Upload
nur-muizzah
View
165
Download
75
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Manffat Kulit pisang sebagai adsorben pada minyak jelantah
Citation preview
KULIT PISANG SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
MENJERNIHKAN MINYAK JELANTAH
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Bapak Moh. Syahri
Oleh
1. Vika Noer Baety (120331402672)
2. Sisca Puspita Wulandari (120331420957)
3. Nur Mu’izzah (120331420991)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
APRIL 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Kulit Pisang Sebagai Adsorben untuk Menjernihkan
Minyak Jelantah” untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan
yang dibina oleh Bapak Moh. Syahri. tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini dibahas beberapa topik yaitu penyebab kerusakan pada
minyak goreng yang telah digunakan, bahaya penggunaan minyak jelantah, cara
menjernihkan minyak jelantah, kandungan kulit pisang yang bisa dimanfaatkan
sebagai adsorben penjernihan minyak jelantah dan proses penggunaan kulit pisang
sebagai adsorben penjernihan minyak jelantah.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
bisa dijadikan dasar pemikiran bagi para intelektual untuk dikaji lebih mendalam
di masa mendatang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Malang, 27 April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................
Daftar isi ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Kerusakan pada Minyak Goreng yang Telah
Digunakan……………………………………………………….....
2.2 Bahaya Penggunaan Minyak Jelantah……………………………...
2.4 Cara Menjernihkan Minyak Jelantah……………………………….
2.4 Kandungan Kulit Pisang yang Bisa Dijadikan Adsorben..................
2.5 Proses Penggunaan Kulit Pisang sebagai Adsorben Penjernihan
Minyak Jelantah................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................................
i
ii
1
1
2
3
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sering
digunakan dalam masyarakat, terutama oleh ibu rumah tangga dan penjual
gorengan. Kurang lebih 290 juta ton lemak dan minyak dikonsumsi tiap
tahun untuk kripik kentang saja. Menggoreng bahan pangan banyak
dilakukan di negara kita, yang merupakan suatu metode memasak bahan
pangan.Banyak jumlah permintaan akan bahan pangan digoreng, merupakan
suatu bukti yang nyata mengenai betapa besarnya jumlah bahan pangan
digoreng yang dikonsumsi oleh lapisan masyarakat dari segala tingkat umur.
Dalam penggorengan, minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar
panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan
pangan (Ketaren, 1986:130-131). Penggunaan minyak goreng yang bisa
digunakan secara berulang-ulang menyebabkan minyak goreng menjadi
minyak jelantah. Namun, dalam masyarakat pemahaman tentang bahaya
minyak jelantah ini masih kurang.
Masyarakat terbagi menjadi dua kelompok dalam memahami makna
minyak jelantah. Kelompok pertama adalah mereka yang mengganggap
minyak jelantah sebagai limbah yang sudah tidak terpakai lagi, sehingga
limbah dianggap tidak memiliki fungsi lagi. Sedangkan kelompok kedua
adalah kelompok yang menganggap bahwa minyak jelantah tidaklah
berbahaya, bahkan minyak jelantah dianggap mampu membuat makanan
menjadi terasa lebih sedap. Untuk para penjual gorengan biasanya masih
menggunakan minyak jelantah dengan alasan untuk menghemat biaya
produksi sehingga mereka bisa memperoleh laba dengan sebesar-besarnya.
Padahal minyak jelantah ini memiliki dampak yang sangat membahayakan
bagi kesehatan manusia yaitu bisa menyebabkan pengendapan lemak dalam
pembuluh darah sehingga darah tidak bisa megalir dalam tubuh kita dengan
lancar.
Perlu diadakan penjernihan minyak jelantah untuk pemanfaatan
minyak jelantah secara maksimal dan pengurangan bahaya dari minyak
jelantah. Penjernihan minyak jelantah ini bisa dilakukan dengan pemanfaatan
beberapa bahan alam yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Bahan
tersebut dimanfaatkan sebagai adsorben untuk penjernihan minyak jelantah.
Proses adsorpsi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kualitas
minyak goreng bekas yaitu dengan penambahan adsorben, dilanjutkan dengan
pengadukan dan penyaringan ( Ketaren, 1986:208) Contohnya adalah serat
buah nanas, arang kayu aktif, serabut kelapa, dan kulit pisang. Diantara
bahan-bahan tersebut, kulit pisang merupakan bahan yang paling mudah
ditemui dalam masyarakat karena tidak mengenal musim dan masih belum
bisa dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, kami memfokuskan
pemanfaatan kulit pisang sebagai adsorben untuk menjernihkan minyak
jelantah pada karya tulis ini.
1.2 Topik Bahasan
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat ditarik
topik bahasan sebagai berikut :
1. Apa penyebab kerusakan pada minyak goreng yang telah digunakan?
2. Bagaimana bahaya penggunaan minyak jelantah?
3. Bagaimana cara menjernihkan minyak jelantah?
4. Apa kandungan kulit pisang yang bisa dimanfaatkan sebagai
adsorben penjernihan minyak jelantah?
5. Bagaimana proses penggunaan kulit pisang sebagai adsorben
penjernihan minyak jelantah?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan beberapa rumusan masalah diatas maka, dapat ditarik
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Penyebab kerusakan pada minyak goreng yang telah digunakan.
2. Bahaya penggunaan minyak jelantah.
3. Cara menjernihkan minyak jelantah.
4. Kandungan kulit pisang yang bisa dimanfaatkan sebagai adsorben
penjernihan minyak jelantah.
5. Proses penggunaan kulit pisang sebagai adsorben penjernihan minyak
jelantah.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Masyarakat.
Agar Masyarakat mengetahui dampak dari penggunaan minyak jelantah
dan bisa mengaplikasikan cara menjernihkan minyak jelantah dengan
adsorben kulit pisang yang sering tidak dimanfaatkan.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi dan media pembelajaran.
3. Bagi Pemerintah
Dengan adanya proses penjernihan minyak jelantah bisa mengurangi
produksi minyak goreng.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Kerusakan pada Minyak Goreng yang Telah Digunakan
Minyak goreng yang belum digunakan tersusun atas asam lemak tidak
jenuh atau asam lemak yang mengandung ikatan rangkap, misalnya asam
oleat (C17H33COOH), asam linoleat (C17H31COOH), dan asam
linolenat(C17H29COOH) (Purba,2007,hal.260). Derajat ketidakjenuhan
minyak berkurang seiring bertambahnya suhu bahkan pemanasan dapat
menyebabkan rantai-rantai asam lemak putus menjadi radikal-radikal bebas
yang berbahaya bagi kesehatan.
Kerusakan minyak selama proses menggoreng mempengaruhi mutu
dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat
proses oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan rupa yang
kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian
vitamin dan asama lemak esensial yang terdapat dalam minyak
(Ketaren,1986:138).
Kerusakan minyak karena pemanasan pada suhu tinggi , disebabkan
oleh proses: oksidasi dan polimerisasi
Oksidasi
Oksidasi minyak akan menghasilkan senyawa aldehida, keton, hidro
karbon, alcohol, lakton, serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik
dan rasa getir.
Kerusakan minyak karena proses oksidasi, terdiri dari 6 tahap, sebagai
berikut:
1. Pada permulaan terbentuk volatile decomposition product (VDP)
yang dihasilkan dari pemecahan rantai karbon dan lemak.
2. Proses oksidasi disusul dengan proses hidrolisa trigliserida karena
adanya air. Hal ini terbukti dari kenaikan jumlah asam lemak
dalam minyak.
3. Oksidasi asam-asam lemak berantai panjang.
4. Degredasi ester oleh panas.
5. Oksidasi asam lemak yang terikat pada posisi ∝ dalam trigliserida
6. Otooksidasi keton dan aldehida menjafi asam karboksilat.
Polimerisasi
Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi
karena reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti
dengan terbentuknya bahan menyerupai gum (gummy material) yang
mengendap di dasar ketel atau wadah penggoreng.
Proses polimerisasi ini mudah terjadi pada minyak setengah
mengering, karena minyak tersebut mengandung asam-asam lemak tidak
jenuh dalam jumlah besar.
Kerusakan lemak atau minyak akibat pemanasan pada suhu tinggi
(200-250℃) akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai
macam penyakit misalnya diarhea, pengendapan dalam pembuluh darah
(arthero selerosis), kanker dan menurunkan nilai cerna lemak. Bahan
makanan yang mengandung lemak dengan bilangan peroksida tinggi akan
mempercepat ketengikan, dan lemak dengan bilangan peroksida lebih besar
dari 100, dapat meracuni tubuh (Ketaren,1986:138-140).
Berdasarkan uraian diatas, minyak goreng yang telah digunakan
berulang kali untuk menggoreng dapat berbahaya bagi kesehatan karena
senyawa-senyawa penyusun minyak dapat mengalami perubahan fisika dan
perubahan kimia.
Sifat-sifat dan daya tahan minyak terhadap kerusakan sangat
tergantung pada komponen-komponen penyusunnya, terutama kandungan
asam lemaknya. Minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh
cenderung untuk mengalami oksidasi sedangkan yang mengandung lebih
banyak asam lemak jenuh lebih mudah terhidrolisis.
Faktor-faktor yang dapat mempercepat oksidasi pada minyak ada;ah
suhu, cahaya atau penyinaran, tersedianya oksigen dan adanya logam-logam
yang bersifat sebagai katalisator proses oksidasi. Oleh karena itu, minyak
harus disimpan pada kondisi penyimpanan yang sesuai dan bebas dari
pengaruh logam dan harus dilindungi dari kemungkinan serangan oksigen,
cahaya serta temperatuur tinggi. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi
penyimpanan minyak dan lemak, yaitu RH (kelembaban udara)ruang
penyimpanan, suhu (temperature), ventilasi, tekanan dan masalah
pengangkutan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pemanasan pada minyak
selama 30 menit dengan sushu di atas 125°C dapat menyebabkan munculnya
senyawa-senyawa baru yang beracun bagi tubuh dari pemutusan rantai-rantai
asam lemak. Salah satu senyawa yang beracun yaitu trans 2-hidroksil oktenal
(HNE). Senyawa ini sangat berbahaya karena mudah diserap oleh tubuh dan
bersifat racun (toksit) terhadap biomolekul-biomolekul di dalam tubuh seperti
DNA dan protein. Selain itu pemanasan terus menerus terhadap minyak dapat
menghasilkan pula beberapa senyawa lain yang bersifat toksit terhadap tubuh
yankni 4-hifroksihekseksal, 4-hidrksioktenal dan hepta 2,4-dienal.
2.2 Bahaya Penggunaan Minyak Jelantah
Minyak jelantah mengandung bahan-bahan kimia yang dapat
menyebabkan penyakit kanker (karsinogenik). Bahaya ada minyak jelantah
tersebut dapat dilihat dari angka peroksidanya . semakin tinggi angka
peroksidanya maka bahyanya semakin tinggi pula, dan sebaliknya semakin
rendah angka peroksidanya maka bahayanya rendah pula.
Minyak jelantah adalah minyak yang telah digunakan berulang kali
sampai warna minyaknya berubah menjadi hitan. Minyak jelantah sangat
berbahaya sekali bagi kesehatan.
Menurut dr. Nani Leksokumoro, MS, Sp, GK, dokter ahli klinik dari
Rumah sakit Grha Kedoya, Jakarta, mengatakan penggunaan minyak jelantah
jelas tidak baik untuk kesehatan. Seharusnya minyak goreng yang digunakan
untuk menggoreng ikan atau makanan yang lainnya tidak boleh melebihi
sampai tiga kali penggorengan. Karena setiap minyak akan mengalami
kekurangan mutu dan timbulnya racun dalam minyak.
Timbulnya racun dalam minyak telah banyak dipelajari. Jika minyak
tersebut diinjeksikan ke dalam darah akan timbul gejala diarrhea, kelambatan
pertumbuhan, pembesaran organ, deposit lemak yang tidak normal, kanker,
kontrol tak sempurna pada pusat syaraf dan mempersingkat umur. Di
samping itu juga pemanasan menurunkan nilai cerna minyak, , dan
outokatalisis dari peroksida akan nilai gizi dari bahan pangan digoreng.
Carsinogenic dan Perubahan Morfologi Lainnya
Kemungkinan adanya aksi carsinogenic dalam minyak yang
dipanaskan (pada suhu 300-350℃), dibuktikan dari bahan pangan berlemak
teroksidasi yang daapt mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati. Di
samping itu telah terbukti pula adanya aktivitas co-carcinogenic dalam
minyak (lemak) yang telah dipanaskan. Lemak yang dipanaskan ini juga
dapat mengakibatkan pembesaran organ (pembengkakan) khususnya
pengbengkakan pada hati dan ginjal.
Asam-asam Hidroksi dan karbonil
Keracunan akibat asam hidroksi dalam minyak telah banyak diteliti.
Jika minyak yang telah dipanaskan dan mengandung asam hidroksi dicampur
pada ransum tikus dewasa, maka minyak dalam bagian karbon mengandung
asam dihidroksi stearat,yang mengakibatkan penyusutan berat badan tikus.
Juga bagian limpa tikus tersebut diberi ransum dicampur minyak yang telah
dipanaskan akan mengandng senyawa karbonil dengan jumlah sekitar 10 kali
lebih beasr daripada tikus yang dijadikan kontrol.
Peroksida
Pada umumnya senyawa peroksida mengalami dekomposisi oleh
panas, sehingga minyak yang telah dipanaskan hanya mengandung sejumlah
kecil peroksida.
Dalam jangka waktu yang cukup lama peroksida dapat mengakibatkan
destruksi beberapa macam vitamin dalam bahan pangan berlemak (misalnya
vitamin A, C, D, E, E, K, dan sejumlah kecil vitamin B)
Peroksida juga dapat mempercepat proses timbulnya bau tengaik dan
flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida
dalam bahan pangan (lebih besar dari 100) akan bersifat sangat neracun dan
tidak dapat dimakan, disamping bahan pangan tersebut mempunyai bau yang
tidak enak.
Bergabungnya peroksida dalam sistem peredaran darah,
mangakibatkan kebutuhan vitamin E yang lebih besar. Berdasarkan
percobaan terhadap ayam, kekurangannya vitamin E dalam minyak
mengakibatkan timbulnya gejala enchephalomalacia dan jika hidroperoksida
diinjeksikan ke dalam aliran darah menimbulkan gejala celebellar.
Peroksida akan membentuk persenyawaan lipoperoksida secara non
enzimatis dalam otot usus dan mitochondris. Lipoperoksidadalam aliran darah
mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai kerapatan rendah.
Lipoprotein dalam keadaan normal mempunyai fungsi aktif sebagai alat
transportasi trigelisaerida ; dan jika lipoprotein mengalami denaturasi, akan
mengakibatkan deposisi lemak dalam pembuluh darah (aorta) sehingga
menimbulakan gejala atherosclerosis.
Proses polimerisasi minyak (lemak) terjadi ada suhu sekitar 250℃dan
dalam suasana tanpa oksigen. Senyawa polimer yang terdapat dalam jumlah
kecil dalam lemak pangan (minyak) secara organoleptik masih dapat
dikonsusmsi, karena bau dan flavor bahan tersebut tetap baik (Ketaren,
1986:180-182)
2.3 Cara Menjernihkan Minyak Jelantah
Cara menjernihkan minyak jelantah yang telah dikenal dalam
masyarakat;
1. Cara yang pertama yaitu mencampurkan minyak goreng yang telah
terpakai dengan arang sekam,celupkan arang sekam sekitar 1% selama 30
menit ke dalam minyak goreng yang telah di panaskan.Kemudian
diamkan hingga arang sekam mengendap,setelah itu saring minyak
goreng yang sudah terpakai tadi.Proses ini akan menjernihkan secara
fisik,kimia,maupun organoleptik mendekati kualitas minyak yang masih
segar.
2. Cara yang kedua hampir sama dengan cara pertama tapi kali ini
menggunakan arang kayu yang di haluskan,kemudian masukkan ke dalam
minyak yang sudah di panaskan,setelah itu diamkan arang kayu hinnga
mengendap,setelah itu baru disaring.
3. Cara yang ketiga yaitu dengan buah mengkudu yang dudah masak mula
mula ditumbuk kemudian di peras dan diambil sarinya.Sari inilah yang
nantinya di campurkan ke dalam minyak goreng yang sudah
terpakai,setelah tercampur biarkan selama 5 menit sampai 10 menit
selanjutnya di endapkan,di panaskan pada suhu 50 derajat celcius,dan
kemudian di saring.Komposisinya satu buah mengkudu dipakai untuk
menjernihkan seperempat liter minyak goreng.
4. Cara yang keempat dengan ampas/sisa parutan kelapa secukupnya kurang
lebih 10% ke dalam minyak yang mendidih,sebelumnya minyak goreng
yang sudah terpakai di endapkan dahulu kemudian buang kotoran yang
sudah mengendap,kemudian panaskan minyak barulah memasukkan
ampas/sisa parutan kelapa,kemudian endapkan lagi buang sisa parutan
kelapa.
5. Cara yang kelima yang lebih sederhana yaitu dengan nasi yang ditaruh
diatas saringan,kemudian saringlah minyak dengan saringan yang sudah
ditaruh nasi diatasnya maka kotoran pada minyak akan menempel pada
nasi tersebut.
6. Cara yang keenam perendaman ampas tebu dengan minyak jelantah
menjadikan minyak lebih bersih. Warna hitam atau cokelat minyak
jelantah akan berkurang drastis karena kotoran itu diserap oleh ampas
tebu. Metode ini ditemukan oleh Aster Rahayu, mahasiswi semester
delapan Universitas Andalas (UNAND) di Padang, Sumetara Barat.
7. Cara yang ketuju memasukkan kulit pisang setelah menggoreng makanan
sehingga kotoran akan menempel pada kulit pisang. Cara inilah yang akan
dibahas lebih mendalam dalam makalah ini.
2.4. Kandungan Kulit Pisang yang Bisa Dijadikan Adsorben
Adsorbsi adalah proses penyerapan pada benda yang berlangsung
pada permukaan. Adsorbsi adalah suatu peristiwa fisik padat permukaan
suatu bahan, yang tergantung pada specific affinity antara adsorben dan
adsorbat. Adsorbsi akan terjadi karena adanya perbedaan energi potensial
antara permukaan adsorben dan zat yang diserap ( Ketaren, 1986:208).
Adsorbsi dibagi menjadi dua, yaitu;
1. Adsorbsi Fisika.
Proses adsorbsi ini terjadi apabila gaya intermolekular lebih besar
dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang relatif
lemah antara adsorbat dengan adsorben. Gaya ini disebut dengan
gaya Van der Waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu
bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben. Gaya
antar molekul adalah gaya tarik menarik antara molekul-molekul
fluida itu sendiri. Adsorbsi ini berlangsung cepat, dapat
membentuk lapisan multilayer dan dapat bereaksi balik
(reversible), karena energi yang dibutuhkan relatif rendah.
2. Adsorbsi Kimia.
Proses adsorbsi ini terjadi karena adanya reaksi antara molekul-
molekul adsorbat dengan adsorben dimana terbentuk ikatan
kovalen dengan ion. Gaya ikat adsorbsi ini bervariasi tergantung
pada zat yang bereaksi. Adsorbsi ini terjadi pada temperatur tinggi
diatas temperatur kritis adsorbat, sehingga panas adsorbsi yang
dilepaskan juga tinggi.
Kandungan pada kulit pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna
raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenis (Musa
acuminate, M. balbisiana dan M.xparadisiaca) menghasilkan buah komsumsi
yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-
kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang
memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang
berwarna jingga, merah, ungu atau bahkan hampir hitam.Buah Pisang sebagai
bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama
kalium.
Klasifikasi botani tanaman pisang
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledon
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa Spp
Kulit pisang merupakan bahan buangan ( limbah buah pisang) yang
cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan
secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan
sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit
pisang yang cukup banyak jika diolah kebentuk lain atau dimanfaatkan
dengan cara yang lebih baik akan memberikan nilai keuntungan yang lebih
besar.
Jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kira-kira 1/3 dari buah
pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup
lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin
B, vitamin C, dan air.
Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun
kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam
metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin
memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam
tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Umumnya masyarakat
hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja. Di
dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium,
protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa
komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat
sebesar 18,50 %.
Menurut sebuah penelitian di jurnal Industrial & Engineering
Chemistry Research, kulit pisang bisa menyaring logam berat terutama timbal
(Pb) dan tembaga (Cu).
Logam berat (seperti: timbal dan tembaga) adalah unsur yang sangat
berbahaya bagi tubuh manusia. Jika terserap tubuh, timbal dapat menghambat
proses sintesis pada sel darah merah yang menyebabkan gangguan pada
fungsi saraf dan organ lainnya. Pada anak-anak, timbal dapat menghambat
perkembangan pada sel-sel otak. Hal ini akan membuat mereka mempunyai
intelegensi yang rendah saat dewasa nanti.
Sementara untuk tembaga, jika terakumulasi terlalu banyak dalam
tubuh, ini akan menyebabkan terjadinya sirosis (pengerasan hati) dan
kerusakan pada ginjal. Dan tidak hanya itu, logam berat tembaga juga dapat
menumpuk pada jaringan saraf mata, ini akan membuat anda mengalami
masalah penglihatan yang cukup serius.
Sebenarnya alat pemurni air dari logam berat ini sudah ada, namun
harganya tidak bisa dibilang murah. Dan berdasarkan penelitian, ternyata
kulit buah pisang sangat ampuh untuk dijadikan sarana pemurni air selain
sabut kelapa dan kulit kacang.
2.5 Proses Penggunaan Kulit Pisang sebagai Adsorben Penjernihan Minyak Jelantah
Proses penggunaan kulit pisang sebagai adsorben penjernihan minyak
jelantah adalah :
1. Setelah minyak jelantah digunakan (ketika minyak jelantah masih dalam
keadaan panas) masukkan kulit pisang kedalam minyak jelantah. Kulit
pisang yang digunakan bisa semua jenis kulit pisang. Kulit pisang ini
berfungsi untuk mengurangi kadar asam lemak jenuh yang membahayakan
kesehatan dan untuk meningkatkan kualitas minyak goreng.
2. Tunggu hingga sekitar 10 menit hingga warna minyak goreng berubah
menjadi bening dan tidak berbau yang menyengat lagi.
3. Ambil kembali kulit pisang ketika minyak goreng sudah berubah menjadi
bening dan tidak berbau lagi.
4. Minyak goreng jelantah hasil penjernihan siap digunakan kembali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minyak jelantah adalah minyak yang mengalami perubahan warna
dan bau setelah pemakaian berulang. Pemakaian yang berulang pada minyak
ini menyebakan minyak goreng menjadi minyak jelantah karena saat
penggorengan dilakukan dengan suhu yang tinggi akan menyebabkan ikatan
rangkap yang terdapat pada asam lemak tak jenuh menjadi putus dan
membentuk asam lemak jenuh. Minyak jelantah yang mengandung asam
lemak jenuh ini berdampak tidak baik bagi kesehatan diantaranya yaitu bisa
menyebakan penyumbatan pembuluh darah, pembesaran organ, bahkan bisa
juga menyebabkan kanker. Oleh karena itu, dengan melakukan penjernihan
kembali bisa meningkatkan kualitas minyak dan minyak jelantah bisa
digunakan kembali.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan penjernihan pada
minyak jelantah, salah satunya yaitu menggunakan kulit pisang. Proses yang
digunakan dalam penjernihan dengan cara ini adalah proses adsorbsi, dimana
ada proses penyerapan antara adsorben dan adsorbat yang tergantung pada
specific affinity yang tejadi pada permukaan. Pada hal ini yang menjadi
adsorben adalah kulit pisang dan yang menjadi adsorbat adalah minyak
goreng jelantah.
3.2 Saran
1. Berhati-hati dalam membeli dan mengkonsumsi makanan yang dalam
pengolahannya menggunakan minyak jelantah karena bisa menyebabkan
gangguan kesehatan.
2. Jangan menggunakan minyak goreng secara berulang-ulang karena akan
menjadikan minyak goreng menjadi jelantah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Cara Menjernihkan Minyak Goreng. (Online). dalam
danoeshare(http//:danoeshare.blogspot.com/2012/07/cara-menjernihkan-
minyak-goreng.html?m=1). Diakses 26 April 2013
Anonim. 2012. Penyebab Ketengikan Dalam Minyak. (Online). dalam
Acehblog (http://semuaoke2.blogspot.com/2012/09/kesehatan.html).
Diakses 27 April 2013
Ketaren,S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta. UI Press
Kurniawan, adi dan Murdiono. 2011. Penjernihan Minyak Goreng dengan
Proses Adsorbsi Menggunakan Arang Biji Salak. Skripsi tidak diterbitkan.
Semarang; Universitas Diponegoro.(e-journal)
Rusman, Banu. 2012. Efektivitas Penggunaan Adsorben Kulit Pisang Kepok
dalam Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng Bekas. (Online).
(http/industri12tubagusbanurusman.blogmercubuana.ac.id)
Wiyaningsih, fajar. 2010. Perubahan Angka Peroksida dan Asam Lemak
Bebas (FFA) pada Proses Bleaching Minyak Goreng Bekas. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang; UIN Maulana Malik Ibrahim. (http:lib.uin-
malang.ac.id/thesis/fullchapter) diakses 26 April 2013.