Upload
micul-dudul
View
55
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENGERTIAN
Demam adalah meningkatnya suhu tubuh dalam merespon infeksi, luka, atau
peradangan. Suhu tubuh yang naik turun, dan suhu yang meningkat sampai 100.3˚F (sekitar
38˚C) bisa menjadi hal yang wajar. Oleh karena itu, peningkatan suhu yang kecil yang tidak
menyusahkan seseorang tidak memerlukan perhatian medis. Suhu 100.4˚ (sekitar 38˚C) dan
lebih tinggi dianggap tidak wajar dan biasanya perlu mendapat perhatian terutama sekali pada
bayi di bawah 3 bulan.
Fisiologi Demam (Bagaimana Demam Terjadi)
Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri,
parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau
inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai
jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan “zat penyebab demam (pirogen endogen)”
yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian
meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus
cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat
selsius.
Penyebab
Demam biasanya akibat dari infeksi biasa, seperti pilek dan nyeri lambung. Infeksi ini
umumnya karena virus dan bisa sembuh tanpa pengobatan. Umumnya sedikit, demam terjadi
karena infeksi pada telinga, paru-paru, kandung kemih, atau ginjal. Umumnya infeksi bakteri
memerlukan antibiotik. Pada bayi jarang terjadi, demam bisa jadi hanya tanda infeksi aliran
darah (occult bacteremia), yang bisa mengarah ke meningitis dan infeksi keseluruhan
(sepsis), dua kondisi yang mengancam jiwa. Anak dengan jenis infeksi ini biasanya terlihat
sakit. Banyak kondisi selain infeksi menyebabkan demam pada anak, namun semua itu
jarang. Tidak sama dengan demam yang disebabkan oleh infeksi biasa, demam ini
berlangsung lebih dari beberapa hari.
Demam dapat terjadi setelah vaksinasi yang rutin dan bukan alasan untuk menghindari
vaksin yang dianjurkan. Memberikan bayi acetaminophen atau ibubrofen pada waktu
vaksinasi dan sesudahnya memperkecil resiko terkena demam itu sendiri.
DAMPAK DEMAM
Dampak Menguntungkan terhadap Fungsi Imunitas (Daya Tahan) Tubuh
Beberapa bukti penelitian ‘in-vitro’ (tidak dilakukan langsung terhadap tubuh manusia)
menunjukkan fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada temperatur demam,
dibandingkan suhu normal. IL-1 dan pirogen endogen lainnya akan “mengundang” lebih
banyak leukosit dan meningkatkan aktivitas mereka dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Demam juga memicu pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan
produksi/fungsi interferon (zat yang membantu leukosit memerangi mikroorganisme).
Dampak Negatif
pertama terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan.
Kedua, kekurangan oksigen. Saat demam, anak dengan penyakit paru-paru atau penyakit
jantung-pembuluh darah bisa mengalami kekurangan oksigen sehingga penyakit paru-parau
atau kelainan jantungnya infeksi saluran napas akut (Isakan semakin berat.
Ketiga, demam di atas 42 derajat selsius bisa menyebabkan kerusakan neurologis (saraf),
meskipun sangat jarang terjadi. Tidak ada bukti penelitian yang menunjukkan terjadinya
kerusakan neurologis bila demam di bawah 42 derajat selsius.
Terakhir, anak di bawah usia 5 tahun (balita), terutama pada umur di antara 6 bulan dan 3
tahun, berada dalam risiko kejang demam (febrile convulsions), khususnya pada temperatur
rektal di atas 40 derajat selsius. Kejang demam biasanya hilang dengan sendirinya, dan tidak
menyebabkan gangguan neurologis (kerusakan saraf). Lihat guideline kejang demam.
Demam seringkali disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, nafsu makan menurun
(anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Sebagian besar di antaranya berhubungan dengan zat
penyebab demam tadi.
Demam pada Infeksi Virus
Demam pada bayi dan anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Pada demam yang
disertai sariawan, ruam cacar, atau ruam lainnya yang mudah dikenali, virus sebagai
penyebab demam dapat segera disimpulkan tanpa membutuhkan pemeriksaan khusus.
Demam ringan juga dapat ditemukan pada anak dengan batuk pilek (common colds), dengan
rinovirus salah satu penyebab terseringnya. Penyebab lain demam pada anak adalah enteritis
(peradangan saluran cerna) yang disebabkan terutama oleh rotavirus.
Penyakit yang disebabkan virus adalah self-limiting disease (akan berakhir dan sembuh
dengan sendirinya).
Demam pada Infeksi Bakteri
Di antara demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada anak, salah satu yang paling
sering ditemukan adalah infeksi saluran kemih (ISK). Umumnya tidak disertai dengan gejala
lainnya. Risiko paling besar dimiliki bayi yang berusia di bawah 6 bulan.
Infeksi bakteri yang lebih serius seperti pneumonia atau meningitis (infeksi selaput otak) juga
dapat menimbulkan gejala demam. Namun demikian persentasenya tidaklah besar. Dari bayi
> 3 bulan dan anak 1-3 tahun dengan demam > 39C, hanya 2% (1–3.6%) saja yang
bakterinya sudah memasuki peredaran darah (bakteremia).
Pada golongan usia ini, program imunisasi HiB berhasil menurunkan risiko meningitis
bakterial secara sangat signifikan. S. pneumoniae (penyebab utama infeksi bakteri yang
cukup serius) hanya ditemukan pada <>
Usia yang menuntut kewaspadaan tinggi orangtua dan dokter adalah usia di bawah 3 bulan.
Bayi harus menjalani pemeriksaan yang lebih teliti karena 10 %-nya dapat mengalami infeksi
bakteri yang serius, dan salah satunya adalah meningitis. Untuk memudahkan penilaian risiko
tersebut, Rochester menetapkan beberapa poin untuk mengidentifikasi risiko rendah infeksi
bakteri serius pada bayi yang demam. Kriteria Rochester ini adalah:
Bayi tampak baik-baik saja
Bayi sebelumnya sehat :
Lahir cukup bulan (≥ 37 minggu kehamilan)
Tidak ada riwayat pengobatan untuk hiperbilirubinemia (kuning) tanpa sebab yang
jelas
Tidak ada riwayat pengobatan dengan antibiotika
Tidak ada riwayat rawat inap
Tidak ada penyakit kronis atau penyakit lain yang mendasari demam
Dipulangkan dari tempat bersalin bersama / sebelum ibu
Tidak ada tanda infeksi kulit, jaringan lunak, tulang, sendi, atau telinga
Nilai laboratorium sebagai berikut :
Leukosit 5000 – 15000/µl
Hitung jenis neutrofil batang 1500/µl
≤10 leukosit/LPB di urin
≤ 5 eritrosit (sel darah merah)/LPB pada feses bayi dengan diare
Walaupun diketahui bahwa sebagian besar penyebab demam adalah infeksi virus, namun data
menunjukkan bahwa justru sebagian besar tenaga medis mendiagnosisnya sebagai infeksi
bakteri. Dalam satu penelitian di Amerika Serikat, persentase ini mencapai 56 %. Dan pada
penelitian yang sama masih ditemukan adanya pemberian antibiotik pada demam yang belum
jelas diidentifikasi penyebabnya (virus atau bakteri).
Gejala
Bayi yang mengalami demam umumnya gampang teriritasi dan tidak bisa tidur atau
makan dengan baik. Anak yang lebih tua kehilangan keinginan bermain, meskipun terkadang
anak yang mengalami demam tinggi kelihatan sehat. Adakalanya, demam yang cepat tinggi
dapat menyebabkan serangan ( serangan febrile), dan amat jarang, demam menjadi sangat
tinggi sehingga anak menjadi lesu dan tidak ada reaksi.
Diagnosa
Mendeteksi demam bukanlah hal yang sulit,tetapi menentukan penyebabnyalah yang
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jika demam rendah ( 100.3˚F (sekitar 38˚C) atau di
bawahnya) dan durasi pendek, tanpa pemeriksaan atau pengobatan boleh dilakukan.
Pada kasus yang lain, mengetahui gejalanya pada anak dan menjalani pemeriksaan
menolong dokter menemukan penyebabnya. Umumnya, setiap bayi dengan suhu 100.4˚F
(sekitar 38˚C) atau lebih tinggi harus diawasi oleh dokter, sama seharusnya anak yang lebih
tua dengan demam tinggi atau demam berulang atau mengeluhkan rasa sakit.
Pada bayi berusia di bawah 2 bulan yang menderita demam, dokter bisa memerlukan
pemeriksaan darah dan urin dan melakukan suntikan tulang belakang ( lumbar puncture)
untuk melihat bacterima occult, infeksi saluran kemih, dan meningitis. Alasan untuk
pemeriksaan ini pada bayi, sumber demam sulit dipastikan. Juga beresiko infeksi serius
dibandingkan dengan anak yang lebih tua karena sistem kekebalan mereka yang belum
matang.
Dokter bisa juga memerlukan sinar X jika si bayi tidak bernafas dengan normal. Untuk
bayi berusia di atas 2 bulan, pemeriksaan kemungkinan tidak diperlukan, namun banyak
dokter memerlukan pemeriksaan darah dan urin dan menjalankan prosedur tulang belakang
jika sumber demam tidak jelas dan anak kelihatan sakit.
Untuk anak berusia 3 bulan dan lebih tua, dokter lebih percaya pada tingkah laku anak dan
pemeriksaan fisik untuk menentukan pemeriksaan apa yang diperlukan anak. Dokter dapat
melakukan pemeriksaan darah dan urin untuk menentukan penyebab setelah memeriksa anak.
Mengukur suhu badan anak
Suhu anak bisa diukur dari anus, telinga, mulut, atau ketiak. Bisa diukur dengan sebuah
kaca atau termometer digital. Termometer mengandung merkuri tidak dianjurkan karena
resiko pecah dan terpapar merkuri.
Suhu anus lebih tepat, dimana lebih dekat ke suhu tubuh dalam sebenarnya pada anak.
Untuk mengukur suhu anus, sebuah termometer dengan dilapisi jeli petroleum sekitar
tonjolan harus dimasukkan pelan-pelan sekitar ½ sampai 1 inci (sekitar 1 ¼ sampai 2 ½ cm)
ke dalam anus anak pada saat anak tengkurap. Anak harus dijaga supaya diam. Termometer
harus diletakkan di tempat untuk 2 sampai 3 menit sebelum diangkat dan diambil untuk
dibaca.
Suhu telinga diukur dengan alat digital yang menghitung radiasi infra merah dari gendang
telinga. Termometer telinga tidak dapat dipercaya pada bayi yang usianya di bawah 3 bulan.
Untuk mengukur suhu telinga, seseorang harus membuat tanda sekitar telinga terbuka dengan
memeriksa termometer dan menekan tombol start. Angka digital menunjukkan suhu.
Suhu mulut diukur dengan meletakkan sebuah kaca atau termometer digital di bawah
lidah anak selama 2 sampai 3 menit. Suhu mulut menghasilkan hasil yang dapat dipercaya
tetapi sulit dilakukan pada anak yang lebih kecil, yang umumnya tidak dapat menjaga
mulutnya tertutup rapat di sekitar termometer untuk mendapatkan hasil yang tepat.
Suhu ketiak diukur dengan meletakkan sebuah kaca atau termometer digital pada ketiak
anak selama 4 sampai 5 menit. Suhu ketiak setidaknya sedikit akurat karena ketiak lebih
dingin dibandingkan anus, telinga, atau mulut.
REKOMENDASI TATA LAKSANA DEMAM
Pengobatan dengan Antipiretik
Mekanisme Kerja
Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik
yang efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus
anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).
Parasetamol
Parasetamol adalah obat pilihan pada anak-anak. Dosisnya sebesar 10-15 mg/kg/kali.
Parasetamol dikonjugasikan di hati menjadi turunan sulfat dan glukoronida, tetapi ada
sebagian kecil dimetabolisme membentuk intermediet aril yang hepatotoksik (menjadi racun
untuk hati) jika jumlah zat hepatotoksik ini melebihi kapasitas hati untuk memetabolismenya
dengan glutation atau sulfidril lainnya (lebih dari 150 mg/kg). Maka sebaiknya tablet 500 mg
tidak diberikan pada anak-anak (misalnya pemberian tiga kali tablet 500 mg dapat
membahayakan bayi dengan berat badan di bawah 10 kg). Kemasan berupa sirup 60 ml lebih
aman.
Indikasi :
meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam
Cara menggunakan :
parasetamol dapat di minum sebelum maupun sesudah makan di minum sehari 3 kali
Efek samping :
penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati, reaksi
hipersensitifitas
Kontra indikasi :
penderita gangguan fungsi hati yang berat, penderita hipersensitifitas terhadap obat ini
Peringatan dan perhatian :
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal, bila setelah 2 hari demam tidak
menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, segera hubungi unit pelayanan
kesehatan, penggunaan obat ini pada penderita yang mengonsumsi alkohol, dapat
meningkatkan resiko kerusakan fungsi hati
Penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk ( 15 – 25 )˚C dan kering, terlindung dari cahaya
Aspirin
Merupakan antipiretik yang efektif namun penggunaannya pada anak dapat menimbulkan
efek samping yang serius. Aspirin bersifat iritatif terhadap lambung sehingga meningkatkan
risiko ulkus (luka) lambung, perdarahan, hingga perforasi (kebocoran akibat terbentuknya
lubang di dinding lambung). Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi
dalam pembekuan darah) sehingga dapat memicu risiko perdarahan). Pemberian aspirin pada
anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye, sebuah penyakit
yang jarang (insidensinya sampai tahun 1980 sebesar 1-2 per 100 ribu anak per tahun), yang
ditandai dengan kerusakan hati dan ginjal. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk anak
berusia kurang dari 5 tahun.
Aspirin (Asam Asetilsalisilat / ASA / Asetosal)
Komposisi:
Tiap tablet mengandung salbutamol Aspirin / Asam Asetilsalisilat 500 mg
Farmakologi:
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik
(terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan
dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung.
Asam asetil salisiliat/aspirin menghambat produksi prostaglandin (sebuah zat spesifik yang
menyebabkan rasa sakit dan demam) untuk mengurangi respons tubuh terhadap serangkaian
proses kimia yang akhirnya menuju terbentuknya rasa sakit.
Indikasi:
Meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi, demam, nyeri karena haid, migren, sakit kepala
dan sakit gigi tingkat ringan hingga agak berat.
Kontraindikasi
Tukak lambung dan peka terhadap derivet asam salisilat, penderita asma dan alergi, penderita
yang pernah atau sering mengalami pendarahan di bawah kulit, penderita hemofilia;, anak-
anak di bawah umur 16 tahun.
Dosis:
- Dewasa : 1 tablet, 3 kali sehari (bila perlu)
- Anak-anak di atas 5 tahun : ½ - 1 tablet, 3 kali sehari (bila perlu)
- Untuk pemakaian efektif, tiap tablet sebaiknya diminum dengan banyak air. Juga disarankan
untuk terlebih dahulu melarutkan tablet di dalam air dan meminumnya dengan kira-kira ½
hingga 1 gelas air. Ini memungkinkan proses pelarutan yang cepat di dalam lambung dan
penyerapan bahan aktif yang cepat ke dalam saluran darah melalui usus, hingga membuatnya
lebih efektif.
- Sebaiknya dikonsumsi setelah makan.
Efek Samping:
Iritasi lambung , rasa mual, muntah-muntah
Peringatan dan Perhatian:
- Gangguan renal, kekurangan G6PD.
- Wanita hamil yang mendekati masa melahirkan.
- Pasien dengan flu, cacar air, atau demam haemoragis, nyeri gastro-intestinal (GI) atau asma.
- Terjadinya muntah-muntah yang terus-menerus dapat menjadi tanda terjadinya Reye’s
syndrome (segera tangani).
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Jenis OAINS yang paling sering digunakan pada anak adalah ibuprofen. Dosis sebesar 5-10
mg/kg/kali mempunyai efektifitas antipiretik yang setara dengan aspirin atau parasetamol.
Sama halnya dengan aspirin dan OAINS lainnya, ibuprofen bisa menyebabkan ulkus
lambung, perdarahan, dan perforasi, meskipun komplikasi ini jarang pada anak-anak.
Ibuprofen juga tidak direkomendasikan untuk anak demam yang mengalami diare dengan
atau tanpa muntah.
Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung ibuprofen 200 mg.
- Tiap tablet salut selaput mengandung ibuprofen 400 mg.
Farmakologi:
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat antiinflamasi non
steroid. Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis
prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.Prostaglandin
berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Dengan demikian maka
ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek
samping yang lebih ringan terhadap lambung. Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi
dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2
jam setelah pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak
mengurangi jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8 – 2
jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.
Indikasi:
Karena efek analgesik dan antiinflamasinya maka dapat digunakan untuk meringankan
gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi dan non-sendi.
Juga dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala akibat trauma otot dan tulang/
sendi (trauma muskuloskeletal).
Karena efek analgesiknya maka dapat digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai
sedang antara lain nyeri pada dismenore primer (nyeri haid), nyeri pada penyakit gigi atau
pencabutan gigi, nyeri setelah operasi, sakit kepala.
Kontraindikasi:
- Penderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat antiinflamasi non steroid
lainnya, wanita hamil dan menyusui, serta anak dibawah usia 14 tahun.
- Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioderma dan reaksi bronchospasma
terhadap asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang lain. Dapat menyebabkan
reaksi anafilaktik.
Dosis:
- Dewasa :
Untuk analgesik dan antiinflamasi (rematik tulang, sendi dan non-sendi, trauma otot dan
tulang / sendi) :
Dosis yang dianjurkan : sehari 3 – 4 x 400 mg.
Pada permulaan pemakaian sebaiknya menggunakan dosis minimum yang efektif yaitu 400
mg 3 kali sehari.
Untuk analgesik :
Dosis yang dianjurkan : 200 mg sampai 400 mg 3 – 4 kali sehari.
- Anak :
10 mg Ibuprofen per kilogram berat badan
Efek Samping :
- Walaupun jarang terjadi, tapi timbul efek samping sebagai berikut : gangguan saluran
pencernaan termasuk mual, muntah, gangguan pencernaan, diare, konstipasi dan nyeri
lambung.
- Juga pernah dilaporkan terjadi ruam pada kulit, bronchospasme (penyempitan bronkus),
trombositopenia (penurunan sel pembeku darah).
Peringatan dan Perhatian :
Pada uji klinis, dosis lebih besar dari 400 mg tidak lebih efektif dibanding dosis 400 mg.
Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
Penggunaan Ibuprofen harus hati-hati pada penderita : Lupus eritematosus sistematik
dan Gangguan fungsi hati dan ginjal.
Karena Ibuprofen dapat menyebabkan penyempitan bronkhus (bronchospasme) maka
hati-hati pada penderita asma.
Karena pernah dilaporkan terjadi retensi cairan dan edema, maka hati-hati pada penderita
yang pernah menderita penyakit gagal jantung.
Pada umumnya pendarahan pada lambung dan/ atau ulcer atau perforasi pada pasien usia
lanjut akan lebih berat.
Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui.
Selama menggunakan obat ini jangan minum asetosal, juga obat antikoagulan (anti
pembekuan darah) golongan warfarin.
Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi, tetapi
sangat jarang dan akan sembuh bila obat dihentikan. Apabila terjadi gangguan penglihatan
maka obat harus segera dihentikan dan memeriksakan mata ke dokter.
Interaksi Obat
- Hindari pemberian bersamaan dengan antikoagulan, antitrombotik dan obat-obatan AINS lain.
- Hindari pemberian bersamaan dengan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor.
Jenis Lainnya
Turunan pirazolon seperti fenilbutazon dan dipiron, efektif sebagai antipiretik, tetapi jauh
lebih toksik (membahayakan).
Terapi Suportif
Upaya Suportif yang Direkomendasikan
Tingkatkan asupan cairan (ASI, susu, air, kuah sup, atau jus buah). Minum banyak juga
mampu menjadi ekspektoran (pelega saluran napas) dengan mengurangi produksi lendir di
saluran napas. Jarang terjadi dehidrasi berat tanpa adanya diare dan muntah terus-menerus..
Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas
lambung.
Kenakan pakaian tipis dalam ruangan yang baik ventilasi udaranya. Anak tidak harus terus
berbaring di tempat tidur)tetapi dijaga agar tidak melakukan aktivitas berlebihan.
Mengompres atau anak dengan air hangat dapat dilakukan jika anak rewel merasa sangat
tidak nyaman, umumnya pada suhu sekitar 40 selsius. Mengompres dapat dilakukan dengan
meletakkan anak di bak mandi yang sudah diisi air hangat. Lalu basuh badan, lengan, dan
kaki anak dengan air hangat tersebut.
Umumnya mengompres anak akan menurunkan demamnya dalam 30-45 menit. Namun jika
anak merasa semakin tidak nyaman dengan berendam, jangan lakukan hal ini.
Upaya Suportif yang Tidak Direkomendasikan
Upaya ‘mendinginkan’ badan anak dengan melepaskan pakaiannya, memandikan atau
membasuhnya dengan air dingin, atau mengompresnya dengan alkohol. Jika nilai-ambang
hipotalamus sudah direndahkan terlebih dahulu dengan obat, melepaskan pakaian anak atau
mengompresnya dengan air dingin justru akan membuatnya menggigil (dan tidak nyaman),
sebagai upaya tubuh menjaga temperatur pusat berada pada nilai-ambang yang telah
disesuaikan. Selain itu alkohol dapat pula diserap melalui kulit masuk ke dalam peredaran
darah, dan adanya risiko toksisitas.