32
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat proses komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi antara 2 orang atau lebih, aau dengan kata lain merupakan pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain dengan berbicara dan mendengarkan atan menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan lain lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain tidak hanya secara lisan (verbal) tetapi juga dengan gesture atau gerakan tubuh (non verbal). Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi medik komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses perawatan yang dilakukan. Pengalaman ilmu komunikasi tersebut digunakan untuk menolong sesama yang mana memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar. Untuk itu tenaga medik memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang dalam berkomunikasi dengan orang lain.

makalah komunikasi terapeutik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah komunikasi terapeutik

Citation preview

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat proses komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi antara 2 orang atau lebih, aau dengan kata lain merupakan pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain dengan berbicara dan mendengarkan atan menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan lain lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain tidak hanya secara lisan (verbal) tetapi juga dengan gesture atau gerakan tubuh (non verbal).Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi medik komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses perawatan yang dilakukan. Pengalaman ilmu komunikasi tersebut digunakan untuk menolong sesama yang mana memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar.Untuk itu tenaga medik memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang dalam berkomunikasi dengan orang lain.Tenaga medik yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi therapeutik?2. Apa fase-fase dalam melakukan komunikasi therapeutik?3. Apa teknik-teknik dari komunikasi therapeutik?

2. Pembahasan

2.1 Pengertian Komunikasi Therapeutik

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang tenaga medic paa saat melakukan intervensi perawatan harus mampu memberikan khasiat terapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang tenaga medik harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikasi komunikasi therapeutic agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat terpenuhi.

S. Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku perasaan pikiran dan pengaalaman dalam membina hubungan yang terapeutik, Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi Terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling pengertian antar tenaga medik dan pasien.Persoalan mendasar dalam komunikasi adalah adanya hubungan saling membutuhan antara tenaga medik dan pasien,sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat danpasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan.

Arwana (2003) menyatakan bahwa komunkikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakanprofesional. Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan, media dan umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan penerima adalah komunikasi yang akan member efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak.

Tenaga medik dapat menyampaikan atau mengkaji proses ini secara verbal antara lain : 1. Vokal2. nada 3. kualitas4. keras atau lembut5. kecepatan berbicara

Dimana disini semuanya menggambarkan suasana emosi, dan juga dapat juga secara non verbal antara lain :1. Gerakan; reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau gerakan-gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati.2. Jarak (space) Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman.3. Sentuhan : dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek budaya dan kebiasaaan.

Tujuan komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan kehormatan diri2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak hanya secara superficial namun juga saling bergantung dengan orang lain3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang reistis

Prinsip Dasar Komunikasi TerapeutikKomunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif diantara tenaga medik dan klien, tidak seperti komunikasi sosisal, komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klien dalam mencapai suatu tujuan dalam asuhan tenaga medik, oleh karena itu sangat penting bagi tenaga medik untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik ini.

1. Hubungan tenaga medik dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip humanity of nurses and clients

2. Tenaga Medik harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter memaham perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap .individu.

3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan , dalam hal ini tenaga medik harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri dari pasien.

4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai lebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalah, hubungan saling percaya antara tenaga medik dan klien adalah kunci dan komunikasi terapeutik.

5. Tenaga medic harus mengenal dirinya sendiri yan berarti memahami diri sendiri dan nilai yang dianut.

6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai

7. Tenaga medik harus memahami dan menghargai nilai yang dianut oleh pasien.

8. Tenaga medik harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental

9. Tenaga medik harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya, sehingga tumbuh lebih matang dan dapat memecahkan masalah masalah yang dihadapi.

10. Tenaga medik harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun fungsi proses perawatan itu sendiri.

Komunikasi terapeutik mempunyai ciri sebagai berikut1. Terjadi antara tenaga medik dengan pasien2. Mempunyai hubungan akrab 3. Berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan 4. Tenaga medic dengan aktif mendengarkan dan memberikan respon pada pasien

Ada tiga hal dasar yang memberi ciri ciri komunikasi therapeutik, yaitu

1. Ikhlas (Genuiness) Semua perasaan negative yang dimiliki pasien harus bisa diterima dengan pendekatan individu yang verbal maupun non verbal dimana ini akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.2. Empati (Emphaty) meruakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien, Objektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.3. Hangat (Warmth) Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diaharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide idenya tanpa rasa takut sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

2.2 FASE FASE KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Tahap Persiapan (Prainteraksi)Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan klien. Pada tahap ini tenaga medik menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini tenaga medik juga mencari informasi tentang klien, Kemudian merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh seorang tenaga medik untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien.

Tugas tenaga medik pada tahap ini antara lain:

a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien, tenaga medik perlu mengkaji perasaannya sendiri. Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan. Apakah ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan?.b. Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar tenaga medik mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan klien. c. Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan mengetahui informasi tentang klien tenaga medik bisa memahami klien. Paling tidak bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi.

d. Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Tenaga medik perlu merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut.

2.Tahap Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien. Pada saat berkenalan, tenaga medik harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan memperkenalkan dirinya berarti dia telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya. Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.

Tugas Tenaga medik pada tahap ini antara lain:

a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik, karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina tidak bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi. Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan saling percaya maka tenaga medik harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai klien.

b. Merumuskan kontrak pada klien. Kontrak ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi. Pada saat merumuskan kontrak tenaga medik juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran tenaga medik dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap kehadiran tenaga medik. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawatan yang diberikan karena karena klien menganggap tenaga medik seperti dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu. Tenaga medik perlu menekankan bahwa mereka hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri.

c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini tenaga medik mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan dapat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi masalah klien.

d. merumuskan tujuan dengan klien. Tenaga medik perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.

Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien.

3.Tahap KerjaTahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Pada tahap ini tenaga medik dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan mereka dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Tenaga medik juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.Pada tahap ini tenaga medik perlu melakukan active listening karena tugas mereka pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, tenaga medik membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.Tenaga medik juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu agar antara tenaga medik dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama. Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting.

4. Tahap TerminasiTerminasi merupakan akhir dari pertemuan tenaga medik dengan klien. Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan tenaga medik-klien, setelah terminasi sementara, maka tenaga medik akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah ditentukan.Terminasi akhir terjadi jika tenaga medik telah menyelesaikan proses perawatan secara keseluruhan.

Tugas tenaga medik pada tahap ini antara lain:

a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, tenaga medik tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.

b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan tenaga medik. Dala hal ini tenaga medik perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah berinteraksi dengan mereka. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi klien.

c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawatan mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternative tersebut.

d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat kesepakatan antara tenaga medik dan klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi antara tenaga medik dan klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh tenaga medik, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan tenaga medik untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.

2.3 TEHNIK-TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. BertanyaBertanya (questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Tehnik berikut sering digunakan pada tahap orientasi.

a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatifPertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya tenaga medik sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif (nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan, bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien.

b. Pertanyaan terbuka dan tertutupPertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila tenaga medik membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, mereka mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya.Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika tenaga medik membutuhkan jawaban yang singkat.

c. Inapropriate quantity questionInapropriate quantity question yaitu pertanyaan yang kurang baik dari sisi jumlah pertanyaan, yang mengakibatkan klien bingung dalam menjawab. Terlalu banyak pertanyaan merupakan tindakan yang tidak tepat karena menimbulkan kebingungan klien untuk menjawab.

d. Inapropriate quality questionInapropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan pada klien dan biasanya dimulai dengan kata why (mengapa). Why question ini dipertimbangkan tidak tepat karena :1) Terkesan menginterogasi, sehingga klien merasa seolah-olah diintimidasi. Hal ini bisa menghambat keterbukaan klien terhadap tenaga medik.2) Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena why question mengiring klien untuk menjawab secara rasional atau mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan bagaimana perasaanya terhadap kejadian

2. MendengarkanMendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik. Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima.Selama mendengarkan, tenaga medik harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan penuh perhatian. Tenaga medik memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa kita mempunyai waktu untuk mendengarkan.

3. MengulangMengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi tenaga medik mengikuti pembicaraan klien. Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi yang mendukung listening.

4. KlarifikasiKlarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya.Pada saat klarifikasi, tenaga medik tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan informasi. Apabila mereka menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan berdasarkan pandangan dan perasaannya. Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami klien.

5. RefleksiRefleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian tenaga medik tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien.

Tehnik-tehnik refleksi terdiri dari: a. Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian tenaga medik.b. Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaanya.Gunanya adalah untuk :a. Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.b. Mengoreksi.c. Memberi keterangan lebih jelas.

Ruginya adalah :a. Mengulang terlalu sering dan sama.b. Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi

6. MemfokuskanMemfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan. Dengan demikian akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengguanakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah penting.

7. DiamTehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan. Diam akan memberikan kesempatan kepada tenaga medik dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing. Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil tenaga medik menyampaikan dukungan, pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.

8. Memberi InformasiMemberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah.

9. MenyimpulkanMenyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi tenaga medik-klien. Tehnik ini membantu tenaga medik dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan.Manfaat dari menyimpulkan antara lain : a. Memfokuskan pada topik yang relevan.b. Menolong tenaga medik dalam mengulang aspek utama interaksi.c. Membantu klien untuk merasa bahwa tenaga medik memahami perasaannya.d. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat tambahan atau koreksi terhadap informasi sebelumnya.

10. Mengubah Cara PandangTehnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja. Tehnik ini sangat bermanfaan terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Seorang tenaga medik kadang memberikan tanggapan yang kurang tepat ketika klien mengungkapkan masalah, misalnya menyatakan : sebenarnya apa yang anda pikirkan tidak seburuk itu kejadiannya. Reframing akan membuat klien mampu melihat apa yang dialaminya dari sisi positif, sehingga memungkinkan klien untuk membuat perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

11. EksplorasiEksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12. Membagi PersepsiStuart G.W (1998) dalam Suryani (2005) menyatakan, membagi persepsi (sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang tenaga medik rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika hendak merasakan atau melihat ada perbedaan antara respos verbal dan respons nonverbal klien.

13. Mengidentifikasi TemaTenaga medik harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting. Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14. HumorHumor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence Nightingale dalam Anonymous (1999) dalam Suryani (2005) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi.Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :a. Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor mungkin bisa menurunkan kecemasan klien.b. Jika relevan dan konsisten dengan sosial budaya klien.c. Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif.

15. Memberikan PujianMemberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan tenaga medik. Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien. Reinforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.

FAKTOR-FAKTOR KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Faktor yang mempengaruhi komunikasi : a) KredibilitasKredibilitas (credibility) terdapat dan berpengaruh pada sumber atau komunikator. Kredibilitas komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi, karena hal ini mempengaruhi tingakat kepercayaan sasaran atau komunikasi terhadap pesan yang disampaikan.b) Isi pesanPesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang bermanfaat bagi sasaran. Hasil komunikasi akan lebih baik jika isi pesan besar manfaatnya bagi kepentingan sasaran.c) Kesesuaian dengan kepentingan sasaranKesesuaian dengan kepentingan sasaran (context) terdapat dan berperan pada pesan. Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran.d) KejelasanKejelasan (clarity) terdapat dan berperan pada pesan. Kejelasan pesan yang disampaikan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.

e) Kesinambungan dan konsistensiKesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency) terdapat pada pesan. Pesan yang akan disampaikan harus konsistensi dan berkesinambungan.f) SaluranSaluran (channel) terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan harus disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan.g) Kapabilitas sasaranKapabilitas sasaran (capability of the audience) terdapat pada komunikan. Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus memperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan.h) Psikologis Seperti sikap, pengalaman hidup, motivasi, kepribadian, dan konsep.i) Sosial Seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial, suku, bahasa, kekuasaan, dan peran sosial.

Faktor faktor penghambat dalam proses komunikasi terpeutik adalah :

a. Kemampuan pemahaman yang berbeda.b. Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu.c. Komunikasi satu arah.d. Kepentingan yang berbedae. Memberikan jaminan yang tidak mungkinf. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderitag. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadih. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannyai. Memberikan kritik mengenai perasaan penderitaj. Menghentikan/mengalihkan topik pembicaraank. Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan.l. Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.

PROSES KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PERAWATAN

1. Proses komunikasi :

a. Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.b.Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau kelompok.c. Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah.d. Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan pada penerima/ sasaran.e. Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan tersebut dituju.f.Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.

2. Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan.

a. Pengkajian 1) Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.2) Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.3) Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.4) Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.5) Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik.6) Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.7) Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang dibutuhkan.

b. Diagnosa keperawatan 1) Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.2) Sesi perencanaan tim kesehatan.3) Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.4) Membuat rujukan.

c. Rencana tujuan 1) Rencana asuhan tertulis 2) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.3) Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.4) Meningkatkan harga diri pasien.5) Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.6) Tenaga medik dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

d. Implementasi 1) Memperkenalkan diri kepada pasien.2) Memulai interaksi dangan pasien.3) Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.4) Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.5) Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

e. Evaluasi 1) Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.2) Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.3) Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

Sikap dalam melakukan komunikasi terapeutik

Berikut adalah tindakan atau sikap yang dilakukan ketika menunjukkan kehadiran secara fisik :

1.Berhadapan dengan lawan bicara Dengan posisi ini tenaga medik menyatakan kesiapannya (saya siap untuk anda)

2. Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan) sikap ini mununjukan bahwa kita telh siap untuk mendukung terciptanya komunikasi

3.Menunduk/memposisikan tubuh kearah lebih dekat dengan lawan bicara, hal ini menunjukan bahwa tenaga medik bersiap untuk merespon dalam komunikasi (berbicara mendengar).

4.Pertahankan kontak mata sejajar dan natural dengan posisi mata sejajar, maka tenaga medic menunjukan kesediaannya untuk mempertahankan komunikasi.

5. Bersikap tenang; akan terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan gerakan/bahasa tubuh yang natural.

Daftar Pustaka

1. Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media2. Mundakir. 2006.Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu.3. Suryani. 2005.Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta :EGC4. http://dhanwaode.wordpress.com/2010/10/09/komunikasi-dalam-proses-pembangunan-dalam-proses-keperawatan/ pada selasa 4 maret 20145. http://riff46.wordpress.com/2011/05/21/integrasi-konsep-komunikasi-dan-etika-dalam-pemberian-obat/ pada selasa 4 maret 20146. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/komunikasi-terapeutik.html pada kamis 6 maret 20147. http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/komunikasi-terapeutik.html pada kamis 6 maret 20148. http://www.lusa.web.id/komunikasi-terapeutik/ pada kamis 6 maret 2014

MakalahKomunikasi Therapeutik

Oleh,

Nama:Farid YuristiawanBP: 1210343001

Tutor: drg. Susi. MKM

Ditulis untuk melengkapi nilai tutorial Blok 10Tentang Psikologi, Etika dan Hukum Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ANDALAS2014