57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan bahwa, untuk waktu mendatang yang dapat diduga, sedikitnya 500.000 bayi akan terlahir terinfeksi HIV setiap tahun, kebanyakan dalam negara penghasilan rendah dengan epidemi generalized. Penularan HIV dari ibu-ke-bayi bertanggung jawab untuk hampir semua 2,3 juta (1,7-3,5 juta) anak di bawah usia 15 tahun yang diperkirakan hidup dengan HIV, hampir 90 persen di Afrika sub-Sahara. Diperkirakan bahwa, dari anak tersebut, 780.000 membutuhkan terapi antiretroviral (ART), dan bahwa, pada 2006, 380.000 anak di bawah usia 15 tahun meninggal karena alasan terkait AIDS. Walaupun ada peningkatan 40 persen dalam jumlah anak yang menerima ART pada 2006, hanya 6 persen orang yang memakai ART secara global adalah anak, sementara 14 persen mereka yang membutuhkan ART adalah anak. Program nasional yang mampu melaporkan berdasarkan usia menunjukkan bahwa sangat sedikit anak yang mendapatkan ART adalah di bawah usia 2 tahun. ART dan pengobatan untuk infeksi oportunistik yang terjangkau semakin tersedia tetapi hal ini memberi sedikit manfaat pada bayi bila mereka tidak dapat didiagnosis secara dini. Kebanyakan anak yang 1

Makalah Kep. Anak 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mdtbs

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDiperkirakan bahwa, untuk waktu mendatang yang dapat diduga, sedikitnya 500.000 bayi akan terlahir terinfeksi HIV setiap tahun, kebanyakan dalam negara penghasilan rendah dengan epidemi generalized. Penularan HIV dari ibu-ke-bayi bertanggung jawab untuk hampir semua 2,3 juta (1,7-3,5 juta) anak di bawah usia 15 tahun yang diperkirakan hidup dengan HIV, hampir 90 persen di Afrika sub-Sahara. Diperkirakan bahwa, dari anak tersebut, 780.000 membutuhkan terapi antiretroviral (ART), dan bahwa, pada 2006, 380.000 anak di bawah usia 15 tahun meninggal karena alasan terkait AIDS. Walaupun ada peningkatan 40 persen dalam jumlah anak yang menerima ART pada 2006, hanya 6 persen orang yang memakai ART secara global adalah anak, sementara 14 persen mereka yang membutuhkan ART adalah anak. Program nasional yang mampu melaporkan berdasarkan usia menunjukkan bahwa sangat sedikit anak yang mendapatkan ART adalah di bawah usia 2 tahun.ART dan pengobatan untuk infeksi oportunistik yang terjangkau semakin tersedia tetapi hal ini memberi sedikit manfaat pada bayi bila mereka tidak dapat didiagnosis secara dini. Kebanyakan anak yang terinfeksi HIV meninggal di bawah usia 2 tahun dan kurang lebih 33 persen meninggal di bawah usia 1 tahun [3-5]. Sayangnya menafsirkan hasil dari tes darah (antibodi) dipakai untuk orang dewasa yang tersedia paling luas adalah sulit untuk bayi di bawah usia 9-12 bulan. Hasil antibodi-negatif memberi kesan bahwa bayi tidak terinfeksi. Hasil antibodi-positif tidak memastikan bayi terinfeksi karena antibodi ibu pada anak yang terlahir oleh ibu terinfkesi HIV dapat ditahan; oleh karena itu, tes virologis adalah cara yang dibutuhkan untuk mendiagnsosis HIV pada bayi. Penyusuan, walau terkait dengan ketahanan hidup yang lebih baik, menempatkan bayi dalam risiko tertular HIV selama masa penyusuan, walau bayi tidak terinfeksi pada awal

B. Tujuan Makalah1. Tujuam UmumMahasiswa/mahasiswi dapat membuat asuhan keperawatan pada anak dengan HIV/AIDS2. Tujuan Khususa. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang definisi HIVb. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang etiologi HIVc. Mahasiswa.mahasiswi mengerti tentang manifestasi klinik HIVd. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang patofisiologi HIVe. Mahasiswa/mahasiswi mengerti tentang pemeriksaan HIVf. Mahasiswa/mahasiswa mampu memgkaji pasien HIVg. Mahasiswa/mahasiswi mampu membuat intervensi pada pasien HIV

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiAIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)Jadi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih Infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang dewasa).

B. EtiologiPenyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.1. faktor risiko untuk tertular HIV pada bayi dan anak adalah :a) bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual,b) bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti, c) bayi yang lahir dari ibu atau pasangannya penyalahguna obat intravena,d) bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah berulang, e) anak yang terpapar pada infeksi HIV dari kekerasan seksual (perlakuan salah seksual), danf) anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

2. Cara PenularanPenularan HIV dari ibu kepada bayinya dapat melalui : Dari ibu kepada anak dalam kandungannya (antepartum)Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus tersebut ke bayi yang dikandungnya. Cara transmisi ini dinamakan juga transmisi secara vertikal. Transmisi dapat terjadi melalui plasenta (intrauterin) intrapartum, yaitu pada waktu bayi terpapar dengan darah ibu. Selama persalinan (intrapartum) Selama persalinan bayi dapat tertular darah atau cairan servikovaginal yang mengandung HIV melalui paparan trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi Pada ibu yang terinfeksi HIV, ditemukan virus pada cairan vagina 21%, cairan aspirasi lambung pada bayi yang dilahirkan. Besarnya paparan pada jalan lahir sangat dipengaruhi dengan adanya kadar HIV pada cairan vagina ibu, cara persalinan, ulkus serviks atau vagina, perlukaan dinding vagina, infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, persalinan prematur, penggunaan elektrode pada kepala janin, penggunaan vakum atau forsep, episiotomi dan rendahnya kadar CD4 pada ibu.Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko transmisi antepartum sampai dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum persalinan. Bayi tertular melalui pemberian ASITransmisi pasca persalinan sering terjadi melalui pemberian ASI (Air susu ibu). ASI diketahui banyak mengandung HIV dalam jumlah cukup banyak. Konsentrasi median sel yang terinfeksi HIV pada ibu yang tenderita HIV adalah 1 per 10 4 sel, partikel virus ini dapat ditemukan pada componen sel dan non sel ASI. Berbagai factor yang dapat mempengaruhi resiko tranmisi HIV melalui ASI antara lain mastitis atau luka di puting, lesi di mucosa mulut bayi, prematuritas dan respon imun bayi. Penularan HIV melalui ASI diketahui merupakan faktor penting penularan paska persalinan dan meningkatkan resiko tranmisi dua kali lipat.

C. Manifestasi klinikManifestasi klinis infeksi HIV pada anak bervariasi dari asimtomatis sampai penyakit berat yang dinamakan AIDS. AIDS pada anak terutama terjadi pada umur muda karena sebagian besar (>80%) AIDS pada anak akibat transmisi vertikal dari ibu ke anak. Lima puluh persen kasus AIDS anak berumur < l tahun dan 82% berumur 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.4. RespirasiPneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.5. DermatologikLesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit.moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.6. Sensorik Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis sitomegalovirus berefek kebutaan Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

F. Pemeriksaan Penunjang1. Tes untuk diagnose infeksi HIVMenurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini meliputi a) ELISA, latex agglutination Penilaian Elisa dan latex agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. b) Western blot ( positif)c) Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR . Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu HIV. (positif untuk protein virus yang bebas)d) Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.a) LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)b) CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)c) Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)d) Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).e) Kadar immunoglobulin (meningkat)

G. Penatalaksanaan1. PerawatanMenurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:a) Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah kemungkinan terjadi infeksib) Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada.c) Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIVd) Mengatasi dampak psikososiale) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medisf) Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)2. Pengobatana) Pengobatan medikamentosa mencakupi pemberian obat-obat profilaksis infeksi oportunistik yang tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Riset yang luas telah dilakukan dan menunjukkan kesimpulan rekomendasi pemberian kotrimoksasol pada penderita HIV yang berusia kurang dari 12 bulan dan siapapun yang memiliki kadar CD4 < 15% hingga dipastikan bahaya infeksi pneumonia akibat parasit Pneumocystis jiroveci dihindari. Pemberian Isoniazid (INH) sebagai profilaksis penyakit TBC pada penderita HIV masih diperdebatkan. Kalangan yang setuju berpendapat langkah ini bermanfaat untuk menghindari penyakit TBC yang berat, dan harus dibuktikan dengan metode diagnosis yang handal. Kalangan yang menolak menganggap bahwa di negara endemis TBC, kemungkinan infeksi TBC natural sudah terjadi. Langkah diagnosis perlu dilakukan untuk menetapkan kasus mana yang memerlukan pengobatan dan yang tidak.b) Obat profilaksis lain adalah preparat nistatin untuk antikandida, pirimetamin untuk toksoplasma, preparat sulfa untuk malaria, dan obat lain yang diberikan sesuai kondisi klinis yang ditemukan pada penderita.c) Pengobatan penting adalah pemberian antiretrovirus atau ARV. Riset mengenai obat ARV terjadi sangat pesat, meskipun belum ada yang mampu mengeradikasi virus dalam bentuk DNA proviral pada stadium dorman di sel CD4 memori. Pengobatan infeksi HIV dan AIDS sekarang menggunakan paling tidak 3 kelas anti virus, dengan sasaran molekul virus dimana tidak ada homolog manusia. Obat pertama ditemukan pada tahun 1990, yaitu Azidothymidine (AZT) suatu analog nukleosid deoksitimidin yang bekerja pada tahap penghambatan kerja enzim transkriptase riversi. Bila obat ini digunakan sendiri, secara bermakna dapat mengurangi kadar RNA HIV plasma selama beberapa bulan atau tahun. Biasanya progresivitas penyakti HIV tidak dipengaruhi oleh pemakaian AZT, karena pada jangka panjang virus HIV berevolusi membentuk mutan yang resisten terhadap obat.3. PencegahanPenularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui :a) Saat hamil. Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.b) Saat melahirkan. Penggunaan antiretroviral(Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru dilahirkan dan persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.c) Setelah lahir. Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Idensitas klienmeliputi: nama/nama panggilan,tempat tanggal lahir/usia, jenis kelamin, agama, paendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian. 2. Identitas penanggungjawab3. Keluhan UtamaOrangtua klien mengeluhkan anaknya batuk- batuk disertai sesak napas.4. Riwayat Kesehatana. Riwayat Kesehatan SekarangKlien terus batuk batuk sejak satu minggu yang lalu, kemudian dua hari yang lalu mulai disertai sesak napas.klien juga terkena diare dengan frekuensi BAB cukup tinggi.sejak semalam klien demam dan di perparah lagi klien tidak mau menyusu, karena itu orang tua klien membawanya ke rumah sakit.b. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)a) Prenatal Care Pemeriksaan kehamilan Keluhan selama hamil Riwayat terkena sinar tidak ada Kenaikan berat badan selama hamil Imunisasib) N a t a l Tempat melahirkan Lama dan jenis persalinan Penolong persalinan komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan daerah vagina).c) Post Natal Kondisi Bayi : BB lahir.. kg, PB.. cm Kondisi anak saat lahir: baik/tidak Penyakit yang pernah dialami setelah imunisasi Kecelakaan yang pernah dialami: ada/tidak ada Imunisasi Alergi Perkembangan anak dibanding saudara-saudara 5. Riwayat Kesehatan KeluargaAdakah anggota keluargayang mengidap HIV : missal, ibu.6. Riwayat ImunisasiJenis imunisasi apa saja yang pernah diberikan, waktu pemberian dan reaksi setelah pemberian. Missal; imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis.7. Riwayat Tumbuh Kembanga) Tinggi Badan : PB lahir .. cm, PB masuk RS :.. Cmb) Perkembangan tiap tahap ( berapa bulan)Berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain, bicara pertama kali, berpakaian tanpa bantuan.8. Riwayat Nutrisia. Pemberian ASI1. Pertama kali di susui: berapa jam setelah lahir2. Cara Pemberian: Setiap Kali menangis dan tanpa menangis3. Lama Pemberin: berapa menit4. Diberikan sampai usia berapab. Pemberian Susu Formula :missal; SGMc. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini9. Riwayat Psiko Sosiala. Anak tinggal di mana, keadaan Lingkungan, fasilitas rumahb. Hubungan antar anggota kelurga baikc. Pengasuh anak adalah orang tua, pengasuh,dll10. Riwayat spiritualKegiatan ibadah, tempat ibadah.

11. Reaksi Hospitalisasia) Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inapb) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap12. Aktivitas sehari-hariKaji sebelum sakit dirumah dan selama dirawat dirumah sakit tentang: nutrisi, cairan, eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene, aktivitas/mobilisasi, rekreasi.13. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umum: composmetis, stupor, semi koma, koma. Ekspresi wajah, penampilan ( berpakaian)b. Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, pernapasan. Tekanan darahc. Antropometri meliputi: panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar abdomen.d. Head To Toe1) Kulit : Pucat dan turgor kulit agak buruk2) Kepal dan leher : Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada peradangan3) Kuku : Jari tabuh4) Mata / penglihatan :Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung5) Hidung :Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan fxungsi penciuman normal6) Telinga :Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan7) Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan dan perdarahan pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan bibir pecah-pecah.8) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.9) Dada : dada masih terlihat normal10) Abdomen: Turgor jelek ,tidak ada massa, peristaltik usus meningkat dan perut mules dan mual.11) Perineum dan genitalia: Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang12) Extremitas atas/ bawah: Extremitas atas dan extremitas bawah tonus otot lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit.e. Sistem Pernafasana) Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : adab) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub mandibula.c) D a d a : Bentuk dada : Normal Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1 Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi Suara nafas : ronki Suara nafas tambahan : ronki Tidak ada clubbling finger f. Sistem kardiovaskuler :a) Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler , tekanan vena jugularis : tidak meninggib) Ukuran Jantung : tidak ada pembesaranc) Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormald) Capillary refilling time > 2 detikg. Sistem pencernaan: a) Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulutb) Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya virus yang menyerang ususc) Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal, d) Anus : terdapat bintik dan meradang gatalh. Sistem indra1) Mata : agak cekung2) Hidung : Penciuman kurang baik, 3) Telinga: Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran penyakit Fungsi pendengaran kesan baiki. Sistem Saraf1. Fungsi serebral: Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua Bicara : - Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti perintah) = 6, verbal (bicara normal) = 52. Fungsi kranial : Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I Nervus XII.3. Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh orang tua4. Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)5. Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal 6. Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal.j. Sistem Muskulo Skeletal1) Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri 2) Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas bergerak, aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur.3) Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan baik4) Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktifk. Sistem integumen warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.l. Sistem endokrin Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal, Tidak ada riwayat diabetesm. Sistem Perkemihan Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang. Tidak ditemukan odema Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batun. Sistem ReproduksiAlat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah dan gatalo. Sistem Imun Klien tidak ada riwayat alergi Imunisasi lengkap Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada Riwayat transfusi darah ada/tidak ada

B. Diagnosa Keperawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret2. Pola napas tidk efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru3. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral

C. Intervensi KeperawatanNo.Diagnose KepTujuan dan criteria hasilIntervensiRasional

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret

Tupan:Jalan nafas kembali efektif/normal

Tupen:setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam anak menunjukan yang efektif dengan criteria hasil: Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih/jelas. Klien merasa nyaman ketika bernapas Tidak ada sekret

1.Auskultasi area paru,catat area penurunan/tidak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius

2.kaji ulang tanda-tanda vital (irama dan frekuensi, serta gerakan dinding dada)

3.Bantu pasien latihan napas sering.

4.Penghisapan sesuai indikasi

5.Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi)

6.berikan obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas(seperti bronchodilator1.Penurunan aliran udaraterjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

2.pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris terjadi karena ketidaknyaman gerakan dinding dada.3.Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru/jalan napas lebih kecil

4.Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik

5.Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluar-kan secret

6. alat untuk menurunkan spasme bronkhus dengan memobilisasi sekret.

2.polanapas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

Tupan :pola napas kembali efektif

Tupen:setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam pola napas kembali norma l, dengan criteria hasil: klien Menunjukan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal klien mengatakan tidak sesak lagi.

1.Kaji frekuensi kedalaman pernapasandan ekpansi paru.2.Catat upaya pernapasan

3.Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi seperti ronkhi.

4.Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

5.Observasi pola batuk dan karaktrer secret

6.Berkan oksigen tambahan

1.Kecepatan biasanya meningkat.

2.Dispnue dan terjadi peningkatan kerja nafas.3.Bunyi nafas menurun / tidak ada bila jalan nafas obstruktif sekunder terhadap pendarahan4.Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru memudahkan pernafasan5.Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering / iritasi. 6.Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3.Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder terhadap reaksi antigen dan antibody

Tupan :suhu tubuh klien kembali normal

Tupen :setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam suhu tubuh menurun dengan criteria; Anak akan mempertahankan suhutubuh yang normal Klien mampu menunjukkan TTV yang normal : suhu 3650C, Nadi : 80x/m, P : 20x / m dn TD : 110/80 mmHg

1.Pertahankan lingkungan sejuk, dengan menggunakan piyama dan selimut yang tidak tebal.2.Pantau suhu tubuh anak setiap 1-2 jam, bila terjadi peningkatan secara tiba-tiba3.Beri antimikroba/antibiotik jika disaranka.

4.Berikan kompres dengan suhu 37 oC pada anak

5.KolaboratifBeri antipiretik sesuai petunjuk

1.Lingkungan yang sejuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan cara radiasi.2.Peningkatan suhu secara tiba-tiba akan mengakibat an kejang

3.Antimikroba mungkin disarankan untuk mengobati organismo penyebab4.Kompres hangat efektif mendingin-kan tubuh melalui cara konduksi5.Antipiretik seperti asetaminofen (Tylenol), efektif menurunkan demam

4.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare

Tupan:keseimbangan cairan tubuh adekuat

Tupen :setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dapat terpenuhi dengan criteria: Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. turgor kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine yan sekunder 1.Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.

2.Pantau tanda-tanda vital.

3.Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernapasan.

4.Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.

5.Kolaborasi, berikan cairan parenteral, produksi darah dan atau plasma ekspander.1.dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan. hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasa2.mengindikasikan kekurangan cairan.

3.Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah.4.Kulit yang dingin/ lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan Sirkulasi perifer.5.Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumen-tasikan

5.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral

Tupan:Pasien mendapatkan nutrisi yang Optimal

Tupen:setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. dengan kriteria hasil: anak mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup Nafsu menyusu meningkat BB meningkat atau normal sesuai umur

1.Berikan makanan dan kudapan tinggi kalori dan protein2.Beri makanan yang disukai anak

3.Perkaya makanan dengan suplemen nutrisi.

4.Berikan makanan ketika anak sedang mau makan dengan baik

5.Gunakan kreativitas untuk mendorong anak

6.Pantau berat badan dan Pertumbuha

7.Kolaboratif : obat anti jamur sesuai instruksi1.Untuk memenuhi kebutuhan tubuh

2.Untuk mendorong agar anak mau makan3.Untuk memaksimalkan kualitas asupan makanan

4.Ketika anak mau makan adalah kesempatan yang berharga bagi perawat maupun orang tua.5.Dapat menarik minat anakuntuk makan dan menghabis-kan porsi makanan6.Pemantauan berat badan dilakukan sehingga intervensi terpenuhi 7.Untuk mengobati kandidiasis oral

BAB IVPRAKTIKUM

A. Postural.Drainage

Postural Drainage (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan gaya berat dari sekretnya itu sendiri ."FISIOTERAPI" tahun 1953 Palmer dan Sellick telah menunjukkan manfaat PD yang disertai dengan perkusi dada untuk mencegah terjadinya atelektasis paru setelah pembedahan . Sejak itu pula PD telah diterapkan secara intensif pada perawatan penderita-penderita penyakit paru akut maupun kronik.Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 11 posisi tubuh yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan secret dari pohon trakheobronkhial ke dalam trachea. Batuk penghisapan kemudian dapat membuang secret dari trachea. Dengan PD dapat dilakukan pencegahan terkumpulnya sekret dalam saluran nafas terutama pada mereka yang tergolong "high risk" , disamping untuk mempercepat pengeluaran cairan patologik lainnya yang berasal dari saluran nafas maupun perenkhim paru yang viskositasnya kental Keberhasilan dari PD sering segera dapat dirasakan oleh penderitanya, yaitu dengan adanya perbaikan ventilasi.PATOFISIOLOGIPada PD posisi penderita ditempatkan sedemikian rupa sehingga dari lokasi kelainan paru terjadi pengeluaran secret dengan bantuan gaya beratnya. Pada umumnya dalam keadaan demikian, juga dilakukan perkusi dan vibrasi. Setelah dilakukan PD, dalam jangka pendek diharapkan sputum bertambah banyak "expiratory flow rate" bertambah, ventilasi bertambah, tahanan aluran nafas berkurang, kapasitas vital bertambah serta terjadi perbaikan oksigenisasi. Dan dalam jangka panjang diharapkan pula perbaikan tanda-tanda klinik dan foto toraks bertambah cepat, adanya perbaikan faal paru dan pertukaran gas pada alveoli. Namun Peterson dkk dan Graham mengatakan bahwa pada kasus-kasus seperti pneumonia atau eksaserbasi akut dari bronkhitis kronik, adanya perbaikan hal-hal tersebut diatas tidak selalu terjadi. Dari penyelidikan mereka pada kasus-kasus seperti diatas ternyata tidak terjadi kenaikan volume sputum, maupun hal-hal seperti pertambahan "flow rate" , resolusi yang bertambah cepat pada foto toraks, perbaikan faal paru dan pertukaran.gas.Frownfelter berpendapat bahwa PD tidak saja bisa dilakukan pada mereka yang produksi sputumnya banyak tetapi juga pada penderita yang sputumnya sedikit PD dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya akumulasi sekret agar tidak terjadi atelektasis. Dan pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada. Maka dari itu PD sebagai bentuk pengobatan mempunyai tujuan mencegah akumulasi sekret dan mengeluarkan sekret/cairan patologik yang tertampung.Untuk melakukan PD, tidak ada persiapan khusus dari penderita. Yang penting adalah perlu diketahui lokasi kelainan pada paru serta keadaan umum penderita. Untuk mengetahui dengan cepat perubahan klinik penderita yang mungkin terjadi selama dilakukan PD maka sebaiknya kita yang mengerjakan PD berada di muka penderita. PD dilakukan dengan mengatur penderita pada posisi tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drainage) sputum yang cepat karena pengaruh gaya beratnya disertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada.Posisi penderita yang diharapkan terjadi drainage sesuai dengan lokasi kelainan paru adalah sebagai berikut :1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk drainage kedua lobus atas dari segmen apikal. 2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kanan segmen anterior, dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen anterior.3. Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior.4. Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh lainnya.5. Tidur pada sisi kanan dengan bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus bawah kiri segmen anterior. Letak kepala sama seperti No. 4.6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior.7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen lateral.8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala atau beberapa bantal di bawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.10. Tidur pada sisi kiri dengan bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior.

Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 -- 10 menit. Keadaan ini bisa diperpanjang bila penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage memerlukan waktu yang lebih lama. Bila PD dilakukan pada beberapa posisi, maka seluruh waktu untuk melakukan PD sebaiknya tidak lebih dari 40 menit supaya tidak melelahkan penderita. Setiap hari dapat dilakukan dua kali. Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluarkan sekret yang tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada serta latihan nafas termasuk didalamnya (3, 10). Perkusi atau lebih cocok dengan istilah penepukan dan vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas daerah paru yang diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan dengan kedua telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang menampung air), dilakukan bergantian kiri dan kanan, dengan kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan dan tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita. Vibrasi dilakukan dengan menggetarkan telapak tangan yang diletakkan pada dinding dada, dilanjutkan dengan penekanan sewaktu penderita mengeluarkan nafas (11).a) Tujuan Postural DrainageTujuan dilakukannya teknik postural drainage adalah:1) Untuk mengeluarkan secret yang tertampung2) Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis3) Mencegah dan mengeluarkan secret.b) Indikasi Postural Drainage1) Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada: Pasien yang memakai ventilasi Pasien yang melakukan tirah baring yang lama Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis Pasien dengan batuk yang tidak efektif 2) Mobilisasi sekret yang tertahan : Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret Pasien dengan abses paru Pasien dengan pneumonia Pasien pre dan post operatif Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batukc) Kontra Indikasi Postural Drainage1) Tension pneumotoraks2) Hemoptisis3) Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia.4) Edema paru5) Efusi pleura yang luasd) Persiapan pasien untuk postural drainase.1) Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.2) Terangkan cara pelaksanaan kepada klien secara ringkas tetapi lengkap3) Periksa nadi dan tekanan darah.4) Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk mengeluarkan sekret.e) Cara melakukan pengobatan :1) Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi selama Postural Drainase.2) Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapa posisi tidak lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 3 10 menit.3) Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam sesudah makan.f) Penilaian hasil pengobatan :1) Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.2) Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.3) Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.4) Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah, merasa enakan, sakit.5) Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi tekanan darah.6) Apakah foto toraks ada perbaikan.g) Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan :1) Pasien tidak demam dalam 24 48 jam.2) Suara pernafasan normal atau relative jelas.3) Foto toraks relative jelas.4) Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batukh) Macam-macam posisi Postural Drainage

Kedua lobus atas - segmen apical

Lobus atas kanan - segmen anterior

Lobus atas kiri - segmen anterior

Lobus atas kanan segmen posterior ( dipandang dari depan )

Lobus atas kanan segmen posterior dipandang dari belakang

Lobus atas kiri segmen posterior

lobus atas kiri - segmen posterior ( posisi lain )

Lobus tengah kananPerhatikan : pasien bagian badannya terlentang.

Lingula ( dipandang dari belakang )

Kedua lobus bawah segmen anterior

Lobus bawah kanan segmen lateral

Lobus bawah kiri segmen lateral dan Lobus bawah kanan segmen kardiak ( medial )

Kedua lobus bawah segmen posteriorPerhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal

Lobus bawah kanan segmen posterior ( Posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus )

Kedua lobus bawah segmen posterior ( Dengan beberapa bantal di bawah perut )i) Penyuluhan KlienKlien dan keluarga harus di ajarkan cara posisi postur yang tepat di rumah. Beberapa postur perlu dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan individual. Sebagai contoh, posisi miring Trendelenburg untuk mengalirkan lobus bawah lateral harus dilakukan dengan klien berbaring miring datar atau posisi miring semi Fowler bila ia bernapas sangat pendek (dispneu).j) Pertimbangan PediantriAdalah tidak realistik untuk mengharapkan anak bekerja sama penuh dalam memilih semua posisi yang digunakan untuk drainase postural. Perawat harus menentukan empat sampai enam posisi sebagai prioritas. Lebih dari enam sering melampui keterbatasan toleransi anak.

k) Pertimbangan GeriatriKlien pada pengobatan anti hipertansi tidak mampu mentolerir perubahan postur yang diperlukan. Perawat harus memodifikasi prosedur untuk memenuhi toleransi klien dan tetap membersihkan jalan napas.

B. Prosedur TindakanAdapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam melakukan fisioterapi dada adalah: Waspada dan perhatikan tentang kontraindikasi yang mungkin ditemukan pada klien. Pastikan bahwa klien telah nyaman, tidak menggunakan pakaian yang ketat. Pastikan klien tidak baru saja makan. Berikan medikasi untuk mengurangi nyeri, agen mukolitik, bronkodilator, air atau salin untuk nebuliser jika diresepkan. Auskultasi dada sebelum dan setelah fisioterapi dada Tindakan dihentikan bila terjadi gejala-gejala: nyeri meningkat, napas pendek meningkat, kelemahan, pusing, hemoptisis. Hati-hati dilakukan pada lansia karena peningkatan osteoporosis dan resiko fraktur iga. Jumlah siklus perkusi dan vibrasi diulang tergantung toleransi dan respon klien. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal.Postural Drainage1) Persiapan Alat: Bantal ( 2 atau 3 buah) Tisue Segelas Air hangat Sputum Pot2) Prosedur Pelaksanaan: Perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan alasan tindakan, cuci tangan. Pilih area tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pada pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto dada.(Agar efektif, tindakan harus dibuat individual untuk mengatasi spesifik dari paru yang tersumbat). Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat. Bantu klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan klien untuk mengatur postur, posisi lengan dan kaki yang tepat. Letakkan bantal sebagai penyangga dan kenyamanan.(Posisi khusus dipilih untuk mendrainase setiap area yang tersumbat). Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit.(Pada orang dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu. Anak-anak, prosedur ini cukup 3-5 menit). Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi dada atau gerakan iga di atas area yang didrainase.(Memberikan dorongan mekanik yang bertujuan memobilisasi sekresi pada jalan napas). Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien tidak bisa batuk, harus dilakukan pengisapan.Setiap sekresi yang dimobilisasi ke dalam jalan napas harus dikeluarkan melalui batuk atau pengisapan sebelu klien dibaringkan pada posisi drainase selanjutnya. Batuk akan sangat efektif bila klien duduk dan membungkuk ke depan). Minta klien istirahat sebentar, bila perlu.(Periode istirahat sebentar di antara drainase postural dapat mencegah kelelahan dan membantu klien menoleransi terapi dengan lebih baik). Minta klien minum sedikit air.(Menjaga mulut tetap basah sehingga membantu ekspetorasi sekresi). Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang dipilih telah terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit.(Drainase postural digunakan hanya untuk mengalirkan area yang tersumbat dan berdasarkan pada pengkajian individual). Ulangi pengkajian dada pada setiap bidang paru.(Memungkinkan anda mengkaji kebutuhan drainase selanjutnya atau mengganti program drainase). Cuci tangan.(Mengurangi transmisi mikroorganisme)

Tahap Terminasi1. Melakukan evaluasi tindakan2. Berpamitan dengan klien3. Membereskan alat4. Mencuci tangan5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

BAB VPENUTUPA. KesimpulanAIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen di dalam darah, dan penularan masa perinatal.Manifestasi klinis lainnya yang sering ditemukan pada anak adalah pneumonia interstisialis limfositik, yaitu kelainan yang mungkin langsung disebabkan oleh HIV pada jaringan paru.Komplikasi Oral Lesi: Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Pemeriksaan peniunjang seperti; Tes untuk diagnose infeksi HIV1. ELISA, latex agglutination 2. Western blot ( positif)3. Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR 4. Kultur HIV

B. Saran 1. Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa dalam menjalani hidup.2. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksakan kesehatan anda dan anak secara rutin.3. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawatan kepada penderita agar cepat sembuh dalam pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam dan Kurniawati, N.D. (2007). Asuhan Keperawatam Pada Pasien Terifeksi HIV/AIDS. Cetakan I. Jakarta : Penerbit salemba Medika

Speer, K.M. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical Pathways (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wong, D.L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik (terjemahan). Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC39