Upload
faza-fauzan-syarif
View
156
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nutrisi tumbuhan / Unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan
tumbuhan. Unsur hara banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk
kebutuhan metabolismenya.
Berdasarkan keesensialannya unsur hara yang dibutuhkan terbagi terbagi menjadi dua
yakni unsur hara esensial dan unsur hara non- esensial atau beneficial. Unsur beneficial adalah
unsur tambahan yang tidak dibutuhkan oleh semua tanaman, namun perannanya cukup penting
pada tanaman tertentu. Unsur hara esensial terdiri atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara
esensial merupakan unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman dan fungsinya tidak bisa
digantikan oleh unsur lain, tidak terpenuhinya salah satu unsur hara akan mengakibatkan
tanaman tersebut tidak dapat menyelsaikan siklus hidupnya.
Ada beberapa jenis unsur yang dibutuhkan tanaman untuk dapat tumbuh dan
berkembang. Unsur-unsur yang sangat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, antara lain:
1. Nutrien Makro adalah kelompok unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif
besar yaitu Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K).
2. Nutrien Sekunder adalah kelompok unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
sedang yaitu Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Belerang atau Sulfur (S).
3. Nutrien Mikro adalah kelompok unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat
sedikit yaitu Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Boron (B), Tembaga (Cu) dan Molibdenum
(Mo).
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara
tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman,
maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya
tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu
orrgan tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan.
Makalah ini khusus membahas tentang unsur-unsur hara esensial atau nutrisi esensial
yang dibutuhkan, tumbuhan untuk hidup, khususnya pada Nutrien Sekunder. Serta gejala-gejala
yang muncul pada tubuh tumbuhan sebagai akibat dari kekurangan zat hara esensial Nutrien
Sekunder.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ca (Kalsium)
Sumber Unsur Ca
1. Bahan organik
Ca dapat dengan cepat terlindi dari seresah tanaman, sebagian yang lain mengalami
mineralisasi pada awal tahapan perombakan bahan tersebut.
2. Ca tertukar: Ca2+ merupakan kation yang dapat dipertukarkan, pertukaran kation
merupakan reaksi paling penting bagi unsur Ca dalam tanah.
3. Pelarutan mineral Ca
Didalam kerak bumi terdapat 3,6% Ca. Mineral Ca di dalam tanah sangat bervariasi. Pada
tanah yang kasar kadar Ca lebih rendah dibanding tanah yang halus teksturnya, kadar Ca juga
rendah pada tanah yang sudah terlapuk lanjut, kadarnya cukup banyak pada tanah humida,
atau wilayah beriklim temperate, tanah permukaan mungkin memiliki kadar Ca yang lebih
rendah karena sifatnya asam. Kadar Ca rendah pada tanah kapuran, terbentuk senyawa Ca
karbonat, terbentuk Gipsum (CaSO4) pada tanah kering. Didalam kerak bumi terdapat 3,6%
Ca
4. Kapur dan pupuk
Kebanyakan Ca yang diberikan ke dalam tanah adalah senyawa untuk menetralisir
kemasaman tanah, terutama CaCO3 dan CaMgCO3. Gipsum digunakan untuk memasok Ca
tanpa mempengaruhi pH tanah, Ca juga terkandung dalam pupuk superfosfat (Narsih, 2010)
Ketersediaan Ca
Ketersediaan Ca dipengaruhi oleh kejenuhan basa dan pH tanah. Kejenuhan Ca2+ yang
tinggi diperlukan agar hara ini tersedia bagi tanaman. Angkanya beragam sesuai tipe tapak
pertukaran. Kejenuhan pada lempung 2:1 besarnya >70% , sedangkan pada bagan organik
tanah dan lempung 1:1 besarnya 40 to 50%. Pada pH yang rendah Ca kurang tersedia. Hal ini
disebabkan kejenuhan Ca2+ rendah, adanya Al3+ dalam larutan menghambat penyerapan
Ca2+. Kation yang lain misalnya Mg2+, K+, NH4+ jika kadarnya tinggi akan menghambat
penyerapan Ca, sebaliknya anion Nitrat akan meningkatkan serapan Ca.
Unsur Ca diserap dalam bentuk kation divalen Ca2+ . Penyerapan Ca2+ terbatas pada ujung
akar: wilayah perakaran muda yang memiliki dinding sel endodermis belum mengalami
suberisasi. Ca memasuki pembuluh xilem melalui jalur apoplastik. Pengangkutan menembus
membran terbatas, diperlukan pertumbuhan akar terus menerus agar pengambulan Ca
mencukupi kebutuhan. Pengangkutan melalui xilem, Ca terbawa oleh aliran air transpirasi.
Peranan Ca
Ca adalah unsur yang penting di dalam tanah. Maka perlu kita perhatikan kembali, bahwa
koloid-koloid humus sampai dengan liat, dapat berjonjot karena Ca, dengan adanya Ca
struktur tanah menjadi mantap dan karena Ca ini pula dapat mempengaruhi semua sifat fisik
tanah, karena:
1. Ca adalah kat-ion tukar yang penting sehingga dengan demikian Ca berperan mengatur
daya absorpsi tanah.
2. Ca membantu daya pengikatan P.
3. Ca merupakan dasar yang utama untuk mempertahankan pH pada batas-batas yang cukup
netral.
Tanaman juga membutuhkan kalsium untuk membuat protein. Kalsium merupakan bagian
esensial dari struktur dinding sel tanaman, menyediakan pengangkutan dan retensi unsur-
unsur yang lain di dalam tanaman. Kalsium juga diketahui sebagai unsur yang dapat
melawan garam alkali dan asam organik di dalam suatu tanaman.
Ca secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan tanaman. Tanaman menghisap Ca
sebanyak 20 - 300 kg/Ha/tahun dengan bentuk CaO. Ca membantu tumbuhnya dinding sel,
perkecambahan, perakaran dan memberi kekuatan pada Leguminose yang tidak berkayu. Ca
dapat menetralisasi asam-asam organik dan mengatur penggunaan yang tepat dari K, Mg, S
dan Cu.
Defisiensi unsur Ca meyebabkan terhambatnya pertumbuhan sistem perakara, selain akar
kurang sekali fungsinyapun demikian terhambat, gejala-gejalanya yang timbul tampak pada
daun, dimana daun-daun muda selain berkeriput mengalami per-ubahan warna, pada ujung
dan tepi-tepinya klorosis ( berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar diantara ujung
tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati. Kuncup-kuncup yang
telah tumbuh mati. Defisiensi unsur Ca menyebabkan pula pertumbuhan tanaman demikian
lemah dan menderita. Hal ini dikarenakan pengaruh terkumpulnya zat-zat lain yang banyak
pada sebagian dari jaringan-jaringannya. Keadaan yang tidak seimbang inilah yang
menyebabkan lemah dan menderitanya tanaman tersebut atau dapat dikatakan karena
distribusi zat-zat yang penting bagi pertumbuhan bagian yang lain terhambat ( tidak lancar)
( Yudhi, 2009)
Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah , terjadi perubahan bentuk daun ,
mengeriting , kecil , dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi tetapi tidak
kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh maka kekurangan unsur ini menyebabkan
produksi bunga terhambat. Bunga gugur juga efek kekurangan kalsium. Kelebihan kalsium
akan mempengaruhi pH tanah (Anonim, 2011) dan akan mengakibatkan kekahatan hara Mg
atau K dalam tanaman.
2.2 Mg (Magnesium)
Bentuk dan fungsi Mg dalam tanaman
Merupakan hara makro sekunder, diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih
sedikit dibanding N dan K, serupa jumlahnya dengan P, S dan Ca; umumnya Mg <Ca.
Esensial untuk fotosintesis: menjadi atom pusat dari molekul klorofil, jumlahnya 15- 20%
total Mg dalam tanaman. Komponen struktural pada ribosom: sintesis protein. Aktivasi
ensim: transfer fosfat dan gugus karboksil, yaitu reaksi ATP dan transfer energi, fiksasi
CO2 oleh RuBP carboxylase.
Mobilitas Mg
Mg bersifat mobil dalam tanaman: dialihtempatkan dari daun tua ke titik tumbuh. Gejala
kekahatan yang muncul: dimulai pada daun tua dibagian bawah tanaman; kenampakan utama
berupa klorosis kekuningan diantara tulang daun (interveinal chlorosis), sedangkan tulang
daun tetap hijau, hal ini mirip dengan gejala kekahatan Fe; pada beberapa tanaman daun di
bagian bawah membentuk a reddish-purple cast; jika lanjut daun mengalami nekrosis.
Kelebihan Mg tidak secara langsung meracuni tanaman atau organisme, kelebihan Mg dapat
disimpan di vakuola, kadar Mg yang tinggi dalam tanah menghambat penyerapan kation
yang lainnya, misalnya menmgakibatkan kekahatan K atau Ca.
Sumber Mg
1. Bahan organik: kebanyakan Mg segera terlindi dari seresah, sisanya mengalami
mineralisasi pada tahap awal perombakan residu tersebut.
2. Rabuk, kompos dan biosolid: kebanyakan Mg terlarut, segara tersedia. oleh karena itu
denganmudah hilang sebelum diberikan ke lahan
3. Mg tertukar: Mg2+ termasuk kation dapat ditkar, pertukaran kation termasuk reaski
terpenting bagi Mg dalam tanah
4. Pelarutan mineral Mg: yaitu mineral primer atau mineral lempung sekunder, tanah kasar
lebih sedikit kandungan Mg dibanding tanah halus, kadar Mg lebih tinggi pada lahan
kering semi arid atau arid.
5. Kapur dan Pupuk : Mg berada dalam senyawa yang dibgunakan untukmentralkan pH
tanah, terutaam dalam bentuk batu kapur dolomit (CaMgCO3), bentuk yang lain misalnya
garam Epsom (MgSO4 ) dan K2SO4 . MgSO4 (Sul-Po-Mag)
Bentuk Mg yang diserap tanaman
Mg diserap tanaman dalambentuk kation divalen Mg2+
Gerakan Mg menuju akar:
Mg2+ dipasok oleh mass flow dan root interception. Root interception Mg jauh lebih rendah
dibanding pada Ca. Kadar dalam larutan tanah 5-50 ppm, pada tanah iklim sedang
(temperate).
Transformasi Mg dalam tanah
1. Pertukaran kation: Adsorpsi – desorpsi dari lempung dan bahan organik
2. Presipitasi – dissolusi kapur dan mineral sekunder: gamping dolomiti; mineral lempung
kaya Mg (lempung 2:1 , vermiculite)
3. Pelapukan mineral tanah primer: Biotite, hornblende, olivine
Pertukaran kation
Reaksi pertukaran kation paling menentukan kelakuan Mg dalam tanah. Keseimbangan cepat
antara tertukar dengan terlarut: Mg tertukar menyangga Mg dalam larutan, ingat faktor
kuantitas dan intensitas. Mg2+ diikat lebih kuat dibanding kationmonovalen: Al3+ > Ca2+ >
Mg2+ > K+ = NH4+ > Na+
Ketersediaan Mg bagi tanaman
Kejenuhan Mg dan pH: diperlukan kejenuhan Mg2+ >10% agar mencukupi tanaman,
kejenuhan Mg2+ diperlukan lebih tinggi pada tanah lempung 2:1 dibanding, tanah dengan
KPK yang bersumber dari bahan organik atau lempung 1:1, Mg kurang tersedia pada pH
rendah: karena kejenuhan Mg2+ lebih rendah, kehadiran Al3+ dalam larutan menghambat
penyerapan Mg2+ . Kation lain: Jika kadar Ca2+, K+, NH4+ tinggi akan mengganggu
penyerapan Mg2+, Nitrat dibandingkan Ammonium, akan meningkatkan serapan Mg2+
Pengangkutan Mg
1. Erosi: jika KPK lebih tinggi kehilangan akan lebih tinggi
2. Pelindian: Mg merupakan kation dalam air pelindian menuju saluran drainase,
menyumbang pemasaman tanah
Manajemen Pupuk Mg
Pengapuran: Mg dengan mudah dapat dikelola dengan pengapuran pada tanah berpH rendah
(dengan kapur dolomit), pengapuran dapat menyebabkan kekahatan Mg jika kadar Ca yang
tinggi (kalsit) digunakan pada tanah dengan kadar Mg yang rendah]. Kekahatan: tanah
masam, pasiran dengan KPK rendah dengan pelindian yang hebat, pemupukan K (KCl and
K2SO4) dapat meningkatakan kehilangan tersebut, tanah dengan kadar K yang tinggi
menyebabkan kekahatan Mg karena menghambat penyerapan Mg. Grass tetany: kekahatan
Mg pada ternak dapat terjadi meskipun kadar dalam tanaman belum kahat, lebih hemat
memberi garam Epsom pada pakan ternak dibanding pemupukan lewat tanah
Defisiensi Magnesium
Magnesium merupakan pembangun klorofil. Defisiensi magensium dapat disebabkan oleh
pemupukan potasium yang sangat berlebih. Gejala kekurangan magnesium muncul pada
musim dingin atau ketika tanah sangat basah dimana akar kurang aktif. Kekurangan
magnesium menyebabkan daun tua menguning. Jika defisiensi berkelanjutan, daun yang
berwarna kuning akan menjadi kuning kecoklatan . Produksi buah pada tanaman yang
kekurangan magnesium berkurang.
2.3 S (Sulfur)
Bentuk dan fungsi S dalam tubuh tanaman
Unsur S diperlukan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebhi sedikit dibanding N atau
K, serupa dengan P, Ca dan Mg.; sebagai penyusun asam amino essensial: sistin, sistein dan
metionin, 90% S dalam tanaman berupa protein, ikatan disulfida, susunan protein dan
aktivitas ensim, pembentukan klorofil; Ferredoksin: protein Fe-S, reaksi redoks: fotosintesis,
penyematan nitrogen, reduksi nitrat dan sulfat; koensim: koensim A dan vitamin, biotin,
thiamine, B1; senyawa volatil: tanaman keluarga Onion dan crucifer (cabbage).
Mobilitas S
Unsur S relatif tidak mobil dalam tanaman: tidak segera dapat dialihtempatkan dari daun
yang tuda ke bagian titik tumbuh, gejala kekahatan muncul pertama pada bbagian atas yaitu
daun muda. Gejala kekahatan: kerdil (stunted), pertumbuhan spiral (spindly growth),
seringkali seluruh tanaman menjadi klorosis seragam (uniformly chlorotic), tanaman Crucifer
membentuk warna kemarahan dan ungu, kadar protein rendah, pengumpulan N bukan
protein. Jika kadar S berlebihan tidak secara langsung mempengaruhi tanaman tersebut atau
organisme yang memakannya, tetapi dapat menyebabkan masalah kegaraman karena S
merupakan anion yang dominan pada tanah salin, pelindian yang hebat dari
SO4= meningkatkan kehilangan kation.
Sumber S
1. Perombakan bahan orgaik tanah, karena 90% S dalam tanah berada dalam bentuk organik
tersebut
2. Rabuk, kompos dan biosolid.
3. Sulfat yang terjerap pada tapak pertukaran anion dari oksida Al dan Fe.
4. Mineral S: pada musim kering sulfida dalam bentuk anaerob.
5. Pengendapan atmosfer dari inudstri, hujan asam.
6. Pupuk S.
Bentuk S yang diserap tanaman
1. Penyerapan langsung SO2 oelh daun: jumlahnya kecil, jika kadar S dalam udara tinggi
akan meracuni tanaman.
2. Penyerapan akar etrutama dalam bentuk: sulfat (SO4-).
Gerakan S menuju akar
Di dalam tanah sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi. Terutama beregrak karena
aliran masa (mass flow), difusi memiliki arti penting pada tanah dengan kadar S yang rendah.
Kadar dalam larutan tanah 5-20 ppm. Aras yang mencukupi kebutuhan tanaman 3-5 ppm
dalam tanah
Transformasi S dalam tanah
Proses alih rupa antara lain: Mineralisasi – immobilisasi, Adsorpsi – desorpsi, Presipitasi –
dissolusi, Oksidasi – reduksi, Volatilisasi.
Mineralization – imobilisasi
1. Daur S organik serupa dengan N organik.
2. Mineralisasi : melepas S menjadi anorganik, SO4 tersedia bagi tanaman
3. Imobilisasi (assimilation): kebalikan dari mineralisasi, pengambilan S anorganik dari tanah
oleh mikrobia untuk membentuk tubuhnya
4. Keseimbangan antara mineralisasi dan imobilisasi ditentukan oleh nisbah C:S dan N:S,
nisbah C:N:S bahan organik sekitar 120:10:1,4.
5. Dalam bahan organik terkandung 1% S. Dengan susunan bentuk ester dan eter sulfat
sebesar 30-60% melalui ikatan C-O-S, bentuk asam amino sekitar 10-20%, residual S
sebesar 30-40%.
6. Ensim sulfatase : mirip dengan ensim fosfatase, melepas sulfat dari ester sulfat.
7. Pengaruh nisbah C:S : (1) C:S >400 S imobilisasi > S mineralisasi, (2) C:S = 200-400 S
imobilisasi = S mineralisasi, (3) C:S <200 S mineralisasi > S imobilisasi.
Adsorpsi – desorpsi
1. Senyawa SO4 2- yangterjerap merupakan bentuk S dari pangkalan labil bersifat segara
tersedia, mengisi kekosongan pada larutan tanah . Uji S tanah umumnya misalnya
ekstraksi dengan Ca-fosfat.mengukur S yang terlarut ditambah S yang terjerap. Reaksi ini
penting pada tanah yang telah terlapuk dengan lanjut. Kekuatan adsorpsi: H2PO4 > SO4
= >
NO3.
2. Faktor yang mempengaruhi kapasitas jerapan: koloid tanah, hidroksida Fe-Al, kandungan
lempung tipe 1:1, kemasaman tanah, besarnya muatan tergantung pH, kapasitas pertukaran
anion.
3. Komposisi larutan tanah juga mempengaruhi: kadar SO4, keberadaan anion dan kation
lainnya, pendesakan oleh fosfat.
Presipitasi – dissolusi
1. Gypsum (CaSO4) di daerah kering, merupakan bentuk pengendapan bersama antara S
dengan Ca-karbonat pada tanah kapuran
2. Sulfida pada kondisi anerob di tanah tergenang: H2S mengendap sebagai FeS atau ikatan
logam-S yang lainnya, untuk melarutkan diperluakn proses oksidasi.
Okidasi – reduksi
1. Bentuk S : beragam dari bilangan oksidasi -2 sampai + 6, yaitu silfida, polisulfida, S
elemen, tiosulfat, sulfit dan sulfat.
2. Bentuk oksidasi terbanyak sebagai sulfat, sulfat yang diserap tanaman akan direduksi
menjadi S organik.
3. Proses Oksidasi dan reduksi S dibantu oleh mikrobia
4. Senyawa S anorganik tereduksi terdapat pada tanah tergenang kondisi anaerob : (wetlands,
swamps, tidal marshes), pada kondisi aerob segera mengalami oksidasi.
5. Oksidasi S: mikrobia ototrofik dan heterotrofik : Thiobacillus sp. meneybabkan
pemasaman. H2S + 2O2 à H2SO4 à 2H+ + SO4=
dijumpai pada daerah tambang (acid mine
drainage) terjadi oksidasi senyawa sulfida speerti pyrite (FeS). Dapat juga digunakan di
lahan pertanian untuk mengoksidasi S elemen : 2S + 3O2 + 2H2O à 2H2SO4 à 4H+ +
2SO4=
Pengangkutan S
1. Erosi: hilangan bersama bahan organik
2. Pelindian: sulfat sangat mobil dalam tanah, sulfat merupakan anion yang dominan pada air
lindian, pelindinan meningkat jika kandungan kation monovalen (K+, Na+) besar
3. Hilang karena volatilisasi
Volatilisasi
Kehilangan karena menguap: hasil transformasi mikrobia dalam tanah, misalnya dimethyl
sulfide (CH3SCH3), atau karbon disulfide, methyl mercaptan, dan dimethyl disulfida.
Pengaruhnya terhadap kesuburan tanah rendah. Dapat juga menguap melalui daun, hal ini
mempengaruhi mutu pakan.
Manajemen pupuk S
Pada tanah pasiran sering kekahatan S, karena rendahnya bahan organik tanah dan pelindian
yang hebat terhadap SO4, kebutuhan tanaman beragam: diperlukan oleh alfalfa, clovers,
canola, kubis dan sayuran serupa, hmt Brassicas, bawang merah danbawang putih, hmt
rerumputan atau legum, rumput menyerap S lebih cepat dibanding legum. Sumber sulfur: S
unsur (tidak segera tersedia, harus dioksidasi lebih dahulu menjadi SO4,oksidasi berlangsung
dalam reaksi masam). Sumber lain ikut dalam superfosfat. SSP (14% S), TSP (1,5% S).
Defisiensi
Gejala tanaman yang kekurangan belerang umunya tampak padaseluruh daun muda yang
berubah menjadi hijau muda, kadan-kadang tampak tidak merata, sedikit mengkilat agak
keputihan lalu berubah menjadi kuning kehijauan. Pertumbuhan tanaman akan terhambat,
kerdil,berbatang pendek dan kurus.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Unsur Hara. (online)( http://syadzlibio. blogspot.com/2011/09/unsur-
hara.html) diakses pada 28 Mei 2012.
Anonim. 2011. Gejala Kekurangan dan Kelebihan Unsur Hara Makro dan Mikro Pada
Tanaman. http://chodoxcharming.blogspot.com/2011/01/gejala-kekurangan-dan-
kelebihan-unsur.html . diakses tanggal 28 Mei 2012.
Narsih. 2010. Kalsium. http://nasih.wordpress.com/2010/11/01/kalsium/ . diakses tanggal 28
Mei 2012.
Wijaya, Yudhi. 2009. Gejala Tanaman Kekurangan Unsur Hara.
http://yudhiwijaya.wordpress.com/2009/02/08/gejala-tanaman-kekurangan-unsur-hara/ .
diakses tanggal 28 Mei 2012.