31
PENGARUH STRES TERHADAP NEUROFISIOLOGI (PSIKOSOMATIS) MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Kesehatan Mental ( Psikologi Abnormal) Oleh : RIJALUL FIKRIKHAIR 15629 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah KESMEN _Psikosomatis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah KESMEN _Psikosomatis

PENGARUH STRES TERHADAP

NEUROFISIOLOGI (PSIKOSOMATIS)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir

Mata Kuliah Kesehatan Mental ( Psikologi Abnormal)

Oleh :

RIJALUL FIKRIKHAIR

15629

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2012

Page 2: Makalah KESMEN _Psikosomatis

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengaruh Stres Terhadap Neurofisiologi

(Psikosomatis) ”. Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Mental.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

pembimbing mata kuliah Dasar Logika Penulisan Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada penulis. Serta pihak-pihak yang mendukung dan telah membantu penulis dalam

penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis

mohon kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan makalah ini.

Padang, Mei 2012

Penulis,

2

Page 3: Makalah KESMEN _Psikosomatis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………… 1

Daftar Isi………………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang……………………………………….... 4

1.2 Tujuan penulisan……………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN…….……………………………………….. 6

2.1 Defenisi………………………………………………. 6

2.2 Penyebab Gangguan Psikosomatis…………………… 7

2.3 Efek Stress terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis)…. 11

2.4 Terapi Psikosomatis…………………………………. 16

BAB III PENUTUP……………………………………………………... 18

Kesimpulan……………………………………………………. 18

Kepustakan………………………………………………………………….. 21

3

Page 4: Makalah KESMEN _Psikosomatis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gangguan psikosomatis adalah faktor psikologis yang merugikan,

mempengaruhi kondisi medis pasien. Faktor psikologis tersebut dapat berupa

gangguan mental, gejala psikologis, sifat kepribadian atau gaya mengatasi masalah,

dan prilaku kesehatan yang maladaptif.1

Kurang lebih 400 tahun SM ahli filsafat Hipocrates sudah mengutarakan

pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Pada abad pertengahan Paracelcus

seorang ahli kimia menyatakan bahwa kekuatan batin memiliki pengaruh terhadap

kekuatan seseorang.2

Menurut The National Academy Science tahun 1978 definisi psikosomatis

adalah bidang interdisiplin yang memperhatikan perkembangan dan integrasi ilmu

pengetahuan prilaku, biomedis dan teknik yang relevan dengan kesehatan dan

penyakit serta penerapan pengetahuan, dan teknik-teknik tersebut untuk mencegah,

mendiagnosis dan rehabilitasi.1

4

Page 5: Makalah KESMEN _Psikosomatis

Masalah kesehatan jiwa memang seringkali dipandang sebelah mata bahkan

oleh para klinisi di bidang kesehatan. Kesehatan jiwa dianggap tidak lebih penting

daripada kesehatan fisik.

Padahal badan kesehatan dunia (WHO) sendiri pada tahun 2020

memproyeksikan bahwa Depresi akan menjadi penyakit kedua terbanyak setelah

penyakit jantung dan pembuluh darah.

Penelitian yang dilakukan oleh para staf di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) di sebuah

Puskesmas di Jakarta Barat memperlihatkan hasil bahwa pasien yang datang ke

puskesmas dengan keluhan fisik ternyata 30 persen lebih di antaranya mengalami

gangguan kesehatan jiwa dan yang paling besar adalah gangguan depresi, cemas dan

psikosomatik (28,5%).

Artinya orang yang datang dengan keluhan fisik ke pelayanan kesehatan

belum tentu sebenarnya gangguan dasarnya bersifat fisik medis saja tetapi mungkin

merupakan manifestasi dari keluhan gangguan kejiwaannya.

1.2 Tujuan penulisan

Mengetahui efek / pengaruh stress terhadap neurofisiologi (psikosomatis).

5

Page 6: Makalah KESMEN _Psikosomatis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Istilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (“psyche” berarti psikis dan

“soma” berarti badan). Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth

ke dalam kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang

menekankan pentingnya faktor psikososial dalam perkembangan penyakit fisik.

Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul psikologi abnormal

mendefinisikan psikosomatis yaitu bentuk macam-macam penyakit fisik yang

ditimbulakn oleh konflik-konflik psikis/psikologis dan kecemasan-kecemasan kronis.

Dia juga mendefinisikan psikosomatis sebagai kegagalan sistem syaraf dan sistem

fisik disebabkan oleh kecemasan-kecemasan, konflik-konflik psikis dan gangguan

mental.

J.P Chaplin dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah

satu penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis.

Gangguan psikosomatis secara tradisional didefinisikan sebagai penyakit fisik

yang dipengaruhi oleh faktor psikologis. Gangguan psikosomatis sebenarnya tidak

termasuk faktor psikologis yang terlalu berat untuk digolongkan ke dalam gangguan

mental tetapi gangguan ini sangat berperan mempengaruhi gangguan medis.

Pada psikosomatis penyakit-penyakit fisik dan kegagalan sistem syaraf tadi

terus berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas

6

Page 7: Makalah KESMEN _Psikosomatis

ada kaitan antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan/ emosi-emosi yang

mempunyai latar belakang komponen mental dan komponen jasmaniah. Jadi, ada

interdependensi (saling ketergantungan) diantara proses-proses mental dengan fungsi

–fungsi somatic (jasmani,fisik).  Dalam hal ini ada kegagalan pada sistem syaraf dan

sistem fisik untuk menyalurkan peringan kecemasan dan gangguan mental.

Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan bisa menjadi sebab

timbulnya bermacam-macam penyakit jasmani atau bakhan bisa menjadi penyebab

semakin beratnya suatu penyakit jasmani yang telah ada. Sebagai contoh : karena rasa

takut yang hebat, detak jantung jadi sangat cepat, dan ada kelelahan ekstrim dari

reaksi asthenis (kelemahan) pada badan yang lemah. kedua-duanya adalah benar-

benar gejala fisiologis atau jasmaniah yang diidentifikasikan sebagai akibat dari

konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis.

Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena,

yaitu:

1. Gangguan kulit misalnya neurodermatitis dan hiperhidrosis (kulit kering)

2. Gangguan pernafasan misalnya asma bronchial, hiperventilasi (bernafas sangat cepat

seringkali menjadi pingsan)

3. Gangguan kardiovaskular misalnya migraine dan tekanan darah tinggi (hipertensi)

4. Gangguan gastrointestinal misalnya luka lambung.

2.2 Penyebab Gangguan Psikosomatis

David B.Cheek, M.D. dan Leslie M. Lecron,B.A. dalam bukunya Clinical

Hypnotherapy mengatakan bahwa ada 7 faktor penyebab berbagai gangguan

psikosomatis. Memahami 7 kunci penting ini akan membantu terapis dan klien

7

Page 8: Makalah KESMEN _Psikosomatis

membuka pintu gerbang kesadaran baru tentang pemahaman masalahnya. 

Untuk memudahkan mengingat maka kita gunakan mnemonik COMPISS (Conflict,

Organ Language, Motivation, Past Experience, Identification, Self-punishment,

Suggestion/Imprint)

1. Conflict

Konflik internal muncul karena ada minimal dua bagian dari diri seseorang

yang saling bertentangan. Tujuan dari kedua bagian ini sebenarnya sama baiknya

namun karena bertolak belakang akibatnya timbul masalah. 

Contohnya adalah seorang manajer yang selalu sakit kepala pada akhir

bulan. Ternyata ada dua bagian dari dirinya yang konflik. Satu bagian dirinya

ingin agar ia istirahat di rumah bersama keluarganya. Yang satu lagi ingin agar ia

tetap bekerja agar menerima uang lembur lebih banyak dengan menyelesaikan

laporan bulanan.

Sebagai contoh kasus yang lain adalah seorang salesman yang sangat

sukses namun memiliki kecemasan sangat tinggi dan selalu berusaha menghindar

untuk berjabat tangan. Padahal dalam menjalankan aktivitasnya ia seringkali harus

berjabat tangan memperkenalkan diri dengan pelanggannya. Setelah dilakukan

hipnoanalisis ternyata saat ia masih remaja ia sering melakukan masturbasi dan ia

ketakutan membayangkan orang-orang yang dikenalnya akan bisa mengenali

keburukannya

2. Organ Language / Unresolved problem

Ini adalah salah satu cara pikiran bawah sadar berbicara pada kita tentang

masalah yang belum terselesaikan. Caranya adalah dengan memberi rasa sakit

pada bagian tertentu tubuh kita. Jadi masalah itu dimunculkan dalam bentuk

symptom. Dengan adanya symptom diharapkan pikiran bawah sadar mendapatkan

8

Page 9: Makalah KESMEN _Psikosomatis

perhatian dari pikiran sadar. Makna symptom ini adalah, ”Saya tidak suka apa

yang sedang anda lakukan”. Inilah penyakit yang bersifat psikosomatis.

Jadi klien perlu dibantu menemukan akar masalahnya jauh di pikiran bawah

sadarnya. Seringkali apa yang tampaknya menjadi masalah, menurut pikiran

sadar, ternyata berbeda dengan yang dinyatakan oleh pikiran bawah sadar. 

3. Motivation

Symptom yang dialami seseorang sering kali mempunyai tujuan

tersembunyi demi keuntungan orang tersebut. Contohnya adalah seorang anak

yang malas sekali belajar sehingga ulangannya mendapatkan nilai jelek semua.

Ternyata hal ini adalah salah satu upayanya agar mendapatkan teguran dari

orangtua. Ia menyamakan teguran dengan perhatian. Ya... benar ia ingin

mendapatkan perhatian dari orangtuanya. 

Contoh lain lagi adalah kasus pada seorang wanita yang mengalami

migrain. Setelah diselidiki lebih dalam ternyata pikiran bawah sadar wanita ini

membuat wanita ini mengalami migrain karena dengan demikian suami dan anak-

anaknya memperhatikannya. Bila dalam kondisi normal, tanpa migrain,

keluarganya biasanya sibuk sendiri dan kurang memperhatikan wanita ini.

4. Past Experience

Pengalaman masa lalu yang menyakitkan, sesuai dengan persepsi pikiran

bawah sadar, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan bertahan lama.

Contohnya adalah phobia. Ketakutan akan sesuatu, yang terjadi di masa lalu,

terbawa hingga masa kini dan sangat mengganggu seseorang.

5. Identification

Pada kasus ini klien mengidentifikasikan dirinya dengan satu figur yang ia

kagumi.

9

Page 10: Makalah KESMEN _Psikosomatis

Contoh kasusnya adalah seorang klien yang sering ditipu oleh rekan

kerjanya. Ternyata ia mengidolakan seorang tokoh bisnis yang dulunya ditipu

berkali-kali sehingga akhirnya bisa sukses dan makmur. Identifikasi ini adalah

sebuah program yang bekerja sangat halus yang jika digunakan dengan baik maka

akan menghasilkan sesuatu yang positif. Satu hal yang perlu diingat bila kita

menggunakan identifikasi adalah apapun yang melekat pada seorang figur

biasanya akan ikut terserap juga walau terkadang ini bertentangan dengan nilai

hidup kita. Hal ini bisa menimbulkan permasalahan baru yang masuk dalam

kategori ”conflict”

6. Self-punishment

Perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan di masa lalu sering kali

termanifestasi dalam sebuah perilaku untuk menghukum diri sendiri. Terapi

dilakukan dengan membantu klien untuk bisa memaafkan dirinya sendiri atas

kesalahan tersebut atau yang dirasa sebagai suatu kesalahan yang ia lakukan

7. Sugesstion/Imprint

Imprint adalah sebuah kepercayaan/belief yang ditanamkan ke pikiran

klien, biasanya oleh figur yang oleh klien dipandang memiliki otoritas. Seorang

wanita berumur 40 an tahun menderita batuk puluhan tahun. Tak ada pengobatan

yang bisa menyembuhkan batuknya. Akhirnya ia pun mencoba hipnoterapi dan

setelah dilakukan hipnoanalisis akhirnya terungkap pada saat ia berusia 4 tahun ia

sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Ia menderita batuk yang sangat parah.

Ayah ibunya ada di sisi ranjangnya saat seorang dokter mengatakan bahwa ia tak

akan pernah sembuh dari batuknya. Perkataan dokter ini langsung membuatnya

ketakutan dan saat itulah perkataan sang dokter menjadi sebuah kebenaran yang

diterima pikiran bawah sadarnya. 

10

Page 11: Makalah KESMEN _Psikosomatis

2.3 Efek Stress terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis)

Konflik dan gangguan jiwa dapat menimbulkan gangguan badaniah yang terus

menerus, biasanya hanya pada satu alat tubuh saja, tetapi kadang-kadang juga

berturut-turut atau serentak beberapa organ yang terganggu. Berikut ini reaksi tubuh

ketika mengalami stress :

1. Sistem Saraf

Saat stress – baik secara fisik maupun psikologis – tubuh akan secara tiba-tiba

memindahkan sumber energinya untuk memberikan perlawanan terhadap

serangan stress. Ini apa yang dikenal dengan respons “fight or flight” (melawan

atau terserang) dimana saraf simpatik akan memberi sinyal kepada kelenjar

Adrenal untuk mengeluarkan kortisol dan adrenalin. Hormon ini akan

menyebabkan denyut jantung lebih cepat, meningkatnya tekanan darah, mengubah

pencernaan dan meningkatkan level glukosa dalam aliran darah. Saat krisis telah

lewat maka tubuh akan kembali normal lagi. Masalahnya, bila kondisi ini

berlangsung terus-menerus, maka hormon-hormon tadi bisa mengganggu

kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.

2. Sistem Kardiovaskuler

Stress akut – yaitu stress yang sementara saja seperti stress ketika terjadi

kemacetan lalulintas – akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan

kontraksi yang berlebihan pada audan otot jantung mengalami pelebaran,

menyebabkan suplai darah yang terlalu berlebihan kepada beberapa bagian tubuh.

Apabila episode ini berlanjut lagi maka akan menyebabkan peradangan pada arteri

koroner, yang bisa mengarah pada serangan jantung.

11

Page 12: Makalah KESMEN _Psikosomatis

Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau

kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa

jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG.

Kehilangan semangat dan putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantung

dan tekanan darah.3

Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia,

nyeri perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur.

Gejala- gejala seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan

kecemasan.3

3. Sistem Pernafasan

Stress bisa menyebabkan kita sulit bernapas dan pernapasan yang cepat – atau

hiperventilasi – dimana bisa menyebabkan keadaan panik pada beberapa orang.

Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan ialah

sindrom hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhan

yang menyertainya. hiperventilasi biasanya merupakan tarikan nafas panjang, dan

dapat menjadi suatu kebiasaan, seperti ada orang yang mengisap rokok bila ia

tegang, yang lain mulai bernafas panjang. Kecemasan dapat menggangu ritme

pernapasan dan diketahui juga dapat menimbulkan serangan asma. Stimuli emosi

bersama dengan alergi penderita menimbulkan kontruksi bronkoli bila sistem

saraf vegetatif juga tidak stabil dan mudah terangsang.

4. Sistem Muskuloskeletal (Otot dan Rangka)

Dalam keadaan stress, otot-otot akan menjadi kencang. Kontraksi otot-otot

dalam waktu yang lama akan menyebabkan sakit kepala (tension headache),

migrain dan gangguan otot yang lain.

12

Page 13: Makalah KESMEN _Psikosomatis

Nyeri otot atau mialgi sering terdapat dalam praktek. Kecuali hawa dan

pekerjaan, maka faktor emosi memegang peranan yang penting dalam

menimbulkannya. Karena tekanan psikologik, maka tonus otot meninggi dan

penderita mengeluh nyeri kepala, kaku kuduk dan nyeri punggung bawah.

Ketegangan otot dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan

nyeri sendi.

Contoh kasus, seringkali seorang pasien dengan nyeri punggung bawah

melaporkan bahwa nyerinya dimulai saat trauma psikologis atau stres. Disamping

itu reaksi pasien terhadap nyeri adalah tidak sebanding secara emosional, dengan

kecemasan dan depresi yang berlebihan.1

5. Sistem Pencernaan

Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis

paling sering terdapat dalam praktek, akan tetapi penderita harus diperiksa betul

untuk menyingkirkan penyebab somatogenik

Kerongkongan

Stress akan menyebabkan Anda makan lebih banyak ataupun lebih sedikit dari

yang biasanya. Jika Anda makan berlebihan, atau mengganti makanan, atau

merokok lebih banyak, ataupun meminum alkohol, hal ini akan menyebabkan

perasaan terbakar pada dada (heartburn) ataupun naiknya asam lambung ke atas

(reflux).

Perut

Anda akan merasa seperti “ada kupu-kupu”,bisa juga mual ataupun perih. Pada

keadaan lanjut bahkan sampai terasa muntah.

13

Page 14: Makalah KESMEN _Psikosomatis

Muntah, isi lambung disemprotkan ke luar sebab ada kontraksi otot-otot dinding

perut dan diafragma serta kardia dalam keadaan relaksasi. Muntah ialah suatu

refleks yang kompleks. Muntah dipengaruhi oleh banyak sentra yang lain antara

lain : pengaruh dari olfaktorius, dari penglihatan dan dari vertibularis.

Usus

Stress akan menghambat penyerapan nutrisi dalam usus. Ia juga dapat

mempengaruhi seberapa cepat makanan bergerak dalam tubuh. Anda mungkin

merasa sembelit ataupun diare.

6. Sistem Endokrin

Sistem endokrin memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan individu, baik fisik maupun mental. Gangguan psikosomatik

mengenai sistem endokrin yang mungkin terjadi adalah hipertiroidi dan syndrome

menopause.

Sebelum gejala-gejala hipertiroidi timbul sering didahului konflik atau stress

dalam hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional

sebelum sakit. Sering gejala-gejala pada hipertiroidi hanya merupakan

mengerasnyasifat-sifat kepribadian yang ada sebelumnya, seperti : lekas

terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau cahaya keras, gugup, lekas

marah, rasa cemas yang ringan.

Dalam syndrom menopause sering timbul gangguan jiwa dalam waktu ini

yang merupakan gangguan psikosomatis, nerosa ataupun psikosa.

Contoh Premenstrual syndrome (PMS), ditandai oleh perubahan subjektif mood,

rasa kesehatan fisik, dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus

14

Page 15: Makalah KESMEN _Psikosomatis

menstruasi. Secara khusus, perubahan kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin

dihipotesiskan berperan penting sebagai penyebab.Gejala biasanya dimulai segera

setelah ovulasi, meningkat secara bertahap, dan mencapai intensitas maksimum kira-

kira lima hari sebelum periode menstruasi dimulai. Faktor psikososial, dan biologis

telah terlibat didalam patogenesis gangguan.1

7. Sistem Reproduksi

Pada lelaki, produksi berlebihan kortisol akan mempengaruhi sistem

reproduksi. Stress kronis bisa menyebabkan kerusakan pada sperma dan

menyebabkan impotensi.

Pada wanita, stress bisa menyebabkan tidak menstruasi lagi ataupun siklus

menstruasi yang tidak teratur, dan bahkan periode menstruasi dengan rasa sakit.

Stress juga mengurangi gairah seksual.

8. Kulit

Emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama diketahui. Baru

tahun-tahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki hubungan antara timbulnya

neurodermatitis dan hiperhidrosis dan reaksi kulit lain dengan kesukaran

penyesuain diri terhadap stress dalam hidup manusia.

15

Page 16: Makalah KESMEN _Psikosomatis

2.4 Terapi Psikosomatis

Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis adalah :

1. Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga

Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam

perkembangan gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan tersebut telah

diajukan sebagai kemungkinan focus penekanan dalam psikoterapi untuk

gangguan psikosomatik. Toksoz Bryam Karasu menulis bahwa pendekatan

kelompok harus juga menawarkan kontak intrapersonal yang lebih besar,

memberikan dukungan ego yang lebihh tinggi bagi ego pasien psikosomatis yang

lemah dan merasa takut akan ancaman isolasi dan perpisahan parental. Terapi

keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan antara keluarga

dan anak. Kedua terapi memiliki hasil klinis awal yang sangat baik.

2. Terapi Perilaku

Biofeedback. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik behavior dan

banyak digunakan untuk mngatasi psikosomatik. Terapi yang dikembangkan oleh

Nead Miller ini didasari oleh pemikiran bahwa berbagai respon atau reaksi yang

dikendalikan oleh sistem syaraf otonam sebenarnya dapat diatur sendiri oleh

individu melalui operant conditioning. Biofeedback mempergunakan instrumen

sehingga individu dapat mengenali adanya perubahan psikologis dan fisik pada

dirinya dan kemudian berusaha untuk mengatur reaksinya.

16

Page 17: Makalah KESMEN _Psikosomatis

Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala. Dengan

menggunakan biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada saat mendengan

singal yang menunjukkan bahwa ada kontraksi otot atau denyutan dikepala.

Penerapan teknik ini pada pasien dengan hipertensi, aritmia jantung,

epilepsy dan nyeri kepala tegangan telah memberikan hasil terapetik yang

membesarkan hati tetapi tidak menyakitkan.

Teknik Relaksasi, Terapi hipertensi dapat termasuk penggunaan teknik

relaksasi. Hasil yang positif telah diterbitkan tentang pengobatan penyalahgunaan

alcohol dan zat lain dengan menggunakan meditasi transcendental. Teknik

meditasi juga digunakan dalam pengobatan nyeri kepala.

17

Page 18: Makalah KESMEN _Psikosomatis

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Efek stress terhadap neurofisiologi (Psikosomatis), meliputi :

1. Sistem Saraf

Saat stress – baik secara fisik maupun psikologis – tubuh akan secara tiba-tiba

memindahkan sumber energinya untuk memberikan perlawanan terhadap

serangan stress. Ini apa yang dikenal dengan respons “fight or flight” (melawan

atau terserang) dimana saraf simpatik akan memberi sinyal kepada kelenjar

Adrenal untuk mengeluarkan kortisol dan adrenalin. Hormon ini akan

menyebabkan denyut jantung lebih cepat, meningkatnya tekanan darah, mengubah

pencernaan dan meningkatkan level glukosa dalam aliran darah. Saat krisis telah

lewat maka tubuh akan kembali normal lagi. Masalahnya, bila kondisi ini

berlangsung terus-menerus, maka hormon-hormon tadi bisa mengganggu

kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.

2. Sistem Kardiovaskuler

Stress akut – yaitu stress yang sementara saja seperti stress ketika terjadi

kemacetan lalulintas – akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan

kontraksi yang berlebihan pada audan otot jantung mengalami pelebaran,

menyebabkan suplai darah yang terlalu berlebihan kepada beberapa bagian tubuh.

Apabila episode ini berlanjut lagi maka akan menyebabkan peradangan pada arteri

koroner, yang bisa mengarah pada serangan jantung.

3. Sistem Pernapasan

18

Page 19: Makalah KESMEN _Psikosomatis

Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan ialah sindrom

hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhan yang

menyertainya. hiperventilasi biasanya merupakan tarikan nafas panjang, dan dapat

menjadi suatu kebiasaan, seperti ada orang yang mengisap rokok bila ia tegang,

yang lain mulai bernafas panjang.

4. Sistem Muskuloskeletal

Dalam keadaan stress, otot-otot akan menjadi kencang. Kontraksi otot-otot dalam

waktu yang lama akan menyebabkan sakit kepala (tension headache), migrain dan

gangguan otot yang lain.

5. Sistem Pencernaan

Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis paling

sering terdapat dalam praktek adalah perut kembung, mual, muntah, diare, nafsu

makan berlebih, dll.

6. Sistem Endokrin

Sebelum gejala-gejala hipertiroidi timbul sering didahului konflik atau stress

dalam hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional

sebelum sakit. Sering gejala-gejala pada hipertiroidi hanya merupakan

mengerasnyasifat-sifat kepribadian yang ada sebelumnya, seperti : lekas

terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau cahaya keras, gugup, lekas

marah, rasa cemas yang ringan.

7. Sistem Reproduksi

Pada lelaki, produksi berlebihan kortisol akan mempengaruhi sistem reproduksi.

Stress kronis bisa menyebabkan kerusakan pada sperma dan menyebabkan

impotensi. Sedangkan pada wanita, stress bisa menyebabkan tidak menstruasi lagi 19

Page 20: Makalah KESMEN _Psikosomatis

ataupun siklus menstruasi yang tidak teratur, dan bahkan periode menstruasi

dengan rasa sakit. Stress juga mengurangi gairah seksual.

8. Kulit

Emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama diketahui. Baru tahun-

tahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki hubungan antara timbulnya

neurodermatitis dan hiperhidrosis dan reaksi kulit lain dengan kesukaran

penyesuain diri terhadap stress dalam hidup manusia.

20

Page 21: Makalah KESMEN _Psikosomatis

KEPUSTAKAAN

1. Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina Rupa Aksara.

Jakarta.1997: 276-303

2. Budihalim S, Sukatman D. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI Jakarta

1999: 591-592

3. Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya 1980:339-371

4. http://detikhealth.com , diakses pada hari Senin, 08 April 2012.

5. http://akademihipnoterapi.com/index.php/free-stuffs/46-penyebab-umum-gangguan-

psikosomatis.html , diakses pada hari Senin, 08 April 2012.

6. http://belibis-a17.com/2008/10/26/gangguan-psikosomatik-dan-penatalaksanaannya/ , diakses

pada hari Senin, 08 April 2012.

7. http://3lox.wordpress.com/2010/04/08/psikosomatis/ , diakses pada hari Senin, 08 April 2012.

21