19
KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT DALAM ISLAM MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Seminar Pendidikan Agama” Oleh : Kelompok 12 Zenal Muh Ramdan 14510129 Angga Permana Satria 14510204 Fery Leramasani 14510128 B2-MTK 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2014

MAKALAH KHILAFAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah khilafah

Citation preview

  • KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT DALAM ISLAM

    MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama

    Oleh :

    Kelompok 12

    Zenal Muh Ramdan 14510129

    Angga Permana Satria 14510204 Fery Leramasani 14510128

    B2-MTK 2014

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    (STKIP) SILIWANGI BANDUNG

    2014

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur Penyusun Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat

    limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah

    yang berjudul KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT DALAM ISLAM tepat

    pada waktunya

    Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat tantangan dan

    hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa

    teratasi. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah

    ini.

    Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

    dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

    sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

    Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi

    penyusun dan umumnya bagi pembaca.

    Cimahi, 28 Maret 2015

    Penyusun

    Kelompok 12

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    1.1 Latar belakang .................................................................................. 1

    1.3 Tujuan penulisan ............................................................................... 3

    1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 3

    BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

    2.1 Pengertian Khilafah .......................................................................... 4

    2.2 Tugas Khilafah.................................................................................. 6

    2.3 Dasar Kewajiban Menegakan Khilafah ............................................ 7

    2.4 Kriteria Memilih Khilafah ................................................................ 10

    2.4.1 Syarat iniqad ................................................................................. 12

    2.4.2 Syarat afdhaliyah ........................................................................... 13

    BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14

    3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 14

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang

    Untuk mengetahui definisi yang benar, maka harus diambil definisi menurut

    syara. Kata khilafah banyak dinyatakan dalam hadis, misalnya:

    Sesungguhnya (urusan) agama kalian berawal dengan kenabian dan

    rahmat, lalu akan ada khilafah dan rahmat, kemudian akan ada kekuasaan

    yang tiranik.(HR al-Bazzar).

    Kata khilafah dalam hadis ini memiliki pengertian sistem pemerintahan,

    pewaris pemerintahan kenabian. Ini dikuatkan oleh sabda Rasul saw.:

    Dulu Bani Israel dipimpin dan diurus oleh para nabi. Jika para nabi itu

    telah wafat, mereka digantikan oleh nabi yang baru. Akan tetapi, setelahku

    tidak ada lagi seorang nabi, dan akan ada khalifah yang banyak. (HR al-

    Bukhari dan Muslim).

    Pernyataan Rasul, "Akan tetapi, setelahku tidak ada lagi seorang nabi,"

    mengisyaratkan bahwa tugas dan jabatan kenabian tidak akan ada yang

    menggantikan beliau. Khalifah hanya menggantikan beliau dalam tugas dan

    jabatan politik, yaitu memimpin dan mengurusi umat.

    Dari kedua hadis di atas dapat kita pahami bahwa bentuk pemerintahan yang

    diwariskan Nabi saw. adalah Khilafah. Orang yang mengepalai pemerintahan atau

    yang memimpin dan mengurusi kaum Muslim itu disebut Khalifah.

    Sistem pemerintahan Khilafah ini yang diwajibkan Rasul saw. sebagai

    sistem pemerintahan bagi kaum Muslim. Sebab, dalam hadis riwayat al-Bazzar di

  • 2

    atas, Khilafah dikaitkan dengan rahmat sebagaimana kenabian. Hal itu menjadi

    indikasi yang tegas (qarnah jzimah). Di samping itu, Rasul saw. juga bersabda:

    Siapa saja yang mati dalam keadaan tidak ada baiat (kepada Khalifah) di

    atas pundaknya, maka matinya mati Jahiliah. (HR Muslim).

    Hadis ini mengandung perintah untuk mewujudkan Khalifah yang dibaiat

    oleh kaum Muslim. Sebab, hanya dengan adanya Khalifah, akan terdapat baiat di

    atas pundak kaum Muslim. Adanya sifat jahiliah menunjukkan bahwa tuntutan

    perintah itu sifatnya tegas. Dengan demikian, mewujudkan Khalifah yang

    menduduki Khilafah hukumnya wajib.

    Ijma Sahabat juga menegaskan kewajiban tersebut. Para sahabat (termasuk

    keluarga Rasul: Ali, Ibn Abbas, Salman. dll) semuanya sepakat untuk menunda

    pelaksanaan kewajiban memakamkan jenazah Rasul saw. Mereka lebih

    menyibukkan diri untuk mengangkat pengganti Rasul dalam urusan kekuasaan

    dan pemerintahan. Lalu Abu Bakar terpilih dan dibaiat oleh kaum Muslim.

    Secara syari, pelaksanaan kewajiban hanya boleh ditunda jika berbenturan

    dengan pelaksanaan kewajiban yang menurut syariat lebih utama. Ini artinya para

    sahabat telah berijma bahwa mengangkat Khalifah adalah wajib dan lebih utama

    daripada memakamkan jenazah Rasul saw.

    Selanjutnya, mereka juga telah berijma untuk menyebut pengganti Rasul

    itu, yakni Abu Bakar, sebagai khalifah. Begitu juga para pengganti beliau setelah

    Abu Bakar ra. Dari semua itu dapat kita pahami bahwa Khilafah adalah bentuk

    sistem pemerintahan yang ditetapkan syariat sekaligus bentuk Daulah Islamiyah.

    Dengan demikian, Khilafah dapat kita definisikan sebagai kepemimpinan

    umum atas seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum

    syariat dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Khilafah dalam

    terminology politik Islam ialah sistem pemerintahan Islam yang meneruskan

    sistem pemerintahan Rasul Saw. dengan segala aspeknya yang berdasarkan Al-

    Quran dan Sunnah Rasul Saw. Sedangkan Khalifah ialah Pemimpin tertinggi

    umat Islam sedunia, atau disebut juga dengan Imam Azhom yang sekaligus

  • 3

    menjadi pemimpin Negara Islam sedunia atau lazim juga disebut dengan

    Khalifatul Muslimin.

    1.3 Tujuan penulisan

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

    1) Mengetahui pengertian khilafah ?

    2) Mengetahui Tugas khilafah ?

    3) Mengetahui dasar kewajiban menegakan khilafah ?

    4) Mengetahui Kriteria memilih khilafah ?

    1.4 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai

    berikut:

    1) Apa yang dimaksud dengan khilafah ?

    2) Apa saja tugas khilafah ?

    3) Apa yang menjadi dasar kewajiban menegakan khilafah ?

    4) Kriteria memilih khilafah ?

  • 4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Khilafah

    Khilafah menurut makna bahasa merupakan mashdar dari madhi khalafa,

    berarti : menggantikan atau menempati tempatnya (Munawwir, 1984:390). Makna

    khilafah menurut Ibrahim Anis (1972) adalah orang yang datang setelah orang

    lain lalu menggantikan.

    Dalam pengertian syariah, Khilafah digunakan untuk menyebut orang yang

    menggantikan Nabi SAW dalam kepemimpinan Negara Islam (ad-dawlah al-

    islamiyah) (Al-Baghdadi, 1995:20). Inilah pengertiannya pada masa awal Islam.

    Kemudian, dalam perkembangan selanjutnya, istilah Khilafah digunakan untuk

    menyebut Negara Islam itu sendiri (Al-Khalidi, 1980:226).

    Para ulama mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda ketika

    memandang kedudukan Khilafah (manshib Al-Khilafah). Sebagian ulama

    memandang Khilafah sebagai penampakan politik (al-mazh-har as-siyasi), yakni

    sebagai institusi yang menjalankan urusan politik atau yang berkaitan dengan

    kekuasaan (as-sulthan) dan sistem pemerintahan (nizham al-hukm). Sementara

    sebagian lainnya memandang Khilafah sebagai penampakan agama (almazh-har

    ad-dini), yakni institusi yang menjalankan urusan agama. Maksudnya,

    menjalankan urusan di luar bidang kekuasaan atau sistem pemerintahan, misalnya

    pelaksanaan amalah (seperti perdagangan), al-ahwal asysyakhshiyyah (hukum

    keluarga, seperti nikah), dan ibadah-ibadah mahdhah. Ada pula yang berusaha

    menghimpun dua penampakan ini. Adanya perbedaan sudut pandang inilah yang

    menyebabkan mengapa para ulama tidak menyepakati satu definisi untuk Khilafah

    (Al-Khalidi, 1980:227).

    Khilafah dalam terminologi politik Islam ialah sistem pemerintahan Islam

    yang meneruskan sistem pemerintahan Rasul Saw. Dengan segala aspeknya yang

    berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw. Sedangkan Khalifah ialah

    Pemimpin tertinggi umat Islam sedunia, atau disebut juga dengan Imam Azhom

  • 5

    yang sekaligus menjadi pemimpin Negara Islam sedunia atau lazim juga disebut

    dengan Khalifatul Muslimin.

    Khalifah dan khilafah itu hanya terwujud bila :

    1. Adanya seorang Khalifah saja dalam satu masa yang diangkat oleh umat

    Islam sedunia. Khalifah tersebut harus diangkat dengan sistem Syura bukan

    dengan jalan kudeta, sistem demokrasi atau kerajaan (warisan).

    2. Adanya wilayah yang menjadi tanah air (wathan) yang dikuasai penuh oleh

    umat Islam.

    3. Diterapkannya sistem Islam secara menyeluruh. Atau dengan kata lain,

    semua undang-undang dan sistem nilai hanya bersumber dari Syariat Islam

    yang bersumberkan dan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw.

    seperti undang-undang pidana, perdata, ekonomi, keuangan, hubungan

    internasional dan seterusnya.

    4. Adanya masyarakat Muslim yang mayoritasnya mendukung, berbaiah dan

    tunduk pada Khalifah (pemimpin tertinggi) dan Khilafah (sistem

    pemerintahan Islam).

    5. Sistem Khilafah yang dibangun bukan berdasarkan kepentingan sekeping

    bumi atau tanah air tertentu, sekelompok kecil umat Islam tertentu dan tidak

    pula berdasarkan kepentingan pribadi Khalifah atau kelompoknya,

    melainkan untuk kepentingan Islam dan umat Islam secara keseluruhan serta

    tegaknya kalimat Allah (Islam) di atas bumi. Oleh sebab itu, Imam Al-

    Mawardi menyebutkan dalam bukunya Al-Ahkam As-Sulthaniyyah

    bahwa objek Imamah (kepemimpinan umat Islam) itu ialah untuk

    meneruskan Khilafah Nubuwwah (kepemimpinan Nabi Saw.) dalam

    menjaga agama (Islam) dan mengatur semua urusan duniawi umat Islam.

  • 6

    2.2 Tugas Khilafah

    Sesungguhnya tugas dan kewajiban khalifah itu sangat berat. Wilayah

    kepemimpinannya bukan untuk sekelompok umat Islam tertentu, akan tetapi

    mecakup seluruh umat Islam sedunia. Cakupan kepemimpinannya bukan hanya

    pada urusan tertentu, seperti ibadah atau muamalah saja, akan tetapi mencakup

    penegakan semua sistem agama atau syariah dan managemen urusan duniawi

    umat. Tanggung jawabnya bukan hanya terhadap urusan dunia, akan tetpi

    mencakup urusan akhirat. Tugasnya bukan sebatas menjaga keamanan dalam

    negeri, akan tetapi juga mencakup hubungan luar negeri yang dapat melindungi

    umat Islam minoritas yang tinggal di negeri-negeri kafir. Kewajibannya bukan

    hanya sebatas memakmurkan dan membangun bumi negeri-negeri Islam, akan

    tetapi juga harus mampu meberikan rahmat bagi negeri-negeri non Muslim

    (rahmatan lil alamin).

    Secara umum, tugas Khalifah itu ialah :

    1. Tamkin Dinillah (menegakkan agama Allah) yang telah diridhai-Nya

    dengan menjadikannya sistem hidup dan perundangan-undangan dalam

    semua aspek kehidupan.

    2. Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan agama Islam

    dari ancaman orang-orang kafir, baik yang berada dalam negeri Islam

    maupun yang di luar negeri Islam.

    3. Menegakkan sistem ibadah dan menjauhi sistem dan perbuatan syirik

    (QS.Annur : 55).

    4. Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Quran, termasuk Sunnah

    Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri, keluarga dan orang-

    orang terdekat sekalipun. (QS. Annisa : 135, Al-Maidah : 8 & 48, Shad : 22

    & 26)

    5. Berjihad di jalan Allah

  • 7

    2.3 Dasar Kewajiban Menegakan Khilafah

    Sebagai struktur pemerintahan yang pelaksanannya diatur berdasar syariat

    Islam, khilafah dibangun berdasarkan prinsip yang kokoh untuk menegakkan

    ajaran agama Allah. Karena itu, khilafah ditegakkan atas dasar-dasar sebagai

    berikut :

    1. Tauhid, yaitu menegaskan ke-Maha Esa-an Allah SWT.

    111. dan Katakanlah: "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai

    sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan

    agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.

    2. Persamaan derajat antara sesama manusia, karena yang membedakan satu

    dengan lainnya hanyalah ketaqwaannya kepada Allah :

    13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

    perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

    kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang

    yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

  • 8

    3. Persatuan Islam, yaitu prinsip untuk menggalang persaudaraan dan kesatuan

    dalam Islam.

    103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai

    berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-

    musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-

    orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan

    kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

    mendapat petunjuk.

    4. Permusyawaratan atau kedaulatan rakyat. Firman Allah ;

    38. dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,

    sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan

    sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.

    5. Keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat. Firman Allah :

  • 9

    90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada

    kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia

    memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

    Jika diperhatikan, Dalam masa Khulafur Rasyidin sistem Khilafah (pemerintahan)

    berjalan berdasarkan atas:

    Kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab dalam menyampaikan

    Amanah kepada Ahlinya (rakyat), dengan tidak membeda-bedakan bangsa

    Agama dan warna kulit.

    Mempunyai rasa keadilan Mutlak terhadap seluruh umat manusia

    dalam segala sesuatunya

    Tauhid(mengesakan Allah), sebagaimana diperintahkan dalam ayat AlQur

    an agar menaati ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

    Kedaulatan rakyat dipahami dari perintah Allah mewajibkan

    taat kepada ulil amri(wakil-wakil rakyat). Seperti firman Allah :

    58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

    menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu

    menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

    kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

    59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di

    antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia

  • 10

    kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah

    dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

    Menurut ahli tafsir- Imam Muhammad Fakhrudin Razi- dalam kitab

    tafsir Mafatihul-Gaib, beliau menafsirkan ulil amridisuatu tempat dengan ahlul

    halli wal aqdi ( alim ulama, cerdik pandai, pemimpin-pemimpin yang ditaati oleh

    rakyat), sedangkan dilain tempat beliau tafsirkan dengan ahli ijma( ahli-

    ahli yang berhak memberi keputusan ). Kedua tafsiran tersebut maksudnya

    adalah: wakil-wakil rakyat berhak memutuskan sesuatu, dan mereka itu wajib di

    taati sesudah hukum Allah dan Rasul-Nya

    Dari ayat-ayat ini jelaslah kiranya empat dasar pokok tersebut. Atas dasar-

    dasar itulah pemerintah islam disusun dan dibangun di tempat manapun dan

    dizaman bagaimana pun umat Islam berada. Dan dasar-dasar ini wajib menjadi

    pokok pendirian Negara.

    2.4 Kriteria Memilih Khilafah

    Islam telah menetapkan syarat-syarat tertentu untuk jabatan Khalifah,

    disamping sifat-sifat yang harus dimili oleh seorang pemimpin. Ini bisa

    dimengerti karena kepemimpinan merupakan amanah yang sangat berat dan tidak

    semua orang bisa memikulnya. Untuk itu, orang-orang yang hendak menduduki

    jabatan pemerintahan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh

    syariat Islam.

    Menurut Syekh Muhammad Al-Hasan Addud Asy-Syangqiti, paling tidak

    ada sepuluh syarat atau kriteria yang harus terpenuhi oleh seorang Khalifah :

    1. Muslim. Tidak sah jika ia kafir, munafik atau diragukan kebersihan

    akidahnya.

    2. Laki-Laki. Tidak sah jika ia perempuan karena Rasul Saw bersabda : Tidak

    akan sukses suatu kaum jika mereka menjadikan wanita sebagai pemimpin.

    3. Merdeka. Tidak sah jika ia budak, karena ia harus memimpin dirinya dan

    orang lain. Sedangkan budak tidak bebas memimpin dirinya, apalagi

    memimpin orang lain.

  • 11

    4. Dewasa. Tidak sah jika anak-anak, kerena anak-anak itu belum mampu

    memahami dan memenej permasalahan.

    5. Sampai ke derajat Mujtahid. Kerena orang yang bodoh atau berilmu karena

    ikut-ikutan (taklid), tidak sah kepemimpinannya seperti yang dijelaskan

    Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Abdul Bar bahwa telah ada ijmak

    (konsensus) ulama bahwa tidak sah kepemimpinan tertinggi umat Islam jika

    tidak sampai ke derajat Mujtahid tentang Islam.

    6. Adil. Tidak sah jika ia zalim dan fasik, karena Allah menjelaskan kepada

    Nabi Ibrahim bahwa janji kepemimpinan umat itu tidak (sah) bagi orang-

    orang yang zalim.

    7. Profesional (amanah dan kuat). Khilafah itu bukan tujuan, akan tetapi sarana

    untuk mencapai tujuan-tujuan yang disyariatkan seperti menegakkan agama

    Allah di atas muka bumi, menegakkan keadilan, menolong orang-orang

    yang yang dizalimi, memakmurkan bumi, memerangi kaum kafir,

    khususnya yang memerangi umat Islam dan berbagai tugas besar lainnya.

    Orang yang tidak mampu dan tidak kuat mengemban amanah tersebut tidak

    boleh diangkat menjadi Khalifah. Sebab itu, Imam Ibnu Badran,

    rahimahullah, menjelaskan bahwa pemimpin-pemimpin Muslim di negeri-

    negeri Islam yang menerapkan sistem kafir atau musyrik, tidaklah dianggap

    sebagai pemimpin umat Islam karena mereka tidak mampu memerangi

    musuh dan tidak pula mampu menegakkan syarait Islam dan bahkan tidak

    mampu melindungi orang-orang yang dizalimi dan seterusnya, kendatipun

    mereka secara formal memegang kendali kekuasaan seperti raja tau

    presiden. Lalu Ibnu Badran menjelaskan : Mana mungkin orang-orang

    seperti itu menjadi Khalifah, sedangkan mereka dalam tekanan Taghut

    (Sistem Jahiliyah) dalam semua aspek kehidupan? Sedangkan para

    pemimpin gerakan dakwah yang ada sekarang hanya sebatas pemimpin

    kelompok-kelompok atau jamaah-jamaah umat Islam, tidak sebagai

    pemimpin tertinggi umat Islam yang mengharuskan taat fil mansyat wal

    makrah ( dalam situasi mudah dan situasi sulit), kendati digelari dengan

    Khalifah.

  • 12

    8. Sehat penglihatan, pendengaran dan lidahnya dan tidak lemah fisiknya.

    Orang yang cacat fisik atau lemah fisik tidak sah kepemimpinannya, karena

    bagaimana mungkin orang seperti itu mampu menjalankan tugas besar untu

    kemaslahatan agama dan umatnya? Untuk dirinya saja memerlukan bantuan

    orang lain.

    9. Pemberani. Orang-orang pengecut tidak sah jadi Khalifah. Bagaimana

    mungkin orang pengecut itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap agama

    Allah dan urusan Islam dan umat Islam? Ini yang dijelaskan Umar Ibnul

    Khattab saat beliau berhaji : Dulu aku adalah pengembala onta bagi Khattab

    (ayahnya) di Dhajnan. Jika aku lambat, aku dipukuli, ia berkata : Anda telah

    menelantarkan (onta-onta) itu. Jika aku tergesa-gesa, ia pukul aku dan

    berkata : Anda tidak menjaganya dengan baik. Sekarang aku telah bebas

    merdeka di pagi dan di sore hari. Tidak ada lagi seorangpun yang aku takuti

    selain Allah.

    10. Dari suku Quraisy, yakni dari puak Fihir Bin Malik, Bin Nadhir, Bin

    Kinanah, Bin Khuzaiah. Para ulama sepakat, syarat ini hanya berlaku jika

    memenuhi syarat-sayarat sebelumhya. Jika tidak terpenuhi, maka siapapun

    di antara umat ini yang memenuhi persayaratan, maka ia adalah yang paling

    berhak menjadi Khalifah.

    Syarat-syarat Khalifah dibagi menjadi dua:

    a. Syarat iniqd (legalitas);

    b. Syarat afdhaliyah (prioritas).

    2.4.1 Syarat iniqad

    Syarat iniqd adalah syarat legalitas bagi seseorang untuk menjadi khalifah.

    Syarat ini wajib dipenuhi oleh siapa saja yang hendak diangkat menjadi seorang

    khalifah. Syarat legalitas ini ada 7:

    1. Muslim;

    2. Laki-laki;

    3. Balig;

  • 13

    4. Berakal;

    5. Merdeka;

    6. Adil;

    7. Qudrah (mampu melaksanakan tugas-tugas Kekhalifahan).

    Jika salah satu atau semua syarat di atas tidak dipenuhi maka seseorang

    tidak absah (legal) untuk diangkat menjadi seorang khalifah.

    2.4.2 Syarat afdhaliyah

    Sedangkan syarat afdhaliyah (prioritas) adalah syarat-syarat utama yang

    tidak wajib ada pada diri seorang khalifah. Jika syarat-syarat prioritas ini tidak

    terpenuhi, namun syarat legalitasnya terpenuhi, maka orang tersebut tetap sah

    diangkat menjadi seorang khalifah.

    Di antara syarat-syarat prioritas adalah sebagai berikut:

    1. mujtahid

    2. politikus ulung dan pemberani

    3. keturunan Quraisy

    4. keturunan Ali r.a.

    Syarat-syarat semacam ini tidak bersifat mengikat, hanya syarat keutamaan

    belaka. Seandainya syarat ini tidak dipenuhi, ia tidak menggugurkan seseorang

    untuk menduduki tampuk Kekhilafahan.

  • 14

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Khilafah dalam terminologi politik Islam ialah sistem pemerintahan Islam

    yang meneruskan sistem pemerintahan Rasul Saw. Dengan segala aspeknya yang

    berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw. Sedangkan Khalifah ialah

    Pemimpin tertinggi umat Islam sedunia, atau disebut juga dengan Imam Azhom

    yang sekaligus menjadi pemimpin Negara Islam sedunia atau lazim juga disebut

    dengan Khalifatul Muslimin.

    Menurut Syekh Muhammad Al-Hasan Addud Asy-Syangqiti, paling tidak

    ada sepuluh syarat atau kriteria yang harus terpenuhi oleh seorang Khalifah :

    1. Muslim.

    2. Laki-Laki.

    3. Merdeka.

    4. Dewasa.

    5. Sampai ke derajat Mujtahid.

    6. Adil.

    7. Profesional (amanah dan kuat).

    8. Sehat penglihatan, pendengaran dan lidahnya dan tidak lemah fisiknya.

    9. Pemberani.

    10. Dari suku Quraisy

    Secara umum, tugas Khalifah itu ialah :

    1. Tamkin Dinillah (menegakkan agama Allah) yang telah diridhai-Nya

    dengan menjadikannya sistem hidup dan perundangan-undangan dalam

    semua aspek kehidupan.

    2. Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan agama Islam

    dari ancaman orang-orang kafir, baik yang berada dalam negeri Islam

    maupun yang di luar negeri Islam.

  • 15

    3. Menegakkan sistem ibadah dan menjauhi sistem dan perbuatan syirik

    (QS.Annur : 55).

    4. Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Quran, termasuk Sunnah

    Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri, keluarga dan orang-

    orang terdekat sekalipun. (QS. Annisa : 135, Al-Maidah : 8 & 48, Shad : 22

    & 26)

    5. Berjihad di jalan Allah.

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Khalidi, Mahmud Abdul Majid. 1980. Qawaid Nizham Al-Hukm fi Al-Islam.

    Kuwait : Darul Buhuts Al-Ilmiyah.

    Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Kamus Al-Munawwir. Cet. Ke-1. Yogyakarta :

    PP. Al-Munawwir Krapyak.

    http://watirachma.blogspot.com/2012/03/pengertian-khilafah-dan-khalifah.html

    http://nurkholisalbantani.blogspot.com/2012/09/khilafiah.html

    http://makalahs1.blogspot.com/2013/05/makalah-fiqih-khilafah.html