32
Makalah Kebudayaan Batik Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR B ELAKANG Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal ya berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebu culture,yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan sebagai ”kultur” dalam bahasa Indonesia. Definisi Budaya adalah suatu ara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama ole sebuah kelompok orang dan di!ariskan dari generasi ke generasi. Budaya tebentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat bahasa, pakaian, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merup bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang enderung menganggapnya di!ariskan seara genetis. "etika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan- perbedaannya, membuktikan bah!a budaya itu dipelajari. Budaya juga dapat diartikan sebagai suatu pola hidup menyeluruh , budaya bersifa kompleks, abstrak, dan luas.Banyak aspek budaya turut menentukan prilaku komunikatif. #nsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak k sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan akti$itas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Makalah Kebudayaan Batik Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Makalah Kebudayaan Batik Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.

Definisi Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tebentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya juga dapat diartikan sebagai suatu pola hidup menyeluruh , budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan prilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Kebudayaan Indonesia bisa diartikan seluruh ciri khas suatu daerah yang ada sebelum terbentuknya nasional indonesia, yang termasuk kebudayaan Indonesia itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di Indonesia. 1. 2 Rumusan Masalah

Salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan di Indonesia adalah batik. Sejak Malaysia pernah mengklaim bahwa batik berasal dari Malaysia, barulah bangsa Indonesia tersadar dari mimpinya bahwa batik harus segera dilestarikan kembali keberadaannya. Dan sejak saat itu banyak motif batik bermunculan kembali bahkan sudah menjadi tren kalau batik merupakan pakaian khas bangsa Indonesia. Bahkan oleh UNESCO telah ditetapkan bahwa batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.

Apa itu batik, mengapa batik harus dilestarikan dan bagaimana batik bisa menjadi suatu kebudayaan yang ada di Indonesia akan dibahas satu persatu dalam makalah ini.

1. 3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan, terutama tentang sejarah batik tradisional Indonesia, mengetahui jenis-jenis batik berdasarkan gologannya masing-masing dan mengetahui cara pembuatan batik tulis. Serta diharapkan agar warga indonesia mencintai dan melestarikan kebudayaan batik. Sehingga batik yang ada diIndonesia terus berkembang dan diakui keberadaannya di seluruh dunia.

BAB II

KERANGKA TEORI

Batik merupakan kebudayaan khas bangsa Indonesia yang sudah ada sejak masa kerajaan majapahit. Untuk lebih memantapkan pemahaman kita tentang batik, ada baiknya kita tahu tentang sejarah batik Indonesia. Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman, beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya.

Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri. Misalnya batik Pekalongan, Yogyakarta, Solo ataupun daerah-daerah lain di Indonesia memiliki corak atau motif sesuai dengan kekhasan daerahnya.

Dalam perkembangannya, kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

BAB III

PEMBAHASAN

3. 1 Pengertian

Kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap dikenal baru setelah usai Perang Dunia I atau sekitar 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam, teknik ini adalah salah satu bentuk seni kuno yang berguna untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literature Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.

Batik juga termasuk jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai Batik Cap dan Batik Cetak, yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak Mega Mendung, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisonal hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

3. 2 Sejarah Batik indonesia

Sejarah batik yang tepat tidak dapat dipastikan tetapi artifak batik berusia lebih 2000 tahun pernah ditemui. Dari manapun asalnya, hasil seni ini telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khas budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.

Pemakaian batik dalam busana tradisi mempunyai sejarah yang lama berlangsung dari zaman awal tamadun Melayu. Dipakai oleh semua golongan, dari raja ke bangsawan sampai rakyat jelata, batik menzahirkan dirinya sebagai seni asli yang praktikal dan popular. Dalam tradisi penulisan kain cindai misalnya disebut dalam banyak hikayat-hikayat silam. Batik menjadi hadiah perpisahan dan perlambangan cinta dalam hikayat Malim Demam dan dijadikan tanda penganugerahan derajat dalam Hikayat Hang Tua.

3. 3 Perkembangan Batik Di Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dahulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka kesenian batik ini dibawah oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbu-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain : pohon mengkudu, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Jadi kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

3. 4 Motif Batik Di Indonesia

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh di pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Adapun jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia sampai saat ini adalah sebagai berikut :

1. Batik Pekalongan

Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantar. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri yang menghasilakan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibandingkan dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangant bebas, dan menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis.

Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan zaman. Misalnya pada waktu penjajahan jepang, maka lahir batik dengan nama Batik Jawa Hokokai yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam puluhan juga diciptakan batik dengan nama Tritura. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif SBY yaitu motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan tidak perna kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.

2. Batik Mega Mendung

Hampir di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas. tentu saja ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan Pekalongan. tetapi kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah disbanding kota-kota lainnya. Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya.

Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri cina ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan Cirebon-Cina.

Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera cina.

Motif Mega Mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi kehidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.

3. Batik motif Truntun

Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta. Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.

4. Batik Jlamprang

Motif motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu batik yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya berbentuk segi empat. Batik Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan di Pekalongan.

5. Batik Pegantin

Setiap motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi tersendiri. Pada motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti atau makna filosofis dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu, diantaranya pada upacara perkawinan. Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang). Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini melambangka harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai. Selain Sido Mukti terdapat pula motif Sido Asih yang maknanya hidup dalam kasih sayang. Masih ada lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam kemuliana dan Sido Luhur yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur. Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan pengantin yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama, yang melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak lagi motif yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin. Pada Upacara Perkawinan Orang tua pengantin biasanya memakai motif Truntum yang dapat pula berarti menuntun, yang maknanya menuntun kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu berumah tangga. Dikenal juga motif Sido Wirasat, wirasat berarti nasehat, dan pada motif ini selalu terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya, yang melambangkan orangtua akan selalu memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan berumahtangga.

6. Batik Tiga Negeri

Kerumitan membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita tahu sejarah motif Batik Ttiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah prosesnya. Konon menurut para pembatik, air disetiap daerah memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan mineral air tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing daerah. Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas, seperti merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas di kota Solo.Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik.

7. Batik Pagi Sore

Desain batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada waktu itu karena sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi sore. Satu kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda. Sehingga jika pada pagi hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore harinya kita dapat mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi terkesan kita memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain.

Tentu saja sekarang jarang sekali orang yang memakai kain kebaya (jarik) untuk sehari-hari, tetapi motif pagi/sore masih banyak di buat pada produk batik lainnya. Biasanya kain sutra ada yang dibuat 2 motif pada satu lembar kain jadi dapat dibuat dua baju, ada pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah motif. Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan biaya terbatas.

Jenis-jenis Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut : Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan. Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

Jenis-jenis Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai baerikut:

Batik Jawa

Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.

3. 5 Cara Membuat Batik

Mari bersama kita melestarikan budaya batik dan kesenian Bangsa dengan mengetahui cara pembuatan batik tulis. Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah sebagai berikut : Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun) Canting sebagai alat pembentuk motif, Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain) Lilin (malam) yang dicairkan Panci dan kompor kecil untuk memanaskan Larutan pewarna

Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik tulis :

1. Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil. 2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut. 3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena. 4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu. 5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan. 6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama. 7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua. 8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku. 9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua. 10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan. 11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan. 12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari banyak kasus klaim kebudayaan Indonesia dan penghargaan dari UNESCO adalah bahwa bangsa yang dihargai adalah bangsa yang memelihara budayanya, bukan sebagai yang menciptakan pertama kalinya.

AKHIRNYA dunia mengakui batik merupakan salah satu warisan umat manusia yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Pengakuan serta penghargaan itu akan disampaikan secara resmi oleh United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO). Pengakuan dilakukan pada 28 September 2009 dan penghargaan resmi pada hari ini (2 Oktober) di Abu Dhabi.

Pengakuan UNESCO itu diberikan terutama karena penilaian terhadap keragaman motif batik yang penuh makna filosofi mendalam. Penghargaan itu juga diberikan karena pemerintah dan rakyat Indonesia juga dinilai telah melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya itu secara turun-menurun.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap Batik Indonesia, Presiden SBY meminta kepada seluruh warga negara Indonesia untuk memulai memakai batik pada hari ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, untuk selalu nguri-uri kebudayaan Indonesia. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik.

Setelah proses pengakuan ini apa yang harus dilakukan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia selaku pemilik sah batik? Apakah akan membiarkannya begitu saja? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan sekaligus mempromosikan batik secara kontinyu, dengan memakai batik sebagai busana kita sehari-hari. Disamping untuk menghidupkan industri batik secara tidak langsung, kita ikut menjaga kebudayaan Indonesia.

4.2 Saran

Agar warna batik berbahan sutra dan serat tidak cepat pudar, awet dan tetap tampak indah. Mencuci kain batik dengan menggunakan shampo rambut. Sebelumnya, larutkan dulu shampo hingga tak ada lagi bagian yang mengental. Setelah itu baru kain batik dicelupkan.

Anda juga bisa menggunakan sabun pencuci khusus untuk kain batik yang dijual di pasaran. Pada saat mencuci batik jangan digosok. Jangan pakai deterjen. Kalau batik tidak kotor cukup dicuci dengan air hangat. Sedangkan, kalau kotor, misalnya terkena noda makanan, bisa dihilangkan dengan sabun mandi atau bila kotor sekali, seperti terkena buangan knalpot, noda bisa dihilangkan dengan kulit jeruk dengan mengusapkan sabun atau kulit jeruk pada bagian yang kotor.

Sebaiknya Anda juga tidak menjemur kain batik di bawah sinar matahari langsung (tempat teduh). Kain batik jangan dicuci dengan menggunakan mesin cuci. Tak perlu memeras kain batik sebelum menjemurnya. Namun, pada saat menjemur, bagian tepi kain agak ditarik pelan-pelan supaya serat yang terlipat kembali seperti semula.

Sebaiknya hindari penyeterikaan. Kalaupun terlalu kusut, semprotkan air di atas kain kemudian letakkan sebuah alas kain di bagian atas batik itu baru diseterika. Jadi, yang diseterika adalah kain lain yang ditaruh di atas kain batik.Disarankan untuk menyimpan batik dalam plastik agar tidak dimakan ngengat. Jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini terlalu keras sehingga bisa merusak batik. Sebaiknya, almari tempat menyimpan batik diberi merica yang dibungkus dengan tisu untuk mengusir ngengat. Alternatif lain menggunakan akar wangi yang sebelumnya dicelup dulu ke dalam air panas, kemudian dijemur, lalu dicelup sekali lagi ke dalam air panas dan dijemur. Setelah akar wangi kering, baru digunakan.

Anda sebaiknya juga tidak menyemprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain atau pakaian berbahan batik sutera berpewarna alami.

Bila Anda ingin memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis, jangan disemprotkan langsung pada kainnya. Sebelumnya, tutupi dulu kain dengan koran, baru semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain.

4.3 Kritik

Demikian makalah ini kami buat sebagai tugas dari mata kuliah Kebudayaan Indonesia. Kami sadar masih banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dapat disampaikan kepada kami. Terima kasih.

Daftar Pustaka

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya. Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New York. ISBN 978-0-679-76867-8. www.wikipedia.com www.google.com www.yahoo.comhttp://diyank.blogspot.com/2010/12/v-behaviorurldefaultvmlo.htmlDAFTAR ISIHALAMANBAB I : PENDAHULUAN1. LATAR BELAKANG2. TUJUAN.3. SASARAN..BAB II : PERMASALAHAN1. KEKUATAN..2. KELEMAHAN3. PELUANG..4. TANTANGANBAB III : KESIMPULAN DAN REKOMENDASIKESIMPULAN.REKOMENDASI..REFERENSIBAB IPENDAHULUAN1. A. Latar Belakang Ada sebuah kisah nyata. Kisah ini diceritakan oleh James Gwee ketika menjawab pertanyaan seseorang yang merasa langkahnya tidak mendapat dukungan keluarga dan lingkungannya.Ada sepasang kakak beradik ketika dewasa ternyata menjalani kehidupan yang sangat bertolak belakang. Sang kakak adalah seorang pengusaha sukses, bisnisnya berkembang pesat, kesibukannya tiada henti, sering diminta berbicara di berbagai forum, dan sangat dihormati oleh banyak kalangan.Ketika ditanya apa resep kesuksesannya, dia menjawab, Saya berasal dari keluarga miskin, orang tua saya bercerai ketika saya masih kecil, ayah saya seorang pemabuk, penjudi, perilakunya kasar, suka memukul, malas bekerja. Ibu saya lah yang menghidupi saya dan adik. Nah, saya tidak ingin mengalami peristiwa itu lagi. Saya ingin kaya, saya benci pemabuk, dan saya menginginkan keluarga yang bahagia.Sebaliknya, kehidupan sang adik sungguh tragis. Dia menjadi pemabuk, suka judi, madat, malas, tanpa harapan masa depan. Ketika ditanya mengapa dia melakukan ini semua, jawabnya, Saya berasal dari keluarga miskin, orang tua saya bercerai ketika saya masih kecil, ayah saya seorang pemabuk, penjudi, perilakunya kasar, suka memukul, malas bekerja. Ibu saya lah yang menghidupi kami.Jadi apa yang bisa saya harapkan dari latar belakang keluarga yang berantakan ini. Saya menjadi berantakan karena nasib saya memang sudah begini, tambah sang adik.Menarik. Dengan latar belakang yang sama persis hasilnya bisa sangat berbeda. Cara pandang berbeda ternyata bisa menghasilkan output yang bertolak belakang. Semua terserah kepada masing-masing orang bagaimana mesti menyikapi latar belakang yang dimilikinya. Mario Teguh bilang, keberhasilan atau kegagalan karena sikap mental, bukan karena kapasitas mental. Berapa banyak orang yang punya pendidikan tinggi tapi bermental pengemis. Sebaliknya tidak sedikit yang pendidikannya pas-pasan tapi jadi juragan besar.Yang menjadi pertanyaan, kalau kita sudah bisa menentukan cara pandang positif, bagaimana cara mempraktekkan sehingga bisa menjadi kenyataan?Pilih lah lingkungan yang pas untuk mendukung cara pandang kita. Ibaratnya kalau ingin berhenti merokok ya jauhilah para perokok, kata orang bijak.Kalau ingin jadi pengusaha sukses ya masuklah komunitas pengusaha. Kalau ingin jadi karyawan cemerlang, ikutlah gathering-gathering yang diadakan para General Manager.Masih ingat dengan sinetron tempo doeloe yang berjudul Losmen?Sinetron itu ditayangkan di TVRI tahun 80-an. Losmen adalah sinetron yang kualitasnya diakui sampai sekarang. Bisa dikatakan tayangan itu cukup melegenda sampai sekarang. Para bintangnya pun juga tidak hilang ditelan zaman. Sebut saja Mathias Muchus, Eeng Saptahadi, Dewi Yull, Ade Irawan, Ida Leman, Mang Udel yang mahir main ukelele.Kwalitas peran mereka tidak diragukan lagi. Mereka bermain dengan sangat bagus. Meski alur ceritanya sedikit muter-muter tapi kita cukup puas melihat aksipara pemainnya karena mereka memang berlatar belakang seni peran. Jangan dibandingkan dengan kebanyakan sinetron sekarang. Ibarat membandingkan mobil mewah terbaru dengan bajaj.Yang cukup menarik di sini adalah mang Udel. Pria pensiunan ini benar-benar mengidap post power syndrome. Sebelum pensiun mang Udel adalah seorang pejabat di sebuah instansi ternama. Kalau berangkat ke kantor tas selalu dibawakan sopir, pintu mobil dibukakan. Begitu pula kalau turun dari mobil, pintu juga dibukakan dan tas dibawakan sampai di meja kerja. Semua karyawan menghormati dan memujanya. Semua orang tampak ramah di hadapannya.Tapi begitu usia pensiun menghampiri, dia tidak mampu mengelak. Usia tidak bisa ditahan dengan kekuatan apapun. Semua kenikmatan yang selama ini diperoleh satu persatu diminta kembali dan harus dikembalikan kepada lembaga yang selama ini dipimpinnya. Sopir pribadi yang selama ini setia menemani kini beralih menemani pejabat baru yang menggantikannya. Wajah-wajah ramah karyawan tidak lagi dijumpainya. Tas yang selama ini hanya mengenal tangan sang sopir kini jadi akrab dengan tangannya. Semua pujian tidak pernah lagi terdengar. Mobil yang begitu nikmat kini sudah dipakai oleh pejabat pengganti. Hidupnya kini sepi.Perubahan yang cukup drastis ini ternyata tidak siap untuk dihadapi. Mang Udel tidak kuasa menghadapi realitas. Dia mencoba tetap dengan kehidupan pejabatnya. Tiap pagi dia pergi dengan busana kerja yang sama dengan yang dipakai ketika masih jadi pimpinan. Kebiasaannya yang suka memerintah orang tidak bisa hilang dari perilakunya. Tapi kini tidak ada orang yang mau diperintah. Jadinya dia makin stres dan tertekan. Makin lama hidupnya makin terpuruk.Sindrom mang Udel ternyata dengan mudah kita jumpai di sekitar kita. Beberapa tetangga saya ternyata mempunyai kebiasaan mirip mang Udel. Pak Sastro (bukan nama sebenarnya) dulu adalah manajer lapangan perusahaan kontraktor. Anak buahnya banyak. Banyak perusahaan rekanan yang sangat ramah kepadanya. Kata-katanya cukup bertuah. Satu set kendaraan disediakan untuknya.Tetapi ketika perusahaannya ambruk oleh krismon 1998 dia harus menerima kenyataan dipensiun dini. Tiba-tiba dia harus di rumah ketika pagi hari, tanpa mobil tanpa sopir. Mobil yang selama ini disediakan untuknya harus dikembalikan. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Keadaan ini membuatnya sangat malu. Dan dia pun memutuskan mengurung diri di rumah bertahun-tahun supaya masih ada kesan tetap ngantor. Emosinya berubah cukup drastis. Rumah tangganya pun sangat terpengaruh.Ada lagi pak Silo (bukan nama sebenarnya). Sebelum krismon dia adalah penghubung antara ekportir dengan pejabat pelabuhan. Sepak terjangnya yang licin dalam mengurus dokumen membuatnya sering dipakai oleh perusahaan yang enggak mau repot urusan. Dan ketika dia harus keluar kerja lantara kantornya tutup, kebiasaannya ternyata sangat mewarnai di kehidupan bertetangga. Gayanya yang bak preman memang sering cepat menyelesaikan urusan meski ditempuh dengan jalan terobosan.Bu Siska (bukan nama sebenarnya) juga sama. Dulu dia memegang jabatan cukup tinggi di kantornya sehingga sering memerintah orang lain. Ketika masuk kehidupan realitas kebiasannya sulit hilang. Beberapa tetangga sering mengeluh karena diperintah seperti anak buahnya saja. Bu Siska hanya mau bergaul dengan tetangga sekelas dan menyepelekan yang lain.Sedangkan bu Susi (juga bukan nama sebenarnya), meski sampai sekarang masih ngantor tapi dia terbawa oleh posisi suaminya. Ruh Dharma Wanita (kalausuaminya jadi pejabat otomatis dia juga jadi pimpinan) sangat mengendap di benaknya. Tidak boleh ada orang yang menolak titahnya. Semua orang yang disuruh harus bersedia menuruti. Akibatnya sering terjadi benturan dengan tetangga.Masih ada beberapa tetangga saya yang cukup menarik diamati. Benang merah yang bisa ditarik adalah apakah kita masih memberlakukan mindset lama ketika kita sudah pindah kuadran? Ketika kita sudah memutuskan untuk melayani orang lain (jadi pengusaha) apakah kebiasaan minta dilayani masih melekat pada diri kita?Ada beberapa member TDA lho yang sebenarnya masih pakai mindset lama di kehidupan yang baru.Setelah mencapai puncak kejaan batik pada dasawarsa 1970-1980, pada era 1990-an dunia batik kita dilanda pengaruh munculnya batik printing atau tekstil dengan motif batik, yang berakibat banyaknya pengrajin batik tulis dan cap mengurangi kegiatannya ataupun menutup perusahaannya. Keadaan seperti ini diperparah dengan terjadinya krisis ekonomi ditahun 1997/1998. Batik printing terus berkembang menggerogoti pasar batik tradisional, dan bersamaan dengan itu tumbuh pesat permintaan batik painting, khususnya yang diperjual belikan di Bali. Bom Bali I pada tahun 2002 dan terbakarnya Pasar Tanah Abang di tahun 2003, semakin memperparah keadaan industri batik kita.Dalam persaingan global, indentitas batik sebagai produk Indonesia, mulai disaingi oleh Malaysia, dan dengan agresif melindungi produk batiknya melalui HKI. Di Indonesia protespun bermunculan, seperti halnya dengan kasus tempe dan reog Ponorogo. Tetapi sampai sekarang kita seperti kehilangan arah, kemana dan bagaimana batik sebagai hasil ekpresi budaya tradisional akan dilindungi. Rezim perlindungan HKI yang berlaku sekarang ini, sukar untuk melindungi hasil ekspresi tradisional maupun budaya. Dalam perlindungan HKI, sebenarnya ada komponen-komponen lain seperti Hak Moral, Hak Kebudayaan maupun Hak atas Indikasi Asal. Masalahnya bagi kita, instansi pemerintah mana yang akan menjadi focal point?TPT Tekstil dan Produk Tekstil, selalu menjadi primadona ekspor kita. Saat ini pemerintah menggulirkan program Restrukturisasi Industri Tekstil secara intensif dan ekstensif. Tetapi apakah industri batik dimasukkan kedalam skema tersebut, atau apakah industri batik dapat memanfaatkan program tersebut? Pemerintahpun telah mengembangkan program KUR Kredit Usaha Rakyat, tetapi sejauh mana usaha pengrajin batik memanfaatkan fasilitas ini?BATIK : BARANG atau PRODUK SENISewaktu batik masih didominasi oleh batik tulis, batik menempati kedudukan yang penting didalam masyarakat. Motif batik bukan hanya sekedar hasil karya seorang seniman batik, melainkan merupakan karya yang mempunyai nilai-nilai filosofis yang sangat mendalam. Batik waktu itu tidak terlepas dari kehidupan feodal dengan berbagai simbol-simbol dalam kehidupan. Batikpun menjadi hasil karya seni budaya. Kemudian batik meluas dan memasuki kehidupan masyarakat luas, sehingga bagi generasi berikutnya menjadi bagian dari warisan tradisional dan merupakan keharusan memiliki atau memakainya. Meluasnya pemakai atau konsumen batik mendorong pengusaha untuk dapat menyediakan batik dengan berbagai tingkat kwalitas dan harga. Perkembangan jenis batik ini dipengaruhi juga oleh perkembangan jenis bahan yang tersedia di pasar serta teknologi.Apakah semua jenis dan karya batik dapat disebut sebagai karya seni? Siapa penciptanya? Desainer atau pembatik?Mari kita bandingkan dengan seni lukis.Kita mengenal hasil karya para pelukis kenamaan di Indonesia maupun luar negeri. Sebut saja Raden Saleh, Basuki Abdullah, Affandi, Sudjojono, Joko Pekik, Srihadi, Popo Iskandar, Jehan, Huang Fong, dll. Mereka dikenal luas dan lukisannya menjadi koleksi museum, perusahaan maupun perorangan. Lukisan mereka sudah menjadi aset yang mempunyai nilai jual sangat tinggi. Tatapi banyak juga pelukis-pelukis yang dikenal oleh lingkungan tertentu, dengan nilai yang juga cukup tinggi. Untuk sebuah lukisan mereka hanya melukis sekali. Ada juga pelukis yang membuat lukisan terutama diperuntukan bagi dekorasi rumah, hotel, rumah makan, dan tempat umum lainnya. Kadang-kadang mereka membuat beberapa lukisan yang sama atau serupa. Kalau dilihat dari segi material, selain kanvas yang bertambah baik mutunya, cat minyakpun mempunyai spektrum kualitas dan harga yang lebar. Dengan perkembangan teknologi muncul cat acrylic yang lebih mudah prosesnya dan mempunyai warna yang lebih cerah. Kemudian kita kenal juga lukisan dengan mempergunakan cat air. Malah secara ekstrim juga dipergunakan material lain seperti bulu ayam, pelepah pisang, dan sederetan material lainnya. Lukisan-lukisan yang terkenal dari pelukis ternama, sering juga dibuat reproduksi yang jumlahnya ratusan mungkin ribuan (tentu dengan seijin pemegang hak ciptanya). Kita mengenal juga produk litografi yang dicetak dalam jumlah terbatas, dan selalu diketahui oleh pembelinya. Keberadaan komputer juga membawa dunia seni lukis kedalam era baru digital graphic paintingIni yang terjadi dalam dunia seni lukis dan apakah dalam batik sebagai produk seni kita bisa memilah-milah serupa ini?Kebanyakan batik diperdagangkan seperti barang biasa, mungkin sebagai tekstil biasa. Kita tidak pernah mengetahui sebuah motif (corak/desain) tertentu telah dibuat dalam berapa helai batik. Para penggemar dan pencinta batik mungkin dapat mengidentifikasikan sebuah batik dengan desainernya, atau dengan asal daerah batik tersebut. Dengan perkembangan material dan teknologi, perkembangan batikpun menjadi sangat beragam, seperti batik tulis halus dan kasar, batik cap, sablon (screening) dan printing. Atau kombinasi dari proses-proses tersebut. Bahan dasarnya selain katun (mori), juga ada sutera, rayon, dan polyester yang berupa tekstil, ada juga hasil tenun ATBM dengan memasukan motif tertentu.Ada juga tenun ATBM yang berkembang sedemikian sehingga hasilnya menyerupai motif batik. Kita temui juga tenun ATBM bermotif yang ditambah hanya beberapa garis dan motif batik sebagai hasil proses pembatikan. Kita jumpai juga kombinasi antara tenun dan batik yang disebut banun. Mungkin ada yang lain lagi yang belum tersentuh oleh makalah ini. Pemanfaatan komputer untuk disain motif sudah dilakukan oleh beberapa disainer batik, termasuk oleh Menteri Ristek. Pola dan motifpun mengikuti dinamika konsumen baik nasional maupun internasional, sebagai batik dengan motif kontemporer. Apalagi pada jenis kain batik yang dipergunakan untuk keperluan rumah tangga seperti bed-cover, muncul batik bermotif logo kesebelasan nasional sepak bola Italia, Jerman, Inggris, Spanyol dan yang lain, atupun logo klub-klub terkenal. Produsen peralatan olah raga Addidas telah mengeluarkan seri sepatu, tas dan jaket dengan motif batik.Inilah keragaman yang bersumber dari batik. Tapi pertanyaannya apakah kesemua ini dinamakan batik? Apakah konsumen dapat mengenal dan membedakannya, mana yang batik dan mana yang bukan? Para ahli dan pakarlah yang harus dapat merumuskannya.Yayasan Batik Indonesia, Departemen Perindustrian, Departemen Pariwisata dan Kebudayaan(?), sedang mempersiapkan suatu cara untuk melindungi konsumen, dengan memberikan mark pada batik tulis, cap atau kombinasinya. Upaya ini tentu terbatas hanya pada prosesnya. Bagaimana halnya dengan hasil sablon dan printing?INDUSTRI BATIKKalau kita ingin membahas industri batik secara utuh, maka harus melihatnya dari mulai bahan baku sampai akhirnya kekonsumen. Pada kesempatan ini mungkin kita batasi pada masalah produksi dan pemasaran.Batik dalam pengertian yang berkembang di kita dapat dimasukkan kedalam dua katagori, yaitu kerajinan dan TPT. Tetapi kalau kita membahas TPT secara global, biasanya produk batik sudah masuk kedalamnya. TPT selalu menjadi andalan dan primadona ekspor industri kita. Data-data dari Departemen Perindustrian menunjukan bahwa pada tahun 2006 tenaga kerja pada industri TPT sebanyak 1,2 juta orang, belum termasuk industri TPT skala kecil dan rumah tangga, dengan nilai ekspor US$ 9.45 milyar dan meningkat menjadi US$ 10,03 milyar pada tahun 2007. Salah satu kendala dalam industri TPT, ialah usia permesinan yang sudah tua, rata-rata diatas 20 tahun. Dengan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri TPT, diperkirakan pada tahun 2009 ekspor TPT bisa mencapai US$ 11,80 milyar dengan surplus sekitar US$ 5 milyar, dan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 1,62 juta atau keseluruhannya 3 juta orang, sudah termasuk tenaga kerja yang tidak langsung.Industri batik pada tahun 2006 berjumlah 48.287 unit usaha tersebar di 17 propinsi, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 792.300 orang. Sedangkan nilai produksi mencapai Rp. 2,90 triliun dan nilai ekspor US$ 110 juta. Sedang beberapa data menunjukan bahwa Jawa Tengah memberikan kontribusi ekspor sekitar 30-35% dari ekspor nasional.Industri batik saat ini merupakan industri kecil dan menengah, terkadang dikombinasi dengan industri rumah tangga. Tenaga kerja langsung yang terlibat proses pembatikan itulah yang sering disebut dengan pengrajin. Produktivitas produksi batik ini terutama batik tulis sangat rendah, kadang-kadang untuk menyelesaikan satu lembar kain batik halus memerlukan waktu 4-6 bulan. Tetapi untuk menyelesaikan batik tulis kasar dengan motif sederhana, diperlukan waktu hanya satu minggu. Dengan adanya persaingan dari proses sablon dan printing, maka jumlah pengrajin batik ini semakin berkurang, dan yang berkembang adalah para peng-disain batik halus disisi high-end product. Kombinasi tenun halus bermotif dengan batik tulis, merupakan inovasi yang memukau.Pasar batik yang semakin melebar, serta dinamika selera masyarakat maka, perubahan dan perkembangan motif harus dilakukan secara cepat dan dalam waktu yang singkat. Siklus disain akan semakin pendek, dan pasar harus segera dibanjiri untuk mendapatkan pengembalian investasi. Perusahaan-perusahaan besar, juga dalam TPT, akan berorientasi kepada budaya kontemporer barat, yang sangat, ialah pandangan ingin yang baru, lebih besar atau lebih bagus. Oleh karenanya perusahaan akan menerapkan strategi planned obsolescence atau menjadi ketinggalan zaman atau tidak up to date, kedalam poduknya. Strategi new atau improved dilakukan.Hal inilah yang akan mendorong proses sablon dan printing motif batik terus berkembang dengan pesat. Pertanyaannya adalah apakah sablon dan printing ini dapat disebut sebagi batik?Disisi lain perkembangan dan pemanfaatan teknologi komputer untuk mendisain motif baru yang sudah mulai diterapkan, pada saatnya akan diikuti oleh proses penggambaran secara langsung kedalam kain, dengan memanfaatkan printer besar atau plotter. Ditambah lagi dengan sudah mulai dimanfaatkannya canting listrik (apalagi kalau minyak tanah semakin langka atau hilang), perkembangan berikutnya yang dapat dibayangkan adalah pemakaian plotter yang langsung memakai malam dan dilakukan sekaligus dengan beberapa canting secara bersamaan. Hal ini dapat terjadi kalau yang menjadi acuan hanya produktivitas. Dan ini sangat mungkin terjadi! Tetapi apakah dapat dikatagorikan sebagai batik?Jadi pilihannya adalah, bagaimana menempatkan batik tulis khususnya sebagai branded produk, atau sebagai produk seni dari segala aspeknya, seperti perlindungan HKI, perlindungan hak budaya, perdagangan dan tidak diberlakukan sebagai barang biasa.Pengalaman yang pahit Bom Bali I dan terbakarnya Pasar Tanah Abang, yang sering disebut dengan jalur sutera, mengharuskan adanya terobosan perubahan sistem perdagangan. Sistim konsinyasi yang dilakukan oleh toko-toko besar atau pusat perbelanjaan, sangat merugikan para pengrajin. Demikian juga halnya dengan tengkulak atau pengepul yang baru membayar setelah barangnya terjual. Beragam pameran yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta di berbagai kota besar, memberikan dampak positif terhadap para pengrajin, selain ongkosnya masih terjangkau, dan yang paling utama ialah bisa mendapatkan uang tunai dari penjualan batiknya. Selain itu berbagai cara penjualan on-line melalui internet telah berkembang, tetapi keefektifan serta hasilnya belum dapat saya ketahui pada saat ini.MASALAH DAN MASA DEPANDengan perkembangan perekonomian sekarang ini, maka masalah yang paling menonjol adalah masalah pendanaan. Kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok akan mendongkrak harga barang-barang lainnya. Pengrajin batik sudah tentu tidak termasuk mereka yang akan menerima BLT Plus. Dengan meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan pokok, tidak dapat dipungkiri lagi akan mengakibatkan menurunnya ketersediaan dana untuk modal usaha. Pemerintah baru saja meluncurkan program KUR Kredit Usaha Mikro, yang ditujukan untuk pengusaha mikro dengan pagu pinjaman sebesar Rp 5 juta, sebagai perluasan dari KUR sebelumnya dengan pagu kredit maksimum Rp 500 juta. Program KUR yang pertama dikaitkan dengan meningkatnya harga kedelai di pasar lokal, dan penyaluran kreditnya akan difokuskan pada beberapa sektor usaha, yakni pertanian, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan perdagangan. KUR merupakan kredit KUKM yang dijamin oleh pemerintah sebesar 70% dan oleh perbankan 30 %, dengan bunga maksimum 16% per tahun, dan tidak diperlukan agunan, karena hanya dilihat dari kelayakan usahanya saja.Stagnasi dalam pengadaan permesinan dalam industri TPT sejak tahun 1990an, mengakibatkan kwalitas dan produktivitas industri TPT kita menjadi kalah bersaing di pasar global, maupun pasar dalam negeri. Pemerintah sudah meluncurkan program baru yang disebut Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri TPT. Ada dua Skim yang ditawarkan. Skim I, bagi mereka yang telah membeli mesin-mesin baru dengan dana perbankan, bisa segera mengajukan kepada Pemerintah untuk mengikuti program ini, dan mendapatkan penggantian (reimbursement) dari pemerintah sebesar 10% dengan plafon maksimum Rp 5 milyar. Kalau mesin baru tersebut hasil produksi dalam negeri, maka tingkat penggantiannya menjadi 15%. Skim II, adalah pinjaman dengan suku bunga rendah yaitu 7%/tahun, dengan masa pinjaman maksimum 5 tahun. Pola ini lebih menguntungkan bagi pengusaha, karena porsi pengusaha (self-financing) hanya 20%, 70% porsi Departemen Perindustrian, dan LPP sebesar 10%. Skim II ini dilaksanakan dengan besaran antara Rp 100 juta sampai Rp 5 milyar. Selama ini dengan program restrukturisasi mesin/peralatan, telah terjadi peningkatan kapasitas produksi 10-15%, peningkatan produktivitas 16-25%, dan effisiensi penggunaan energi 6-18%.Industri batik, seyogyanya dapat mempelajari pemanfaatan kedua program tersebut agar bisa mengatasi kendala permodalan dan pembaruan permesinan.Sekarang dan masa mendatang Brand, Standards and Quality telah dan akan menjadi ciri utama globalisasi yang berlaku dimana saja. Dalam menghadapi persaingan global ini, mau tidak mau industri batik harus memperhatikan ketiga hal tersebut diatas. Pengamanan supply bahan atau supply chain harus menjadi perhatian, agar tidak terjadi stagnasi dalam proses produksi.Sedang dalam menghadapi pesaing utama dalam TPT, yaitu China, maka rasionalisasi biaya produksi dengan berbagai inovasi (cost innovation) perlu dilakukan. Dan akhirnya batik sebagai produk kerajinan tradisional dan budaya, menghadapi pesaing utama dan yang terbesar, ialah kita sendiri.1. B. Tujuan Tujuan dilestarikan budaya batik :1. Agar generasi muda dapatn melestarikan kembali dijaman yang akan datang atau modern.2. Supaya dapat dipasarkan di Negara-negara luar biar tradisi Indonesia terkenal sampai mancanegara.3. Untuk mengenal lebih banyak ragam corak batik seluruh Indonesia4. Agar dijaman modern nantinya dapat mengenal budaya tradisional khas jawaC. SasaranUntuk melestarikan batik Indonesia dan melindunginya secara hukum dari pemanfaatan oleh pihak lain di dalam maupun luar negeri, memperkenalkan identitas batik Indonesia ke pasar duniaBab IIPermasalahanDunia batik kita diwarnai dengan berbagai gejolak, antara lain yang berkaitan dengan HKI maupun yang berhubungan dengan lingkup perbatikan sendiri, seperti tekstil motif batik (printing). Tidak adanya kejelasan penanganan masalah HKI, menimbulkan interprestasi yang beragam dikalangan masyarakat dan pemerintah (daerah). Kreatifitas, khususnya didalam bahan, desain corak dan motif, terpengaruh juga dengan dinamika pasar global. Dengan pekembangan teknologi, bentuk pasar batikpun mulai berubah, selain pasar fisik muncul juga pasar on-line. Sedangkan disisi produksi selain masalah produktifitas dan tenaga kerja, berkembang penggabungan atau mungkin persenyawaan (chemistry) antara tenun, printing dan pembatikan. Masa depan batik akan sangat ditentukan dengan pendekatan branding dan pengamanan supply chain, kalau ingin bertahan didunia global. Kota batik di Pekalongan, bukan Jogja eh bukan Solo. (SBY, Slank). Bahkan, grup musik Slank pun menguatkan citra Pekalongan sebagai kota batik. Namun, melihat pemberitaan mengenai industri batik di sana yang mengalami kelesuan (Kompas, 27/3) bisa jadi lagu tersebut akan tak relevan lagi jika kondisi seperti saat ini dibiarkan. Kelesuan industri batik yang berbuntut pada terhentinya proses produksi untuk sementara waktu jelas merugikan banyak pihak.Tak hanya penikmat batik, pengusaha dan terlebih para pekerja perajin batik yang jumlahnya ratusan dari 14 kelurahan yang ada di sana pastinya juga mengalami kerugian, terancam dan terpukul sisi perekonomiannya. Kehidupan dari membatik yang mereka andalkan sebagai satu-satunya penopang hidup terancam hilang dan hal tersebut tentunya patut menjadi perhatian kita bersama untuk dicarikan solusinya.Untuk mengatasi permasalahan, tentu kita harus menguraikan satu per satu benang kusut akar permasalahan yang ada. Salah satu hal yang bisa diatasi dan hal tersebut bisa dilakukan secara mandiri oleh para perajin batik adalah dengan menekan beban produksi yang sejauh ini kian merangkak naik. Salah satu kebutuhan bahan baku yang naik tersebut adalah pewarna batik yang harganya dari Rp 26.000 menjadi Rp 48.000, atau hampir dua kali lipatnya .Permasalahan ini bisa diuraikan, meski tidak secara komprehensif dapat menyelesaikan semua permasalahan, namun paling tidak memperingan beban produksi. Solusi yang bisa ditempuh adalah mengganti bahan baku pewarna batik dengan pewarna batik alami.Selama ini, sebagian perajin batik masih menggunakan pewarna sintetis impor. Padahal, selain harganya cukup mahal, penggunaannya juga mengancam kehidupan manusia karena bersifat karsinogenik yang cukup merusak lingkungan. Belum lagi pembuangan limbahnya yang tentu saja sangat berbahaya. Padahal, sebagian besar industri batik rumahan di Pekalongan membuang limbahnya ke sungai tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.Imbasnya, air sungai menjadi tercemar dan tentu saja tidak dapat dimanfaatkan kembali. Lebih dari itu, air sungai yang telah tercemar jika nantinya meresap ke sumur sebagai sumber utama mata air untuk kehidupan sehari-hari, jika dikonsumsi terus-menerus, tentu dalam tempo lama akan berakibat fatal.Mengenai penggunaan pewarna buatan ini, bahkan Pemerintah Jerman dan Belanda telah melarangnya. Karena, penggunaan pewarna yang terbuat dari bahan kimia, naphtol, maupun garam diazonium ternyata bisa menyebabkan kanker kulit. Oleh karena itulah, mengapa pewarna alami lebih dianjurkan penggunaannya, entah dalam makanan, pakaian, dan lain sebagainya, karena selain ramah lingkungan juga tidak menimbulkan efek samping.Nah, penggunaan pewarna alami pada batik ternyata bisa menjadikan warna batik lebih sejuk untuk dipandang karena warna yang ditimbulkan juga tidak begitu mencolok pada mata kita. Untuk itu, tak aneh jika saat ini wisatawan, utamanya mancanegara, lebih meminati batik dengan pewarna alami dibanding batik dengan pewarna sintetis.Manggis memperlancar bisnisSalah satu pewarna batik alami yang bisa dipakai adalah dengan menggunakan bahan kulit manggis. Pembuatan penggunaan pewarna batik alami dari kulit manggis ini tentunya penting diketahui khalayak umum, khususnya perajin batik. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya sederhana, juga bahan bakunya mudah didapatkan.Garcinia mangostana (nama Latin manggis) yang banyak ditemukan di negeri kita ternyata mengandung flavan-3, 4-diols, yang tergolong senyawa tanin, dan dapat digunakan sebagai pewarna alami pada kain. Tanin adalah salah satu zat warna yang terdapat dalam berbagai tumbuhan dan yang paling baik adalah dalam manggis.Ketika bereaksi dengan logam, tanin membentuk zat warna mordan. Untuk mendapatkan warna kuning hingga coklat, yang sering digunakan pada batik tradisional, tentunya dapat menggunakan kulit manggis yang kaya akan tanin tersebut. Hal yang perlu dilakukan dalam proses pembuatannya cukup sederhana. Pertama, manggis dipisahkan dari kulitnya, kemudian kulit dikeringkan. Setelah kering, kemudian dihaluskan supaya dalam ekstraksi bisa mendapatkan hasil yang sempurna.Proses kedua adalah melarutkan kulit manggis yang telah dihaluskan kedalam petroleum eter. Bahan-bahan dari tanaman biasanya mengandung lemak atau lilin yang sangat nonpolar. Petroleum eter termasuk senyawa nonpolar sehingga nantinya sering menyebabkan emulsi. Karena itulah, senyawa-senyawa ini perlu dipisahkan dari bahan tanaman dengan cara perkolasi atau solletsasi bahan tanaman dengan petroleum eter.Proses yang ketiga setelah lemak dipisahkan adalah melarutkan ekstrak manggis dengan eta-nol 95 persen. Penggunaan etanol ini dikarenakan etanol merupakan pelarut organik yang bisa digunakan dalam mengekstraksi senyawa alkaloid dari berbagai tumbuhan. Dan tenang saja, etanol ini lebih ramah lingkungan dibanding dengan metanol sehingga aman digunakan meskipun termasuk bahan kimia.Proses selanjutnya adalah larutan basa berair diekstrak dengan kloroform. Proses ini dimaksudkan untuk memisahkan tanin dengan senyawa-senyawa lain sehingga nantinya didapatkan senyawa tanin yang kemudian diuapkan untuk menghasilkan kristal berwarna coklat. Nah, kristal inilah yang nantinya digunakan sebagi pewarna batik melalui pencelupan warna.Selain kulit manggis, sesungguhnya masih banyak lagi pewarna lain yang bisa digunakan, seperti kunyit, kulit rambutan, kulit- kulit pohon, dan lain-lain yang sifatnya selama ini terbuang. Hal ini tentunya selain meminimalkan limbah alam, juga secara otomatis meningkatkan nilai guna produk-produk alam. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.Selain memanfaatkan limbah manggis, kita juga sekalian bisa ikut andil melestarikan lingkungan di tengah kerusakan global saat ini. Tentu ini hanya salah satu jalan untuk keluar dari permasalahan global kelesuan industri batik. Namun, paling tidak hal ini bisa menjadi stimulus bagi stakeholder lainnya untuk berkiprah mencari solusi lainnya dalam rangka mengangkat derajat perajin batik dari keterpurukan1. KEKUATAN1. Kekuatan apa yg dimiliki bangsa kita, kok yoo hak milik indonesia yang berharga satu persatu di klaim milik Malaysia??? banyak kasus, seperti malaysia akui Reog, lagu RAsa sayange, batikdsb walau akhirnya dapat kita ambil lagi hak tersebut dengan pengakuan Malaysia yg menyesal dan mengakui kalau yang di curi tersebut adalah milik Indonesia Asli termasuk kebudaydengan2. Dengan kekuatan modal tekun, keuletan, serta bantuan dari pemerintah, industrinya tersebut mampu bertahankan batik sampai ke generasi berikutnya3. Menjadi daya tarik para turis atau Negara-negara maju untuk melihatlihat ciri khas kebudayaan asli Indonesia yang berasal dari jawa2. KELEMAHAN1. a. Generasi muda yang di jaman modern ini tidak mau melestarikan kebudayaan batik kembali 2. b. Kebudayaan batik melemah karna sulitnya ekonomi (krismon) untuk menjadi modal utama mereka pembuatan batik 3. c. Kurangnya dari Negara Indonesia untuk memproduksi kebudayaan batik sampai ke luar negeri 3. PELUANG1. a. Kebudayaan batik sudah menjadi suatu kebutuhan untuk sebagian atau bahkan hampir menyeluruh pemakaian busana batik ini mendominasi di negara kita, seperti halnya perusahaan perusahaan BUMN dan tidak menutup kemungkinan perusahan swasta yang mengkhususkan memakai busana batik untuk hari-hari tertentu. 2. b. Menjadi peluang usaha bagi para pengusahawan yang mempasok produksi batiknya sampai ke Negara-negara luar 3. c. Pemakaian busana batik ini bisa juga digunakan untuk banyak acara, seperti apabila kita diundang oleh kerabat dan relasi kita, paling tidak yang ada di benak kita adalah busana berkerah rapi dengan bawahan gelap atau busana batik 4. TANTANGAN1. Ikutnya Negara luar dalam memproduksi kebudayaan batik yang menjadi masalah bagi pengusaha dari indonesia2. perkembangan batik di Indonesia sebagai warisan budaya yang memiliki nilai ekonomi untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.3. Persoalan lain yang menjadi tantangan perkembangan batik ke depan adalah masih minimnya akses informasi dan akses pasar. Ia juga mengkritisi sebagian besar perajin batik yang masih menggunakan zat warna kimia dan penanganan limbahnya belum dilakukan dengan benar sehingga mencemari lingkungan. Belum lagi, lanjut dia, ketersediaan kain sutera sebagai bahan baku batik masih terbatas.BAB IIIKESIMPULAN dan REKOMENDASI TANTANGANKESIMPULANHasil kajian ini akhirnya memperlihatkan bahwa pasar terhadap produk yang dihasilkan oleh usaha kerajinan batik melalui pengembangan kedua model ternyata masih sangat terbuka, baik untuk memenuhi permintaan yang datang dari pasar lokal, maupun permintaan yang datang dari pasar ekspor.Sedangkan kajian terhadap aspek teknologi dan produksinya menunjukkan bahwa bilamana kedua model dikembangkan maka secara teknis bahan baku dan bahan- bahan pembantu serta sarana dan prasarana yang diperlukan cukup tersedia di lokasi pengembangan, teknis produksinya relatif telah dikuasai oleh kebanyakan masyarakat pembatikan didaerah kajian. Pelaksanaanya juga tidak memerlukan bantuan tenaga ahli yang harus didatangkan dari luar daerahSekalipun secara pemasaran, teknologi/produksi dan segi keuangan kedua model ini layak dikembangkan, diwaktu yang akan datang ada kemungkinan sektor pembatikan akan mengalami kendala. Kendala ini berkaitan upaya pemecahan masalah limbah pembilasan produk batik yang belum diatasi. Bilamana masalah limbah pembatikan ini tidak segera dicarikan pemecahannya maka ada kemungkinan produk batik ekspor akan menghadapi hambatan disebabkan karena masalah lingkungan.REKOMENDASIWalaupun keberadaan batik beberapa waktu lalu sempat diklaim negara tetangga. Batik menurut beberapa literatur sudah ada di bumi pertiwi ini sejak zaman Majapahit berkembang hingga saat ini. Batik kini sudah alami berbagai perubahan cara membuat.Bila dahulu pembuatannya dilakukan secara tradisional, kini cara-cara modern sudah dilakukan untuk memenuhi tuntutan pasar yang cenderung cepat dan massal.Pembenahan terus dilakukan oleh para pelaku bisnis terkait juga pemerintah untuk memproteksi agar warisan budaya ini tetap menjadi trade mark tanah leluhur. Salah satunya dengan mengusulkan ke United Nation Educational,Scientific and Cultural Organization (UNESCO) agar batik diakui sebagaikekayaan intelektual warisan budaya asli Indonesia.Dirjen Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian Fauzi Azizbeberapa waktu lalu sempat mengatakan proses tersebut sudah berjalan pada tahap akhir, tinggal diputuskan di sidang komite September 2009 atau Oktober 2009 di Dubai, Uni Emirat Arab.Sudah dua pertiga anggota UNESCO memberikan rekomendasi, menyetujui batik untuk diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia. Diantaranya Nigeria, Korea Selatan, Uni Emirat Arab yang sudah.Bahkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia telah lakukan kerjasama dengan Departemen Perindustrian serta Yayasan Batik Indonesia dan para pengusaha maupun seniman batik meluncurkan tanda batik atau batik merk Batik Indonesia.Ini dimaksudkan untuk melestarikan batik Indonesia dan melindunginya secara hukum dari pemanfaatan oleh pihak lain di dalam maupun luar negeri, memperkenalkan identitas batik Indonesia ke pasar dunia.REFERENSI1. Internet2. Kamus3. Buku Panduan, dan4. Koranhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/makalah-budaya-batik/

makalah batik Senin, 11 Mei 2009Aspek Ekonomi dan Perdagangan Batik Indonesia*)

Oleh : H. Noorbasha Djunaid.(Ketua Umum GKBI)

Pada jaman kerajaan di Jawa, para anggotauarga kerajaan membuat corak batik pada kain-kain mereka untuk dikenakan secara ekslusif. Batik hanya dikenakan oleh keluarga raja dan para bangsawan. Rakyat biasa waktu itu belum bersentuhan dengan batik. Sampai ketika Islam masuk jawa tradisi ini masih berlaku.

Ketika Balanda masuk menjajah Indonesia, banyak keluarga kerajaan yang menentang Belanda mengungsi ke desa-desa atau ke kampung-kampung, berbaur dengan masyarakat umum. Kemudian mereka membuat batik untuk dijual kepada umum. Mereka juga mengajarkan cara membuat batik kepada masyarakat, sehinggan batik tidak lagi menjadi pakaian ekslusif.

Ada dua aliran dalam pembicaraan masalah batik saat ini, yaitu aliran yang berusaha mempertahankan batik sebagai nilai budaya, dan aliran yang melihat batik sebagai salah satu dari komoditas ekonomi yang diperdagangkan.

Namun sebenarnya, pandangan bahwa batik sebagai nilai budaya sudah berhenti ketika para raja-raja jawa pada jaman dulu mengumumkan bahwa batik tidak lagi menjadi monopoli kerajaan tetapi boleh dipakai oleh siapa saja. Sejak itu bicara batik adalah bicara perdagangan. Orang membuat batik adalah untuk dijual, meskipun ia mengatakan sebagai karya seni, ketika bicara masalah harga maka benda seni itu menjadi benda komoditi.

Batik memang memiliki corak seni dan memiliki cirri khas yang indah. Namun orang sekarang berbeda pandangan apakah pembuatan batik dengan cara printing juga disebut sebagai batik. Kita tidak akan membicarakan masalah ini lebih jauh, karena tema pembicaraan kali ini adalah ASPEK EKONOMI DAN PERDAGANGAN BATIK INDONESIA

Seni menunjang sebuah komoditas agar sebuah barang memiliki nilai tambah dan dapat diterima di pasar untuk kemudian dibeli oleh konsumen. Karena itu karya seni dalam batik harus memberi nilai tambah tetapi tidak membuat beban biaya yang tinggi, karena jika biaya tinggi maka harga barang itu tidak mampu bersaing. Berarti nilai ekonominya menjadi tidak efektif.

Berbicara batik dari sisi komoditas ekonomi, tidak bisa lepas dari hukum-hukum ekonomi seperti komoditas-komoditas perdagangan lainnya seperti harga, biaya, efisiensi dan sebagainya. Artinya kita tidak bisa memaksa masyarakat berpakaian batik dengan alasan budaya. Produk batik harus memiliki daya saing terhadap produk tekstil lainnya.

Seperti di negara-negara lain, pakaian tradisional telah banyak ditinggalkan oleh masyarakatnya. Di Jepang, misalnya, kimono juga tidak diutamakan oleh orang Jepang sebagai pakaian nasional. Di dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini, orang memilih pakaian semata-mata berdasarkan pertimbangan ekonomis, yaitu ia akan menjatuhkan pilihannya di antara sekian banyak pilihan pakaian lainnya dengan pertimbangan harga, kwalitas dan kesukaannya. Karena itu ketika konsumen memilih batik untuk dibeli, ia membeli keindahan batik, bukan karena nilai tradisionalnya.

Ketika Indonesia mengalami masa krisis ekonomi tahun 1997, harga dollar tiba-tiba melonjak dari Rp 2.750,- menjadi Rp 18.000,- Secara umum, makro maupun mikro ekonomi jelas situasi ini tidak menguntungkan. Banyak perusahaan-perusahaan besar gulung tikar, bank-bank besar dilikuidasi, dampaknya pengangguran semakin bertambah sementara hutang negara dan swasta dengan kurs dollar pun semakin membengkak.

Recoveri ekonomi ternyata tidak bisa dilakukan dalam tempo singkat, namun ada keajaiaban di tengah krisis ekonomi yang hampir membuat putus asa, dunia usaha pada sektor-sektor riel usaha kecil tertentu justru bangkit. Banyak pengrajin batik, pengrajin ukiran kayu, petani-petani hasil komodiatas ekspor menjadi solusi yang agak meringankan. Ketika banyak konglomerat gulung tikar, usaha kecil menengah justru bertahan.

Di Pekalongan, di tengah masyarakat dilanda persoalan krisis tiba-tiba muncul Pasar Grosir Setono, disusul dengan Grosir-grosir lainnya, muncul ratusan toko-toko batik. Artinya, diakui atau tidak diakui ada pertumbuhan penjualan batik di Pekalongan. Hal ini patut dijadikan perhatian, karena sector batik justru tumbuh di tengah krisis ekonomi.

Ada permintaan pasar batik yang cukup besar. Dan batik yang banyak diminta jelas adalah batik dengan nilai komersial, corak bagus, harga bersaing, produknya memuaskan. Batik Indonesia banyak dikirim ke negara-negara seperti Eropa, Amerika, Pilipina, Thailand, Afrika, dan negara-negara lainnya. Batik Indonesia memang sudah memiliki nama di dunia internasional. Karena itu adalah kewajiban bagi para pengusaha batik untuk lebih mendalami masalah batik agar bisa terus berkembang menjadi komoditas andalan. Terutama dalam rea perdagangan bebas AFTA dan APEC.

Menurut saya Pengusaha Batik harus tidak lagi mengandalkan feeling tradisionalnya saja dalam menjalankan bisnisnya. Dia harus belajar manajemen, mengerti ilmu ekonomi, mengerti situasi pasar antara permintaan dan penawaran, mengerti tren konsumen, menguasai cara-cara ekspor impor, mengerti pemasaran produk lewat e-commerce, dan sebagainya. Dalam menghadapai tantangan ekonomi ke depan kehalian-keahlian itu harus dimiliki, karena jika tidak akan dimiliki oleh orang lain.Prospek ekonomi batik ke depan memang tergantung dari kepiawaian para pengusaha dan pedagang batik dalam mengolah produksi dan memasarkannya. Jika kita lihat, situasi tekstil dalam negeri yang kurang menggembirakan, karena tidak ada lagi kuota ekspor ke Amerika Serikat, di mana negara ini merupakan pembeli terbesar, maka batik diharapkan bisa menjadi ujung tombak dari ekspor tpt ke luar negeri. Dengan corak dan kehkasan batik diharapkan dapat menarik perhatian konsumen tekstil dan produk tekstil dengan menembus pasar ekspor dunia tanpa bergantung pada kuota.

Pekalongan, 19 Maret 2005

* ) Makalah ini disampaikan pada acara seminar Batik di Gedung PPIP Pekalongan tanggal 19 Maret 2005

Sumber : GKBI.info http://bagoes-jonobagoes.blogspot.com/2009/05/makalah-batik.html