35
Makalah Manajemen Kesehatan KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KESEHATAN DISUSUN O L E H KELOMPOK 2 Rita Purnama Sari (0707101020008) Yolanda (0707101020030) Femilia Mustika (0807101020045) Lisyanurrahmi (0807101020011) Nurul Fajria (0807101060021) Nopyta Rosa (0807101060013) Rony A.Samad (0807101020007) Zamharira Almaraby (0807101020085) Dosen Pembimbing : Ibrahim,SKM,MNSc UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Makalah komunikasi dalam kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manajemen kesehatan

Citation preview

Makalah Manajemen Kesehatan

KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KESEHATAN

DISUSUN

O

L

E

H

KELOMPOK 2

Rita Purnama Sari (0707101020008)Yolanda (0707101020030)Femilia Mustika (0807101020045)Lisyanurrahmi (0807101020011)Nurul Fajria (0807101060021)Nopyta Rosa (0807101060013)Rony A.Samad (0807101020007)Zamharira Almaraby (0807101020085)

Dosen Pembimbing : Ibrahim,SKM,MNSc

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BANDA ACEH

2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan

rahmatnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah “Komunikasi dalam

Manajemen Kesehatan” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kita kirimkan

shalawat dan taslim atas junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa kita dari lembah kehinaan menuju lembah kemuliaan.

Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah Manajemen

Kesehatan dimana di dalam makalah ini akan dibahas mengenai proses

komunikasi terutama dalam manajemen kesehatan. Terima kasih kami sampaikan

kepada dosen pembimbing, Ibrahim,SKM.,MNSc yang telah membimbing

penyusun dalam mengerjakan makalah ini, begitu juga dengan teman-teman dan

semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Jika dalam makalah ini terdapat kesalahan penyusun memohon maaf

karena sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Moga makalah ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Darussalam, 28 Februari 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Tujuan........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3

A. Proses Komunikasi....................................................................... 3

B. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi.......................................... 4

C. Prinsip Komunikasi Manajer Kesehatan....................................... 6

D. Model Komunikasi....................................................................... 7

E. Pengaturan Ruangan untuk Membantu Komunikasi..................... 10

F. Strategi Komunikasi dalam Praktik Keperawatan di Rumah

Sakit............................................................................................... 14

G.Aplikasi Komunikasi dalam Asuhan Keperawatan....................... 16

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 20

A. Kesimpulan................................................................................... 20

B. Saran.............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21

JOB DESCRIPTION........................................................................................ 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya

memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk

saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi

manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan

masyarakat.

Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan

yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang

terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus

ada two way communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal

balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai

cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu

organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi

hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses

adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil

yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.

Dalam hubungan seseorang dengan orang lain tentunya terjadinya proses

komunikasi itu tentunya tidak terlepas dari tujuan yang menjadi topik atau pokok

pembahasan, dan juga untuk tercapainya proses penyampaian informasi itu akan

berhasil apabila ditunjang dengan alat atau media sebagai sarana penyaluran

informasi atau berita.

Dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi itu tidak selama lancar ,

hal terjadi dikarenakan kurangnya memperhatikan unsur-unsur yang mestinya ada

dalam proses komunikasi.

                Dari uraian tersebut, bahwa dalam komunikasi itu perlu diperhatikan

mengenai unsur-unsur yang berkaitan dengan proses komunikasi, baik itu oleh

komunikator maupun oleh komunikan, dan juga bahwa komunikator harus

memahami dari tujuan komunikasi.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui arti komunikasi.

2. Untuk mengetahui fungsi komunikasi dalam organisasi.

3. Untuk mengetahui pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi.

4. Untuk mengetahui aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.PROSES KOMUNIKASI

Tappen (1995) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran

pikiran,perasaan dan pendapat dan memberikan nasehat dimana terjadi antara dua

orang atau lebih bekerja bersama. Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk

dapatnya menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang

sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.

Karena komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, banyak model

dipergunakan dalam menjelaskan bagaimana organisasi dan orang berkomunikasi.

Dasar model yang umum sebagaimana tersebut dalam gambar di bawah, di mana

setiap komunikasi pasti adanya pengirim pesan dan penerima pesan. Pesan

tersebut dapat berupa verbal, tertulis maupun nonverbal. Pada proses ini juga

melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal dimana komunikasi

dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi nilai-nilai, kepercayaan, temperamen

dan tingkat stress pengirim pesan dan penerima pesan. Sedangkan faktor eksternal

meliputi keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan dan waktu. Kedua belah pihak

(pengirim dan penerima pesan) harus peka terhadap faktor internal dan eksternal

seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan eksternal yang

ada.

Diagram proses komunikasi (Marquis & Huston, 1998: 290)

B. FUNGSI KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,

komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat

fungsi, yaitu:

1. Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemprosesan informasi

(information-processing system).  Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu

organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih

baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota

organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi

pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan

Faktor internal

Faktor eksternal

Faktor eksternal

Faktor internal

Tertulis

Verbal

Non-verbal

komunikator

Pesan

Komunikan

kedudukan dalam suatu organisasi.  Orang-orang dalam tataran manajemen

membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun

guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.  Sedangkan

karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan,

jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam

suatu organisasi.  Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang

berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

a) Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu

mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua

informasi yang disampaikan.  Disamping itu mereka juga mempunyai

kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam

struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas

(position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan

sebagaimana semestinya.  Namun demikian, sikap bawahan untuk

menjalankan perintah banyak bergantung pada:

1) Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

2) Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

3) Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin

sekaligus sebagai pribadi.

4) Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

b) Berkaitan dengan pesan atau message.  Pesan-pesan regulatif pada

dasarnya berorientasi pada kerja.  Artinya, bawahan membutuhkan

kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak

boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan

selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.  Adanya kenyataan

ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya

daripada memberi perintah.  Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela

oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding

kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

5. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan

karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.  Ada dua

saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi

tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran

komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat

kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata.  Pelaksanaan

aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih

besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

C. PRINSIP KOMUNIKASI MANAJER KESEHATAN

Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat kompleks,

manajer dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap tersebut di

bawah ini :

1. Manajer harus mengerti struktur, organisasi termasuk pemahaman tentang

siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah

dibuat. Oleh karena itu jaringan komunikasi formal dan informal perlu

dibangun antara manajer dan staf.

2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian

proses yang tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Jika bagian

lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus konsultasi

tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang

kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan.

3. Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat. Dalam buku Nursalam

(2001) ditekankan bahwa prinsip komunikasi seorang perawat

professional adalah CARE : Complete; Acurate; Rapid dan English artinya

sebagai berikut : Ciri khas perawat professional di masa depan dalam

memberikan pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara

lengkap, adekuat, cepat. Artinya setiap melakukan komunikasi (lisan

maupun tertulis) dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu fakta yang

memadai. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu

berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa inggris. Hal ini

dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya persaingan/pasar bebas

pada abad ke-21 ini.

4. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima

secara akurat. Salah satu cara untuk melakukannya pada proses ini adalah

bertanya kepada penerima pesan untuk mengulangi pesan atau instruksi

yang disampaikan.

5. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi

manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi

yang disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin

tahu terhadap pesan yang disampaikan.

D. MODEL KOMUNIKASI

1. Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis adalah bagian yang terpenting dalam

organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap

organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam

mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan, misalnya publikasi

perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran dan jurnal. Manajer harus

terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya kepada stafnya.

Menurut Asosiasi Pendidikan Kesehatan di Amerika menyarankan

bahwa komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi meliputi :

a) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis.

b) Menulis nama orang dalam tulisan Anda perlu dipertimbangkan

dampaknya.

c) Gunakan kata aktif, dimana akan mempunyai pengaruh yang baik

d) Tulis kata yang sederhana, familier, spesifik dan nyata. Tulisan yang

sederhana lebih mudah difahami dan memungkinkan untuk dibaca

orang lain.

e) Gunakan seminimal mungkin penggunaan kata-kata yang tidak

penting. Temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan

sehingga orang lain mudah mengerti.

f) Tulis kalimat di bawah 20 kata dan masukkan satu ide setiap kalimat.

Tuliskan kalimat yang penting dan menjadi isu utama.

g) Berikan pembaca petunjuk, konsistensi penggunaan istilah dan pesan.

h) Atur isi tulisan secara sistematis.

i) Gunakan paragraph untuk mempermudah pembaca; untuk memo

antara 8-10 baris; dan untuk surat tidak lebih dari 6 baris setiap

paragraph.

j) Jelas; fokus komunikasi didefinisikan secara jelas

2. Komunikasi secara langsung

Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan

bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan

komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu

dalam kelompok dan presentasi secara formal.

Tujuan komunikasi verbal adalah “assertiveness”. Perilaku asertif

adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu

untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan cara yang

sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak komunikasi.

Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah

pasif, agresif khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif

terjadi jika individu tidak tertarik kepada topik atau karena enggan

berkomunikasi. Komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior

terhadap topik yang dibicarakan.

3. Komunikasi non-verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan

ekspresi wajah, pergerakan tubuh dan sikap tubuh atau “body language”.

Menurut Arnold & Boggs (1989) karena komunikasi nonverbal meliputi

komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan, maka

komunikasi nonverbal lebih mengandung arti yang signifikan

dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang

membahayakan jika komunikasi nonverbal diartikan salah tanpa adanya

penjelasan verbal.

Di bawah ini adalah kunci bagian komunikasi nonverbal yang

dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal :

a) Lingkungan: tempat dimana komunikasi dilaksanakan merupakan

bagian penting pada proses komunikasi.

b) Penampilan: pemakaian pakaian, kosmetik dan sesuatu yang menarik

merupakan bagian dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasi.

c) Kontak mata: kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan

seseorang untuk berkomunikasi.

d) Postur tubuh & Gesture: bobot suatu pesan bias ditunjukkan dengan

orang yang menunjukkan telunjukknya, berdiri atau duduk.

e) Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan suatu respon

wajah yang setuju terhadap pesan yang disampaikan.

f) Suara: intonasi, volume dan refleksi. Cara tersebut menandakan bahwa

pesan dapat ditransfer dengan baik.

Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan

nonverbal supaya individu (atasan atau bawahan) akan dapat menerima pesan

secara jelas.

4. Komunikasi via telefon

Pada era millennium ini, manajer sangat tergantung melakukan

komunikasi dengan menggunakan telepon. Dengan kemudahan sarana

komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespons setiap

perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena itu, untuk

menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf harus belajar dan sopan

serta menghargai setiap menjawab telepon. Jika orang lain harus

menunggu untuk berbicara, maka waktu yang dibutuhkan harus singkat

untuk menghindari kesan yang negatif.

E. PENGATURAN RUANGAN UNTUK MEMBANTU KOMUNIKASI

Cobalah untuk selalu mengatur ruangan, kantor, kelas dan ruangan

kelompok pendidikan lainnya sedemikian rupa sehingga komunikasi dapat

berjalan dengan efektif.

Atau bila pemimpin tim menempatkan anggota tim lain memimpin suatu

pertemuan, misalnya untuk member kesempatan pada anggota yang lain untuk

belajar bagaimana cara memimpin pertemuan atau kelompok pelatihan :

1. Komunikasi antara kelompok kecil (5-10 orang)

2. Komunikasi antara kelompok yang lebih besar (10-50 orang)

Selalu ingat bahwa :

1. Dalam suatu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang,

semua orang dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah

kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.

2. Meja dapat menghalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau

cara benda tersebut ditempatkan. Bila meja tidak diperlukan (untuk kertas-

kertas dan sebagainnya) singkirkanlah. Bila anda perlu menggunakannya,

letakkan meja sedemikian rupa sehingga anggota kelompok dapat berdekatan

satu dengan yang lainnya. Untuk kelompok yang terdiri dari enam atau tujuh

orang, pasangan-pasangan meja kecil dapat diletakkan bersisian dengan yang

lain. Tatanan ini memungkinkan beberapa kelompok bekerja bersama dalam

satu ruangan, baik sebagai kelompok kecil yang terpisah maupun sebagai

satu kelompok besar, bergantung kepada keperluannya.

3. Hindarkan meja yang panjang dan berbentuk huruf U.

4. Jangan meletakkan meja sedemikian rupa sehingga memperlihatkan atau

menekankan bahwa beberapa orang berada dalam kedudukan yang lebih

tinggi dan yang lebih rendah kecuali anda mempunyai alasan yang kuat

untuk itu.

Pengurangan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud

pertemuan atau kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah

komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud dan tujuan tersebut. Sesuaikan

pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan menyesuaikan dengan

pengaturan tempat duduk.

Contoh: kesulitan komunikasi antara pekerja kesehatan terdidik dan

seorang penduduk desa

Pekerja Kesehatan Penduduk Desa

Memiliki sikap yang ilmiah mengenai

penyakit.

Mempunyai ketakutan pribadi

mengenai penyakitnya.

Menggunakan istilah-istilah kedokteran Tidak mengerti istilah-istilah

kedokteran

Menganggap pusat kesehatan sebagai

lembaga yang dapat diterima.

Takut akan rumah sakit, karena ia tidak

kenal atau tidak terbiasa dengan tempat

tersebut.

Memikirkan tentang 45 orang lain yang

masih harus ditangani.

Hanya berkepentingan untuk sembuh.

Telah dididik dan dilatih di kota dan

mungkin telah kehilangan sentuhan

hubungan dengan kehidupan desa.

Adalah seorang pekerja dengan sedikit

atau tanpa pendidikan atau pengalaman

mengenai kehidupan di luar desa.

F. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN DI

RUMAH SAKIT

Komunikasi pada tahapan ini, tidak hanya secara spesifik ditujukan

melalui strategi perencanaan, tetapi ke-3 komponen harus menjadi perhatian yang

sama yaitu: struktur, budaya dan teknologi.

Pada struktur bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi yang

dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja. Tetapi setiap struktur

yang ada harus ada kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-

prinsip asuhan keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik dan dapat

membantu dalam penyelesaian suatu masalah pada organisasi.

Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk dirubah

dalam waktu sesaat, tetapi kita percaya kita akan bekerja dengan lingkungan dan

individu yang mempunyai budaya yang berbeda. Kelainan ini penting untuk

diperhatikan perubahan suatu budaya dalam manajemen adalah aspek yang

penting pada proses perubahan yang efektif.

Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi yang

efektif. Komunikasi interpersonal dan secara organisasi sering diperlukan suatu

perantara, yang disebut teknologi elektronik dan penggunaan media tersebut akan

sangat bermanfaat pada masa yang akan dating. Setiap suatu perubahan di Rumah

Sakit harus selalu didukung terhadap perencanaan tentang HIS (Health

Information System) yang efektif. Komunikasi melalui teknologi akan selalu

dipantau dan dievaluasi pada setiap tahap proses perubahan.

Diagram Strategi Komunikasi yang terbaik dalam praktik keperawatn

(Walker, Evans and Robbson, 1996)

MISI ORGANISASI(terbaik dalam pelayanan,pendidikan

dan penelitian)

Penampilan praktek yang terbaik

pendidikan

teknologibudayastruktur

penghargaa komunikasi benchmarkin

TUJUAN:Peningkatan struktur kesehatan pasien & organisasi dalam meningkatkan kepuasan pasien dan perawat.

PENCAPAIAN:1. Struktur

implementasi fokus kepada klien.

2. Struktur strategi manajemen strategik

TUJUAN:Focus kepada pasien dan orang, dan nilai-nilai budaya.

PENCAPAIAN:1. Survey

kepuasan staf.

2. Strategi manajemen tentang nilai-nilai.

3. Perkembangan filosofi

TUJUAN:Untuk mendukung komunikasi dalam pengambilan keputusan dan meningkatkan kepuasan pasien dan staf.

PENCAPAIAN:1. Sistem

pembayaran 2. Jaringan

dengan mobile phone

3. Forum CEO4. jurnal

G. APLIKASI KOMUNIKASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur

utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai

hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi:

1. Komunikasi saat timbang terima

Pada saat timbang terima diperlukan suatu komunikasi yang jelas

tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan

yang belum, serta respons pasien yang terjadi. Perawat melakukan

timbang terima dengan berjalan bersama perawat lainnya dan

menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien, cara ini akan

lebih efektif daripada harus menghabiskan waktu orang lain untuk

membaca dan akan membantu perawat dalam menerima timbang terima

secara nyata.

2. Interview/anamnesa

Anamnesa kepada pasien merupakan kegiatan yang selalu

dilakukan oleh perawat kepada pasien saat pelaksanaan asuhan

keperawatan (proses keperawatan). Perawat melakukan anamnesa kepada

pasien, keluarga, dokter dan tim kerja lainnya. Interview adalah suatu

komunikasi dengan tujuan tertentu untuk memperoleh data tentang

keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung masalah yang

dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan secara akurat. Oleh karena

interview adalah terencana maka data yang didapatkan harus akurat tanpa

bias.

Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah :

a) Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan

suasana yang hangat, kekeluargaan.

b) Hindari interupsi. Komunikasi adalah suatu proses yang aktif yang

memerlukan suatu pertanyaan yang focus dan perlu perhatian. Hindari

suatu interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang

gaduh.

c) Hindari respons dengan kata hanya “ya” dan “tidak”. Respon tersebut

akan mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik,

karena perawat kelihatan kurang tertarik dengan topik yang

dibicarakan dan enggan untuk berkomunikasi.

d) Jangan memonopoli pembicaraan. Meskipun kata-kata ya dan tidak

meninggalkan kesan negatif, tetapi kata-kata tersebut perlu

disampaikan dengan menambah kata-kata sesuai dengan topik yang

dibicarakan.

e) Hindari hambatan personal. Keberhasilan suatu komunikasi sangat

ditentukan oleh subjektifitas seseorang. Jika perawat sebelum

komunikasi menunjukkan rasa tidak senang kepada klien, maka

keadaan ini akan berdampak terhadap hasil yang didapat selama proses

komunikasi.

3. Komunikasi melalui komputer

Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada

manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data klien dalam

komputer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi

masalah pasien dan memberikan intervensi yang akurat. Melalui

komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat didapatkan dengan

menggunakan internet bila perawat mengalami kesulitan dalam menangani

masalah klien.

4. Komunikasi tentang kerahasiaan

Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan

menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada institusi. Perawat sering

dihadapkan pada suatu dilemma dalam menyimpan rahasia pasien , di satu

sisi dia membutuhkan informasi dengan menghubungkan apa yang

dikatakan klien dengan orang lain, di lain pihak dia harus memegang janji

untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada sesiapapun.

5. Komunikasi melalui sentuhan

Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode

dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang

diberikan oleh perawat juga dapat sebagai terapi bagi pasien, khususnya

pasien dengan depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam mengambil

suatu keputusan. Tetapi yang perlu dicatat dalam sentuhan adalah

perbedaan jenis kelamin antara perawat dan pasien. Dalam situasi ini perlu

adanya suatu persetujuan.

6. Dokumentasi sebagai alat komunikasi

Dokumentasi adalah suatu alat yang sering digunakan dalam

komunikasi keperawatan dalam menvalidasi asuhan keperawatan, sarana

komunikasi antar tim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten

dalam pemberian asuhan keperawatan.

Menurut Nursalam (2002) kapan saja perawat melihat pencatatan

kesehatan, perawat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran.

Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleksnya pelayanan

keperawatan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya

dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat

mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif

memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga

kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan

dikerjakan oleh perawat.

Manfaat komunikasi dalam pendokumentasiaan adalah:

a) Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat.

b) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga

kesehatan apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

c) Manfaat dan data pasien yang akurat dan dapat dicatat.

7. Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainya

Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional

antar perawat dan tim kesehatan lainnya: dokter, ahli gizi, fisioterapis dan

lain-lain. Pengembangan model praktik keperawatan profesional

merupakan sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim

kesehatan lainnya. Komunikasi yang dimaksudkan disini adalah adanya

suatu kejelasan dalam pemberian informasi dari masing-masing individu

sesuai dengan kedudukannya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran,perasaan dan pendapat dan

memberikan nasehat dimana terjadi antara dua orang atau lebih bekerja

bersama.

2. Fungsi komunikasi dalam organisasi meliputi fungsi informatif, regulatif,

persuasif dan integratif.

3. Model komunikasi terdiri dari komunikasi bertulis, komunikasi secara

lansung, komunikasi non-verbal dan komunikasi via telefon.

4. Cobalah untuk selalu mengatur ruangan, kantor, kelas dan ruangan kelompok

pendidikan lainnya sedemikian rupa sehingga komunikasi dapat berjalan

dengan efektif.

5. Komunikasi dalam praktek keperawatan profesional merupakan unsur utama

bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil

yang optimal.

B. SARAN

Berdasarkan pada uraian tersebut, maka penulis menyampaikan saran-

saran yang berkaitan dengan proses komunikasi dalam manajemen kesehatn

sebagai berikut:

1. Komunikator hendaknya memiliki kemampuan dalam proses penyampaian

informasi, dan menggunakan saluran atau alat bantu komunikasi sesuai

dengan kebutuhan, sehingga dapat efektif dan efisien.

2.  Komunikan hendaknya mememahi keberadaannya sebagai penerima pesan

atau informasi.

3. Dalam proses komunikasi hendaknya terjalin kerjasama yang baik, sehingga

kegiatan komunikasi terjadi aktif tidak pasif, sehingga terjadinya timbal balik

dan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

McMahon, Rosemary et.al. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.

Jakarta: EGC.

Nursalam,M.Nur . (2002). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anneahira. (2010). Peningkatan Manajemen Kesehatan. Dikutip pada tanggal 28

Februari 2011 dari http://www.anneahira.com/artikel-kesehatan/

manajemen-kesehatan.htm

Kartono,Tono. (2008).Komunikasi Dalam Manajemen Pendidikan. Dikutip pada

tanggal 27 Februari 2011 dari http:// kawakib06. multiply. com/journal

/item/5

JOB DESCRIPTION

NAMA NIM TUGAS

Rita Purnama Sari 0707101020008 Mencari bahan

Yolanda 0707101020030 Mencari bahan

Femilia Mustika 0807101020045 Merangkum bahan

Lisyanurrahmi 0807101020011 Mencari bahan

Nurul Fajria 0807101060021 Mengetik

Nopyta Rosa 0807101060013 Mencari bahan

Rony A.Samad 0807101020007 Mencari bahan

Zamharira Almaraby 0807101020085 Membuat powerpoint