Upload
moch-nur-kholis
View
376
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pencemaran
Citation preview
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………………..
Daftar Isi……………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah…………………………………………..
2. Tujuan……………………………………………………………………
3. Rumusan Masalah……………………………………………………
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Landasan Teori………………………………………………………..
2. Kerangka Berpikir……………………………………………………
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………….
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan.
Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan,
termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga kota yang
meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru
akibat polusi udara kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di
Indonesia tidak biru lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah
penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan
akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia,
tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.
Kota Semarang merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah, berada pada perlintasan Jalur
Jalan Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta. Secara geografis,
terletak diantara 109o 35‘ – 110o 50‘ Bujur Timur dan 6o 50’ – 7o 10’ Lintang Selatan. Dengan
luas 373,70 km2, Kota Semarang memiliki batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:
- Sebelah utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
- Sebelah Timur : Kabupaten Demak
- Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
Sebelum tahun 1976 luas Kota Semarang 99,40 km2 dan setelah terjadinya pemekaran
sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976, dengan menggabungkan sebagian wilayah
Kabupaten Semarang, sebagian Kabupaten Kendal, sebagian Kabupaten Demak luas wilayah
Kota menjadi 373,70 km2.
Curah hujan tahunan kota Semarang rata-rata sebesar 2.790 mm, suhu udara berkisar antara 22,60
C sampai dengan 32,10 C, dengan kelembaban udara tahunan rata-rata 77%.
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Jawa Tengah menyebut Kota Semarang
sebagai kota dengan kualitas udara terburuk se-Jawa Tengah. Pencemaran udara terbanyak
berasal dari gas buang kendaraan bermotor.
Djoko Setijo Warna, Pembina Transportasi Komunitas Bike To Work Semarang mengatakan,
udara di Semarang setiap harinya bertambah kotor menyusul peningkatan jumlah kendaraan
bermotor. Itu pula yang menyebabkan angka pengguna sepeda di Semarang tak banyak.
“Sekarang di Semarang jumlah kendaraan bermotor sudah 1 juta lebih. Perbandingannya 80
persen itu sepeda motor, 10 persen mobil pribadi. Angkutan umumnya masih sedikit, paling
angkot-angkot yang kecil-kecil yang tidak maksimal. Dari jumlah itu sekarang jauh lebih buruk
yang menggunakan sepeda, ketimbang 5 atau 10 tahun lalu banyak yang menggunakan sepeda.
Misalnya pinggiran Semarang, Demak, Porwodadi mereka bekerja di Semarang menggunakan
sepeda. Dulu ada jalur sepedanya, sekarang hilang diperlebar buat kendaraan bermotor. Ini
mungkin penyebab salah satu polusi udara,” kata Djoko.
Ia menambahkan, ada beberapa polisi lalu lintas yang menjadi korban akibat polusi udara di
Semarang. Namun kasus itu tak terlalu terekspos lantaran khawatir tak ada lagi yang mau jadi
polisi lalu lintas.
Kotornya udara Semarang dibenarkan Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Udara, Limbah
Padat dan Bahan Berbahaya serta Beracun, BPLH Jawa Tengah, Adiyanto. Hal tersebut merujuk
hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan pertengahan tahun lalu di kawasan padat
Semarang.
“Pada kawasan padat di Jalan Kali Grawe, lalu Terminal Terboyo itu menunjukkan 299, 8 per
gram nano kubik. Padahal ambang batas normalnya 230. Ambang batas itu sesuai Kepgub no 8
tahun 2001 terkait kualitas udara di Provinsi Jawa Tengah. Itu artinya kualitas udara di Semarang
kotor. Dampaknya bisa kena ISPA, Kalau dia kena Bahan beracun berbahaya, itu kan logam
berat yaa. Kelamaan bisa pusing dan keracunan,” papar Adiyanto.
2. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui dampak polusi udara bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di
bumi, khusunya masyarakat di Kota Semarang
b. Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi pencemaran udara.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian diatas maka dalam makalah ini akan diangkat permasalahan:
a. Apa sajakah dampak polusi uadara bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di
bumi, khususnya masyarakat Kota Semarang ?
b. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi pencemaran udara?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan
fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global.
Secara umum definisi udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan
kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia.
Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-
sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat
mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global
atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.
2. Jenis-jenis pencemar
Karbon monoksida
Oksida nitrogen
Oksida sulfur
CFC
Hidrokarbon
Ozon
Volatile Organic Compounds
Partikulat
CO
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data
mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak
atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO
merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di
dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama
yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi
untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan
otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian
emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi
karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan
bermotor.
Nitrogen Dioksida (NO2)
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat
mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh
gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan
mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau
kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap
manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
Sulfur Oksida (SOx)
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang
tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut
sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2
sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar
1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua
dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Ozon (O3)
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen
fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan ozon sangat berguna
untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di udara pada ketinggian
30km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah
molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom
oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat di
daerah panjang gelombang 240-320 nm.
Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru
yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan
padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang
terbentuknya sel-sel kanker.
Khlorin (Cl2)
Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas
khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin
sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.Selain bau yang
menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas
khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat
membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan.
Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen seperti pada proses
yang terjadi di bawah ini.
Partikulat Debu (TSP)
Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat
langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa
ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih
besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.
Timah Hitam (Pb)
Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang
menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan
akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau
diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit
kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan.
3. Kualitas Udara di Kota Semarang
Udara Kota Semarang memang belum sesumpek Jakarta. Namun bukan berarti pula
warga bisa bernapas lega di setiap sudut kota. Bagaimana tidak, di jalan-jalan raya, kendaraan
yang menyemburkan asap hitam masih bebas berkeliaran. Begitu pula warga yang tinggal di
sekitar kawasan industri, tak jarang harus mengeluh sesak napas atau batuk-batuk akibat
cerobong asap pabrik yang tak dilengkapi penyaring. Seberapa tinggi tingkat polusi udara di
Kota Semarang? Berikut laporan wartawan Suara Merdeka, Ninik Damiyati, Purwoko Adi Seno,
dan Rukardi dalam tiga tulisan. PURNOMO (23) menyeringai kesal. Mahasiswa semester IV
sebuah PTS di Semarang itu memacu sepeda motornya lebih kencang, menyalip bus kota di
depannya yang menyemburkan asap hitam tanpa ampun. Kaca helm yang menutupi wajahnya
tak mampu menghalau embusan asap itu. ''Setiap kali berkendara di belakang truk atau bus,
muka jadi hitam dan baju kotor karena asap,'' keluhnya kesal. Seperti halnya Purnomo, Atun (32)
warga Jl Srinindito Selatan 11 RT 3 RW 2 mengeluhkan polusi udara dari sebuah pabrik kayu di
Jl Simongan, tak jauh dari tempat tinggalnya. Selain mengotori rumah dan perabotan
warga, diduga polusi itu juga mengganggu pernapasan. ''Rumah saya kebetulan belum ada
plafonnya. Jadi, kalau polusi itu datang, perabotan rumah tangga di dalam rumah kotor semua.
Piring, gelas, tempat tidur, jemuran, dan lantai, semuanya kehitam-hitaman. Terus terang saya
jengkel, soalnya harus sering bersih-bersih,'' ujar Atun. Namun itu semua belum seberapa
dibandingkan dengan penyakit sesak napas yang diderita Jenny (2), anaknya. Memang, sejauh ini
belum dapat dipastikan, apakah penyakit itu terkait dengan polusi pabrik PT Kurnia Jati. Namun
Atun menduga hal itu ada kaitannya. ''Waktu anak saya tidur, wajahnya sampai kehitam-hitaman.
Jumlah kendaraan bermotor semakin hari semakin bertambah. Hampir setiap orang
yang ada di Indonesia pasti memiliki kendaraan bermotor. Namun laju pertumbuhan kendaraan
bermotor diduga tidak sebanding dengan tingkat pencemaran udara yang akhir-akhir ini semakin
meningkat. Kendaraan bermotor seperti sepeda motor, mobil dan sebagainya, memang sangat
mendukung dan memudahkan pekerjaan kita, akan tetapi bisa mengakibatkan pencemaran udara.
Waktu merupakan alasan utama bagi masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor. Terlebih
lagi, bagi masyarakat perkotaan yang harus benar-benar memanfaatkan waktu dengan baik. Saat
ini, terkesan kendaraan bermotor menjadi salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan.
Dengan semakin “tumbuhnya” kendaraan bermotor di jalan, maka hal ini akan
mempengaruhi kualitas udara yang ada di jalan raya dan tentu saja akan menjadi permasalahan
lingkungan tersendiri. Semakin banyak kendaraan bermotor maka akan semakin banyak pula
asap yang keluar dari kendaraan bermotor tersebut. Hal ini membuat kualitas udara di jalanan
menjadi menurun. Udara menjadi kurang layak untuk dihirup karena sudah tercemar asap-asap
kendaraan.
BAB III
PEMBAHASAN
Tulisan ini mengetengahkan sekilas pandang mengenai pencemaran udara. pengertian,
pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan manusia, khusunya masyarakat Kota
Semarang, serta teknologi terbaru untuk menguranginya. Semakin pesatnya kemajuan ekonomi
mendorong semakin bertambahnya kebutuhan akan transportasi, dilain sisi lingkungan alam
yang mendukung hajat hidup manusia semakin terancam kualitasnya, efek negatif pencemaran
udara kepada kehidupan manusia kian hari kian bertambah. Untuk itulah tulisan singkat ini
dipersembahkan sebagai bahan awal untuk melangkah menciptakan lingkungan yang sehat dan
nyaman. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke
dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada
kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
1. Polusi Udara di terminal Terboyo
Kawasan terminal Terboyo, Semarang diketahui memiliki tingkat polusi udara paling
parah di Jawa Tengah.Lalu-lalang ribuan kendaraan di sekitar terminal tersebut menjadi salah
satu pemicunya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Tengah Djoko Sutrisno mengatakan,
selama ini titik-titik kawasan dengan polusi udara tinggi sering ditemukan jalur lalu lintas.
Terutama pada jalan skala besar, yakni lintas provinsi.“Kawasan terminal Terboyo sendiri,
dilintasi jalur antarprovinsi tersebut,” ungkapnya kemarin. Menurut Djoko, tingginya polusi
udara di kawasan terminal Terboyo juga tak lepas dari banyaknya kendaraan yang keluar masuk
terminal tersebut. Dalam satu hari ribuan kendaraan melintas di jalur itu.“Karena arus lalu lintas
kendaraan di jalan raya itu tinggi, maka pencemaran udara yang terjadi juga tinggi,”katanya.
Hanya,dia tidak menyebut pasti berapa angka partikel debu yang mencemari udara, maupun baku
mutu udara ambien dan emisi sumber tidak bergerak di kawasan Terboyo tersebut.“Yang jelas,
hitungan dari berbagai parameter.Ada hidrokarbon, SO maupun yang lain. Tapi angka detailnya
saya tidak bawa,”ujarnya. Djoko tak memungkiri polusi udara tingkat tinggi itu bisa
mempengaruhi kesehatan masyarakat. Sebab, unsur pencemar udara itu dapat terhirup orang
yang lalu lalang di kawasan tersebut. “Jadinya zat pencemaran itu masuk tubuh, dan terikat
dengan hemoglobin dan sulit lepas. Akibatnya, kemampuan darah orang itu menjadi lemah,”
katanya. Sebagai upaya antisipasi, Djoko menyatakan hal itu\ tidak bisa sepenuhnya dilakukan
BLH.
Dia mencontohkan pencemaran udara di jalan raya yang sering disebabkan kendaraan
bermotor.“Dari sisi aturan perundang-undangan, kendaraan bermotor ini harus melakukan uji kir.
Ini kan ada instansi lain yang menangani soal uji kir tersebut,”paparnya. Atas dasar itu, sedianya
instansi tersebut harus terus melakukan pemantauan yang ketat untuk mengurangi pencemaran
udara.
Dengan cara itu, akan diketahui apakah kendaraan itu masih memenuhi standar kelayakan
dari uji emisi yang dilakukan atau tidak. “Selain dipantau ketat, juga harus dilakukan secara
berkala,” ucapnya. Selama ini pihaknya baru bisa melakukan pemantauan pencemaran udara
sebanyak satu tahun sekali.Pantauan itu juga tidak bisa dilakukan di 35 kabupaten/kota yang ada
di provinsi ini Dia berdalih, keterbatasan dana menjadi salah satu penyebabnya.“Tapi,ke depan
akan kita upayakan bisa semua,” ucapnya. Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Jawa Tengah
Alwin Basri meminta pemerintah menempuh berbagai kebijakan riil untuk mengatasi masalah
pencemaran udara tersebut. “Sebab, kegagalan dari proses pembangunan dunia saat ini dapat
dilihat dari kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan yang dapat mengancam kehidupan
2. Polusi udara di Jalan kota Semarang Lebihi Ambang Batas
Polusi udara di Kota Semarang dinilai kian mengkhawatirkan karena sudah melebihi
ambang batas yang ditetapkan. Apabila tidak segera dilakukan antisipasi kondisinya akan buruk.
Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien di Kota Semarang sesuai SK Gubernur No
8/ 2001 Sulfur Dioksida (SO2)365 Nm3, Floating (150), Nitrogen Dioksida (NO2) (150),
Karbon Monoksida (CO) (10) dan Ozon (O3) (200). Sementara papan pemantau polusi yang
dipasang di sejumlah tempat tidak berfungsi dengan baik. Di antaranya, papan pemantau di
pertigaan Kaliwiru yang rusak parah dan ada juga yang berada di sekitar dari bundaran
Kalibanteng.
Kondisi papan itu terlihat tidak terawat. Bahkan, papan yang memberikan informasi tentang
indek standar pencemaran udara di kawasan bundaraan Kalibanteng miring, Papan tersebut
berfungsi menyajikan informasi tentang kandungan floating atau debu (Pm10), sulfur dioksida
(SO2), karbonmonoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3). Apakah kandungan
udaranya termasuk kategori baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, atau berbahaya.
Saryadi, tukang ojek yang mangkal di bundaran Kalibanteng mengatakan, papan
pemantau polusi itu sudah tidak berfungsi sejak lama. ’’Papannya miring karena terkena pohon,
saat ada hujan dan angin, baru-baru ini,’’ ujarnya.
Andi, pemilik warung makan di Jalan Kompol Maksum mengatakan, polusi udara di
Semarang sudah sangat parah. Ia setiap mengendarai sepeda motor atau ke luar rumah
mengenakan jaket, helm, slayer (penutup hidung), kaus kaki, dan kaus tangan. Upaya tersebut
ditempuh untuk melindungi diri dari asap kendaraan bermotor yang dari tahu ke tahun sudah
parah..
Pakar Transportasi Unika Soegijapranata, Ir Djoko Setijowarno MT mengungkapkan,
polusi di Kota Semarang itu sudah melebihi ambang batas. Salah satu penyebabnya, polusi yang
ditimbulkan kendaraan bermotor. ’’Dalam waktu dekat ini, Kementerian Lingkungan Hidup akan
melakukan survei tentang polusi di Semarang,’’ terangnya. Dia memperkirakan jumlah
kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat di Kota ATLAS itu sudah mencapai lebih 1
juta unit. Enam bulan lalu, jumlah mobil sebanyak 150 ribu unit, dan sepeda motor mencapai 750
ribu unit. Pertumbuhan kendaraan bermotor sangat pesat sekali, yakni berkisar 2.000 unit hingga
3.000 unit per bulan. ’’Untuk mengendalikan polusi tersebut mendesak adanya angkutan atau
transportasi massal. Harapannya, Wali Kota segera merealisasikannya,’’ katanya.
3. Upaya untuk mengatasi masalah pencemaran udara di Kota Semarang
RUANG TERBUKA HUTAN SEBAGAI LANGKAH STRATEGIS MENINGKATKAN KUALITAS UDARA DI KOTA SEMARANG
Kota Semarang yang merupakan Kota Metropolitan berpenduduk sekitar 1,4 juta jiwa
dengan luas wilayah 37.360,947 hektare diharapkan mampu mempertahankan RTH sebagai
upaya melestarikan lingkungan. Berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2000-2010, rencana penyediaan ruang terbuka
hijau kota (konservasi) masih cukup menjanjikan dengan persentase sebesar 32 % (data ini
belum terhitung terkait garis sempadan yang telah ditetapkan). Namun demikian, harus
menengok ke belakang, persentase ini terdukung karena pada 1976 Kota Semarang mendapatkan
“hibah” perluasan daerah hinterland Kota Semarang yang sebagian kondisi eksisting lahannya
adalah konservasi. Ini tentunya harus dipertahankan, khususnya kawasan Semarang bagian
bawah. (Sesuai konsep rencana tata ruang terbuka hijau perkotaan, maka ada dua fungsi yaitu
utama (intrinsik) dan tambahan (ekstrinsik). Yang utama yakni fungsi ekologis, sedangkan
untuk tambahan adalah fungsi arsitektural, ekonomi, dan sosial. Dalam wilayah perkotaan,
fungsi itu harus dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota.
RTH berfungsi ekologis adalah untuk menjamin keberlanjutan suatu kawasan kota secara fisik,
yang merupakan bentuk rencana berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu kota.
Adapun fungsi tambahan adalah dalam rangka mendukung dan menambah nilai kualitas
lingkungan dan budaya kota. Dengan begitu dapat berlokasi sesuai kebutuhan dan
kepentingannya, misalnya keindahan (taman), rekreasi (lapangan olahraga).
Hal ini dapat dijadikan pemikiran bahwa untuk kota tropis seperti Semarang, ruang
terbuka harus ditanami dengan rumput atau pepohonan untuk menurunkan suhu yang panas.
Apabila ruang terbuka ditutup dengan material keras maka suhu kota akan naik dan kebutuhan
akan suhu nyaman tidak akan pernah tercapai. Taman kota merupakan bagian dari ruang terbuka
hijau (RTH). Menurut de Chiara & Lee Kopellman dalam Sukawi (2006), RTH berfungsi untuk
mempertahankan karakter kota dengan fungsi sebagai hutan kota dan taman kota. Taman kota
merupakan wahana keanekaragaman hayati yang harus diupayakan menjadi suatu komunitas
vegetasi yang tumbuh dilahan kota dengan struktur menyerupai hutan alam dan membentuk
habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa satwa yang ada di Kota Semarang.
Tidak adanya taman kota yang memadai untuk beraktivitas menyebabkan banyak
masyarakat yang memanfaatkan fasilitas umum tidak pada tempatnya. Sering kita jumpai anak-
anak bermain sepakbola di jalanan yang dapat mengganggu pemakai jalan. Pemerintah lebih
mengutamakan pembangunan mal-mal, hotel, dan semacamnya hanya untuk keuntungan belaka
tanpa memikirkan nilai-nilai sosial yang lebih penting. Namun, pembangunan taman kota perlu
disertai dengan peraturan guna menghindari para PKL dan tunawisma mengotori dan
mengganggu kenyamanan dan keindahan taman kota. Untuk meningkatkan kualitas udara Kota
Semarang yang semakin panas, beberapa hal yang penting untuk dilakukan adalah
menghidupkan kembali /revitalisasi sarana kota yang terbengkelai, seperti pada bantaran sungai,
tepian jalur kereta api, ruang ruang terbuka lainya yang terbuang (the lost space), ruang ruang
luar yang merupakan transisi dari elemen kota yang satu ke yang lainya dengan upaya
penghijauan yang semaksimal mungkin. Pohon-pohon di sepanjang jalan yang ditebang akibat
korban pelebaran jalan dengan dalih untuk mengatasi kemacetan juga harus diganti. Kota
Semarang memerlukan banyak taman kota untuk membantu menurunkan suhu lingkungan. Cara
yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas udara Kota Semarang adalah:
1. Ruas jalan yang sudah didominasi dengan beton dan aspal perlu dilindungi dari matahari
langsung dengan penanaman pohon di sepanjang tepi jalan.
2. Menggalakkan gerakan penghijauan (misalnya penanaman sejuta pohon) untuk
menghindari berkurangnya vegetasi dalam lingkungan kota. Penanaman ini dapat
dilakukan di taman-taman kota, koridor jalan, pembatas jalan sehingga dapat membantu
mengurangi suhu dan membuat kota lebih sejuk dan hijau. Pepohonan mempunyai
potensi besar untuk mendinginkan kota dengan cara meneduhkan dan melakukan proses
”evapotranspirasi”. Proses ini terjadi ketika tanaman mengeluarkan uap air lewat pori-
pori daun layaknya manusia yang mengeluarkan keringat. Vegetasi sangat bermanfaat
untuk merekayasa masalah lingkungan perkotaan baik dari aspek estetika, mengontrol
erosi tanah dan air tanah, mengurangi polusi udara, mengurangi kebisingan,
mengendalikan air limbah, mengontrol lalu lintas dari kesilauan cahaya matahari maupun
cahaya yang lainnya dan dapat mengurangi bau tidak sedap dari sampah. Tanaman buah-
buahan akan menjadi pilihan Pemerintah Kota Semarang untuk menghijaukan arealnya
terutama di bantaran sungai, lahan kosong, dan permukiman. Ini untuk meningkatkan
partisipasi warga dalam memelihara kehijauan kota. “Selama ini, paradigma tanaman
perindang hanya berupa kayu akasia atau mahoni. Mengapa tak dikembangkan tanaman
buah-buahan yang bermanfaat bagi masyarakat sendiri?” ujar Sekretaris Tim Teknis
Penyusunan Rencana Tata Ruang Hijau (RTRH) Kota Semarang Budi Prakosa, seperti
dikutip dari Kompas edisi Rabu, 13 September 2006.
Dengan penanaman buah-buahan ini, kata Budi, kesadaran masyarakat untuk menjaga
ruang hijau kota dapat diciptakan. Dicontohkan, penanaman tanaman jambu air
disepanjang Kali Jajar Kabupaten Demak oleh warga setempat. Warga setempat sangat
menjaga pepohonan itu karena hasil panen jambu air mendatangkan peningkatan
kesejahteraan hidup. Budi contohkan penanaman tanaman buah-buahan di bantaran Kali
Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Selanjutnya, warga di sekitarnya dapat
mengelola tanaman itu. “Ini juga dapat menghindari adanya lahan kosong milik pemkot
agar tak diduduki orang lain (ilegal). Karena, pengawasan dilakukan warga setempat,”
ujar Budi, staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang. Saat
memberikan laporan pendahuluan RTRH Kota Semarang, Untuk itu program resik-resik
kutho perlu diteruskan.
3. Mewajibkan setiap rumah tangga untuk menanam satu pohon di halaman rumah.
Terutama untuk jenis pohon yang produktif seperti pohon buah-buahan. Pemkot
Semarang juga dapat memberikan reward kepada peran serta masyarakat dan swasta yang
mempunyai perhatian terhadap penghijauan, keindahan taman kota dan lingkungan.
Penghargaan ini dapat berupa hadiah untuk pemeliharaan, atau keringanan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) sehingga memacu warga kota untuk berpartisipasi.
4. Menegakkan aturan dengan punishment tentang peraturan bangunan setempat,
diantaranya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) untuk semua bangunan sehingga ada
ruang terbuka (open space) dalam setiap tapak yang akan bermanfaat untuk penanaman
pohon .
Keberadaan taman kota sangatlah penting bagi kenyamanan warga yang ingin melakukan
kegiatan refreshing atau sekedar jalan-jalan. Setidaknya keberadaan taman kota dapat
mengurangi dampak buruk yang diakibatkan oleh polusi udara. Jika hal ini dibiarkan,
masyarakat akan hidup berdampingan dengan udara yang terpolusi. Untuk itu, diperlukan
pengendalian diri Pemkot untuk tidak gatal menyulap lahan-lahan hijau menjadi
bangunan komersial yang akan membuat Semarang menjadi semakin sumpek.
Penanaman pohon merupakan suatu usaha untuk mendinginkan dan menghijaukan kota
dengan pengelolaan taman kota, taman lingkungan, jalur hijau dan sebagainya. Apabila
semuanya dilakukan bukan mustahil Semarang akan “ijo royo-royo” yang dapat menjadi
identitas kota Semarang.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajad, Agung., 2006Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan diakses pada
tanggal 22 oktober 2012 dari: http//[email protected]
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengertian Pencemaran Udara,
Semarang, 21 – 09 – .2010
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Zat – zat Pencemar Udara,
Semarang, 21 – 09 – 2011.
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengendalian Pencemaran Udara,
Jakarta, 21 – 09 – 2006.
http://gogrenindonesia.blogspot.com
http:// www.walhi.or.id/ kampanye/cemar/udara/penc_udara_info_020604/