Makalah Kolelitiasis 1.doc

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    1/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Definisi

    Cholelithiasis merupakan adanya pembentukan batu empedu; batu

    ini mungkin terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau

    dalam ductus choledochus (choledocholithiasis).

    Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan

    dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea)

    yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih

    sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita

    dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi

    lemak dan genetik.

    Sinonimnya adalah batu empedu,gallstones, biliary calculus. Istilah

    kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandungempedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang

    membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung

    empedu.

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    2/23

    2. Anatomi

    Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear

    yang terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 7 10 cm.

    Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat

    menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus

    dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir

    inferior hepar yang dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior

    abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan

    permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum

    dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus

    untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk

    duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan

    sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral

    hati.

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    3/23

    Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri

    hepatica kanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena

    porta. Sejumlah arteri yang sangat kecil dan vena vena juga berjalan

    antara hati dan kandung empedu.

    Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang

    terletak dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui

    nodi lymphatici hepaticum sepanjang perjalanan arteri hepatica menuju ke

    nodi lymphatici coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal

    dari plexus coeliacus.

    Gambar 2: Anatomi vesica fellea dan organ sekitarnya.

    3. Fisiologi Saluran Empedu

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    4/23

    Vesica fellea berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas

    sekitar 50 ml. Vesica fellea mempunyai kemampuan memekatkan empedu.

    Dan untuk membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan-lipatan

    permanen yang satu sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya

    tampak seperti sarang tawon. Sel- sel thorak yang membatasinya juga

    mempunyai banyak mikrovilli.

    Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli.

    Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam

    septum interlobaris. Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus

    hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris

    komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke

    kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat

    penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.

    Pengosongan Kandung Empedu

    Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung

    empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    5/23

    kedalam duodenum. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon

    kolesistokinin dari mukosa duodenum, hormon kemudian masuk kedalam

    darah, menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama,

    otot polos yang terletak pada ujung distal duktus coledokus dan ampula

    relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam

    duodenum. Garam garam empedu dalam cairan empedu penting untuk

    emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan

    absorbsi lemak. Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal

    yaitu:

    a) Hormonal: Zat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai

    duodenum akan merangsang mukosa sehingga hormon Cholecystokinin

    akan terlepas. Hormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi

    kandung empedu.

    b) Neurogen:

    Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi

    cairan lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan

    menyebabkan kontraksi dari kandung empedu.

    Rangsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke duodenum

    dan mengenai Sphincter Oddi. Sehingga pada keadaan dimana

    kandung empedu lumpuh, cairan empedu akan tetap keluar walaupun

    sedikit.

    Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan neurologis maupun

    hormonal memegang peran penting dalam perkembangan inti batu.

    Komposisi cairan empedu

    a.garam empedu

    Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua macam

    yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat. Fungsi garam empedu adalah:

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    6/23

    Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat

    dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah

    menjadi partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.

    Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan vitamin

    yang larut dalam lemak.

    Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman

    usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %)

    garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa

    usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk

    lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari

    ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh

    karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu.

    b. Bilirubin

    Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme dan

    globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi

    bilverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam

    plasma terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain

    (konjugasi) yaitu 80% oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah

    merah berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk

    sangat banyak

    Klasifikasi

    Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di

    golongkankan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:

    a) Batu kolesterol berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan

    mengandung lebih dari 70% kolesterol. Pembentukan batu Kolesterol

    melalui tiga fase:

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    7/23

    1. Fase Supersaturasi

    Kolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu adalah komponen

    yang tak larut dalam air. Ketiga zat ini dalam perbandingan tertentu

    membentuk micelle yang mudah larut. Di dalam kandung empedu

    ketiganya dikonsentrasikan menjadi lima sampai tujuh kali lipat.Pelarutan kolesterol tergantung dari rasio kolesterol terhadap lecithin

    dan garam empedu, dalam keadaan normal antara 1 : 20 sampai 1 :

    30. Pada keadaan supersaturasi dimana kolesterol akan relatif tinggi

    rasio ini bisa mencapai 1 : 13. Pada rasio seperti ini kolesterol akan

    mengendap. Kadar kolesterol akan relatif tinggi pada keadaan sebagai

    berikut:

    Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam

    empedu dan lecithin jauh lebih banyak.

    Orang-orang gemuk dimana sekresi kolesterol lebih tinggi

    sehingga terjadi supersaturasi.

    Diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol (western diet).

    Pemakaian obat anti kolesterol sehingga mobilitas kolesterol

    jaringan tinggi.

    Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya

    pada gangguan ileum terminale akibat peradangan atau reseksi

    (gangguan sirkulasi enterohepatik).

    Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi kolesterol meningkat dan

    kadar chenodeoxycholat rendah, padahal chenodeoxycholat

    efeknya melarutkan batu kolesterol dan menurunkan saturasi

    kolesterol. Penelitian lain menyatakan bahwa tablet KB

    pengaruhnya hanya sampai tiga tahun.

    2. Fase Pembentukan inti batu

    Inti batu yang terjadi pada fase II bisa homogen atau heterogen. Inti

    batu heterogen bisa berasal dari garam empedu, calcium bilirubinat

    atau sel-sel yang lepas pada peradangan. Inti batu yang homogen

    berasal dari kristal kolesterol sendiri yang mengendap karena

    perubahan rasio dengan asam empedu.

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    8/23

    3. Fase Pertumbuhan batu menjadi besar

    Untuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus cukup waktu

    untuk bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimana

    kontraksi kandung empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu normal,

    inti batu yang sudah terbentuk akan dipompa keluar ke dalam usus

    halus. Bila konstraksi kandung empedu lemah, kristal kolesterol yang

    terjadi akibat supersaturasi akan melekat pada inti batu tersebut. Hal

    ini mudah terjadi pada penderita Diabetes Mellitus, kehamilan, pada

    pemberian total parental nutrisi yang lama, setelah operasi trunkal

    vagotomi, karena pada keadaan tersebut kontraksi kandung empedukurang baik. Sekresi mucus yang berlebihan dari mukosa kandung

    empedu akan mengikat kristal kolesterol dan sukar dipompa keluar.

    b). Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat) Berwarna coklat atau coklat tua,

    lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium-bilirubinat sebagai

    komponen utama.

    c) Batu pigmen hitam. Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak

    berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.

    Etiologi/Faktor Resiko

    Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini.

    Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin

    besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut

    antara lain:

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    9/23

    a. Jenis Kelamin

    Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan

    dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap

    peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang

    menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis.

    Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat

    meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas

    pengosongan kandung empedu.

    b. Usia

    Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya

    usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena

    kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.

    c. Berat badan

    Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi

    untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar

    kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam

    empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.

    d. Makanan

    Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi

    gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan

    dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

    e. Riwayat keluarga

    Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar

    dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga.

    f.Aktifitas fisik

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    10/23

    Kurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya

    kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit

    berkontraksi.

    g. Penyakit usus halus

    Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn

    disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.

    h. Nutrisi intravena jangka lama

    Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak

    terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang

    melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi

    meningkat dalam kandung empedu.

    BAB II

    PEMBAHASAN

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    11/23

    Tn.Y 41 thn. Dirawat dirumah sakit syifa hari kedua. Pasien datang dengan

    keluhan perut sering sakit terutama setelah makan,perut tersa penuh dan

    mual. Hari ketiga dirawat pasien mengeluh sakit yang hebat di perut bagian

    kanan atas dan menjalar kebagian bahu kanan. Pasien tampak mula dan

    muntah. Pemeriksaan urin tampak berwarna gelap feses berwarna kelabu.

    Pada pemeriksaan sinar-x abdomen dicurigai adanya penyakit pada kandung

    empedu.

    Pertanyaan:

    a) Kemungkinan diagnose pada kasus diatas adalah?

    b) Bagaimana patofisiologi kasus diatas sampai muncul gejala-gejala

    tersebut

    c) Komplikasi apa saja yang sering terjadi pada kasus diatas?

    d) Pemeriksaan penunjang apa saja yang sebaiknya dilakukan untuk

    mengevaluasi pasien?

    e) Sebutkan jenis obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi masalah

    utama dan manfaatnya pada kasus diatas?

    f) Jelaskan penatalaksanaan medis yang sering dialkukan pada pasien

    dengan kasus diatas dan jelaskan peran perawat dalam

    penatalaksanaan tersebut?

    g) Tuliskan diagnose keperawatan yang sering muncul pada kasus diatas

    dan tulislah satu rencana keperawatan untuk diagnose yang utama

    saja?

    Jawaban :

    A).Kemungkinan kasus diatas adalah penyakit Kolelitiasis

    B).PATOFISIOLOGI

    Ada dua tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun

    dari pigmen dan batu yang terutama tersusun dari kolesterol

    Batu pigmen kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak

    terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi(pengendapan)

    sehingga terjadi batu. Batu ini bertanggung jawab atas sepertiga

    dari pasien-pasien batu empedu di Amerika serikat. Risiko

    terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    12/23

    serosis,hemolysis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak

    dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.

    Batu kolesterol bertanggung jawab atas sebagian besar kasus

    empedu lainnya di Amerika serikat. Kolesterol yang merupakan

    unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air.Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan

    lesitin(fosfoliid) dalam empedu. Pada pasien yang

    cenderungmenderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis

    asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam

    hati;keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh

    kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu,mengendap

    dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol

    merupakan predisposisi yang berperan saebagai iritan yang

    menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.

    Jumlah wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit

    kandung empedu adalah empat kali lebih banyak daripada laki-laki.

    Biasanya wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun,multipara dan

    obesitas. Insidens pembentukan batu empedumeningkat pada para

    pengguna pil kontrasepsi,estrogen dan klofibrat yang diketahui

    meningkatkan saturasi kolesterol bilier. Insidens pembentukan batu

    meningkat bersamaan bertambahnya umur;peningkatan insiden ini

    terjadi akibat bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan

    menurunnya sintesis asam empedu. Disamping itu,risikoterbentuknya batu empedu juga meningkat akibat malabsorbsi

    garam-garam empedu pada pasien dengan penyakit

    gastrointestinal atau fistula T-tube atau pada pasien yang pernah

    menjalani operasi pintasan atau reseksi ileum. Insidens penyakit ini

    juga meningkat pada para penyandang penyakit diabetes.

    C).KOMPLIKASI

    Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit danberhentinya gerakanusus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atauperforasi kandungempedu. Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arusbalik dari empedu kedalam hati menunjukkan bahwa saluranempedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau olehperadangan.

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    13/23

    Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzimamilase, mungkin telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis)yang disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada saluranpankreas (duktus pankreatikus).

    Komplikasi lain yang biasa terjadi adalah: empiema, kolesistisisakut, nekrosis sebagian dinding kandung empedu, fistelkolesistoduodenal, perforasi kandung empedu, peritonitisgeneralisata, asimtomatis, kolik, ikterus obstruktif, kolangitis,kolangiolitis, pangkreatitis.

    D).TES DIAGNOSTIK

    1.Pemeriksaan sinar-x abdomen

    Pemeriksaan sinar-x abdomen dapat dilakukan jika terdapat

    kecurigaan akan penyakit kandung empedu dan untuk

    menyingkirkan penyebab gejala yang lain. Namun, hanya 15%-20%

    batu empedu yang mengalami cukup kalsifikasi untuk dapat tampak

    melalui pemeriksaan sinar x

    2.Ultrasonografi

    Pemeriksaan usg telah menggantikan kolesistografi oral sebagai

    prosedur diagnostic pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan

    dengan cepat serta akurat, dan dapat digunakan pada penderita

    disfungsi hati dan icterus. Disamping itu, pemeriksaan usg tidak

    membuat pasien terpajan radiasi ionisasi. Prosedur ini akan

    memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasapada malam harinya sehingga kandung emepedunya berada dalam

    keadaan distensi. Penggunaan ultrasound berdasarkan pada

    gelombang suara yang dipantulkan kembali. Pemeriksaan usg dapat

    mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledokus

    yang mengalami dilatasi. Usg dapat mendeteksi batu empedu

    dengan akurasi 95%.

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    14/23

    3.Pemeriksaan Pencitraan Radionuklida atau Koleskintografi.

    Koleskintigrafi telah berhasil dalam membantu menegakkan

    diagnosis kolesistitis. Dalam prosedur ini, preparat preparatradioaktif disuntikkan secara intravena. Prepat ini kemudian diambil

    oleh hepatosit dan dengan cepat diekskresikan ke dalam sistem

    bilier.selanjutnya dilakukan pemindaian saluran empedu untuk

    mendapatkan gambar kandung empedu dan percabangan bilier.

    Pemeriksaan ini lebih mahal daripada usg , memerlukan waktu yang

    lebih lama untuk mengerjakannya, membuat pasien terpajan sinar

    radiasi, dan tidak dapat mendeteksi batu empedu. Penggunaannya

    terbatas pada kasus-kasus yang dengan pemeriksaan USG,

    diagnosisnya masih belum dapat disimpulkan.

    4.Kolesistografi

    Meskipun sudah diggantikan dengan USG sebagai pemeriksaan

    pilihan, kolesistografi masih digunakan jika alat USG tidak tersedia

    atau bila hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan

    untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung

    empedu untuk meleakukan pengisian, memekatkan isinya,

    berkontraksi serta mengosongkan isinya. Media kontras yang

    mengandung iodium yang diekskresikan oleh hati dan dipekatkan

    dalam kandung empedu diberikan kepada pasien. Kandung empedu

    yag nrmal akan terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batu

    empedu, bayangannya akan tampak pada foto rontgen.

    Preparat yang diberikan sebagai bahan kontras mencakup asam

    iopanoat(telepaque), iodipamide,meglumine (cholografin) dan

    sodium ipodate (oragrafine) semua preparat ini diberikan dalam

    dosis oral 10-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan sinar-x.

    sesudah diberikan preparat kontras, pasien tidak bolehmengkonsumsi apapun untuk mencegah kontraksi dan untuk

    pengosongan kandung empedu.

    Kepada pasien harus ditanyakan apakah ia mempunyai riwayat

    alergi terhadap yodium atau makanan laut. Jika tidak terdapat

    riwayat alergi, pasien mendapat preparat kontras oral pada malam

    harinya sebelum pemeriksaan radiografi dilakukan. Foto rontgen

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    15/23

    mula-mula dibuat pada abdomen kuadran kanan atas.apabila

    kandung empedu tampak berisi dan dapat mengosongkan isinya

    secara normal serta tidak mengandung batu, kita dapat

    menyimpulkan bahwa tidak terjadi penyakit kandung empedu.

    Apabila terjadi penyakit kandung empedu, maka kandung empedu

    tersebut mungkin tidak terlihatkarena adanya obstruksi oleh batu

    empedu. Pengulangan pembuatan kolesistogram oral dengan

    pemberian preparat kontras yang kedua mungkin diperlikan jika

    kandung empedu pafda pemeriksaan pertama tidak tampak.

    Kolesistografi pada pasien yang jelas tampak ikterik tidak akan

    memberikan hasil yang bermanfaat karena hati tidak dapat

    mengekskresikan bahan kontras radiopakue kedalam kandung

    empedu pada pasien ikterik. Pemeriksaan kolesistografi oral

    kemungkiman besar akan diteruskan sebagai bagian dari evaluasi

    terhadap pasien yang telah mendapatkan terapi pelarutan batu

    empedu atau litotripsi.

    5. Kolangiopankreatografi Retrograde Endoskopik (ERCP)

    Pemeriksaan ERCP memungkinkan visualisasi struktur secara

    langsung yang hanya dapat dilihat pada saat melakukan

    laparotomy, pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik

    yang fleksibel ke dalam esophagus hingga mencapai duodenumpars desenden. Sebuah kanula dimasukkan kedalam duktus

    koledukus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras

    disuntikkan kedalam duktus tersebut untuk memungkinkan

    visualisasi serta evaluasi percabangan bilier. ERCP juga

    memungkinkan visualisasi langsung struktur ini dan memudahkan

    akses kedalam duktus koledokus bagian distal untuk mengambil

    batu empedu.

    6. Kolangiografi transhepatik perkutan

    Pemeriksaan kolangiografi ini meliputi penyuntikan bahan

    kontras langsung kedalam percabangan bilier. Karena konsentrasi

    bahan kontras yng disuntikan itu relative besar, maka semua

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    16/23

    komponen pada sistem bilier tersebut mencakup duktus hepatikus

    dalam hati, keseluruhan panjang duktus koledokus, duktus sistikus

    dan kandung empedu, dapat dilihat gasis bentuknya dengan jelas

    Prosedur pemeriksaan ini dapat dilakukan bahkan pada keadaan

    terdapatnya disfungsi hati dan icterus. ERCP berguna untukmembedakan ikteerus yang disebabkan oleh penyakit hati dengan

    icterus yang disebabkan oleh obstruksi bilier, untuk menyelidiki

    gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung

    empedunya sudah diangkat, untuk menentukan lokasi batu dalam

    saluran empedu, dan untuk menegakkan diagnosis penyakit kenker

    yang mengenai sistem bilier.

    E). FARMAKOTERAPI

    Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodiol,chenofalk) telah digunakan untuk melarutkan batu empedu

    radiolusen dan berukuran kecil dan terutama tersusun dari

    kolesterol. Asam ursodeoksilat jarang menimbulkan efek samping

    dan dapat diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek

    yang sama dibandingkan dengan asam kenodeoksikolat.

    Mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesis kolesterol dalam

    hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu. Batu

    yang sudah ada dapat dikurangi besarnya, batu yang kecil

    dilarutkan, batu yang baru dicegah pembentukannya. Pada banyak

    pasien diperlukan terapi selama 6-12 bulan untuk melarutkan batu

    empedu, dan selama terapi keadaan pasien dipantau. Dosis yang

    efektif bergantung pada berat badan pasien. Cara terapi ini umunya

    dilakukan pada pasien yang menolak pembedahan atau yang

    dianggap terlalu beresiko untuk menjalani pembedahan. Adapun

    obat-obatan lain yang biasa digunakan pada orang dengan

    kolelitiasis adalah:

    Ranitidin

    Komposisi: Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50mg/ml injeksi.

    Indikasi: Ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap

    simetidina, ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung (Dalam kasus

    kolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah / anti

    emetik).

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    17/23

    Perhatian: Pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala

    karsinoma lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil.

    Buscopan (analgetik /anti nyeri)

    Komposisi: Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi.

    Indikasi: Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih

    wanita.

    Kontraindikasi: Glaukoma hipertrofiprostat.

    Buscopan Plus

    Komposisi: Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg.

    Indikasi: Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri

    spastik pada saluran uriner, bilier, dan organ genital wanita.

    NaCl

    NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida yang dimana

    kandungan osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di

    dalam plasma tubuh.

    NaCl 3 % berisi Sodium Clorida/Natrium Clorida tetapi kandungan

    osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam

    plasma tubuh

    Komposisi: Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi.

    Indikasi: Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih

    wanita.

    Kontraindikasi: Glaukoma hipertrofiprostat.

    F).PENATALAKSANAAN MEDIS

    Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.

    Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun

    melalui laparoskopi. Sedangkan bagi penderita yang memiliki resiko

    pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan

    untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan.

    Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik.

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    18/23

    Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan

    pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi

    dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Pilihan

    penatalaksanaak antara lain:

    a) Kolesistektomi terbuka

    Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga

    kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi

    adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka

    mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi

    yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti

    oleh kolesistitis akut.

    b) Kolesistektomi laparaskopi

    Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya

    kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli

    bedah mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut

    dan pasien dengan batu duktus koledokus. Secara teoritis keuntungan

    tindakan ini dibandingkan prosedur konvensional adalah dapat mengurangi

    perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat

    kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang

    belum terpecahkan adalah kemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan

    insiden komplikasi 6r seperti cedera duktus biliaris yang mungkin dapatterjadi lebih sering selama kolesistektomi laparaskopi

    c. disolusi medis

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    19/23

    Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan adalah

    angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi

    hanya memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis kolesterol.

    Penelitian prospektif acak dari asam xenodeoksikolat telah mengindikasikan

    bahwa disolusi dan hilangnnya batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika

    obat ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien.

    d) Disolusi kontak

    Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten

    (metil- ter-butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter

    yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu

    empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian

    utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun).

    e) Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)

    Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat

    pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien

    yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.

    f) Kolesistotomi

    Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di

    samping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang

    bermanfaat, terutama untuk pasien yang sakitnya kritis.

    G).ASKEP KOLELITIASIS

    1. Pengkajian

    a. Aktivitas dan istirahat

    S : kelemahan, O : kelelahan

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    20/23

    b. Sirkulasi

    Takikardi, Diaphoresis

    c. Eliminasi

    S : perubahan warna unrine dan feses,

    O : Distensi abdomen, teraba masa di abdomen atas / quadran

    kanan atas, urine pekat

    d. Makan / minum

    S : anoreksia, nausea /vomiting, tidak ada troleransi makan lunak

    yang mengandung gas, regurgitas ulang, eruption, flatunasi,

    rasa seperti terbakar pada epugastrik, ada peristaltik, kembung

    dan dispepsia

    O : kegemukan, kehilangan berat badan (kurus)

    e. Nyeri / kenyamanan

    S : nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu,nyeri

    epigastrium setelah makan, nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak

    setelah 30 menit

    O :cenderung teraba lembut pada kolelitiasis, teraba otot

    meregang / kaku, hal ini dilakukan pada pmeriksaan RUQdanmenunjukkan tanda marfin (+)

    f. Respirasi

    Pernapasan panjang / pendek, nafas dangkal,rasa tak nyaman

    g. Keamanan

    Demam menggigil, jundice, kulit kering dan pruritus, cenderung

    perdarahan (defisiensi vit K)

    h. Pengetahuan

    Pada kelluarga dan pada kehamilan cenderung mengalami batu

    kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan /

    peradangan pada saluran cerna bagian bawah

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    21/23

    2. Perencanaan

    DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALNyeri akutberhubungandenganobstruksi /spasmeduktus,proses inflamasi,iskemia jaringan /nekrisis

    Tujuan : Nyeriterkontrol,teradaptasi

    Kriteria hasil :- penurunanrespon terhadapnyeri (ekspresi)- laporan nyeriterkontrol

    1.Observasi,catatlokasi, tingkatdan karakternyeri

    2. Catat responterhadap obatnyeri

    3. Tingkatkantirah baring(fowler) / posisiyang nyaman

    4. Ajarkan teknikrelaksasi (nafasdalam)

    5. Ciptakanlingkungan yangnyaman(turunkan suhuruangan)

    6. Kompreshangat

    1.Membantumengidentifikasinyeri danmemberiinformasi tentangterjadinyaperkembangannya2.Nyeri beratyang tidak hilangdengan tindakanrutin dapatmenunjukkanterjadinyakomplikasi

    3.Posisi fowlermenurunkantekanan-tekananintra abdominal

    4. Meningkatkanistirahat dankoping

    5.Mendukungmental psikologikdalam persepsitentang nyeri

    6. Dilatasi dinginempedu spasmemenurun

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    22/23

    BAB III

    KESIMPULAN

  • 7/22/2019 Makalah Kolelitiasis 1.doc

    23/23

    Kolelitiasis adalah pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu

    kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk

    suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.

    Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan

    berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigment

    dan batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu

    yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang

    mengandung 20 - 50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis

    pigmen, yang mana mengandung < 20% kolesterol. Faktor yang

    mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan statis

    kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan

    konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.