketat oleh

kekuasaan) terhadap hak sipil dan hak politik warga negara.

4) Periode tahun 1966 – 1998 Pada awal masa periode ini telah diadakan beberapa seminar

tentang HAM. Salah satu seminar dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan

gagasan tentang perlunya pembentukan pengadilan HAM, Komisi, dan pengadilan HAM di

wilayah Asia. Pada tahun 1968 diadakan Seminar Hukum Nasional II yang merekomendasikan

perlunya hak uji materiil guna melindungi HAM. Fungsi dari hak uji materiil itu sendiri dalam

rangka pelaksanaan TAP MPRS XIV/MPRS/1996. Namun, pada tahun 1970-an sampai akhir

1980-an, HAM mengalami kemunduran. Dalam hal ini, upaya masyarakat dilakukan melalui

pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi

seperti kasus Tanjung Priok, kasus Kedung Ombo, kasus DOM di Aceh, dan lain sebagainya.

Menjelang periode 1990-an, upaya masyarakat nampaknya memperoleh hasil yang mengesankan

karena terjadi pergeseran strategi pemerintahan, dari Represif dan Defensif menjadi Akomodatif.

Salah sau sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM yaitu dibentuknya

KOMNAS HAM berdasarkan KEPRES Nomor 50 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993, dimana

KOMNAS HAM memiliki tugas:

1. Memantau & menyelidiki pelaksanaan HAM & memberi saran serta pendapat kepada

pemerintah perihal HAM.

2. Membantu pengembangan kondisi-kondisi yang kodusif bagi pelaksanaan HAM sesuai

pancasila dan UUD 1945 (termasuk hasil amandemen UUD NKRI 1945), Piagam PBB,

Deklarasi Universal HAM dan deklarasi atau perundang-undangan lainnya yang terkait

dengan penegakan HAM.

5) Periode tahun 1998 – sekarang Pada saat ini dilakukan pengkajian terhadap beberapa

kebijakan pemerintah pada masa orde baru yang berlawanan dnegan pemajuan dan perlindungan

HAM. Kemudian, dilakukan penyusunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di indonesia, serta

Page 11: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

pengkajian dan ratifikasi terhadap instrumen HAM internasional semakin ditingkatkan. Strategi

pada periode ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:

1. Tahap status penentuan (prescriptive Status) Pada tahap ini telah ditetapkan beberapa

ketentuan perundang-undangan tentang HAM, seperti UUD 1945, TAP MPR, UU, dan

peraturan pemerintah dan ketentuan perundang-undangan lainnya.

2. Tahap penataan aturan secara konsisten ( rule consistent behavior ) Ditandai dengan

pemghormatan dan pemajuan HAM dengan dikeluarkannya TAP MPR No.

XVII/MPR/1998 tentang HAM dan disahkannya sejumlah konvensi HAM. Selain itu

juga dirancangkan program “Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM)” pada tanggal

15 Agustus 1998 yang didasarkan kepada :

3. Persiapan pengesahan perangkat Internasional di bidang HAM

4. Desiminasi informasi dan pendidikan tentang HAM 3. Penentuan skala prioritas

pelaksanaan HAM 4. Pelaksanaan isi perangkat internasional di bidang HAM yang telah

diratifikasikan melalui perundang-undangan nasional. Untuk lebih melindungi HAM di

Indonesia, pemerintah telah membuat UU HAM No. 39 tahun 1999 serta UU No. 26

tahun 2000 tentang pengadilan HAM. Melalui keputusan Presiden No. 40 tahun 2004,

Pemerintah telah mengesahlan RANHAM kedua diamana merupakan kelanjutan

RANHAM Indonesia yang pertama tahun 1998-2003. RANHAM disusun untuk

menjamin peningkatan penghormatan, pemajuan, pemenuhan, dan perlindungan HAM di

Indinesia dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, adat-istiadat, dan budaya bangsa

indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Faktor Penyebab Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Faktor penyebab dari kasus Marsinah yang pertama adalah perussahaan CPS yang tidak

mengikuti himbauan gubernur setempat untuk menaikkan UMR. Walaupun kebijakan kenaikan

UMR tersebut sudah dikeluarkan, CPS tetap bergeming. Kondisi ini memicu geram para

pekerjanya sehingga menyebabkan mereka melakukan aksi unjuk rasa dan mogok kerja.

Page 12: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

Lalu faktor penyebab kedua, adalah manajemen perusahaan CPS yang telah menyepakati

perjanjian penaikan UMR namun rupanya diikuti dengan memberhentikan 13 pekerjanya dengan

cara mencari-cari kesalahan pasca tuntutan kenaikan UMR. Hal ini menjadikan Marsinah penuh

amarah.

Fakor yang lain dapat diuraikan sebagai berikut :

Dari segi ekonomi :

1. Terjadi kredit macet

2. Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar

3. Banyak perusahaan yang tidak dapat membayar hutangnya

Dari segi politik :

1. Pemimpian saat itu telah kehilangan kepercayaan dari rakyatnya

2. Terjadi kekacauan dan kerusuhan di mana-mana

3. Terjadi perpecahan dalam kubu kabinet Soeharto

Solusi Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Terkait kasus Marsinah, solusi dari pemerintah sendiri, pemerintah semestinya segera mengusut

tuntas kasus pembunuhan Marsinah sampai selesai hingga mendapatkan hasil yang nyata, dan

menegakkan tiang keadilan dan ketegasan dalam kerapuhan hukum di Indonesia sehingga rakyat

dapat kembali mempercayai peranan dari pemerintah dan aparat penegak hukum dalam

penegakan HAM di Indonesia.

Sementara solusi dari hasil rangkuman saya, adalah adanya kepastian hukum dalam menjamin

keamanan setiap orang. Setiap orang perlu menghargai hak-haknya sendiri dan hak orang lain.

Page 13: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap

individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat

bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara

HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran

HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu

Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses

pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang

pengadilan HAM. Sementara menyangkut Kasus Marsinah yang merupakan dikategorikan

sebagai pelanggaran HAM berat, karena merupakan kasus penghilangan seseorang secara paksa.

Marsinah adalah tumbal dari apa yang namanya penindasan atas nama stabilitas keamanan dan

politik pada zaman Orde Baru. Penindasan kepada Marsinah adalah bentuk ketakutan negara

pada sosok-sosok yang berani berjuang dan mengobarkan semangat kebebasan, kesejahteraan

dan kesetaraan. Negara menciptakan teror ketakutan kepada siapa saja yang ingin melakukan

aksi perlawanan. Negara juga telah mengabaikan kasus ini, membiarkannya menjadi misteri

yang tak terpecahkan selama bertahun-bertahun. Ini jelas sebuah anomali dan paradoks jika kita

komparasikan dengan tujuan pembentukan dan kewajiban negara ini. Marsinah hanyalah satu

dari ribuan potret buruh perempuan di Indonesia yang seringkali harus dihadapkan dengan

berbagai persoalan pelik yang mendasar. persoalan kesejahteraan, kekerasan,eksploitasi dan

diskriminasi seolah terus menjadi pekerjaan rumah yang menumpuk bagi pemerintah untuk

diselesaikan. Realitas kekinian memperlihatkan bahwa sampai hari ini begitu banyak buruh

perempuan di Indonesia yang masih ambil bagian dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah

tangga. Menguak kasus Marsinah berarti harus mengurai banyak benang kusut, benang kusut

Page 14: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

yang mungkin hanya dapat terurai dari tangan mereka yang benar-benar peduli untuk

mengurainya. Betapa lemahnya lembaga-lembaga peradlan di negeri ini, untuk menangani kasus

sekala kecil/ perorangan saja tidak mampu, bahkan untuk kurun waktu yang cukup lama, 5

pergantian presiden mencoba membuka kejanggalan pada kasus ini, namun apa? Hanya terlupa

atau dilupakan saja yang terjadi pada kasus ini, seolah-olah pemerintah ingin menghilangkan

jejak kasus marsinah, bahkan ketika kasus ini belum terungkap terdapat masa kadaluwarsa tahun

2014 era presiden SBY yang akhirnya kasus ini pun ditutup. Indonesia dikenal Negara

berpancasila atas ketuhanan di no 1, namun Indonesia pada tahun 2013 dicap/termasuk Negara

urutan 30 yang memiliki riwayat terburuk untuk kasus penyelesaian pelanggaran HAM. Bahkan

jika 1000 lembaga peradilan diadakan jika hokum masih terkait tangan-tangan politik, tidak

heran akan banyak kasus kasus yang lebih parah terlewat begitu saja dan kadaluwarsa layaknya

bongkahan makanan kecil yang memiliki masa experied

Saran

Sebagai makhluk sosial kita selayaknya mampu mempertahankan dan memperjuangkan

hak kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga hak orang lain

jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar

dan dinjak-injak oleh orang lain. Menurut pandangan saya, Hal ini telah bertentangan dengan

Pancasila, yaitu sila kedua. Karena setiap kegiatan yang merugikan dan mengancam nyawa

seseorang merupakan hal yang tidak beradab. Setiap manusia diberi kesempatan hidup. Jadi

apakah kita pantas untuk mengakhiri sebuah kehidupan?

Sudah saatnya pemerintah membuka mata lebar-lebar akan kasus Marsinah dan kasus-

kasus yang dialami oleh buruh saat ini. Pemerintah sebaiknya berani membuka ulang kasus

Marsinah atas nama demokrasi dan HAM. Hilang dan matinya Marsinah sudah barang tentu

adalah sesuatu yang “direkayasa” sehingga sampai saat ini kasusnya tidak pernah menemui titik

terang. Padahal keadilan yang tertinggi adalah keadilan terhadap Hak Asasi Manusia.sikap

menunda-nunda kasus harus di hilangkan, usut sampai tuntas barulah beristirahat, tangani kasus

skala perorangan saja tidak mampu itupun dalam 5 periode pergantian pemimpin, apa yang

salah?? Jangankan untuk menyelesaikan ,untuk mencari tahu siapa? Bagaimana? Kapan tepatnya

pun belum bisa hingga saat ini. Kita Negara besar – dengan rakyat yang besar pula, pelanggaran

Page 15: Makalah Kasus Pelanggaran Ham Marsinah (Kewarganegaraan) Universitas dharma Persada By Ridwan

diluar dalam skala instansi atau pun kelompok banyak namun jika untuk skala individu saja tidak

mampu, saya akui Indonesia ini lemah hokum, nyatanya bahkan pemerintahan takut akan orang-

orang yang mampu beraspirasi, dan mereka akan melakukan terror untuk menghilangkan orang-

orang seperti ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.omahmunir.com/pages-10-kasus-marsinah.html

http://buser.liputan6.com/read/52757/marsinah-dan-misteri-kematiannya

http://fuad-myers.blogspot.com/2011/11/analisa-kasus-pelanggaran-ham-berat.html

http://sarubanglahaping.blogspot.com/2013/10/analisis-kasus-pembunuhan-marsinah.html

Http://www.Yudhe.Com/8-Kasus-Besar-Yang-Tetap-Menjadi-Misteri-Di-Indonesia/

http://ubpeacemaker.blogspot.com/2011/11/memahami-ham-marsinah-pahlawan-kaum.html

http://abunavis.wordpress.com/2007/12/11/marsinah-dalam-representasi-media-analisis-semiotika-berita-kasus-marsinah-pada-majalah-tempo-1993-1994/

http://hukum.kompasiana.com/2014/05/01/refleksi-21-tahun-kasus-marsinah-650551.html

http://www.tempo.co/read/news/2012/05/08/173402558/Kasus-Marsinah-Sulit-Diungkap-Lagi

http://www.arahjuang.com/2014/05/08/marsinah-dan-perjuangan-buruh-sepanjang-masa/